BAB III LKPJ ATA 2014

(1)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014

III-1 BAB III

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang secara teknis mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Pertama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014, bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran, yang terdiri atas Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah.

Kerangka anggaran pembangunan daerah tahun 2014 memberikan gambaran arah pembangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan kemampuan fiskal Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Anggaran pembangunan daerah tersebut pendanaannya bersumber antara lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan pendanaan dari masyarakat.

Secara umum komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu:

a) Penerimaan daerah, terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, dan penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus dibayar kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya;

b) Pengeluaran daerah, terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan sesuai dengan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan daerah maupun yang ditugaskan serta kebutuhan lainnya yang sejalan dengan perundangan yang berlaku, dengan pendistribusiannya mengindahkan prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan umum;

c) Pengeluaran pembiayaan daerah yang merupakan semua pengeluaran yang akan diterima kembali pada tahun anggaran terkait maupun pada tahun berikutnya.

Peraturan perundangan yang mengatur pajak dan retribusi daerah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan pemberlakuan pelaksanaannya efektif pada Tahun 2010. Sebagai pelaksanaan dari Perundangan-undangan tersebut, telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011


(2)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-2 tentang Pajak daerah dan Peraturan daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan daerah Nomor 14 Tahun 2011.

Berdasarkan ketentuan perundangan tersebut, sumber penerimaan daerah (provinsi), terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah;

2. Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus;

3. Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

3.1. Pendapatan Daerah

3.1.1. Kebijakan dan Strategi Pendapatan Daerah

Kebijakan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2014 untuk pendapatan daerah, diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Perimbangan serta penerimaan dari BUMD. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah, dengan cara:

a. Intensifikasi dan ekstensifikasi objek pendapatan daerah dari sumber PAD yang lebih efektif;

b. Revitalisasi peran dan skala usaha BUMD;

c. Mendukung Kanwil Direktorat Jendral Pajak dan kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam rangka optimalisasi pemungutan PBB, PPh Orang Pribadi Dalam Negeri (OPDN) dan PPh Pasal 21;

d. Memperkuat kemampuan analisis yang makin akurat terhadap kondisi makro ekonomi nasional dan regional untuk kepentingan penyusunan asumsi-asumsi perhitungan pendapatan daerah;

e. Validasi potensi pendapatan secara berkesinambungan; f. Optimalisasi pengelolaan asset dan keuangan daerah;


(3)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-3 g. Peningkatan akurasi data Sumber Daaya Alam sebagai dasar perhitungan

pembagian Dana Perimbangan;

h. Optimalisasi ruang koordinasi perhitungan Dana Perimbangan degan unsur pemerintah pusat;

i. Inisiasi sumber sumber pendapatan dari pihak ketiga/ masyarakat; j. Penegakkan regulasi perpajakan dan retribusi secara konsisiten;

k. Optimalisasi seluruh perangkat pendapatan pada seluruh unit pengelola pendapatan;

l. Memperkuat pelaksanaaan koordinasi pemungutan dengan seluruh stakeholder;

m. Meningkatkan kompetensi pegawai yang makin kompetitif;

n. Memberlakukan sistem reward untuk pencapaian kinerja organisasi; o. Menerapkan SOP yang makin teruji;

p. Melakukan standarisasi sarana dan prasarana pengelolaan pendapatan; q. Penyediaan sentra-sentra layanan pendapatan yang berada di pusat-pusat

komunitas publik;

r. Memberikan pilihan untuk membayar pajak melalui ATM (e-Samsat);

s. Penerapan teknologi informasi yang relevan dengan peningkatan kinerja organisasi;

t. Penerapan model dan metode koordinasi pendapatan yang makin efektif; u. Mempertajam sistem pengendalian kinerja;

v. Melakukan pengembangan sistem pendapatan yang terintegrasi secara online;.

3.1.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan daerah tahun anggaran 2014 secara keseluruhan dapat direalisasikan sebesar 105,40% dari target yang telah ditetapkan dengan rincian capaian kinerja pendapatan berdasarkan jenis penerimaan:

a. PAD dapat direalisasikan sebesar 106,08% dari target yang ditetapkan dengan rincian penerimaan pajak daerah dapat dicapai sebesar 103,33%. Penerimaan retribusi daerah dapat dicapai sebesar 113,73%, penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat direalisasikan sebesar 101,31% dan Lain-lain PAD yang sah sebesar 166,19%.

b. Dana Perimbangan dapat direalisasikan sebesar 110,49% dari target yang ditetapkan dengan rincian penerimaan dari dana bagi hasil pajak/bagi hasil


(4)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-4 bukan pajak dapat direalisasikan sebesar 126,12%, dana alokasi umum sebesar 100% dan dana alokasi khusus sebesar 100%.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dapat direalisasikan sebesar 99,25% dari target yang ditetapkan dengan rincian : penerimaan hibah dapat direalisasikan sebesar 95,60%, dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar 99,27%.

Anggaran dan realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2014 selengkapnya disajikan dalam daftar sebagai berikut :

Tabel 3.1

Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014

No Pendapatan Daerah Anggaran Setelah Perubahan Realisasi

*)

Pencapaian Target

(Rp) (Rp) %

1 2 3 4 5

A. PENDAPATAN DAERAH 21.293.061.427.605,00 22.442.203.801.551,00 105,40

1. Pendapatan Asli Daerah 14.299.546.318.505,00 15.169.404.080.240,00 106,08

a. Pajak Daerah 13.311.002.682.000,00 13.753.760.402.652,00 103,33

a). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 4.571.605.000.000,00 4.938.844.130.900,00 108,03

b). Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBNKB) 5.222.173.000.000,00 5.301.025.311.100,00 101,51

c). Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor (PBBKB) 1.834.232.432.000,00 2.119.915.120.776,00 115,58

d). Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan

Air Permukaan 48.116.000.000,00 53.640.529.666,00 111,48

e). Pajak Rokok 1.634.876.250.000,00 1.340.335.310.210,00 81,98

b. Retribusi Daerah 61.620.227.000,00 70.083.252.728,00 113,73

a). Retribusi Pelayanan Kesehatan 21.720.782.000,00 26.783.379.839,00 123,31

b). Retribusi Laboratorium Kemetrologian 14.000.000.000,00 15.627.737.000,00 111,63

c). Retribusi Pelayanan Pendidikan 5.889.810.000,00 6.546.050.000,00 111,14

d). Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 7.508.185.000,00 8.961.392.949,00 119,35

e). Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 92.700.000,00 221.980.290,00 239,40

