LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-13
Porprov 2014, Penyelenggaraan PON 2016, Pemenuhan Kebutuhan Produksi Daging
Sapi Lokal,
Promosi Investasi,
Penanganan Perkebunan,
Pendukungan Kredit Cintra Rakyat, Pendukungan Desa Membangun, Pendukungan Revitalisasi Posyandu, Pendukungan Perikanan dan Kelautan,
Pendukungan Kepariwisataan dan Kerjasama Penelitian Kreatif untuk Solusi Pembangunan Jabar.
2.1.2. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
Dalam Tahun Anggaran 2014, Belanja Daerah dianggarkan sebesar Rp.24.225.747.390.906,00
dan dapat
direalisasikan sebesar
Rp.20.918.433.386.476,00 atau 86,35. Belanja daerah tersebut dialokasikan untuk belanja tidak langsung Rp.19.372.474.878.534,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp.16.959.626.420.346,00 atau 87,54 dan belanja langsung dialokasikan sebesar Rp.4.853.272.512.372,00 dan dapat direalisasikan sebesar
Rp.3.958.806.966.130,00 atau 81,57. Rincian selengkapnya untuk alokasi anggaran dan realisasi belanja daerah dapat disajikan dalam tabel sebagai
berikut: Tabel 3.2
Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014
Nomor Belanja Daerah
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi Pencapaian
Target Rp
Rp A
. BELANJA DAERAH
24.225.747.390.906,00 20.918.433.386.476,00 86,35
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 19.372.474.878.534,00 16.959.626.420.346,00
87,54
a. Belanja Pegawai 1.706.329.491.688,97
1.570.351.720.049,00 92,03
b. Belanja Subsidi 10.000.000.000,00
6.805.400.000,00 68,05
c. Belanja Hibah 6.886.319.731.400,00
6.179.782.845.290,00 89,74
d. Belanja Bantuan Sosial 8.186.000.000,00
2.871.320.000,00 35,08
e. Belanja Bagi Hasil 5.804.361.085.247,03
5.461.539.028.033,00 94,09
f. Belanja Bantuan Keuangan 4.646.350.570.198,00
3.738.146.028.076,00 80,45
g. Belanja Tidak Terduga 310.928.000.000,00
130.078.898,00 0,04
2. BELANJA LANGSUNG 4.853.272.512.372,00
3.958.806.966.130,00 81,57
a. Belanja Pegawai 332.511.928.187,00
305.002.725.902,00 91,73
b. Belanja Barang dan Jasa 2.472.566.360.718,00
2.223.243.629.502,00 89,92
c. Belanja Modal 2.048.194.223.467,00
1.430.560.610.726,00 69,84
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-14 2.1.3.
Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan :
1 Belanja Tidak Langsung
Untuk belanja
tidak langsung
dari alokasi
sebesar Rp.19.372.474.878.534,00
direalisasikan sebesar
Rp.16.959.626.420.346,00 atau 87,54. Belanja yang penyerapannya rendah adalah belanja tidak terduga. Hal ini disebabkan karena
penyerapan belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Rincian anggaran dan realisasi belanja tidak langsung adalah sebagai
berikut: a
Belanja pegawai dialokasikan sebesar Rp.1.706.329.491.688,97 direalisasikan sebesar Rp.1.570.351.720.049,00 atau 92,03;
b Belanja
subsidi dialokasikan
sebesar Rp.10.000.000.000,00
direalisasikan Rp.6.805.400.000,00 atau 68,05; c
Belanja Hibah dialokasikan sebesar Rp.6.886.319.731.400,00 yang diperuntukkan untuk:
1 Pemerintah
PusatInstansi Vertikal
sebesar Rp.131.869.647.000,00 terdiri dari: kepada BKKBN Provinsi Jawa
Barat, kepada Kepolisian Daerah Jawa Barat, kepada Panglima Kodam IIISiliwangi, kepada Komandan Pangkalan TNI Angkatan
Laut Bandung, kepada Lanal Kota Cirebon, dan Pangkalan TNI Angkatan Udara Wiriadinata Tasikmalaya.
