Mempelajari Pembuatan Produk Antara untuk Sosis Daging Ikan Hiu

......
5

.. ..,

ex@
JY

MEMPELAJARI'PEMBUATAW- PRODBCI~TIRA
UNTUK SOSlS DAGlMG IKAW HIU

Oleh

NUR

WAHlD

F 24. 0451

1 9 9 2


FAKULTAS

TEKNOLOGI

WSTITUT PERTANIAN
B O G O R

PERTANIAN
BOGOR

Nur Wahid. F24.0451. Mempelajari Pembuatan Produk Antara
untuk Sosis Daging Ikan Hiu. Di bawah bimbingan M. Aman
Wirakartakusumah dan Djundjung Daulay.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode
pembuatan

produk

antara ikan hiu


yang

dapat

digunakan

dalam pembuatan sosis serta untuk mengetahui karakteristik
produk antara dan sosis yang dihasilkannya.
Produk antara yang dibuat meliputi tiga jenis
metode pembuatan yang berbeda-beda.

dengan

Ketiga produk

antara

tersebut adalah daging giling beku, produk kering beku dan
produk kering granula

Analisls
meliputi
garam,
daya

yang

kadar

.
dilakukan

terhadap

air, kadar protein, kadar

produk
protein

daya emulsi, aktivitas emulsi, stabilitas


serap

dilakukan

air

dan daya

terhadap

serap

sosis

minyak.

meliputi

antara


kadar

larut
emulsi,

Analisa

yang

air,

kadar

protein, kadar lemak, kadar abu, daya ikat air, kekerasan,
kekenyalan, dan uji organoleptik.
Kandungan
berpengaruh

proteln


produk

antara

terhadap sifat emulsi produk.

tidak
Komponen

banyak
yang

lebih berperan dalam sifat emulsi ini adalah protein larut
garam.
Produk antara yang memiliki sifarr-sifat emulsi paling
baik

adalah


produk

giling

beku,

dengan

daya

emulsi

56.6 ml/g, aktivitas emulsi 33.43 % dan stabilitas

Daya serap air yang paling baik

emulsi

adalah


produk

sosis yang dihasilkan sangat dipenqaruhi oleh

sifat-

%,

96.9

kering beku.

sifat

produk

emulsinya.
penqikatan
tekstur


Sifat
air

sosis

Sosis
dari

antara

produk

yang

digunakan,

fungsional protein

dan


lemak,

yanq

terutama
berperan

berpengaruh

ini

terhadap
terhadap

yany dihasilkan.

yang memiliki tekstur paling
beku

dengan penambahan


baik

dihasilkan

polifosfat

Namun disarankan agar dalam pembuatan sosis dengan
antara

sifat

dilakukan proses pencucian

yang

lagi, sehingga dihasilkan aroma yanq disukai.

0.3

%.

produk

lebih

baik

MEMPEINARI PEMBUKIrAN PRODUK ANTARA
UNTUK SOSIS DAGING IKAN I-IIU

Oleh
N u r Wahid

F 24.0451

SKRIPSI

S e b a g a i s a l a h s a t u s y a r a t u n t u k memperoleh g e l a r
SARJANA TEKNOLOGI P E R T A N I A N

p a d a j u r u s a n TEKNOLOGI PANGAN DAN G I Z I
FAKULTAS TEKNOLOGI P E R T A N I A N
I N S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR

1992
FAKULTAS TEKLNOLOGI PERTANIAN
I N S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR
BOGOR

INSTITUT PERTANIAhT BOGOR

MEMPEWARI PEMI3UATAN PRODUK ANTARA

UNTUK SOSIS DAGING XKAN I l l U

Sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh
Nur Wahid
F 24.0451
Dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1969
di Salatiga
Tanggal lulus : 26 Mei 1992

KKI'A PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas
petunjuk dan pertolongannya, sehingga penulis
berhasil
menyelesaikan skripsi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari peran
serta dan bantuan beberapa pihak, baik secara material
maupun spiritual. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir. RM Aman Wirakartakusumah, MSc.
sebagai
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan
dan
bimbingannya
selama
penulis
melaksanakan
penelitian dan menyusun skripsi,
2. Bapak Drh. Djundjunq Daulay, MSc. sebagai dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingannya,
3. Bapak Direktur PAU Pangan dan Gizi IPB yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama
penulis
melakukan penelitian,
4 . Bapak Ir. Sugiyono, sebagai dosen penguji yang telah
berkenan menguji penulis dan memberikan saran-saran
perbaikan terhadap skripsi ini,
5. Ayah, Ibu dan dik Tri tercinta yang telah memberikan
doronqan moral,
G . Semua pihak yang telah membantu penulis, baik selama
penelitian maupun dalam menyusun skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini maslh jauh dari
sempurna.
Untuk itu kritik dan saran dari para ahli dan
pembaca senantiasa penulis harapkan.
Semoqa tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Juni 1392
Penulis.

KATA PENGANTAR

.....................................

i

......................................... i i
DAFTAR GAMBAR ......................................
iv
DAFTAR T A B E L ....................................... V i
DAFTAR LAMPIRAN .................................... v i i
I . PENDAHULUAN ......................................
1
A . LATAR BELAKANG ...............................
1
DAFTAR I S 1

B

I1

.

.

TUJUAN

TINJAUAN

.......................................
PUSTAKA ................................

. I K A N H I U .....................................
B . P R O T E I N DAGING I K A N H I U . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C . S I S T E M EMULSI S O S I S . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D . PRODUK ANTARA ................................
I11 . METODOLOGI P E N E L I T I A N ..........................
A . BAHAN DAN ALAT ...............................
1. B a h a n .....................................
2 . A l a t ......................................
B . METODE P E N E L I T I A N ............................
1. A n a l i s i s D a q i n q Segar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . Pembuatan P r o d u k A n t a r a . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . Pembuatan S o s i s ...........................
A

..........................
...............................

3

4
4

7
9
13

16
16
16
16
17
17

17

22

C . RANCANGAN PERCOBAAN

24

D . METODE ANALISA

24

IV . HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

...............
..................

32

A . KARAKTERISTIK DAGING HIU SEGAR

32

B . KARAKTERISTIK PRODUK ANTARA

33

.................................
2 . Protein ...................................
3 . Sifat Emulsi ..............................
4 . Daya Serap Air dan Minyak .................
C . PRODUK SOSIS .................................
1 . Daya Ikat Air .............................
2 . Kadar Air .................................
3 . Kadar Lemak ...............................
4 . Kadar Abu .................................
1 . Kadar Air

V . KESIMPULAN DAN SARAN

.

SARAN

54

57
57
60

62
67

..........................

72

.............................

...................................
......................................

76
76
79

.....................................

80

...........................................

85

DAFTAR PUSTAKA
1AMPIRAN

42

63

A . KESIMPULAN

B

37

..................

5 . Kekerasan dan Kekenyalan

6 . Uji Organoleptik

33

Halaman

........

Gambar 1.

Morfologi eksterior dari ikan hiu

Gambar 2.

Skema emulsi sosis denqan protein yang
larut dan partikel lemak yang diselubungi

11

Pengaruh ikatan silang protein terhadap
daya ikat air ............................

14

Gambar 3.

.......

5

Gambar 4.

Bagan proses pembuatan produk beku

Gambar 5.

Bagan proses pembuatan produk kering beku

Gambar 6.

Bagan proses pembuatan produk kering granula modifikasi .......................... 21

Gambar 7.

.............
Grafik hasil analisa curdmeter ...........
Kadar air berbagai produk antara . . . . . . . . .

Gambar 8.
Gambar 9.

Bagan proses pembuatan sosis

19
20

23
30

35

Gambar 10. Grafik kadar protein dan protein
larut garam ..............................

38

.......................