f). Retribusi tempat Rekreasi dan Olah

Raga (TAHURA) 1.600.000.000,00 2.592.752.500,00 162,05

g). Retribusi Penyeberangan di Air 29.000.000,00 33.449.195,00 115,34

h). Retribusi Penjualan Produk Usaha

Daerah 7.789.750.000,00 8.144.613.445,00 104,56

i). Retribusi Izin Trayek 1.100.000.000,000 1.108.917.510,00 100,81

j). Retribusi Izin Usaha Perikanan 90.000.000,00 62.980.000,00 69,98

k). Retribusi Perpanjangan IMTA 1.800.000.000,00 0,00 0,00

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang dipisahkan 300.432.018.000,00 304.380.444.819,00 101,31

a). Perusahaan Milik Daerah 5.700.000.000,00 7.942.559.864,00 139,34

1) P.D. Jasa dan Kepariwisataan 1.300.000.000,00 1.318.242.901,00 101,40


(5)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-5

3) P.T. Jasa Sarana 4.400.000.000,00 6.624.316.963,00 150,55

b).

Bagian Laba atas Penyertaan Modal

pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD –

Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank

294.220.818.000,00 295.936.631.041,00 100,58

1) Bank bjb 289.000.000.000,00 289.750.588.647,00 100,26

2) PD. Bank Perkreditan Rakyat

(PD.BPR) 4.381.514.000,00 5.040.119.372,00 115,03

3) PD. Perkreditan Kecamatan

(PD.PK) 839.304.000,00 1.145.923.022,00 136,53

c).

Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta

511.200.000,00 501.253.914,00 98,05

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang

Sah 626.491.391.505,00 1.041.179.980.041,00 166,19

a). Hasil Penjualan Aset Daerah Yang

Tidak Dipisahkan 100.300.000,00 574.994.272,00 573,27

1) Pelepasan Hak Atas Tanah 100.300.000,00 116.646.750,00 116,30

2) Penjualan Peralatan/Perlengkapan

Kantor 0,00 80.950.000,00 0,00

3) Penjualan Rumah Jabatan/Rumah

Dinas 0,00 20.096.350,00 0,00

4) Penjualan Kendaraan Dinas Roda

Empat 0,00 293.185.172,00 0,00

5) Penjualan Drum Bekas 0,00 18.116.000,00 0,00

6) Penjualan Bahan Bekas Bangunan 0,00 46.000.000,00 0,00

b). Penerimaan Jasa Giro 32.080.000.000,00 38.988.705.328,00 121,54

c). Pendapatan Bunga 325.000.000.000,00 491.849.315.072,00 151,34

d). Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 0,00 89.710.000,00 -

e). Pendapatan Denda Atas Keterlambatan

Pekerjaan 0,00 1.455.710.783,00 -

f). Pendapatan Denda Pajak 112.842.975.900,00 154.660.625.572,00 137,06

g). Pendapatan Denda Retribusi 0,00 0,00 -

h). Pendapatan Hasil Eksekusi atas

Jaminan 0,00 862.108.325,00 -

i). Pendapatan Dari Pengembalian 0,00 146.123.118.863,00 -

j) Pendapatan dari Sewa 14.441.490.900,00 14.106.460.640,00 97,68

k). Pendapatan Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) 142.026.624.705,00 152.288.990.856,00 107,23

l). Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 0,00 40.166.678,330,00 -

2 DANA PERIMBANGAN 2.950.971.505.100,00 3.260.505.636.017,00 110,49

a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak 1.185.070.089.100,00 1.494.604.220.017,00 126,12

a). Bagi Hasil Pajak 972.241.894.000,00 1.076.897.693.149,00 110,76

1).Bagi Hasil Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) 118.099.329.000,00 181.856.156.868,00 153,99

2).Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21

786.092.806.000,00 864.300.003.170,00 109,95

3).Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 68.049.759.000,00 30.741.533.111,00 45,18

b). Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya

Alam 212.828.195.100,00 417.706.526.868,00 196,26

1). Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya


(6)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-6 2). Bagi Hasil dari Iuran

Tetap/Landrent 307.860.300,00 844.734.085,00 274,39

3). Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan

Eksploitasi 4.587.300.000,00 7.034.716.050,00 153,35

4). Bagi Hasil dari Pungutan Minyak

Bumi 101.878.815.600,00 190.764.523.459,00 187,25

5). Bagi Hasil dari Pertambangan Gas

Alam 52.126.428.000,00 128.905.966.720,00 247,29

6). Bagi Hasil dari Pertambangan

Panas Bumi 52.265.232.000,00 87.847.475.697,00 168,08

b. Dana Alokasi Umum 1.687.686.386.000,00 1.687.686.386.000,00 100,00

c. Dana Alokasi Khusus 78.215.030.000,00 78.215.030.000,00 100,00

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG

SAH 4.042.543.604.000,00 4.012.294.085.294,00 99,25

a. Pendapatan Hibah 23.256.256.000,00 22.232.854.794,00 95,60

b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 4.019.287.348.000,00 3.990.061.230.500,00 99,27

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI.

3.1.3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan yang dihadapi meliputi : 1) Pajak Daerah :

a) Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pembayarannya secara tepat waktu serta pemahaman terhadap ketentuan pemberlakukan pajak progresif, masih perlu terus ditingkatkan; b) Belum seluruh Wapu/ Badan Usaha PBBKB yang terdaftar di wilayah

Jawa Barat, melaporkan kegiatan usahanya secara rutin;

c) Ketersediaan saran dan prasarana layanan perpajakan di CPDP/ Samsat belum seluruhnya terstandarisasi sesuai kebutuhan dan perubahan regulasi yang ada;

d) Akses data terhadap penerimaan dan perhitungan transfer penerimaan pajak Rokok dari Kementerian Keuangan, masih terbatas sehingga mempengaruhi tingkat akurasi perhitungan target Pajak Rokok, yang baru diberlakukan mulai tahun anggaran 2014.

2) Retribusi Daerah :

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;

b) Pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan retribusi yang belum optimal;

c) Masih belum optimalnya kualitas aparatur pengelola retribusi; d) Tingkat kepatuhan wajib retribusi yang perlu terus ditingkatkan; e) Belum seluruh OP Pemungut retribusi memiliki formula baku untuk

penetapan target dan standar biaya operasional pemungutan retribusi daerah;


(7)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-7 3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan;

a) Belum optimalnya manajemen perusahaan daerah dalam mengimplementasikan prinsip prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance)

b) Belum optimalnya kualitas SDM pengelola perusahaan dalam menyikapi persaingan usaha yang makin kuat di daerah;

c) Belum optimalnya sinergi bisnis antara sesama BUMD maupun dengan BUMN;

4) Lain-lain Pendapatan Asli daerah yang Sah:

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi; b) Belum optimalnya kualitas aparatur pengelola ;

c) Ketersediaan perangkat hukum dalam pengelolaan lain lain PAD yang Sah masih belum sepenuhnya lengkap, termasuk dalam system pengendalian dan pengawasannya.

