3.7.1 Densitas
Untuk pengujian densitas dilakukan dengan mengukur volume volume dengan cara menghitung panjang, lebar, maupun tinggi dan menimbang massa dari masing
– masing sampel.
Dengan mengetahui besaran – besaran tersebut diatas,maka nilai dari densitas batako ringan
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.1
3.7.2 Penyerapan Air Water Absorbtion
Untuk pengujian besarnya penyerapan air perlu dilakukanpengujian yang mengacu pada standar ASTM C 20
– 93 dengan langkah – langkah sebagai berikut: 1.
Sampel dicetak dan didinginkan, sampel kemudian ditimbang dengan neraca digital ini disebut massa kering.
2. Kemudian direndan didalam air selama 1 jam, kemudian ditimbang. Dengan
mengetahui besaran besaran tersebut diatas, maka nilai penyerapan air batako ringan ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.2
3.7.3 Kuat Impak
Sampel kuat impak berbantuk balok. Untuk pengujian kuat impak mengacu pada standar ASTM D 638. Pada pengujian impak berdasarkan langkah-langkah berikut :
1. Dengan menggunakan jangka sorong diukur panjang, lebar, dan tinggi sampel
2. Mengatur jarum pada penunjukan energi pada posisi nol. Kemudian tombol godam
ditekan 3.
Mencatat jarum hasil pengukuran kemudian dikurangi dengan energi kosong sebasar 0.02 J.
Dengan mengetahui besaran – besaran tersebut diatas,maka nilai kuat impak batako ringan
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.3
3.7.4 Kuat Patah
Untuk mengetahui besarnya kuat lentur dari batako yang telah dibuat, maka perlu dilakukan pengujian yang mengacu pada standar ASTM C 348
– 97. Prosedur pengujian kuat lentur adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang akan diuji, diukur lebarnya, tingginya, dan jarak antara tumpuan dan
diletakkan diatas jarak antara tumpuan dan tepat dibawah penekan. 2.
Sebelum pengujian berlangsung, alat terlebih dahulu dikalibrasikan dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol.
3. Dihidupkan alat, kemudian dicatat angka yang ditunjukkan oleh skala pengukuran
pada alat sebagai nilai kuat patah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Fisis
4.1.1 Pengujian Densitas
Densitas merupakan perbandingan antra massa benda terhadap volumenya atau pengukuran massa setiap volume benda. Dalam pengujian densitas ini, massa styrofoam yang saya uji
bervariasi yaitu dari 0 , 12,5 25 , 37.5 , sampai 50 . Variasi massa abu vulkanik dari 50 , 37.5 , 25 , 12.5 hingga tidak menggunakan abu vulkanik. Dan massa semen
yang digunakan tetap yaitu 50 untuk setiap variasi styrofoam dan abu vulkanik yang digunakan. Dari pengukuran data densitas terhadap penambahan abu vulkanik dan styrofoam
seperti terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Densitas Batako Ringan Menggunakan Abu Vulkanik dan Styrofoam
No Semen
Abu Vulkanik
Styrofoam Massa
Kering Batako gr
Volume Batako
cm
3
Densitas Batako
grcm
3
1 50
50 23.45
16.76 1.39
2 50
12.5 37.5
24.10 16.76
1.43 3
50 25
25 31.18
16.76 1.86
4 50
37.5 12.5
33.44 16.76
1.99 5
50 50
37.65 16.76
2.24 Dari hasil pengukuran densitas batako dengan campuran abu vulkanik, styrofoam dan
semen pada tabel 4.1 berkisar 1.39 – 2.24 grcm
3
. Nilai densitasnya semakin bertambah seiring pengurangan styrofoam pada batako. Semakin kecil pengisi yang berupa styrofoam
pada sampel maka nilai densitasnya semakin besar, artinya massa batako semakin berat.
Hasil densitas dengan menggunakan styrofoam 50 didapat nilai densitasnya 1.39 grcm
3
. Pada pengurangan 12.5 styrofoam terjadi peningkatan nilai densitas yang berkisar dari 1.39 grcm
3
– 2.24 grcm
3
. Hal ini dikarenakan styrofoam lebih ringan dari abu vulaknik. Jika terjadi penambahan styrofoam maka massa batako semakin ringan dan nilai densitas nya
semakin rendah.
Menurut Yanarta, 2008, batako yang diklasifikasikan sebagai batako ringan adalah batako yang memiliki densitas 23 dari densitas batako normal. Nilai densitas batako ringan
yang dikeringkan secara alami adalah berkisar 0.741 grcm
3
.
Universitas Sumatera Utara