44

Gambar 12. Grafik hubungan kadar protein dan
daya emulsi ..............................

46

Gambar 11. Grafik daya emulsi

Gambar 13. Grafik hubungan kadar protein larut
garam denqan daya emulsi

......

47

...

49

Gambar 14. Grafik aktifitas dan stabilitas emulsi

Gambar 15. Grafik hubungan kadar protein
denqan aktivitas emulsi . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Gambar 16. Grafik hubungan kadar protein larut garam
dengan aktivitas emulsi ................. 51
Gambar 17. Grafik daya serap air dan daya serap
minyak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

55

...............

58

Gambar 18. Daya ikat air adonan sosis
iv

.
20 .

...................
s o s i s .................

Gambar 19

G r a f i k Kadar a i r s o s i s

61

Gambar

G r a f i k K a d a r lemak

63

Gambar 2 1 . Skema k e l u a r n y a lemak d a r i s e l u b u n g
p r o t e i n d a l a m e m u l s i s o s i s ...............

.
23 .
24 .

...................
d a n k e k e n y a l a n ..........
Hedonik . . . . . . . . . . . . . . . . .

66

Gambar 22

G r a f i k Kadar abu s o s i s

68

Gambar

Grafik kekerasan

70

Gambar

Grafik H a s i l U j i

73

DAFI'AR TABEL

............

1

Tabel 2. Perbandingan rata-rata bagian tubuh dari
berbagai jenis ikan hiu ...................

4

Tabel 1. Produksi ikan hiu di Indonesia

....
...........

Tabel 3. Kandungan urea dari berbagai jenis hiu

G

Tabel 4. Komposisi kimia daging ikan hiu

7

Tabel 5. Perbandingan komposisi protein dari daging
ikan dan daging mamalia ................... 8

DAFTAR LAMPIRAN
halaman

...
sosis ....
..........

Lampiran 1.

Data hasil pengamatan produk antara

86

Lampiran 2.

Data hasil pengamatan produk

87

Lampiran

Analisis sidik ragam protein

3.

88

Lampiran 4.a Analisis sidik ragam protein larut
garam .................................

88

Lampiran 4.b Uji Beda Nyata Terkecil protein larut
garam .................................

88

......
emulsi ...

Lampiran 5.a Analisis sidik ragam daya emulsi

89

Lampiran 5.b uji beda nyata terkecil daya

89

Lampiran G.a Analisis sidik ragam aktifitas emulsi

90

Lampiran 6.b Uji beda nyata terkecil aktifitas
emulsi ................................ 90
Lampiran 7.

Analisis sidik ragam stabilitas emulsi

91

.

91

Lampiran 8.a

Analisis sidik ragam daya serap air

Lampiran 8.b

Uji beda nyata terkecil daya serap air 91

Lampiran 9.a

Analisis sidik ragam daya serap minyak 9 2

Lampiran 9.b

Uji beda nyata terkecil daya serap
minyak ............................... 9 2

Lampiran 10.a Analisis sidilc ragam daya ikat air

...

Lampiran 10.b Uji beda nyata terkecil daya ikat
air ..................................
Lampiran 1l.a Analisis sidik ragam kekerasan

.......

93
93
94

Lampiran 1l.b Uji beda nyata terkecil kekerasan .... 9 4
Lampiran 12.a Analisis sidik ragam kekenyalan . . . . . . 95
Lampiran 12. b Uji beda nyata terkecil kekenyalan . . . 95

.

96

....

96

L a m p i r a n 1 3 . a A n a l i s i s s i d i k ragam k a d a r a i r s o s i s

am pi ran 1 3 . b U j i b e d a n y a t a t e r k e c i l k a d a r a i r
Lampiran 14 .

A n a l i s i s s i d i k ragam k a d a r p r o t e i n
s o s i s ................................

96

L a m p i r a n 1 5 . a ~ n a l i s i ss i d i k ragam k a d a r l e m a k s o s i s 97
~ a m ~ i r a1 n5 . b U j i b e d a n y a t a t e r k e c i l k a d a r emak
sosis

97

L a m p i r a n 1 6 . a A n a l i s i s s i d i k ragam k a d a r a b u s o s i s

98

................................

Lampiran 1 6 . b U j i beda n y a t a t e r k e c i l k a d a r a b u
L a m p i r a n 1 7 . a A n a l i s i s s i d i k ragam u j i t e k s t u r

....
.....

L a m p i r a n 1 7 . b U j i beda n y a t a t e r k e c i l t e k s t u r s o s i s

98
99
99

L a m p i r a n 1 8 . a A n a l i s i s s i d i k ragam u j i penampakan

100

L a m p i r a n 1 8 . b U j i beda n y a t a

..
t e r k e c i l penampakan ...
ragam u j i r a s a . . . . . . . .

100

.....

101

Lampiran 1 9 . a A n a l i s i s s i d i k

Lampiran 1 9 . b U j i beda n y a t a t e r k e c i l u j i r a s a
L a m p i r a n 2 0 . a A n a l i s i s s i d i k ragam u j i bau
L a m p i r a n 2 0 . b U j i beda n y a t a t e r k e c i l b a u
Lampiran 2 1

.

L a m p i r a n 22

.

lo1

.........

102

..........

lo2

Gambar p r o d u k k e r i n g g r a n u l a d a n
produk k e r i n g beku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103

.....................
d a r i daging h i u s e g a r . . .
d a r i produk beku . . . . . . . .

Gambar m a r i n b e e f

103

L a m p i r a n 23 .

Gambar s o s i s

104

L a m p i r a n 24

Gambar s o s i s

Lampiran

.
25 .

Gambar s o s i s d a r i p r o d u k k e r i n g
beku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

L a m p i r a n 26 .

104
105

Gambar s o s i s d a r i p r o d u k k e r i n g
g r a n u l a . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105
viii

A.

LATAR BELAXANG

Ikan
ikan

hiu

yang

di Indonesia merupakan salah

banyak ditangkap dan memiliki

satu

jenis

potensi

cukup

hasil tangkapan ikan hiu dari

tahun

besar.

Total

sampai

dengan tahun 1989 terlihat pada Tabel

Baqian

1.

ikan hiu yang memiliki nilai ekonomis tinqgi adalah
dan

siripnya,

dimanfaatkan

sedangkan

secara

daging ikan

optimal.

hiu

Pengolahan

dilakukan baru terbatas pada pengasinan dan

1962

hati

masih

belum

yang

sudah

pengeringan,

bahkan di daerah Jawa Timur dan di daerah Indonesia Timur
masih dibuanq percuma.
Tabel 1. Hasil Tangkapan Ikan Hiu di Indonesia ) *
Tahun tangkapan

)

* Sumber

:

Jumlah Produksi (ton)

Dirjen Perikanan, 1991

Kendala utama yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan
daging ikan hiu adalah kandungan urea yang cukup

tingqi.

Urea

ini akan terdegradasi menjadi amoniak

mati,

dan

yang

tidak

memberikan citarasa spesifik dan
disukai.

penelitian
karena

ketika

tentang

bentuk

sekarang

Meskipun

telah

banyak

cara-cara penghilangan

produk akhirnya

aplikasi

kurang

penelitian

bau

ikan

pesing

dilakukan

urea,

namun

menarik,

sampai

belum

banyak

ini

digunakan.
Disamping kekurangan yang ada, sebenarnya daging hiu
memiliki

potensi

olahan

modern.

selain

dapat

memiliki
pangan.
dapat
sistem

untuk

dikembangkan menjadi

Kandungan proteinnya yang

memberikan

nilai gizi

produk

cukup

yang

sifat fungsional yang penting dalam

tinggi

cukup,

juga

pengolahan

Kandungan protein larut garam yang cukup dominan
berperan sebagai emulsifier yang baik
emulsi.

dikembangkan

Dengan

demikian

bahan

pada

suatu

ini

dapat

menjadi produk pangan emulsi, seperti

baso

ikan dan sosis.
Penelitian tentang pembuatan sosis dari daging

ikan

segar

sudah banyak dilakukan dan didapatkan

hasil

cukup

bagus.

sifat-sifat

fungsional
daging

hiu

itu

ini

disebabkan

protein ikan masih utuh.
diperlukan

menghilangkan
fungsional

Hal

kandungan

karena

Namun khusus

perlakuan-perlakuan
ureanya,

protein mengalami banyak

sehingga

awal

untuk
untuk

sifat-sifat

perubahan.

untuk keperluan industri, diperlukan

yang

adanya

Selain
produk

antara yang siap pakai dan lebih awet agar dapat disimpan

sehingga

produksi

segar.

