Yaitu penugasan dari pemerintah kepada kepala daerah dan atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota
dan atau desa serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melakukan tugas tertentu.
c. Teori Desentralisasi
Secara teoritis, desentralisasi dibagi menjadi dua yaitu desentralisasi terotorial dan desentralisasi fungsional. Desentralisasai
teritorial menjelma dalam bentuk badan yang didasarkan pada wilayah, sedangkan desentralisasi fungsional menjelma dalam bentuk badan-
badan yang didasarkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Desentralisasi teritorial berbentuk otonomi dan tugas pembantuan Bagir Manan, 1994
: 21.
Terkait dengan bagaimana mengelola urusan-urusan Pusat dan urusan-urusan Daerah maka perlu kiranya dipahami mengenai sistem
rumah tangga daerah. Menurut Bagir Manan, sistem rumah tangga daerah adalah tatanan yang bersangkutan dengan cara-cara membagi
wewenang, tugas, dan tanggung jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah. Salah satu penjelmaan pembagian
tersebut adalah bahwa daerah akan memiliki sejumlah urusan pemerintahan baik karena penyerahan ataupun yang dibiarkan sebagai
urusan daerah. Secara teoritis ada tiga sistem rumah tangga formal, sistem rumah tangga material, dan sistem rumah tangga nyata atau riil.
Sistem rumah tangga formal berpangkal tolak dari prinsip-prinsip bahwa tidak ada perbedaan sifat antara urusan yang diselenggarakan
pusat dan apa saja yang diselenggarakan daerah. Sistem rumah tangga material berangkat dari pemikiran bahwa memang ada perbedaan
mendasar antara urusan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Sedangkan sistem rumah tangga nyata atau riil disebut juga sistem otonomi yang nyata atau riil. Disebut nyata, karena isi rumah tangga
didasarkan kepada keadaan atau faktor-faktor yang nyata Isharyanto, 2005 : 1358
d. Prinsip-Prinsip Pemerintahan Daerah
Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa otonomi daerah
menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam arti kepala daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapakan dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat
kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu ada beberapa prinsip dalam pemberian otonomi
daerah yang dipakai sebagai pedoman dalam pembentukan dan penyelenggaraan daerah otonomi yaitu :
1 Penyelenggaraan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah
2 Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanngung jawab daerah otonom
3 Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, sedangkan daerah propinsi
merupakan otonomi yang terbatas 4 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi
negara terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
5 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam daerah.
e. Otonomi Daerah