5) Dana Perimbangan :

a) Penerimaan dana bagi hasil pajak pusat (PBB. PPh Pasal 21 dan PPh pasal 25/29 WP OPDN) masih belum optimal karena belum ditunjang oleh keakuratan data objek dan subjek pajak serta tingkat kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak yang masih harus terus ditingkatkan;

b) Belum optimalnya data potensi sumber daya alam yang ada di kabupaten/kota sebagai dasar perhitungan dana perimbangan; c) Masih terjadinya keterlambatan pemerintah daerah penghasil migas

dalam menyampaikan perhitungan, monitoring data produksi dan lifting migas sehingga berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam;

d) Dalam penggunaan Dana Bagi Hasil dari Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) masih dihadapkan pada permasalahan pada ketidakselarasan program penggunaan DBH di pusat dan daerah, sesuai roadmap kegiatan DBH CHT dari kementrian perdagangan;

e) Penetapan alokasi DBH CHT ke daerah melalui Peraturan Menteri Keuangan, dilakukan setelah APBD ditetapkan, sehingga pelaksanannya harus dilakukan setelah APBD perubahan. Kondisi ini menjadikan pelaksanaannya tidak optimal karena sisa waktu anggaran yang tersedia menjadi terbatas.

b. Solusi


(8)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-8 a) Optimalisasi intensifikasi pendapatan pajak daerah melalui peningkatan

koordinasi dengan berbagai pihak terkait dan penertiban administrasi, seperti dilakukan Operasi Gabungan dengan Mitra POLRI, Penelusuran/Sensus Kendaraan Tidak melakukan Daftar Ulang melalui pihak Kecamatan/kelurahan, maupun perorangan dimana setiap pegawai Cabang pelayanan minimal menelusuri 2 Wajib Pajak pemilik Kendaraan Bermotor per hari. Selain itu terus dilakukan penyempurnaan regulasi dasar penetapan pajak daerah dan dasar pemungutan pajak daerah; b) Peningkatan stadarisasi sarana dan prasarana pelayanan di seluruh

CPDP/ Samsat melalui pemanfaatan kegiatan revitalisasi gedung;

c) Penyempurnaan ketatalaksanaan pelayanan perpajakan, melalui perbaikan dan penambahan SOP, Standar Pelayanan, pemeliharaan ISO 9001:2008, penamahan outlet pelayanan, peningkatan layanan info pajak kendaraan serta pencanangan layanan PKB Tahunan melalui e-Samsat pada ATM bank bjb yang tersebar di 1.300 titik ATM milik bank bjb;

d) Melakukan penyempurnaan system layanan perpajakan melalui sentralisasi program aplikasi samsat online se Jawa Barat. Selain itu telah dilakukan pula integrasi data base wajib pajak dengan NIK pada program e-KTP dengan data base kepolisian daerah;

e) Meningkatkan sosialisasi yang makin massif terhadap seluruh pemilik kendaraan bermotor, terkait kebijakan penerapan pajak progresif; f) Melakukan penelusuran WAPU yang melakukan transaksi di wilayah

Jawa Barat erdasarkan catatan dari BPH Migas;

g) Meningkatkan koordinasi dengan seluruh OPD Provinsi dan Kab/kota serta BPH Migas dalam rangka persiapan pelaksanaan pendataan/ cross check data laporan Wapu ke perusahaan dan rekonsiliasi dengan data BPH Migas.

2) Retribusi Daerah

a) Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi retribusi daerah yang diorientasikan pada tariff dan potensinya;

b) Pemenuhan sarana prasarana dan fasilitas pelayanan lainnya sesuai dengan upaya pemenuhan standar pelayanan secara bertahap;

c) Penambahan aparatur pengelola retribusi yang potensial, dengan melakukan alih tugas antar OPD lingkup pemerintah provinsi serta


(9)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-9 melanjutkan keperansertannya dalam pelaksanaan diklat teknis/ fungsional untuk para pengelola retribusi bersangkutan;

d) Menyempurnakan model dan metode sosialisasi peraturan daerah tentang retribusi daerah secara berkesinambungan;

e) Melakukan penyusunan formula penetapan target dan standar biaya operasional pemunngutan retribusi daerah;

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

a) Meningkatkan koordinasi dengan managemen BUMD dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, guna memperkuat daya saingnya serta kontribusinya dalam penguatan perekonomian masyarakat daerah; b) Meningkatkan koordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa

Keuangan dalam pengisian jabatan pimpinan BUMD perbankan guna penguatan profesionalitas manajemen perbankan daerah;

c) Meningkatkan peran dan fungsi forum BUMD, sebagai wahana koordinasi dan konsultasi antar perusahaan daerah dalam memperkuat skala usaha serta perasalahan dalam managemen pengelolaan usaha yang menjadi core bussiness-nya.

4) Lain-lain PAD yang Sah

a) Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Lain-lain PAD Yang Sah;

b) Mlakukan penyegaran maupun penambahan aparatur pengelola serta melanjutkan keperansertaannya dalam berbagai diklat teknis subtanstif dan fungsional;

c) Melaksanakan revieu peraturan perundnagan dalam pengelolaan lain lain PAD yang Sah serta sosialisasinya kepada stakeholder terkait;

5) Dana Perimbangan

a) Meningkatkan diukungan dan fasilitasi kepada KPP dan Kanwil DJP Jabar I dan II dengan membuat regulasi terkait pendaftaran wajib pajak cabang/ lokasis bagi pelaku yang melakukan usaha dan/atau pekerjaan di Jawa Barat;

b) Guna memperkuat informasi dalam perhitungan lifting migas dan penyaluran dana bagi hasil SDA. Pada setiap triwulan dilakukan perhitungan bersama Kementrian ESDM, Kementrian Keuangan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota penghasil;

c) Menyelenggarakan rapat koordinasi dan fasilitasi dengan Pemerintah kabupaten/kota dalam menyelesaikan permasalahn yang terkait dana perimbangan;


(10)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-10 d) Mengusulkan pengkajian kembali kebijakan earmarking DBH CHT yang

sejalan dengan roadmap pemanfaatan DBH CHT;

2.1. Belanja Daerah

2.1.1. Kebijakan Belanja Daerah

Sejalan dengan ketentuan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Djo Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 jo Permendagri Nomor 21 Tahun 2012, pada dasarnya terdapat dua jenis belanja langsung yaitu : Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL). BTL merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil. Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. BL merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Modal.