Ketergantungan pada bahan baku ikan

menyebabkan
cukup

tidak terlalu tergantung

pada

bahan

segar

kendala produksi karena fluktuasi

akan

pengadaan

besar dan hasil ikan laut sangat dipengaruhi

oleh

musim.
Beberapa jenis produk antara ikan sudah dikembangkan
oleh

beberapa peneliti, seperti konsentrat protein

ikan

Produk ini memiliki daya rehidrasi

yang

atau marinbeef.

dan menghasilkan tekstur yang bagus.

baik

Khusus

untuk

pembuatan sosis, perlakuan yang diberikan dalam pembuatan
produk

antara

tersebut

menyebabkan

sebagian

protein

terdenaturasi dan terkoagulasi, sehingga menjadi

kendala

dalam pembentukan emulsi.
Perlakuan garam, etanol, dan perlakuan panas
babkan

terjadinya

denaturasi, koagulasi

protein.

Oleh karena itu diperlukan

perlakuan

guna

mempertahankan

dan

adanya

sifat-sifat

menye-

kerusakan
modifikasi
fungsional

protein tersebut.
B. TUJUAN

Penelitian
pembuatan
dalam

ini

produk
pembuatan

bertujuan untuk

mendapatkan

antara ikan hiu yang
sosis,

serta

dapat

untuk

metode

digunakan
mengetahui

karakteristik produk antara dan sosis yang dihasilkannya.

A.

IKAN HIU

Ikan

hiu termasuk ke dalam golongan ikan

rawan yang tidak memiliki tulang rusuk.
lanqsung

menempel

Jaringan ototnya

pada kulit, sehingga

menjadi berserat dan kuat.

bertulang

struktur

kulit

Hal ini menyebabkan ikan

hiu

sukar dikuliti (Kreuzer dan Ahmed, 1978).
Perbandingan

rata-rata bagian tubuh

dari

jenis ikan hiu seperti yang terlihat pada Tabel 2

berbagai
menun-

jukkan bahwa daging merupakan bagian terbesar dari komponen-komponen lainnya, yaitu lebih dari 42 %.

Tabel 2. Perbandingan rata-rata bagian tubuh dari
berbagai jenis ikan hiu ) *

.................................................
Bagian Tubuh
Badan
Kepala
Isi perut
Hati
Tulang
Sirip
Darah
Kulit
Daging
)*

Sumber

:

Kreuzer dan Ahmed, 1976

Persentase ( % )

~ o r f o l o g ie k s t e r i o r i k a n h i u d a n b a g i a n d a r i d a g i n g nya

yang

dapat

dibuat

potongan

dapat

dilihat

pada

Gambar 1.

kepala

badan

moncong
celah insang
s i r i p dada
s i r i p punggung depan
5. d u r i
1.
2.
3.
4.

ekor

6. s i r i p
7. sirip
8. sirip
9. s i r i p

lo.

perut
belakang
punggung b e l a k a n g
ekor a t a s
s i r i p e k o r bawah

Gambar 1. M o r f o l o g i e k s t e r i o r d a r i i k a n h i u ( b a g i a n
yang t i d a k b e r g a r i s a d a l a h bagian yang
b i s a d i b u a t f i l e t ) (Beaumariage, 1968)
D a r i j u m l a h d a g i n g yang b e s a r t e r s e b u t , p e m a n f a a t a n nya

masih

kandungan
et.al.

sangat terbatas.
ureanya

yang cukup

Hal i n i
tinggi.

(1977), golongan ikan b e r t u l a n g

kandungan

disebabkan

karena

Menurut

Lagler

rawan

u r e a yang t i n g g i , y a i t u 2 - 2 . 5 %

mempunyai
dati

total

d a g i n g , s e d a n g k a n g o l o n g a n i k a n t u l a n g k e r a s hanya 0 . 0 5 % .
Urea

merupakan p r e k u r s o r pembentukan amonia yang

menim-

bulkan

bau pesing pada daging ikan. Kandungan urea

dari

berbagai jenis ikan hiu terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan urea dari berbagai jenis hiu ) *

..................................................
Spesies

Kandungan urea (mg/100gN)

Spiny dog fish
Black tip shark

Lasser spotted dog fish
Tiger shark
Smooth hound
Hammer head
)*

sumber : Kreuzer dan Ahmed, 1978

Cara-cara penghilangan urea telah banyak
kan.

dikembang-

Berhimpon (1982) menghilangkan urea dengan

damnya pada larutan NaCl 10 % dan asam asetat 2
30

menit,

Gordievskaya

dimana urea dapat direduksi

disebutkan

selama

%

sebanyak

(1973) mereduksinya dengan perlakuan

(blansir) atau perendaman air atau larutan garam.
bahwa

perlakuan panas

ini

kurang

Sedangkan Priono et. al. (1984) menyebutkan bahwa

meren-

77

%.

panas
Tetapi

efektif.
perla-

kuan denqan air dingin mengalir selama 4 jam dapat mengurangi

urea

sekitar 50 % .

Pada konsentrasi

ini

produk

yang dihasilkan sudah tidak memiliki citarasa amonia yang
terdeteksi oleh indera.

B. P R O T E I N DAGING I K A N HIU
Ikan
dungan
ikan

merupakan

bahan makanan y a n g

p r o t e i n cukup t i n g g i .
hiu

dari

berbagai

mempunyai

Kandungan

spesies

protein

dapat

kandaging

dilihat

pada

Tabel 4.
Tabel 4.

Komposisi kimia d a g i n g i k a n h i u ) *

.........................................................
--------------------------------------------------------Spesies

Prot.

Air

Lemak

Abu

(% berat basah)

Horn S h a r k

79.6

17.7

0.3

1.8

Korothokhostava

75.8

18.9

0.1

0. 6

White t i p shark

76.9

19.9

0.3

1.3

Hammer h e a d

75.6

21.6

0.2

1.6

S i l k y Shark

73.6

21.7

-

1.2

Tiger shark

79.4

16.3

0.1

0.6

) * Sumber : K r e u z e r d a n Ahmed,

Menurut

Suzuki

kandungan

asam-asam

mempunyai

profil

manusia.

(1981),

amino

1978

protein

esensial

asam amino yang b a i k

ikan
yang

mempunyai
tinggi

untuk

dan

kebutuh.an

Daging i k a n mempunyai t i g a t i p e p r o t e i n ,

yaitu

j e n i s sarkoplasma, m i o f i b r i l e r , dan s t r o m a .
Protein
terdapat
koagulasi

pada

sarkoplasma

merupakan j e n i s

p l a s m a o t o t yang

protein.

berperan

Jenis protein i n i

protein
dalam

dapat

yang
proses

diekstrak

dengan

air

jaringan

biasa.

ikat.

Stroma merupakan

protein

Grup protein ini tidak

dengan air, asam, basa, maupun garam.
miofibriler

merupakan

qrup protein

pembentuk

dapat

diekstrak

Sedangkan
serabut

protein

otot

yang

larut dalam larutan garam (Suzuki, 1981).
Protein miofibriler merupakan komponen terbesar dari
ikan, yaitu sebesar 66 - 77 % .

protein
lebih

tinggi

mamalia,

yang

bila dibandingkan
hanya

40 % .