2 Belanja Hibah kepada BadanLembagaOrganisasi swasta sebesar
Rp.1.712.809.070.900,00, terdiri dari: Pembangunan Ruang Kelas Baru RKB Swasta sebesar Rp.184.860.000.000,00,
Revitalisasi Kobong
sebesar Rp.74.200.000.000,00,
Pembangunan Tidak
Layak Huni
RUTILAHU sebesar
Rp.169.960.000.000,00, Revitalisasi
Posyandu sebesar
Rp.101.764.600.000,00, Sedangkan
bantuan lainnya
diperuntukan bagi Peningkatan Sarana Keagamaan, Peningkatan Insfrastruktur Jalan Lingkungan dan Sarana Prasarana Umum,
KONI, Penyelenggaraan Kesetaraan Paket B, Pemberdayaan Juara Gugus SD, Kesejahteraan Guru dan TU Sukwan PLB,
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-15
Pemberdayaan Gugus SLB, Pendidikan Inklusif, Pengembangan Sarana dan Prasarana SLB Swasta, Siswa Gugus SLB, Bidang
Pendidikan lainnya, Perbaikan Jaringan Irigasi JITUT dan JIDES, Bidang Pertanian, Bidang Peternakan, Bidang Politik dan
Kesatuan Bangsa, Bidang Kepariwisataan dan Budaya, Bidang Kemasyarakatan lainnya, Ketahanan Pangan, Usaha kecil,
Perindustrian dan Perdagangan, serta Bidang Olahraga dan Pemuda Formi, Kwarda, Karang Taruna dan KNPI;
3 Belanja Bantuan Operasional Sekolah BOS pusat kepada
Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp.4.019.287.348.000,00; 4
Belanja Bantuan Operasional Sekolah BOS Provinsi kepada Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp.439.398.217.500,00;
5 Belanja Bantuan Operasional Sekolah BOS Provinsi kepada
Satuan Pendidikan Menengah sebesar Rp.581,492,816,000.00. Belanja
Hibah tersebut
direalisasikan sebesar
Rp.6.179.782.845.290,00,00 atau 89,86 yang terdiri dari : 1
Belanja Hibah
kepada Pemerintah
Pusat sebesar
Rp.38.100.000.790,00; 2
Belanja Hibah kepada Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp.2.500.000.000,00
3 Belanja Hibah kepada BadanLembagaOrganisasi swasta sebesar
Rp.1.144.156.989.500,00; 4
Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah BOS pusat kepada Satuan
Pendidikan Dasar
Jenjang SD
sebesar Rp.2,684,343,385,000,00. Rincian dapat disajikan dalam tabel
sebagai berikut: Tabel 3.3
BOS pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar Jenjang Sekolah Dasar Tahun Anggaran 2014
NO KABUPATEN KOTA
REALISASI Rp.
1 Kabupaten Bandung
221,525,490,000 2 Kabupaten Bandung Barat
94,947,450,000 3 Kabupaten Bekasi
171,871,835,000 4 Kabupaten Bogor
297,571,030,000 5 Kabupaten Ciamis
65,189,680,000 6 Kabupaten Cianjur
150,210,140,000 7 Kabupaten Cirebon
122,691,460,000 8 Kabupaten Garut
178,148,450,000
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-16
9 Kabupaten Indramayu 98,506,765,000
10 Kabupaten Karawang 133,138,565,000
11 Kabupaten Kuningan 62,493,115,000
12 Kabupaten Majalengka 70,162,165,000
13 Kabupaten Purwakarta 39,937,495,000
14 Kabupaten Subang 73,561,400,000
15 Kabupaten Sukabumi 116,953,665,000
16 Kabupaten Sumedang 104,250,795,000
17 Kabupaten Tasikmalaya 83,623,675,000
18 Kabupaten Pangandaran 55,744,815,000
19 Kota Bandung 131,855,170,000
20 Kota Banjar 9,351,195,000
21 Kota Bekasi 142,632,730,000
22 Kota Bogor 59,298,910,000
23 Kota Cimahi 30,305,435,000
24 Kota Cirebon 21,366,475,000
25 Kota Depok 91,379,725,000
26 Kota Sukabumi 19,353,585,000
27 Kota Tasikmalaya 38,272,170,000
JUMLAH 2,684,343,385,000
5 Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah BOS Pusat kepada
Satuan Pendidikan
Dasar Jenjang
SMP sebesar
Rp.1,301,930,017,500,00, Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4 BOS pusat kepada Satuan Pendidikan Dasar Jenjang
Sekolah Menengah Pertama SMP Tahun Anggaran 2014
NO KABUPATEN KOTA
REALISASI Rp.
