Kebijakan penerimaan pembiyaan Kebijakan pengeluaran pembiayaan
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-21
peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan
daerah. Sumber pendanaan tersebut, adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat. Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh
lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan
pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, serta penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal investasi pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang
jatuh tempo, dan pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan disebut sebagai pembiayaan netto. Jumlah
pembiayaan netto harus dapat menutup defisit APBD.