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, Belanja Daerah tahun 2014 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan. Di samping itu, dengan mempertimbangkan keterbatasan anggaran yang ada tahun ini, diharapkan menjadi pemicu kreativitas dan inovasi dalam percepatan pembangunan Jawa Barat yang tepat sasaran menuju Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera.

Belanja daerah secara nominal, untuk semua jenis belanja mengalami kenaikan kecuali Belanja Subsidi dan Belanja Bantuan Sosial. Pada Belanja Tidak Langsung, terlihat bahwa Belanja Pegawai, Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan ke Kabupaten/Kota menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, sedangkan Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Subsidi mengalami penurunan. Sementara itu, Belanja Langsung untuk semua komponen mengalami kenaikan yang bervariasil. Dalam kurun waktu Tahun 2011-2012 (realisasi) dan target Tahun 2013, komposisi rata-rata Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung adalah 70% dan 30%. Sedangkan untuk target Tahun 2014 komposisinya sekitar 60% dan 40%.


(11)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-11 Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan dan dapat diukur dengan capaian prestasi kerja yang telah ditetapkan. Kelompok belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Kebijakan Belanja secara umum dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Penetapan pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan dalam setiap misi hendaknya proporsional;

b. Secara kewilayahan belanja daerah harus disusun secara adil dan proporsional. Adapun daerah-daerah dengan permasalahan khusus perlu diberikan anggaran penyeimbang.

Belanja Langsung adalah belanja yang diarahkan dalam rangka pelaksanaan urusan provinsi dan merupakan alokasi belanja APBD Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Jawa Barat.

Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang terkait langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan dan sulit diukur dengan capaian prestasi kerja yang ditetapkan. Belanja Tidak Langsung merupakan pendukung untuk koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersifat umum dalam rangka sinergitas program Provinsi Jawa Barat.

Kebijakan belanja daerah Tahun 2014 tetap diarahkan untuk mendukung pencapaian target IPM 80 dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian IPM 80 tercapai pada Tahun 2021-2022. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian IPM 80 diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan infrastruktur. Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2014 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain meliiputi :

1. Pendanaan kegiatan Common Goals Tematik Sektoral dan Tematik Kewilayahan

2. Pendanaan untuk pencapaian IPM merujuk kepada RPJP 2005-2025

3. Pendukungan percepatan pembangunan nasional (Inpres No. 1/2010) dan program pembangunan yang berkeadilan (Inpres No. 3/2010)

4. Pendanaan kegiatan yang bersifat lanjutan (komitmen program) 5. Pendanaan kegiatan yang bersifat terobosan (program baru)


(12)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-12 secara signifikan dalam merespon isu dan permasalahan pembangunan di Jawa Barat

7. Pengalokasian anggaran untuk belanja wajib dan mengikat, yaitu : belanja bagi hasil, belanja pegawai, belanja untuk operasional kantor (belanja administrasi perkantoran dan pelayanan dasar), dan dukungan program prioritas nasional (antara lain : dana pendamping DAK dan PNPM)

8. Pengalokasian anggaran untuk belanja yang presentase telah ditentukan dalam peraturan perundang undangan :

a. Alokasi anggaran untuk fungsi pendidikan sebesar 20% dari total belanja dalam rangka pengingkatan indeks pendidikan;

b. Alokasi anggaran untuk fungsi kesehatan, secara bertahap 10% dari total belanja di luar gaji, dalam rangka peningkatan indeks kesehatan;

c. Alokasi anggaran untuk bidang infrustuktur minimal 10% dari total PKB,PBBKB dan BBNKB sesuai dengan pasal 8 UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah yang menyatakan bahwa : hasil penerimaan PKB paling sedikit 10% termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota dialokasikan untuk pembanggunan dan/atau pemelihara jalan serta peningkatan modal transportasi umum.

9. Pengalokasian anggaran untuk belanja pemenuhan urusan (26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan), dikaitkan dengan urusan yang menjadi kewenangan daerah sesuai tugas dan fungsi OPD/Biro.

10. Pengalokasian anggaran bidang perekonomian masyarakat dan infrastruktur penunjang perekonomian diupayakan sebesar 10%, dalam rangka peningkatan Indeks Daya Beli

11. Pengalokasian anggaran yang diarahkan (earmarked), yaitu Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, dan dana BOS Pemerintah 12. Pengalokasian anggaran bagi pemenuhan janji Kampanye Gubernur terpilih.

Kebijakan belanja difokuskan pada peningkatan elektrifikasi Rumah Tangga, peningkatan kondisi jaringan irigasi perdesaan (saluran tersier), peningkatan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) dan peningkatan Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Metropolitan Bandung, Penanganan Jalan Provinsi, Penanganan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), Pendukungan Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Dukungan Penyediaan Transportasi untuk pekerja di kawasan industri, Penanganan Non Struktural (Konservasi) Wilayah Sungai Citarum, Pendukungan Penyelenggaraan Pendidikan, Penyelenggaraan Keseahata, Kebudayaan, Penyelenggaraan


(13)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-13 Porprov 2014, Penyelenggaraan PON 2016, Pemenuhan Kebutuhan Produksi Daging Sapi Lokal, Promosi Investasi, Penanganan Perkebunan, Pendukungan Kredit Cintra Rakyat, Pendukungan Desa Membangun, Pendukungan Revitalisasi Posyandu, Pendukungan Perikanan dan Kelautan, Pendukungan Kepariwisataan dan Kerjasama Penelitian Kreatif untuk Solusi Pembangunan Jabar.

2.1.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

Dalam Tahun Anggaran 2014, Belanja Daerah dianggarkan sebesar Rp.24.225.747.390.906,00 dan dapat direalisasikan sebesar

Rp.20.918.433.386.476,00 atau 86,35%. Belanja daerah tersebut dialokasikan untuk belanja tidak langsung Rp.19.372.474.878.534,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp.16.959.626.420.346,00 atau 87,54% dan belanja langsung dialokasikan sebesar Rp.4.853.272.512.372,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp.3.958.806.966.130,00 atau 81,57%. Rincian selengkapnya untuk alokasi anggaran dan realisasi belanja daerah dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014

Nomor Belanja Daerah

Anggaran Setelah

Perubahan Realisasi *)

Pencapaian Target

(Rp) (Rp) %

A .