1 Kabupaten Bandung 98,799,695,000
2 Kabupaten Bandung Barat 43,644,587,500
3 Kabupaten Bekasi 79,407,642,500
4 Kabupaten Bogor 140,092,762,500
5 Kabupaten Ciamis 32,621,660,000
6 Kabupaten Cianjur 71,230,395,000
7 Kabupaten Cirebon 59,147,082,500
8 Kabupaten Garut 77,345,980,000
9 Kabupaten Indramayu 49,509,365,000
10 Kabupaten Karawang 69,564,557,500
11 Kabupaten Kuningan 30,342,915,000
12 Kabupaten Majalengka 29,978,507,500
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-17
13 Kabupaten Purwakarta 18,380,125,000
14 Kabupaten Subang 37,307,482,500
15 Kabupaten Sukabumi 55,332,607,500
16 Kabupaten Sumedang 49,720,057,500
17 Kabupaten Tasikmalaya 39,875,375,000
18 Kabupaten Pangandaran 26,134,567,500
19 Kota Bandung 80,462,525,000
20 Kota Banjar 5,959,207,500
21 Kota Bekasi 67,480,352,500
22 Kota Bogor 32,745,555,000
23 Kota Cimahi 16,068,897,500
24 Kota Cirebon 14,619,255,000
25 Kota Depok 43,878,887,500
26 Kota Sukabumi 11,399,760,000
27 Kota Tasikmalaya 20,880,212,500
JUMLAH 1,301,930,017,500,00
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI
6 Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah BOS Provinsi
kepada Satuan Pendidikan Dasar dan Satuan Pendidikan Menengah dan Tinggi sebesar Rp.1.008.752.452.500,00; terdiri
dari: a
Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah BOS Provinsi kepada Satuan Pendidikan Dasar dan SMP sebesar
Rp.438.412.202.500,00; b
Belanja Hibah Bantuan Operasional Sekolah BOS Provinsi kepada Satuan Pendidikan Menengah dan Tinggi sebesar
Rp. 570.340.250.000,00. d
Belanja Bantuan Sosial dialokasikan sebesar Rp.8.186.000.000,00 direalisasikan sebesar Rp.2.871.320.000.00 atau 35,08;
e Belanja Bagi hasil kepada provinsikabupatenkota dan pemerintah
desa dialokasikan
Rp.5.804.361.085.247,03 direalisasikan
Rp.5.461.539.028.033,00 atau 94,09; Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5 RINCIAN REALISASI BELANJA BAGI HASIL KEPADA KABUPATENKOTA
TAHUN ANGGARAN 2014 NO
KABUPATEN KOTA REALISASI
1 Kota Depok
363,042,161,237.00
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-18
2 Kab Bogor
524,904,650,529.00 3
Kota Bogor 175,444,557,860.00
4 Kota Sukabumi
43,522,222,691.00 5
Kab Sukabumi 168,255,133,033.00
6 Kab Cianjur
148,578,870,037.00 7
Kota Bekasi 614,453,342,270.00
8 Kab Bekasi
499,700,251,221.00 9
Kab Karawang 294,672,762,614.00
10 Kab Purwakarta
119,442,801,647.00 11
Kab Subang 126,929,670,236.00
12 Kota Cirebon
68,713,851,451.00 13
Kab Cirebon 203,161,918,928.00
14 Kab Indramayu
157,611,235,164.00 15
Kab Kuningan 78,078,954,746.00
16 Kab Majalengka
97,457,792,958.00 17
Kota Bandung 677,406,970,766.00
18 Kab Bandung
307,057,234,994.00 19
Kab Sumedang 94,219,556,067.00
20 Kab Garut
141,522,252,600.00 21
Kota Tasikmalaya 74,249,954,686.00
22 Kab Tasikmalaya
90,983,601,513.00 23
Kab Ciamis 83,592,325,606.00
24 Kota Cimahi
90,980,991,590.00 25
Kota Banjar 18,370,327,941.00
26 Kab Bandung Barat
175,617,784,242.00 27
Kab Pangandaran 23,567,851,406.00
JUMLAH 5,461,539,028,033.00
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 sebelum audit BPK RI
f Bantuan Keuangan dialokasikan sebesar Rp.4.646.350.570.198,00,00
dengan realisasi sebesar Rp.3.738.146.028.076,00 atau 80,45 yang terdiri dari:
1 Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten Kota sebesar
Rp.3.127.219.839.276,00, Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.6 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Bantuan Keuangan
Kepada KabupatenKota Tahun Anggaran 2014
NO KABUPATEN KOTA
REALISASI
1 Kabupaten Bandung
242,606,875,801.00 2
Kabupaten Bandung Barat 96,141,636,255.00
3 Kabupaten Bekasi
56,226,910,308.00 4
Kabupaten Bogor 164,180,612,936.00
5 Kabupaten Ciamis
161,841,653,970.00
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-19