Nilai

dengan

protein

daging

Perbandingan komposisi

berbagai jenis ikan dengan daging mamalia

tein

tersebut

pro-

terlihat

pada Tabel 5.

Tabel 5.

Perbandingan komposisi protein dari daging ikan
dan daging mamalia ) *

.........................................................
.........................................................

Protein
sarkoplasma ( % )

Jenis
Daging

Protein
Miof ibriler ( % )

Cod

21

Carp

23 - 25

70

-

72

Flat fish

18 - 24

73

-

79

)

*

Stroma
(%)

76

Sumber : Suzuki, 1981

Protein miofibriler terdiri dari tiga bagian,
miosin,

aktin

dan aktomiosin yang

terletak

yaitu

berselang-

seling

membentuk

tersebut
adalah

jaringan

otot.

Dari

yang paling berperan dalam

miosin,

karena mempunyai

ketiga

bayian

pembentukan

emulsi

hidrofilik

gugus

dan

lipofilik, sehingga dapat membentuk ikatan dengan air dan
lemak (Suzuki, 1981).
kerusakan

dunginya

perlakuan fisik maupun

oleh

pengolahan

Tetapi miosin ini mudah

yang

mengalami

kimia,

dilakukan diarahkan agar

sehingga
melin-

tetap

dari kerusakan.

C. SISTEM EMULSI SOSIS

Emulsi

merupakan campuran dari dua zat

tidak dapat larut satu dengan lainnya.

yang
zat

berfungsi

dalam

bentuk

sedangkan

fase

globula-globula

terdispersi
atau

lebih

Salah

satu

(diskontinyu)

butir-butir

yang lain berfungsi sebagai

fase

kecil,

pendispersi

~ p a b i l afase kontinyu terdiri dari air

(kontinyu).
fase

sebagai

atau

diskontinyu

berupa

minyak,

maka

emulsi

dan
yang

terbentuk adalah emulsi minyak dalam air (Ofbi), sedangkan
apabila air yang berfunysi sebagai fase diskontinyu
dihasilkan

emulsi

air

dalam

minyak

(W/O)

akan

(Kramlich,

1973).
Meskipun

berbeda

fase, kedua

zat

tersebut

bercampur karena adanya zat pengemulsi yang
keduanya
umumnya
mengalami

menjembatani

(Forrest et. al., 1975; Kramlich, 1973).
emulsi

mempunyai sifat tidak stabil

pemisahan.

Ketidakstabilan emulsi

bisa

Pada

dan

dapat

ini

dise-

babkan oleh adanya pengaruh tegangan interfasial.
Produk makanan emulsi dapat berbentuk cair atau semi
padat, dimana bentuk semi padat ini dapat memiliki
tur plastis atau elastis.
dengan

tekstur

emulsi

minyak dalam air

teks-

Sosis merupakan produk makanan

elastis yang tergolong ke
(O/W).

Lemak

dalam

berperan

bentuk
sebagai

fase diskontinu, dan air sebagai fase kontinyu, sedanqkan
protein berfungsi sebagai bahan pengemulsi atau emulsifier alamiah (Forrest et.al., 1975).

Kramlich (1973) memberikan langkah-lanqkah yang bisa
dilakukan

dalam pembuatan adonan emulsi sosis.

Pertama

adalah membuat larutan protein yang cukup untuk

menyelu-

bungi .partikel-partikel

lemak.

protein

tersebut

lemak.

Selama pembuatan dan pencampuran

protein

terlarut

partikel

secara mekanis

Kemudian

membentuk

pada

matriks

menyebarkan

partikel-partikel

yang

lemak, sehingga terbentuk emulsi

adonan

sosis,

menyelubungi
yang

stabil.

Pada gambar 2 terlihat skema emulsi sosis dengan

protein

yang menyelubunqi partikel lemak.

,.

2.:- Protein

..

-

Protein
kolag~n

Gambar 2. Skema emulsi sosis dengan protein yang
larut dan partikel lemak yang diselubungi
(Kramlich , 1973)
~ a s a l a h yang &ring
adalah

pecahnya

dihadapi dalam pembuatan

emulsi.

Kramlich

sosis

(1973) menyebutkan

bahwa penggilingan yang berlebihan menyebabkan terjadinya
pemecahan

emulsi.

Hal ini disebabkan

karena

diameter

partikel lemak semakin kecil dan permukaan lemak

menjadi

lebih besar, sehingga protein tidak cukup untuk

menyelu-

bungi
ini

semua lemak yang ada.
akan

Partikel lemak

membentuk kantung lemak, sehingga

yang

kecil

lemak

akan

keluar dari sistem emulsi.
Penggunaan

daging

yang mengandung

kolagen

tinggi

akan menyebabkan partikel-partikel lemak diselubungi kolagen.

Pada waktu dilakukan pemanasan, kolagen mengkerut

dan berubah menjadi gelatin, sehingga emulsi pecah karena

partikel lemak tidak terselubungi protein lagi (~ramlich,
1973).

Pemanasan

penggunaan

yang terlalu tinggi menyebabkan lemak

pemanasan
bang

yang terlalu cepat atau

berkem-

dengan cepat, sedangkan protein penyelubung

rung mengkerut.

suhu

cende-

Akibatnya emulsi tersebut akan pecah dan

lemak keluar dari campuran (Kramlich, 1973).
Menurut
protein

Wilson et. al. (1981) dalam emulsi

berfungsi

mempunyai

sebagai

sisi-sisi

lipofilik

dan

emulsifier

rantai

hidrofilik

asam
serta

daging,

alamiah

amino

yang

karena
bersifat

fleksibilitas

dalam

mengubah konformasinya dibawah kondisi tertentu.
Pada sistem emulsi daging ikan, protein yang. paling
berperan
dan

sebagai emulsifier adalah protein

protein larut air.

larut

garam

pada

daging

Protein larut garam

ikan adalah protein miofibriler, yang terdiri dari aktin,
miosin, dan aktomiosin (Suzuki, 1981).
Lin dan Zayas (1987) mempelajari pembentukan

emulsi

pada daging dengan menambahkan protein konsentrat

jagung

dengan sistem pre-emulsifikasi, yaitu dengan mencampurkan
protein tersebut ke dalam adonan lemak sebelum dihomogenkan

dengan

bahwa
silkan

daging.

Secara

mikrostruktural

diketahui

protein jagung pada konsentrasi 2 % dapat
distribusi

ukuran

globula

yang

lebih

dengan pembentukan lapisan protein pada permukaan

menghaseragam
parti-

kel

lemak.

Keadaan

ini

dapat

mencegah

penggabungan

globula lemak yang lebih besar selama perlakuan panas.
D. PRODUX ANTARA

Untuk

keperluan

sifat-sifat
kontinyu

bahan

dalam

industri

baku yang

pengolahan,

seragam,

diperlukan

tersedia

jumlah cukup, dan dapat

secara

disimpan

untuk

waktu tertentu sebagai stok (Soekartawi, 1980).
Suzuki
antara
ini

Sifat-sifat
kamaboko

daging

ikan yang

digiling

fungsional yang diperlukan

masih

praktis,

bisa

dipertahankan,

karena memerlukan

produk

surimi.

untuk pembuatan kamaboko adalah

berupa

kuraag

(1981) menyebutkan salah satu bentuk

Produk

dan

dibekukan.

dalam

pembuatan

namun

freezer

produk

ini

dan

energi

Produk antara lainnya yang disebutkan Suzuki

(1981)

besar selama penyimpanan.

adalah

konsentrat protein ikan atau

marinbeef.