BELANJA DAERAH

24.225.747.390.906,00 20.918.433.386.476,00 86,35

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 19.372.474.878.534,00 16.959.626.420.346,00 87,54

a. Belanja Pegawai 1.706.329.491.688,97 1.570.351.720.049,00 92,03

b. Belanja Subsidi 10.000.000.000,00 6.805.400.000,00 68,05

c. Belanja Hibah 6.886.319.731.400,00 6.179.782.845.290,00 89,74

d. Belanja Bantuan Sosial 8.186.000.000,00 2.871.320.000,00 35,08

e. Belanja Bagi Hasil 5.804.361.085.247,03 5.461.539.028.033,00 94,09

f. Belanja Bantuan Keuangan 4.646.350.570.198,00 3.738.146.028.076,00 80,45

g. Belanja Tidak Terduga 310.928.000.000,00 130.078.898,00 0,04

2. BELANJA LANGSUNG 4.853.272.512.372,00 3.958.806.966.130,00 81,57

a. Belanja Pegawai 332.511.928.187,00 305.002.725.902,00 91,73

b. Belanja Barang dan Jasa 2.472.566.360.718,00 2.223.243.629.502,00 89,92

c. Belanja Modal 2.048.194.223.467,00 1.430.560.610.726,00 69,84


(14)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-14 2.1.3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan :

1) Belanja Tidak Langsung

Untuk belanja tidak langsung dari alokasi sebesar Rp.19.372.474.878.534,00 direalisasikan sebesar

Rp.16.959.626.420.346,00 atau 87,54%. Belanja yang penyerapannya rendah adalah belanja tidak terduga. Hal ini disebabkan karena penyerapan belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Rincian anggaran dan realisasi belanja tidak langsung adalah sebagai berikut:

a) Belanja pegawai dialokasikan sebesar Rp.1.706.329.491.688,97 direalisasikan sebesar Rp.1.570.351.720.049,00 atau 92,03%; b) Belanja subsidi dialokasikan sebesar Rp.10.000.000.000,00

direalisasikan Rp.6.805.400.000,00 atau 68,05%;

c) Belanja Hibah dialokasikan sebesar Rp.6.886.319.731.400,00 yang diperuntukkan untuk:

(1) Pemerintah Pusat/Instansi Vertikal sebesar Rp.131.869.647.000,00 terdiri dari: kepada BKKBN Provinsi Jawa Barat, kepada Kepolisian Daerah Jawa Barat, kepada Panglima Kodam III/Siliwangi, kepada Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Bandung, kepada Lanal Kota Cirebon, dan Pangkalan TNI Angkatan Udara Wiriadinata Tasikmalaya.

(2) Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi swasta sebesar Rp.1.712.809.070.900,00, terdiri dari: Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) Swasta sebesar Rp.184.860.000.000,00, Revitalisasi Kobong sebesar Rp.74.200.000.000,00, Pembangunan Tidak Layak Huni (RUTILAHU) sebesar Rp.169.960.000.000,00, Revitalisasi Posyandu sebesar Rp.101.764.600.000,00, Sedangkan bantuan lainnya diperuntukan bagi Peningkatan Sarana Keagamaan, Peningkatan Insfrastruktur Jalan Lingkungan dan Sarana Prasarana Umum, KONI, Penyelenggaraan Kesetaraan Paket B, Pemberdayaan Juara Gugus SD, Kesejahteraan Guru dan TU Sukwan PLB,


(15)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-15 Pemberdayaan Gugus SLB, Pendidikan Inklusif, Pengembangan Sarana dan Prasarana SLB Swasta, Siswa (Gugus) SLB, Bidang Pendidikan lainnya, Perbaikan Jaringan Irigasi (JITUT dan JIDES), Bidang Pertanian, Bidang Peternakan, Bidang Politik dan Kesatuan Bangsa, Bidang Kepariwisataan dan Budaya, Bidang Kemasyarakatan lainnya, (Ketahanan Pangan, Usaha kecil, Perindustrian dan Perdagangan), serta Bidang Olahraga dan Pemuda (Formi, Kwarda, Karang Taruna dan KNPI);

(3) Belanja Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp.4.019.287.348.000,00; (4) Belanja Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi kepada

Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp.439.398.217.500,00; (5) Belanja Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi kepada

Satuan Pendidikan Menengah sebesar Rp.581,492,816,000.00. Belanja Hibah tersebut direalisasikan sebesar Rp.6.179.782.845.290,00,00 atau 89,86% yang terdiri dari :

(1) Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp.38.100.000.790,00;

(2) Belanja Hibah kepada Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp.2.500.000.000,00

(3) Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi swasta sebesar Rp.1.144.156.989.500,00;

(4) Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar Jenjang SD sebesar Rp.2,684,343,385,000,00. Rincian dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

BOS pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar Jenjang Sekolah Dasar Tahun Anggaran 2014

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI (Rp.)

1 Kabupaten Bandung 221,525,490,000

2 Kabupaten Bandung Barat 94,947,450,000

3 Kabupaten Bekasi 171,871,835,000

4 Kabupaten Bogor 297,571,030,000

5 Kabupaten Ciamis 65,189,680,000

6 Kabupaten Cianjur 150,210,140,000

7 Kabupaten Cirebon 122,691,460,000


(16)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-16

9 Kabupaten Indramayu 98,506,765,000

10 Kabupaten Karawang 133,138,565,000

11 Kabupaten Kuningan 62,493,115,000

12 Kabupaten Majalengka 70,162,165,000

13 Kabupaten Purwakarta 39,937,495,000

14 Kabupaten Subang 73,561,400,000

15 Kabupaten Sukabumi 116,953,665,000

16 Kabupaten Sumedang 104,250,795,000

17 Kabupaten Tasikmalaya 83,623,675,000

18 Kabupaten Pangandaran 55,744,815,000

19 Kota Bandung 131,855,170,000

20 Kota Banjar 9,351,195,000

21 Kota Bekasi 142,632,730,000

22 Kota Bogor 59,298,910,000

23 Kota Cimahi 30,305,435,000

24 Kota Cirebon 21,366,475,000

25 Kota Depok 91,379,725,000

26 Kota Sukabumi 19,353,585,000

27 Kota Tasikmalaya 38,272,170,000

JUMLAH 2,684,343,385,000

(5) Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar Jenjang SMP sebesar Rp.1,301,930,017,500,00, Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4

BOS pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Tahun Anggaran 2014

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI (Rp.)

