+
BAB II KAJIAN MATERI
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran digunakan oleh guru sebagai titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang suatu masalah yang ada dalam
program belajar mengajar. Seorang guru yang professional tidak hanya berfikir tentang apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya.
Tetapi siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Ada yang berpendapat bahwa mengajar itu adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik belajar dalam pendekatan
ini adalah usaha menerima informasi dari guru. Ada juga yang berpendapat bahwa pendekatan itu adalah belajar,
maksudnya adalah usaha untuk menguasai informasi. Pendekatan ini menghasilkan apa yang disebut material center strategis. Pendekatan lain
berpangkal pengertian mengajar sebagai usaha untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar dalam arti ini adalah usaha menciptakan suasana
belajar bagi siswa secara optimal yang menjadi pusat perhatian dalam proses belajar mengajar adalah peserta didik. Pendekatan ini menghasilkan
strategi yang disebut center strategis, yaitu strategi belajar mengajar berpusat pada siswa.
11
+ 1.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran dan Hakikat Pendekatan
Pembelajaran Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki arti ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, approach
atau pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Menurut pendapat Wahjoedi 1999, pendekatan pembelajaran adalah cara
mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara
optimal.
2.
Fungsi Pendekatan Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pengajaran yang akan
digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang
digunakan. Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya.
3.
Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan
12
+
kurikulum KTSP Depdiknas, 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA
juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran
IPA tidak hanya written tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran
IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses
bagaimana cara produk sains ditemukan. Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat
mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam
di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu
digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa
konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir
secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
13
+
hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan
deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.
4.
Tujuan Pembelajaran IPA
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan
pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga
dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan
pendidikan grave di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP
Depdiknas, 2006 secara terperinci adalah: 1 memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, 2 mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
14
+
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3 mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4 mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5 meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7 memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah
meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup
pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK yang
sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: 1 makhluk hidup dan proses
kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2 benda atau materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3 energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat
15
+
sederhana. 4 bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep
IPA.
5.
Permasalahan Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja,
bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah
sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya. Sarifuddin dan
Winataputra 1999:65 mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, bukuperpustakaan, media masa, alam
lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya mengajak
siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta keterbatasan guru
16
+
dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal.
Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah Subianto,
1990:28. Pada gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia
dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan benda dan sifatnya sebagai sumber belajar siswa.
Di dalam KTSP IPA SD tahun 2006 indikator adalah acuan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Acuan ini bukan sesuatu yang
mutlak dilaksanakan, hal ini disebabkan pembelajaran lebih menekankan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya belajar siswa”, bukan
“apa yang akan dipelajari” Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi
aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
B. Pendekatan Berbasis Masalah Problem Based Learning