6 Kabupaten Indramayu
189,859,281,150.00 7
Kabupaten Cianjur 109,216,909,830.00
8 Kabupaten Purwakarta
55,131,836,210.00 9
Kabupaten Cirebon 113,992,539,736.00
10 Kabupaten Garut
138,433,778,866.00 11
Kabupaten Karawang 43,072,337,300.00
12 Kabupaten Kuningan
41,619,899,550.00 13
Kabupaten Majalengka 178,860,838,880.00
14 Kabupaten Subang
93,919,654,265.00 15
Kabupaten Sukabumi 217,690,346,350.00
16 Kota Sukabumi
28,143,053,665.00 17
Kabupaten Sumedang 145,679,187,152.00
18 Kabupaten Tasikmalaya
369,107,198,403.00 19
Kota Bandung 171,273,886,280.00
20 Kota Banjar
53,129,580,340.00 21
Kota Bekasi 107,864,363,703.00
22 Kota Bogor
15,636,226,711.00 23
Kota Cimahi 28,398,507,790.00
24 Kota Cirebon
60,125,111,179.00 25
Kota Depok 17,516,048,800.00
26 Kota Tasikmalaya
198,707,858,696.00 27
Kabupaten Pangandaran 23,936,988,000.00
JUMLAH 3.127.219.839.276,00
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 sebelum audit BPK RI
2 Belanja
Bantuan Keuangan
kepada Desa
sebesar Rp.609.135.000.000,00.
3 Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebesar
Rp.1.791.188.800,00. g
Belanja tidak terduga dialokasikan sebesar Rp.310.928.000.000,00 direalisasikan sebesar Rp.130.078.898,00 atau 0,04 .
2 Belanja Langsung
Untuk belanja langsung dari alokasi sebesar Rp.4.853.272.512.372,00
dapat direalisasikan sebesar Rp.3.958.806.966.130,00 atau 81,57. Hal ini disebabkan adanya efisiensi pada beberapa kegiatan dan
adanya bagian kegiatan yang belum dantidak jadi direalisasikan sehubungan waktu pelaksanaan tidak mencukupi.
b. Solusi :
1 Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk
direalisasikan; 2
Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas.
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-20 2.2.
Pembiayaan Daerah 2.2.1.
Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, adapun penerimaan pembiayaan tersebut bersumber
dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya SILPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
pinjaman daerah, penerimaan kembali pembelian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah
daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk
mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Namun demikian, meningkatkan adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti
angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian
prudential management
, professional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah.
Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah
daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penetapan dan memberikan manfaat
bagi masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain kecuali SiLPA.
Penerimaan kembali penerimaan piutang daerah, pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan
untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan
daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas
pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-
hatian
prudential management
, profesional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka
LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014
III-21
peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan
daerah. Sumber pendanaan tersebut, adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat. Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh
lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan
pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, serta penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal investasi pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang
jatuh tempo, dan pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan disebut sebagai pembiayaan netto. Jumlah
pembiayaan netto harus dapat menutup defisit APBD.
1. Kebijakan penerimaan pembiyaan