1 Kabupaten Bandung 98,799,695,000

2 Kabupaten Bandung Barat 43,644,587,500

3 Kabupaten Bekasi 79,407,642,500

4 Kabupaten Bogor 140,092,762,500

5 Kabupaten Ciamis 32,621,660,000

6 Kabupaten Cianjur 71,230,395,000

7 Kabupaten Cirebon 59,147,082,500

8 Kabupaten Garut 77,345,980,000

9 Kabupaten Indramayu 49,509,365,000

10 Kabupaten Karawang 69,564,557,500

11 Kabupaten Kuningan 30,342,915,000


(17)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-17

13 Kabupaten Purwakarta 18,380,125,000

14 Kabupaten Subang 37,307,482,500

15 Kabupaten Sukabumi 55,332,607,500

16 Kabupaten Sumedang 49,720,057,500

17 Kabupaten Tasikmalaya 39,875,375,000

18 Kabupaten Pangandaran 26,134,567,500

19 Kota Bandung 80,462,525,000

20 Kota Banjar 5,959,207,500

21 Kota Bekasi 67,480,352,500

22 Kota Bogor 32,745,555,000

23 Kota Cimahi 16,068,897,500

24 Kota Cirebon 14,619,255,000

25 Kota Depok 43,878,887,500

26 Kota Sukabumi 11,399,760,000

27 Kota Tasikmalaya 20,880,212,500

JUMLAH 1,301,930,017,500,00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI

(6) Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi kepada Satuan Pendidikan Dasar dan Satuan Pendidikan Menengah dan Tinggi sebesar Rp.1.008.752.452.500,00; terdiri dari:

a) Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi kepada Satuan Pendidikan Dasar dan SMP sebesar Rp.438.412.202.500,00;

b) Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi kepada Satuan Pendidikan Menengah dan Tinggi sebesar Rp. 570.340.250.000,00.

d) Belanja Bantuan Sosial dialokasikan sebesar Rp.8.186.000.000,00 direalisasikan sebesar Rp.2.871.320.000.00 atau 35,08%;

e) Belanja Bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa dialokasikan Rp.5.804.361.085.247,03 direalisasikan Rp.5.461.539.028.033,00 atau 94,09%;

Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.5

RINCIAN REALISASI BELANJA BAGI HASIL KEPADA KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2014

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI


(18)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-18

2 Kab Bogor 524,904,650,529.00

3 Kota Bogor 175,444,557,860.00

4 Kota Sukabumi 43,522,222,691.00

5 Kab Sukabumi 168,255,133,033.00

6 Kab Cianjur 148,578,870,037.00

7 Kota Bekasi 614,453,342,270.00

8 Kab Bekasi 499,700,251,221.00

9 Kab Karawang 294,672,762,614.00

10 Kab Purwakarta 119,442,801,647.00

11 Kab Subang 126,929,670,236.00

12 Kota Cirebon 68,713,851,451.00

13 Kab Cirebon 203,161,918,928.00

14 Kab Indramayu 157,611,235,164.00

15 Kab Kuningan 78,078,954,746.00

16 Kab Majalengka 97,457,792,958.00

17 Kota Bandung 677,406,970,766.00

18 Kab Bandung 307,057,234,994.00

19 Kab Sumedang 94,219,556,067.00

20 Kab Garut 141,522,252,600.00

21 Kota Tasikmalaya 74,249,954,686.00

22 Kab Tasikmalaya 90,983,601,513.00

23 Kab Ciamis 83,592,325,606.00

24 Kota Cimahi 90,980,991,590.00

25 Kota Banjar 18,370,327,941.00

26 Kab Bandung Barat 175,617,784,242.00

27 Kab Pangandaran 23,567,851,406.00

JUMLAH 5,461,539,028,033.00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI

f) Bantuan Keuangan dialokasikan sebesar Rp.4.646.350.570.198,00,00 dengan realisasi sebesar Rp.3.738.146.028.076,00 atau 80,45% yang terdiri dari:

(1) Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten Kota sebesar Rp.3.127.219.839.276,00, Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota

Tahun Anggaran 2014

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI

1 Kabupaten Bandung 242,606,875,801.00

2 Kabupaten Bandung Barat 96,141,636,255.00

3 Kabupaten Bekasi 56,226,910,308.00

4 Kabupaten Bogor 164,180,612,936.00


(19)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-19

6 Kabupaten Indramayu 189,859,281,150.00

7 Kabupaten Cianjur 109,216,909,830.00

8 Kabupaten Purwakarta 55,131,836,210.00

9 Kabupaten Cirebon 113,992,539,736.00

10 Kabupaten Garut 138,433,778,866.00

11 Kabupaten Karawang 43,072,337,300.00

12 Kabupaten Kuningan 41,619,899,550.00

13 Kabupaten Majalengka 178,860,838,880.00

14 Kabupaten Subang 93,919,654,265.00

15 Kabupaten Sukabumi 217,690,346,350.00

16 Kota Sukabumi 28,143,053,665.00

17 Kabupaten Sumedang 145,679,187,152.00

18 Kabupaten Tasikmalaya 369,107,198,403.00

19 Kota Bandung 171,273,886,280.00

20 Kota Banjar 53,129,580,340.00

21 Kota Bekasi 107,864,363,703.00

22 Kota Bogor 15,636,226,711.00

23 Kota Cimahi 28,398,507,790.00

24 Kota Cirebon 60,125,111,179.00

25 Kota Depok 17,516,048,800.00

26 Kota Tasikmalaya 198,707,858,696.00

27 Kabupaten Pangandaran 23,936,988,000.00

JUMLAH 3.127.219.839.276,00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 sebelum audit BPK RI (2) Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa sebesar

Rp.609.135.000.000,00.

(3) Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebesar Rp.1.791.188.800,00.

g) Belanja tidak terduga dialokasikan sebesar Rp.310.928.000.000,00 direalisasikan sebesar Rp.130.078.898,00 atau 0,04 %.

2) Belanja Langsung

Untuk belanja langsung dari alokasi sebesar Rp.4.853.272.512.372,00 dapat direalisasikan sebesar Rp.3.958.806.966.130,00 atau 81,57%. Hal ini disebabkan adanya efisiensi pada beberapa kegiatan dan adanya bagian kegiatan yang belum dan/tidak jadi direalisasikan sehubungan waktu pelaksanaan tidak mencukupi.

b. Solusi :

1) Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk direalisasikan;

2) Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas.


(20)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-20 2.2. Pembiayaan Daerah

2.2.1. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, adapun penerimaan pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pembelian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Namun demikian, meningkatkan adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), professional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penetapan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain kecuali SiLPA. Penerimaan kembali penerimaan piutang daerah, pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka


(21)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-21 peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut, adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun-tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, serta penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo, dan pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan disebut sebagai pembiayaan netto. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit APBD.