Produk

ini berupa daging ikan yang dihilangkan lemak dah airnya,
sehingga menjadi suatu bentuk makanan yanq bernilai
tinggi

dan awet.

sional

protein

Tetapi masih ada beberapa sifat
yang mengalami kerusakan

selama

gizi
fungproses

pembuatan, antara lain kemampuan untuk membentuk emulsi.
Komponen
miofibriler

utama

dalam protein ikan

(Suzuki, 1981).

adalah

Protein inilah yang

berperan pada pembentukan emulsi sosis.

protein
paling

Dalam

pembuatan

marinbeef, perlakuan NaCl sebelum penggilingan

menyebab-

kan

sebagian protein ini larut, dan berubah bentuk

bentuk gel ke bentuk sol.

dari

Dalam bentuk ini protein

akan

mudah terekstrak.
Pada pembuatan kamaboko penambahan NaCl ini
3%

sebesar

, sehingga penggilingan dapat berlangsung dengan sem-

purna

dan bentuk miosin berubah dari gel menjadi

sol.

Pada

digunakan

pembuatan marinbeef, konsentrasi

hanya 1

-

2 %,

bentuk

NaCl

sehingga hanya sebagian

yang

miosin

yang berubah menjadi sol (Suzuki, 1981).
Bentuk gel dan sol ini menurut Demand dan

Melnychyn

(1971) akan mempengaruhi daya ikat air daging, yang

pada

akhirnya

yang

akan

dihasilkan.

berpengaruh

Bentuk

terhadap

gel dan sol

ini

tekstur

ditunjukkan

pada

Gambar 3.

G e l tertutup
A i r bebas

Gel t e r b u k a
..

@

Sol

A i y teriket

X i r hidrat

Gambar 3.

Pengaruh ikatan silang protein terhadap
daya ikat air (Hamm, 1963).

Pembentukan
oleh

garam polifosfat yang akan

adanya

sinergis

struktur ikatan silang ini

dipengaruhi

bekerja

dengan penambahan NaCl (Demand

dan

secara

Melnychyn,

1971).

Ekstraksi

oleh

etanol

dapat

mereduksi

lemak

daging dan menghasilkan tekstur

mudah

dilakukan rehidrasi pada marinbeef.

kuan

etanol

kandungan

porous,

ini menyebabkan terjadinya

sehingga

Namun

perla-

denaturasi

dan

sifat-sifat

koagulasi protein, dan menyebabkan kerusakan
fungsionalnya (Suzuki, 1981).

Pengeringan sangat menentukan mutu produk akhir yang
dikeringkan.
tepat

untuk

menyebabkan

Bila metode pengeringan yang dipakai

tidak

..maka

akan

produk

tingginya

bahan makanan tersebut.

yang

bersangkutan,

tingkat

kerusakan

yang

Untuk bahan makanan

dialami

berprotein,

pengeringan yang menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan
terjadinya koagulasi yang dapat merusak sifat

fungsional

protein (Borgstrom, 1965) .
Jason
memberikan
adalah
ini

(1965)

menyebutkan

bahwa

pengeringan

tingkat kerusakan terendah pada

dengan pengeringan beku.

daging

Namun penerapan

masih jarang dilakukan, mengingat biaya

yang tinggi dan kapasitasnya yang terbatas.

yang
ikan

sistem

produksinya

111. METODOLOGI PENELITIAN

A.

BAHAN DAN ALAT
1. Bahan

Bahan
adalah

baku yang digunakan dalam

daging

ikan hiu

jenis

penelitian

lanyam

ini

(Carcharhinus

limbatus), yang diperoleh dari Tempat Pelelangan

Ilcan

Pelabuhan

yang

Ratu

di

Sukabumi.

Bahan

tambahan

digunakan adalah lemak hewan, bahan pengisi dan
yang

diperoleh

dari pasar Anyar,

Bogor,

bumbu

serta

se-

longsong sosis dari PT Indexim, Jakarta.
Bahan-bahan

kimia

yang digunakan

adalah

NaC1,

Natrium bikarbonat, etanol, Kalium sulfat, Na-Polifosfat, buffer

fosfat, dan

untuk keperluan analisa.
leh

dari

bahan-bahan

kimia

lainnya

Bahan-bahan tersebut dipero-

laboratorium PAU Pangan dan

Gizi

IPB

dan

laboratorium jurusan TPG, Fateta, IPB.
2.

Alat

Alat
lain

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

processor,

blender, alat

penqqilinq

freezer, freeze dryer,

antara

daqing,

neraca

food

analitik,

kjeldahl, soxhlet, oven, tanur, penqerinq udara panas,
hot plate, shaker, pH meter, dan alat-alat qelas untuk
analisa.

B. METODE PENELITIAN

Daging ikan hiu dibeli dari pelelangan ikan
han Ratu pada pagi hari dan langsung dibawa ke
rium

PAU Pangan dan Gizi dengan menggunakan

berisi

es.

Daging tersebut disimpan k e

pada suhu - 7
'
~
.

Pelabulaborato-

'cool box'

dalam

freezer

Daging dalam bentuk beku ini siap digu

nakan dalam penelitian.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap I
analisis

daging segar, tahap I1 pembuatan produk

antara

dan tahap I11 pengolahan produk antara menjadi sosis.
1. Analisis Daging Segar

Analisis daging segar dilakukan untuk
kandungan kimia

dan

mengetahui

sifat-sifat fungsional

dalam

daging segar sebagai pembanding terhadap produk

anta-

ra.

segar

Analisis

meliputi
kadar

yang dilakukan terhadap

kadar air, kadar abu, kadar

protein

larut garam, daya

daging

protein

kasar,

emulsi,

aktivitas

percobaan

pembuatan

emulsi dan stabilitas emulsi.
2. ~embuatan'produkAntara

Pada

tahap

ini

dilakukan

produk antara dengan menggunakan berbagai metode, guna
mendapatkan
sosis.

produk antara yang cocok untuk

Perlakuan

yang diberikan meliputi

pembuatan
4

metode

pembuatan
bentuk

produk

antara

dengan

hasil

akhir

dalam

:

A. 1. Produk Beku
A.2.

Produk Kering Beku

A.3.

Produk Kering Granula modifikasi

Tahap

proses

untuk

masing-masing

metode

pembuatan

tersebut adalah sebagai berikut :
a. Produk Giling Beku
Pembuatan produk qiling beku dilakukan

dengan

menggunakan daging segar sebanyak 5 kg yang diambil
dari freezer penyimpanan dalam bentuk beku.

Daging

tersebut dipotong-potong dengan ukuran 2 x 4 cm dan
dicuci
Kemudian

menggunakan
digiling

air bersih
menggunakan

sampai

dua

penggiling

sampai didapatkan daging yang lumat, dan
pencucian lagi.

kali.
daqing

dilakukan

Air cucian dipisahkan dengan

cara

penyaringan dan diperoleh daging gilinq yang bersih
dan tidak berbau pesing.
Daging
sebanyak
dan

giling

tersebut

ditambahkan

0.5 % atau sampai pH adonan mencapai

ditambahkan polifosfat 0.3 % .

supaya

NaHCOj

bahan-bahan

secara merata.

yang

Adonan

ditambahkan

7.5

diaduk

tercampur

Proses
pada

suhu

pembekuan

dilakukan

-40° C selama 12

dengan penyimpanan pada suhu
Secara

keseluruhan

terhadap

j a m ' dan

-

7

dilanjutkan

O C.

proses

pembuatan

beku dapat dilihat pada Gambar 4

Daginq seqar (tanpa tulang)

4-

dipotonq-potong

C
dicuci

4J

digiling

4

dicuci

+

C

NaHC03 0.5% (pH=7.5)
+ Polyfosfat 0.3%

C

diaduk

J.

dibekukan pada suhu -40° C
j.
disimpan pada suhu -7' C

4

PRODUK GILING BEKU
Gambar

adonan

4. Bagan proses pembuatan produk beku

produk

b. Produk Kering Beku
Pembuatan produk kering beku dilakukan
menggunakan

bahan produk beku.
dikondisikan

dibekukan

dikeringkan

dengan

pada

dengan

Produk yang
suhu

menggunakan

-40

O

sudah
C

pengering

dan
beku

sampai terjadi keseimbangan suhu dan mencapai kadar
air

kurang

dari

Secara

%.

8

lengkap

proses

pembuatan ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Produk giling beku

+

dikondisikan (suhu -40°c)

J.

Dimasukkan dalam wadah freeze dryer

4
4
kering

Pengeringan
Produk
Gambar

beku

5. Bagan proses pembuatan produk kering

beku
c. Produk Kering Granula
Pembuatan
dengan

produk

kering

granula

dilakukan

menggunakan daging segar yang sudah

sebanyak

tiga kali (seperti pada pembuatan

giling beku).

dicuci
produk

Adonan yang sudah ditambahkan NaHC03

sebanyak 0.5 % dicuci dengan menggunakan etanol 95%
dengan
digiling

perbandingan
lagi

1 : 1.

Setelah

menggunakan penggiling

didapatkan struktur granula

itu

daging

daging

dan

Produk

dalam bentuk granula

menggunakan oven pada suhu 40

O C

ini

dikeringkan

selama 14 jam dan

didapatkan

produk kering dengan kadar

air

kuranq

dari 10 %.

Secara ringkas proses pembuatan

produk

kering qranula ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Daging seqar

+

dipotong-potong

4

dicuci

4

diqiling

4

dicuci

+

dJ

NaHCO 0.5% (pH = 7.5)
+ eganol 95% 1:1

4

diaduk

%J

digilinq

d

qranula

j.

dikeringkan dengan
oven suhu 40'~
j.

Produk kering
Gambar 6. Bagan proses pembuatan produk kering
granula

Analisis
untuk

terhadap

mengetahui

berhubungan
tersebut

emulsi,

dengan

kadar

antara

sifat-sifat

meliputi

protein,

produk

fungsional

pembuatan
analisis

dilakukan

sosis.
kadar

protein larut

yang

Analisis
air,

garam

kadar

(SSP), daya

aktivitas emulsi, stabilitas emulsi,

daya

serap air dan daya serap minyak.

3. Pembuatan Sosis

Produk
digunakan

antara
sebagai

Pembuatan

sosis

yang

dihasilkan

bahan

baku

pada

tahap

pembuatan

dilakukan dengan

metode

semua produk antara, sehingga

perbedaan

yang

dihasilkan

oleh

kualitas

produk

Produk
disiapkan
Sedangkan

hanya

disebabkan

sosis.

yang

untuk

sama
sosis

perbedaan

antaranya.

antara yang berbentuk daging giling
dengan

produk

I1

cara

thowing

pada

kering dilakukan

suhu

proses

beku

kamar.

rehidrasi

dengan menambahkan air selama 10 jam untuk mendapatkan
produk basah.
kadar

Penambahan air dilakukan sesuai

air produk antara, dimana pada saat

air

dengan
telah

diserap kadar airnya akan sama dengan kadar air daging
segar,

yaitu

7 9 . 1 % . Bagan proses

terlihat pada Gambar

7.

pembuatan

sosis

Produk beku

Produk kering

4

digiling
I

I.

ditambah bumbu

L

ditambah
tapioka dan polifosfat

4'.

ditambah lemak

4

dicampur dan dihomoqenkan

J

dimasukkan selongsonq

-1,

dimasak
-penqukusan 60°c 30 menit
-perebusan 7 5 O ~30 menit
I

.I;

Sosis
Gambar 7. Bagan proses pembuatan sosis
Analisis
mengetahui
dari
kadar

terhadap produk sosis dimaksudkan

mutu

berbagai

masing-masing sosis
produk antara

air, kadar

kekerasan,

gaya

orqanoleptik.

yang

protein, kadar
retak,

daya

yang

dihasilkan

meliputi
abu,

ikat

analisis

kadar

air

untuk

dan

lemak,
uji

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Pembuatan produk antara dan sosis dilakukan dengan
tiga perlakuan, dengan model faktor tunggal

pengacakan

lengkap dengan model sebagai berikut:

+ ri +

Yij

=

p

Y..

=

hasil pengukuran akibat perlakuan

P

=

nilai rata-rata

i

=

pengaruh perlakuan

'i j

=

pengaruh error

13

Eij

Sesudah analisis sidik ragam dilakukan uji Beda

Nyata

Terkecil (BNT) dengan nilai :
BNT

= q,

(p,db galat)

MS galat

n
BNT

=
=
=

qa

n

D.

Beda nyata terkecil
nilai beda nyata pada tingkat a
jumlah observasi

METODE ANALISIS

1.

Analisis Kadar Air (AOAC, 1984)
Sampel sebanyak 2.0 gram dihancurkan dan
ke

dalam

cawan, lalu

dipanaskan

di

dimasukkan
dalam

oven

(Termaks tipe T 1000, Japan)dengan suhu 1 0 5 selama
~ ~
3

dan

jam.

Setelah itu dimasukkan ke

setelah

dalam

dingin ditimbang beratnya.

desikator
Kadar

air

ditentukan dengan rumus
berat labu
awal
Kadar air

:

berat labu
akhir

-

x 100%

=

berat sampel

2.

Analisis kadar protein (AOAC, 1984)
Daging

ikan

sebanyak 0.1-0.2

gram

dimasukkan

dalam labu kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 2
K2S04

dan

Setelah
cairan

HgO

itu

( 1 : 1) dan

ke
gram

2.5

ml

H2S04

pekat.

didekstruksi selama

30

menit

sampai

berwarna hijau jernih.

Kemudian

dibiarkan

sampai dingin, lalu ditambah 35 ml air suling dan 10
ml

NaOH pekat sampai warna coklat

didestilasi.
yang

Hasilnya ditampung

kehitaman,
dalam

berisi 5 ml H3B03 dan indikator

lalu

erlenmeyer

merah

metil-

metilen blue 1:4, lalu dititrasi dengan HC1 0.02 N.
3. Analisis kadar abu
Sampel ditimbang 2 - 3 gr, lalu dimasukkan k e

dalam

cawan porselen dan dibakar dalam pembakar gas selama
30

menit.

(Toyo
Sampel

Setelah itu dimasukkan k e

OPM, Japan) pada suhu
dimasukkan

dingin ditimbang.

GOOOC

dalam

selama

ke dalam desikator

dan

tanur

4-5

jam.

setelah

4.

Analisis kadar protein larut garam (SSP)
Ekstraksi
metode

protein

larut

garam

dilakukan

Christian dan Saffle (1976) dengan

dengan
beberapa

~kstraksidilakukan pada pH 7,5.

modifikasi.
nyak

25 gr contoh daging ikan hiu ditambah

NaCl

6 % dan dihancurkan dengan

blender

Seba-

100

ml

kecepatan

tinggi (t'ipe AM-3. 63-51-03, Japan) selama 3

menit,

didiamkan

dengan

3

menit,

dan

dihancurkan

kecepatan yang sama selama 1 menit.
kemudian

disentrifus

dengan

H-103N,

Kiya

Kusho,Ltd.

Seisa

lagi

Hasil ekstraksi

sentrifuse

(Kokusan
Japan) ,

Tokyo,

supernatannya dianalisa dengan metode kjeldahl.
5.

Analisis Kadar Lemak (Metode Soxhlet) (AOAC, 1984)
Sebanyak 5.0 gram sampel yang telah kering dibungkus
dengan kertas saring, lalu dimasukkan ke dalam
soxhlet.

Sementara itu heksan dimasukkan k e

labu lemak yang telah ditimbang beratnya.
nya diekstrak selama 5 jam.
ada
dalam

dalam

Selanjut-

Destilasi pelarut

di dalam labu lemak, lalu labu

labu

yang

dikeringkan

oven (Termaks tipe T 1000, Japan)

pada

di

suhu

1 0 5 ~ ~ Kadar
.
lemak ditentukan dengan rumus :
berat labu
akhir

-

berat labu
awal
x 100%

Kadar lemak =
berat sampel

6.

Daya E m u l s i ( G a l l u z z o d a n R e g e n s t e i n ,

1978)

S e b a n y a k 1 . 0 gram s a m p e l ( b e r a t k e r i n g )
dengan
03,

dihancurkan
63-51-

b l e n d e r k e c e p a t a n t i n g g i ( t i p e AM-3.

Japan)

selama 2 menit.

ditambahkan

air

sampai

Untuk

mencapai

produk
kadar

kering

air

d a g i n g s e g a r , y a i t u s e b e s a r 7 9 . 1 %.

dengan

ditambahkan
sampai

ke

dalam sampel s e d i k i t

terjadi

pecahnya

emulsi.

sama
Minyak

demi

sedikit

Daya

emulsi

d i n y a t a k a n dalam m l minyak.yang d i b u t u h k a n p e r

gram

sampel.
7.

Aktivitas
1981)
Sebanyak

air,

10

lalu

ditambah
minyak

Emulsi

(modifikasi Sathe

Salunkhe,

g r c o n t o h d i s u s p e n s i k a n dalam

pH-nya
dengan

jagung

dan

diatur

menjadi

a i r sampai 150

7.5.

ml,

s e b a n y a k 150 m l s e r t a

b l e n d e r ( t i p e AM-3.

63-51-03,

100

Suspensi

dan

ditambah

diaduk

pada

p e n a n g a s a i r 2 5 O ~30

menit.

t a b u n g i t u d i s e n t r i f u s (Kokusan H-103
Kusho,Ltd.

Tokyo,

k e c e p a t a n 1450 x G .

Japan)

dalam

Japan) selama 2 menit.

Emulsi d i t u a n g k e dalam tabung s e n t r i f u s dan
patkan

ml

s e l a m a 30

N,

Tabung-

Kiya

menit

A k t i v i t a s emulsinya

ditem-

Seisa
dengan

dinyatakan

d a l a m p e r s e n t o t a l volume campuran t e r e m u l s i .

8.

Stabilitas

emulsi (modifikasi Sathe

dan

Salunkhe,

Penetapan

stabilitas emulsi mirip dengan

penetapan

aktivitas

emulsi,

1981)

suhu

tetapi penangas

selama 30 menit dan

80°c

disentrifus

1450 x G (Kokusan H-103

kecepatan
Kusho,Ltd.

Tokyo, Japan).

digunakan

Emulsi

N,

pada

dengan

Kiya

yang

Seisa

terbentuk

diukur dan didapatkan nilai aktifitas emulsi setelah
pemanasan.

Stabilitas emulsi diperoleh dengan

membandingkan
dipanaskan

antara

aktifitas

emulsi

dengan sebelum dipanaskan

cara

setelah

dan

dihitung

dalam persen.
9.

Daya Serap Air (Beuchat, 1977)
Sebanyak

1

sentrifus

gr sampel dimasukkan

ke

dalam

tabung

dan ditambah air destilata 10 ml,

diaduk

dengan kawat dan didiamkan 30 menit.
fusi

dengan alat sentrifus (Kokusan H-103

Seisa

Kusho,Ltd.

dengan

kecepatan

yang

Lalu disentri-

bebas

Tokyo,

Japan)

5500 x G.

selama

Banyaknya

dan tidak terserap oleh

dengan gelas ukur

N,
30

Kiya
menit

volume

sampel

air

diukur

:

volume
volume
Supernatan supernatan
awa 1
akhir
Daya serap air

x BJ x 100%

=

berat daging ikan
BJ

=

Berat jenis air yang besarnya 1 g/cm 3

10.

Daya serap Minyak (Beuchat, 1977)
1 qr sampel dan 10 ml minyak nabati

Sebanyak
sukkan

ke

dalam tabung

sentrifus,

diaduk

dimadengan

N,

kawat selama 1 menit, disentrifus (kokusan H-103
Kiya

x

Seisa Kusho,Ltd. Tokyo, Japan) pada 5500

selama 30 menit.

Volume minyak yanq tidak

G

terserap

diukur denqan qelas ukur.
volume
minyak awal - akhir
Daya serap minyak

x BJ x 100

=

%

Berat sampel
BJ
11.

=

Berat Jenis minyak yang besarnya 0.8 q/cm3

Daya Ikat Air
Sebanyak
selama

0.5

gram sampel direbus pada

15 menit, ditiriskan,

suhu

ditaruh di

70°c

antara

2

kertas sarinq, dan ditekan denqan pengepres hidrolik
(OTM, 80-P-4.2 Tabata Oil Machinary Co.Ltd.,

Tokyo,

Japan)

menit.

pada

tekanan

50

kg/cm2

selama

2

Luasan basah pada kertas sarinq diukur dalam mm2.
12.

Kekerasan Dan Daya Tahan Pecah
Penentuan

kekerasan

dan

daya

tahan

pecah

sosis

menggunakan a l a t "curdmeterl' (model M 301 AR No 284,
Ilo

Electric

Co.,

Tokyo,

Japan).

diperoleh dapat dilihat pada Gambar

Grafik
8.

yang

Waktu penusukan

Gambar

8.

Grafik hasil analisa curdmeter

Dari qrafik yang diperoleh ditentukan kekerasan
daya tahan pecah

denqan rumus :

dan

Kekerasan

-

A2
k dyne/cm 2
x -

Daya tahan pecah

=

F
- x 980 dyne/cm2
S

Keterangan

13.

:

tinggi kurva pada waktu t

A2

=

A1

= F - A 2

k

=

konstanta sebesar 2 x 6533

L

=

keliling pressure sensing rod

S

=

Luas pressure sensing rod

F

=

tinggi puncak kurva

Uji Organoleptik
Uji

organoleptik

dilakukan

terhadap

tekstur,

penampakan, aroma dan rasa dengan menggunakan
hedonik.

skala

Skala diberikan nilai 1 untuk sangat tidak

suka, 2 untuk tidak suka, 3 untuk agak tidak suka, 4
untuk netral, 5 untuk agak suka,
untuk

sangat

suka.

G

untuk suka dan

Uji dilakukan

panelis setengah terlatih.

oleh

20

7

orang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTEISTIK DAGING HIU SEGAR

Analisa
mengetahui
Dengan

terhadap

daging

segar dimaksudkan

untuk

kandungan dan sifat-sifat fungsional awal.

demikian akan diketahui perubahan-perubahan yang

terjadi,

terutama

sifat-sifat

fungsionalnya,

selama

pembuatan produk antara.
Dari

hasil

pengamatan didapatkan nilai

segar sebesar 79.06 % berat basah.

ikan

kadar

air

Sementara

itu

hasil pengamatan Juwono (1989) terhadap produk yang
sebesar

78.70

memberikan

%.

nilai

Sedangkan Kreuzer
kadar air untuk

White

tip Shark dan Tiger Shark

79.60

%,

76.90 %, dan 79.4

%.

dan

sama

Ahmed

(1978)

Horn

Shark,

spesies

masing-masing
Keragaman

sebesar

nilai-nilai

tersebut menurut Kreuzer dan Ahmed (1978) banyak dipengaruhi

oleh

umur ikan, waktu

penangkapan,

tempat hidup

ikan, jenis makanan dan kesegaran ikan.
Kandungan protein kasar dari hasil pengamatan berniiai

20.60

%

berat basah (89.8

%

berat

kering).

(1989) mendapatkan nilai kadar protein sebesar
(90.0

%

protein

berat
ikan

kering).

disebabkan

Keragaman

21.26

nilai-nilai

oieh jenis makanan

ikan(Kreuzer dan Ahmed, 1978).

Juwono

dan

%

kadar
umur

Protein larut garam daging segar dari hasil
15.88 % berat basah atau 71.28 %

sebesar
Jumlah

protein larut garam atau

berat

"Salt-soluble

(SSP) tersebut 79.4 % dari total protein.
protein

(1981)

larut garam ini identik

Menurut

Suzuki

dengan . protein

protein miofibriler ini pada beberapa jenis ikan

sebesar

72

-

%

79

tersebut

dari total protein

larutan

Protein"

Jumlah

yang

dalam

kering.

garam.

miofibriler

larut

analisa

(Suzuki,

Nilai

1981).

sangat dipengaruhi oleh kondisi ekstraksi

tein, terutama suhu, pH dan kecepatan pengadukan.
protein miofibriler merupakan jenis yang paling

proJenis

berperan

dalam pembentukan emulsi (Forrest et.al., 1975; Kramlich,
1973).

Daya emulsi daging segar mencapai 84.58 ml minyak/gr
sampel (berat kering), aktivitas
dan

emulsi sebesar 64.91

stabilitas emulsi sebesar 91.0 %.

emulsi

ini

dipengaruhi

oleh

Nilai

rusaknya

stabilitas

miosin

(Morisson et. al., 1971), sehingga

pemanasan

%

selama

menurunkan

kemampuan pengikatan terhadap molekul lemak dan air.

KARAKTERISTIK PRODUK ANTARA

1. Kadar Air
Berdasarkan
(

A

.

memiliki

kadar

airnya, produk

kadar air yang hampir

giling
sama

beku
dengan

kadar

air

Keadaan
tidak

daging

segar, yaitu

sebesar

ini terjadi karena pada produk

79.16

giling

dilakukan proses dehidrasi, sehingga

molekul

air

di

dalam

jaringan

masih

tetap

Kadar air ini sangat menentukan

produk

antara

sebagai bahan baku

karena

akan

pembuatan

terhadap

beku

molekul-

dipertahankan.

berpengaruh

%.

mutu
sosis,

sifat-sifat

fungsional lainnya.
Produk kering memiliki kadar air sebesar 7.85
untuk produk kering beku (A.Z.), 7.64 % untuk
granula

(A.3.)

marinbeef
1992).

standar

(Gambar 9).

mencapai

kadar

air

(Irfansyah,

%

9.39

Kadar air tersebut dibuat agar sesuai
yang

kering

Sementara itu kadar
air

ditetapkan FA0 untuk tepung

dengan

ikan

dan

konsentrat protein ikan, yaitu harus kurang dari 10
(FAO,

Besarnya

1975).

kadar

air

%

ini

%

sangat

menentukan sifat-sifat fungsional produk antara.
Secara
proses
melalui

teoritis

dehldrasi

pelepasan

molekul

akan kembali pada

proses rehidrasi.

kondisi

jaringan

yang dilakukan.

tersebut akibat

proses

ikan

jaringan

yang sudah dikeringkan sangat dipengaruhi

kondisi

pada
semula

Tetapi untuk produk

menurut Jason (1965) penetrasi air k e dalam
ikan

air

oleh

dehidrasi

Metode pengeringan yang menghasllkan

produk kerlng dengan mutu paling baik sampai saat ini

A.O.

A.1.

A.3.

A.2.
Sampel

Keterangan
A0
A1
A2
A3

= Daging
= Produk
= Produk
= sroduk

segar
beku
k e r i n g beku
kering granula

Gambar 9 . Kadar a i r b e r b a g a i produk a n t a r a

adalah

dengan "freeze drying".

Proses

pengeringan

terjadi dalam kondisi beku melalui proses

sublimasi,

sehingga tingkat kerusakan yang terjadi dapat ditekan
dan

dapat mempertahankan bentuk asal.

Produk

dihasilkan akan memiliki struktur yang sangat
sehingga mudah direhidrasi kembali

yang

porous

(Wirakartakusumah

et. al., 1989; Jason, 1965).
pengeringan
panas

konvensional

dengan

menggunakan

terjadi karena adanya proses pindah panas

pindah

massa.

Panas yang diberikan digunakan

menguapkan air yang ada pada bahan, sehingga
migrasi

uap

disebabkan
terutama
panas

air

oleh

dari

dalam

penetrasi

bahan.

panas

untuk bahan pangan yang

(seperti protein)

dan

ke

dan

untuk

terjadi

Kerusakan
dalam

sensitif

terjadinya

bahan,

terhadap
perubahan

tekstur .
Pengeringan

dengan

berbagai

metode

tersebut

diusahakan agar mencapai kadar air akhir yang

hampir

sama.

antara

hanya

Dengan demikian perbedaan mutu produk
disebabkan oleh perbedaan metode

pengeringan,

bukan oleh perbedaan kadar air.
Pada produk granula, proses pengeringan
oleh

perlakuan etanol yang menyebabkan

struktur

granula.

Hal lni terjadi

dibantu

terbentuknya

sebagai

akibat

terjadinya denaturasi dan koagulasi protein, sehingga

strukturnya

menjadi

terbuka.

Selain

itu

etanol

denqan a i r d a n a i r y a n q l a r u t d a l a m

bereaksi

etanol

t e r s e b u t dipisahkan dalam p r o s e s penyarinqan, sehinqq a t e r j a d i penquranqan k a d a r a i r .

2. P r o t e i n

P e n q u k u r a n p r o t e i n d i d a s a r k a n a t a s j u m l a h N yanq
terdapat
dalam

pada

kadar

s a m p e l , y a n q kemudian
protein

denqan

faktor

dikonversi
konversi

ke
6.25

(Fardiaz et a l . , 1989).
K a d a r p r o t e i n p a d a b e b e r a p a produk a n t a r a

tidak

menunjukkan a d a n y a p e r b e d a a n y a n g n y a t a b i l a d i h i t u n q
dalam

b e r a t kerinq.
Gambaran

ditentukan

kualitas
oleh

produk a n t a r a

kandunqan

Menurut Wilson e t . a l .

protein

banyak

lebih
larut

qaram.

(1981) p r o t e i n l a r u t qaram i n i

s a n q a t b e r p e r a n dalam pembentukan e m u l s i s o s i s .
Dari

hasil

didapatkan
berat

penqamatan

Sedangkan k a d a r p r o t e i n

produk

qilinq

sebesar

33.43 % berat kerinq

pembekuan,

daqinq

n i l a i p r o t e i n l a r u t qaram s e b e s a r

kerinq.

disebabkan

terhadap

beku

menqalami

71.28%

larut

penurunan

(Gambar 1 0 ) .

l a r u t a n qaram.

menqubah

qaram
menjadi

Hal

o l e h perubahan konformasi p r o t e i n
sehinqga

segar

kelarutannya

ini

selama
pada

......
5

.. ..,

ex@
JY

MEMPELAJARI'PEMBUATAW- PRODBCI~TIRA
UNTUK SOSlS DAGlMG IKAW HIU

Oleh

NUR

WAHlD

F 24. 0451

1 9 9 2

FAKULTAS

TEKNOLOGI

WSTITUT PERTANIAN
B O G O R

PERTANIAN
BOGOR

Nur Wahid. F24.0451. Mempelajari Pembuatan Produk Antara
untuk Sosis Daging Ikan Hiu. Di bawah bimbingan M. Aman
Wirakartakusumah dan Djundjung Daulay.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan me