16
+
dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal.
Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah Subianto,
1990:28. Pada gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia
dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan benda dan sifatnya sebagai sumber belajar siswa.
Di dalam KTSP IPA SD tahun 2006 indikator adalah acuan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Acuan ini bukan sesuatu yang
mutlak dilaksanakan, hal ini disebabkan pembelajaran lebih menekankan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya belajar siswa”, bukan
“apa yang akan dipelajari” Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi
aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
B. Pendekatan Berbasis Masalah Problem Based Learning
1. Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah Problem Based
Learning
17
+
Pendekatan berbasis masalah merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi pebelajar
yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri Ibrahim dan Nur,
2000. Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based teaching, experienced based education, dan anchored instruction Ibrahim
dan Nur, 2004. Pembelajaran ini membantu pebelajar belajar isi akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada
sistuasi masalah kehidupan nyata.
Sebenarnya pendekatan berbasis masalah awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Barrows dalam Yasa, 2002: 7
yang kemudian diadaptasi untuk program kependidikan oleh Stapein Gallager 1993. PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi
kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dalam mana pebelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Dalam belajar siswa itu sendirilah yang harus mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajar yang
diseting oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran. Teori yang dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting dari makna belajar,
yaitu 1 belajar adalah proses konstruktif bukan menerima receptive
18
+
process dan 2 belajar dipengaruh oleh faktor interaksi sosial dan sifat kontekstual dari materi pelajaran.
Pendekatan berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan
Gijselaers, 1996. Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi pembelajar, dan pengajaran hanya berperan dalam
memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pembelajar harus memusatkan perhatiannya untuk membantu pembelajar
mencapai keterampilan self directed learning.
Problem based learning sebagai suatu pendekatan yang dipandang dapat memenuhi keperluan ini Schmidt, dalam Gijselaers, 1996.
Masalah-masalah disiapkan sebagai stimulus pembelajaran. Pembelajar dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, dan pembelajar hanya
berperan memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah.
Dalam masyarakat pendidikan sains tampaknya ada semacam kesepakatan bahwa pembelajaran sains perlu ditingkatkan pada fungsi
efektifnya dalam masyarakat demokratis untuk memecahkan masalah- masalah seperti, keseimbangan industri dan lingkungan, penggunaan
energi nuklir, kesehatan dan lain-lain Gallaher, et al, 1995. Oleh karena itu pendidikan sains tidak hanya ditujukan untuk peman konten dan proses
19
+
sains, tetapi juga memikirkan dampak sains pada masyarakat. Menghadapkan pembelajar pada masalah-masalah nyata sehari-hari
merupakan salah satu cara mencapai tujuan ini. Allen, Duch, dan Groh 1996 mengemukakan pertimbangan penerapan PBL dalam pendidikan
sain seperti berikut :
1. Kontekstual.
Dalam pendekatan
berbasis masalahpebelajar
memperoleh pengetahuan ilmiah dalam konteks dimana pengetahuan itu digunakan. Pebelajar akan mempertahankan pengetahuannya dan
menerapknanya dengan tepat bila konsep-konsep yang mereka pelajari berkaitan dengan penerapannya. Dengan demikian pembelajar akan
menyadari makna dari pengetahuan yang mereka pelajari. 2.
Belajar untuk belajar learningf to learn
. Pengetahuan ilmiah, berkembang secara eksponential, dan pebelajar perlu belajar
bagaimana belajar dan dalam waktu yang sama mempraktekkan kerja ilmiah melalui karier mereka. Pendekatan berbasis masalah membantu
pembelajar mengidentifikasi informasi apa yang diperlukan,
bagaimana menata informasi itu kedalam kerangka konseptual yang bermakna, dan bagaimana mengkomunikasikan informasi yang sudah
tertata itu kepada orang lain. 3.
Doing Science. Pendekatan berbasis masalah menyediakan cara yang
efektif untuk mengubah pembelajaran sains abstrak ke konkrit. Dengan memperkenalkan
masalah-masalah yang
relevan pada
awal
20
+
pembelajaran, pembelajar dapat menarik perhatian dan minat pembelajar dan memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar
melalui pengalaman. 4.
Bersifat interdisiplin . Penggunaan masalah untuk memperkenalkan
konsep juga menyediakan mekanisme alamiah untuk menunjukkan hubungan timbal balik antar mata pelajaran. Pendekatan ini
menekankan integrasi prinsip-prinsip ilmiah.
Menurut Dewey dalam Trianto, 2009:91 belajar bebasis masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara
dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya
dengan baik. Pendekatan berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks. Boud dan Felleti 1991, dalam Saptono, 2003 menyatakan bahwa
“Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course
21
+
using problem as a stimulus and focus on student activity”. H.S. Barrows 1982 menyatakan bahwa PBM adalah sebuah metode pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip bahwa masalah problem dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
knowledge baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong
keilmuannya. Menurut
Arends 1997,
pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain,
seperti “pembelajaran berdasarkan proyek project-based instruction”, ” pembelajaran berdasarkan pengalaman experience-based instruction”,
“belajar otentik authentic learning” dan ”pembelajaran bermakna anchored instruction”.
Pada pelajaran IPA, Problem Based Learning merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan,
pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong
22
+
kegiatan belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada praktik kerjamagang dan
mampu membentuk para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik dari pada satu
lingkungan yang menggunakan proses pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah mereka
katakan Osmundsen, 2001. Model pendekatan berbasis masalah ini menurut Banks 1990
mempunyai ciri umum yaitu menyajikan kepada siswa masalah autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan kepada siswa untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Sedangkan ciri khusus dalam model ini yaitu adanya pengajuan pertanyaan dan masalah, berfokus pada
keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produkkarya, dan adanya kerjasama. Masalah autentik adalah masalah
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat secara langsung jika ditemukan penyelesaiannya. Sedangkan masalah akademik
adalah masalah yang muncul akibat pengaruh dari suatu masalah sehingga memunculkan masalah lainnya.
Peranan guru dalam Problem Based Learning adalah untuk mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang
diperlukan siswa. Arends 1997:156 menekankan pentingnya guru memberi scaffolding berupa dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri
23
+
dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam pendekatan berbasis masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
2. Karakteristik Pendekatan Berbasis Masalah Problem Based