1. Kebijakan penerimaan pembiyaan

Penerimaan pembiyaan adalah semua penerimaan yang perlu di bayar kembali baik padatahun anggaran yang bersangkutan mupun pada tahun-tahun anggran berikutnya, mencangkup : sisa lebih Perhitungan Anggran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan; hasil penjualan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang Daerah. Struktur pembiyaan daerah untuk sumber penerimaan pembiayaan Tahun Anggaran 2014 adalah bersumber dari SiLPA tahun lalu.

2. Kebijakan pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan di terima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggran berikutnya, mencangkup : pembentukan Dana Cadangan;


(22)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-22 Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah; Pembayaran Pokok Utang; dan Pembayaran Pinjaman Daerah.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan Tahun Anggaran 2014 adalah :

a) Penyertaan modal dan pembiayaan pinjaman manakala terjadi surplus anggran;

b) Sisa Lebih Anggran tahun sebelum (SiLPA) dipergunakan sebagian sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SiLPA di upayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan anggran secara konsisten;

c) Penyertaan modal BUMD dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasil kajian tindak lanjut revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD serta pendayagunaan kekayaan milik daerah yang di pisahkan dalam rangka efisisensi pengeluaran pembiayaan;

d) Penyediaan dana bergulir (Kredit Cinta Rakyat) dengan skema memberikan kredit tanpa agunan dengan bunga rendah;

e) Persiapan pelaksanaan penerbitan obligasi daerah untuk membiayai pembangunan infrastruktur strategis.

2.2.2. Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah

Alokasi anggaran dan realisasi pembiayaan pada Tahun Anggaran 2014 sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7

Alokasi Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2014

NO PEMBIAYAAN

Anggaran Setelah

Perubahan Realisasi

Pencapaian Target

(Rp) (Rp) %

PEMBIAYAAN

1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

3.494.683.941.804,00 3.494.683.941.804,00 100,00

Sisa Lebih Perhitungan Daerah Tahun

Sebelumnya

3.586.471.831.054,00 3.586.471.831.054,00 100,00

Koreksi (91.787.889.250,00) (91.787.889.250,00) 100,00

2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

458.575.000.000,00 458.575.000.000,00 100,00

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

358.575.000.000,00 358.575.000.000,00 100,00

Dana Bergulir 100.000.000.000,00 100.000.000.000,00 100,00


(23)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-23

3 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN

103.422.978.503,00 4.559.879.356.879,00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI

a. Penerimaan Pembiayaan Daerah

Penerimaan Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar Rp.3.494.683.941.804,00 dan direalisasikan sebesar Rp.3.494.683.941.804,00

atau 100,00%. Penerimaan pembiayaan tersebut merupakan sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun sebelumnya.

b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Pengeluaran Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar Rp.458.575.000.000,00 dan direalisasikan sebesar Rp.458.575.000.000,00

atau 100% digunakan untuk Penyertaan Modal kepada:

1. PT. Jasa Sarana Rp. 213.500.000.000,00 2. PT. Tirta Gemah Ripah Rp. 58.575.000.000,00 3. PT. BIJB

4. Dana Bergulir (KCR) 5. BPR dan PDPK

6. PT. MIgas Hilir Jabar 7. PT. Migas Hulu Jabar

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

37.500.000.000,00 100.000.000.000,00 5.250.000.000,00 35.000.000.000,00 8.750.000.000,00

Adapun rekapitulasi penyertaan modal kepada perusahaan daerah Provinsi Jawa Barat per 31 Desember 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Daftar Penyertaan Modal Kepada BUMD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2014

No Nama BUMD

Jumlah Penyertaan Modal Per 1 Januari

2014 (Rp)

Jumlah Penyertaan Modal selama Tahun Anggaran

2014 (Rp)

Jumlah Penyertaan Modal per 31 Desember 2014

(Rp)

1 PT. Bank Jabar Banten 927.498.683.463,79 0,00 927.498.683.463,79

2 PT. Agronesia 255.000.000.000,00 0,00 255.000.000.000,00

3 PD. Agrobisnis dan

Pertambangan 72.771.688.651,00 0,00 72.771.688.651,00

4 PD. Jasa dan

Kepariwisataan 73.313.799.592,00 0,00 73.313.799.592,00


(24)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-24

6 PT. Tirta Gemah Ripah 30.600.000.000,00 58.575.000.000,00 89.175.000.000,00

7 PT BIJB 0,00 37.500.000.000,00 37.500.000.000,00

8 Dana Bergulir 0,00 100.000.000.000,00 100.000.000.000,00

9 BPR dan PDPK 88.700.000.000,00 5.250.000.000,00 93.950.000.000,00

10 PT. Askrida 1.310.000.000,00 0,00 1.310.000.000,00

11 PT. Jamkrida 100.000.000.000,00 0,00 100.000.000.000,00

12 PT. Agro Jabar 19.125.000.000,00 0,00 19.125.000.000,00

13 PT.Migas Hilir Jabar 0,00 35.000.000.000,00 35.000.000.000,00

14 PT.Migas Hulu Jabar 0,00 8.750.000.000,00 8.750.000.000,00

1,785,319,171,706.79 458.575.000.000,00 2,243,894,171,706.79


(1)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-19

6 Kabupaten Indramayu 189,859,281,150.00

7 Kabupaten Cianjur 109,216,909,830.00 8 Kabupaten Purwakarta 55,131,836,210.00 9 Kabupaten Cirebon 113,992,539,736.00

10 Kabupaten Garut 138,433,778,866.00

11 Kabupaten Karawang 43,072,337,300.00 12 Kabupaten Kuningan 41,619,899,550.00 13 Kabupaten Majalengka 178,860,838,880.00 14 Kabupaten Subang 93,919,654,265.00 15 Kabupaten Sukabumi 217,690,346,350.00

16 Kota Sukabumi 28,143,053,665.00

17 Kabupaten Sumedang 145,679,187,152.00 18 Kabupaten Tasikmalaya 369,107,198,403.00

19 Kota Bandung 171,273,886,280.00

20 Kota Banjar 53,129,580,340.00

21 Kota Bekasi 107,864,363,703.00

22 Kota Bogor 15,636,226,711.00

23 Kota Cimahi 28,398,507,790.00

24 Kota Cirebon 60,125,111,179.00

25 Kota Depok 17,516,048,800.00

26 Kota Tasikmalaya 198,707,858,696.00 27 Kabupaten Pangandaran 23,936,988,000.00

JUMLAH 3.127.219.839.276,00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 sebelum audit BPK RI

(2) Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa sebesar Rp.609.135.000.000,00.

(3) Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebesar Rp.1.791.188.800,00.

g) Belanja tidak terduga dialokasikan sebesar Rp.310.928.000.000,00 direalisasikan sebesar Rp.130.078.898,00 atau 0,04 %.

2) Belanja Langsung

Untuk belanja langsung dari alokasi sebesar Rp.4.853.272.512.372,00 dapat direalisasikan sebesar Rp.3.958.806.966.130,00 atau 81,57%. Hal ini disebabkan adanya efisiensi pada beberapa kegiatan dan adanya bagian kegiatan yang belum dan/tidak jadi direalisasikan sehubungan waktu pelaksanaan tidak mencukupi.

b. Solusi :

1) Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk direalisasikan;

2) Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas.


(2)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-20 2.2. Pembiayaan Daerah

2.2.1. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, adapun penerimaan pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pembelian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Namun demikian, meningkatkan adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), professional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penetapan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain kecuali SiLPA. Penerimaan kembali penerimaan piutang daerah, pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka


(3)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-21 peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut, adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun-tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, serta penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo, dan pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan disebut sebagai pembiayaan netto. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit APBD.

1. Kebijakan penerimaan pembiyaan

Penerimaan pembiyaan adalah semua penerimaan yang perlu di bayar kembali baik padatahun anggaran yang bersangkutan mupun pada tahun-tahun anggran berikutnya, mencangkup : sisa lebih Perhitungan Anggran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan; hasil penjualan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang Daerah. Struktur pembiyaan daerah untuk sumber penerimaan pembiayaan Tahun Anggaran 2014 adalah bersumber dari SiLPA tahun lalu.

2. Kebijakan pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan di terima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggran berikutnya, mencangkup : pembentukan Dana Cadangan;


(4)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-22 Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah; Pembayaran Pokok Utang; dan Pembayaran Pinjaman Daerah.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan Tahun Anggaran 2014 adalah :

a) Penyertaan modal dan pembiayaan pinjaman manakala terjadi surplus anggran;

b) Sisa Lebih Anggran tahun sebelum (SiLPA) dipergunakan sebagian sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-rata SiLPA di upayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan anggran secara konsisten;

c) Penyertaan modal BUMD dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasil kajian tindak lanjut revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD serta pendayagunaan kekayaan milik daerah yang di pisahkan dalam rangka efisisensi pengeluaran pembiayaan;

d) Penyediaan dana bergulir (Kredit Cinta Rakyat) dengan skema memberikan kredit tanpa agunan dengan bunga rendah;

e) Persiapan pelaksanaan penerbitan obligasi daerah untuk membiayai pembangunan infrastruktur strategis.

2.2.2. Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah

Alokasi anggaran dan realisasi pembiayaan pada Tahun Anggaran 2014 sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7

Alokasi Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2014

NO PEMBIAYAAN

Anggaran Setelah

Perubahan Realisasi

Pencapaian Target

(Rp) (Rp) %

PEMBIAYAAN

1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN

DAERAH

3.494.683.941.804,00 3.494.683.941.804,00 100,00

Sisa Lebih Perhitungan Daerah Tahun

Sebelumnya

3.586.471.831.054,00 3.586.471.831.054,00 100,00

Koreksi (91.787.889.250,00) (91.787.889.250,00) 100,00

2 PENGELUARAN

PEMBIAYAAN DAERAH

458.575.000.000,00 458.575.000.000,00 100,00

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

358.575.000.000,00 358.575.000.000,00 100,00

Dana Bergulir 100.000.000.000,00 100.000.000.000,00 100,00 PEMBIAYAAN NETTO 3.036.108.941.804,00 3.036.108.941.804,00 100,00


(5)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-23

3 SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN TAHUN BERKENAAN

103.422.978.503,00 4.559.879.356.879,00

Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI

a. Penerimaan Pembiayaan Daerah

Penerimaan Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar Rp.3.494.683.941.804,00 dan direalisasikan sebesar Rp.3.494.683.941.804,00

atau 100,00%. Penerimaan pembiayaan tersebut merupakan sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun sebelumnya.

b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Pengeluaran Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar Rp.458.575.000.000,00 dan direalisasikan sebesar Rp.458.575.000.000,00

atau 100% digunakan untuk Penyertaan Modal kepada:

1. PT. Jasa Sarana Rp. 213.500.000.000,00

2. PT. Tirta Gemah Ripah Rp. 58.575.000.000,00 3. PT. BIJB

4. Dana Bergulir (KCR) 5. BPR dan PDPK

6. PT. MIgas Hilir Jabar 7. PT. Migas Hulu Jabar

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

37.500.000.000,00 100.000.000.000,00 5.250.000.000,00 35.000.000.000,00 8.750.000.000,00

Adapun rekapitulasi penyertaan modal kepada perusahaan daerah Provinsi Jawa Barat per 31 Desember 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Daftar Penyertaan Modal Kepada BUMD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2014

No Nama BUMD

Jumlah Penyertaan Modal Per 1 Januari

2014 (Rp)

Jumlah Penyertaan Modal selama Tahun Anggaran

2014 (Rp)

Jumlah Penyertaan Modal per 31 Desember 2014

(Rp)

1 PT. Bank Jabar Banten 927.498.683.463,79 0,00 927.498.683.463,79 2 PT. Agronesia 255.000.000.000,00 0,00 255.000.000.000,00 3 PD. Agrobisnis dan

Pertambangan 72.771.688.651,00 0,00 72.771.688.651,00 4 PD. Jasa dan

Kepariwisataan 73.313.799.592,00 0,00 73.313.799.592,00 5 PT. Jasa Sarana 217.000.000.000,00 213.500.000.000,00 430.500.000.000,00


(6)

LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 III-24 6 PT. Tirta Gemah Ripah 30.600.000.000,00 58.575.000.000,00 89.175.000.000,00

7 PT BIJB 0,00 37.500.000.000,00 37.500.000.000,00

8 Dana Bergulir 0,00 100.000.000.000,00 100.000.000.000,00 9 BPR dan PDPK 88.700.000.000,00 5.250.000.000,00 93.950.000.000,00 10 PT. Askrida 1.310.000.000,00 0,00 1.310.000.000,00 11 PT. Jamkrida 100.000.000.000,00 0,00 100.000.000.000,00 12 PT. Agro Jabar 19.125.000.000,00 0,00 19.125.000.000,00 13 PT.Migas Hilir Jabar 0,00 35.000.000.000,00 35.000.000.000,00 14 PT.Migas Hulu Jabar 0,00 8.750.000.000,00 8.750.000.000,00 1,785,319,171,706.79 458.575.000.000,00 2,243,894,171,706.79 Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI