2.2 Alveolar Ridge
Tulang alveolar alveolar bone atau yang biasa disebut prosesus alveolaris adalah bagian dari tulang maksila dan mandibula yang terbentuk menebal seperti
dinding ridge dan mendukung soket gigi alveoli.Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal.
Seluruh dinding tulang alveolar membentuk kesatuan atau lengkungan rahang yang dapat disebut dengan alveolar ridge.
Secara anatomis tulang alveolar dibagi menjadi dua bagian, yaitu alveolar bone proper dan supporting alveolar bone. Supporting alveolar bone ini terdiri dari
dua bagian yaitu yang kompak, yang membentuk keping oral dan vestibular dan tulang spongi, yang terletak diantara lempeng kortical dan alveolar bone proper.
Periousteum adalah lapisan yang menghubungkan jaringan lunak yang menutupi permukaan luar tulang yang terdiri dari jaringan kolagen dan bagian dalam terdiri dari
serabut elastik lempeng kortical oral maupun vestibular langsung bersatu dengan maksila dan mandibula.
Keberadaan tulang alveolar tergantung dari adanya gigi, bila gigi dicabut tulang alveolar akan mengalami resorpsi. Jika gigi tidak erupsi, tulang alveolar tidak
berkembang. Permukaan luar lempeng kortical cortical plate merupakan permukaan luar
tulang alveolar pada daerah vestibular maupun kortical oral. Pada daerah leher gigi dimana tulang alveolar akan berakhir, bagian ini akan dibentuk oleh persatuan
alveolar bone proper dan tulang kompak yang dikenal dengan nama puncak tulang alveolar. Baik permukaan luar tulang alveolar maupun puncak tulang alveolar
konturnya sangat bervariasi. Bagian tulang alveolar yang berada diantara dua gigi dikenal dengan nama
septum interdental. Septum interdental ini dibentuk oleh alveolar bone proper, permukaan proksimal gigi geligi, tulang spongi dan tulang kompak yang berada
diantara gigi serta puncaknya dibentuk oleh penyatuan alveolar bone proper maupun tulang kompak.
14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Tulang Alveolar
15
2.2.1 Resorpsi Alveolar Ridge
Resorpsi Alveolar ridge adalah kumpulan dari beberapa penyakit yang bersifat kronis, progressive, irreversible. Resorpsi alveolar ridge terjadi setelah kehilangan
gigi. Setelah kehilangan gigi, alveolar ridge akan mengalami proses resorpsi. Dalam situasi ini tidak ada dukungan cukup dari jaringan yang tersisa untuk fungsi gigi
tiruan yang benar. Oleh karena itu, karena hilangnya massa tulang yang luas menyebabkan gigi tiruan tidak mempunyai retensi dan stabilitas. Kehilangan gigi
distal menyebabkan gangguan neuromuskuler pada rahang bawah, mengurangi efek gigitan dan dimensi vertikal dari gigi tiruan, sehingga terjadi perubahan pada alveolar
ridge. Resorpsi alveolar ridge dimulai dengan kehilangan gigi dan membran
periodontal yang bertanggung jawab untuk pembentukan tulang. Hilangnya gigi menyebabkan penurunan metabolisme dalam alveolar ridge dan menyebabkan
resorpsi biokimia tulang yang disebabkan oleh endotoxines plak gigi, faktor prostaglandins, dan produksi osteoklas yang merangsang resorpsi alveolar ridge.
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Resorpsi Alveolar Ridge
1. Faktor anatomi
Faktor anatomi berpengaruh terhadap resorpsi alveolar ridge yaitu kuantitas dan kualitas tulang dari alveolar ridge. Dengan demikian ada kemungkinan
bahwa jika volume tulang lebih besar, maka resorpsi yang terjadi akan terlihat. Faktor anatomis lain yang sangat penting untuk peningkatan resorpsi adalah kepadatan
tulang. Akan tetapi kepadatan tulang pada suatu waktu tidak menunjukkan status metabolisme tulang yang telah terjadi meliputi aktivitas osteoklastik dan osteoblastik.
2. Stres dan efek strain
Hal ini juga diketahui bahwa jaringan osteoid yang menerima rangsangan mekanik konstan dapat menyeimbangkan aktivitas osteoklastik dan aktivitas
osteoblastik. Ketika tulang dalam keadaan imobilisasi atau weightlessness, stress mekanik berkurang tidak dapat mempertahankan proses remodeling tulang yang
normal yang menghasilkan penurunan massa tulang yang dikenal sebagai atrofi disuse. Di sisi lain, telah menunjukkan bahwa secara fisiologis, stres mekanik dapat
merangsang aposisi tulang. 3.
Peran mediator inflamasi Berbagai mediator inflamasi, terutama prostaglandin, telah dianggap oleh
banyak peneliti memainkan peran dalam meningkatkan tingkat resorpsi alveolar ridge. Sebuah studi in- vitro menunjukkan bahwa ketika sel-sel osteoblastik menjadi
sasaran tekanan mekanis berulang ada peningkatan yang signifikan dalam sintesis prostaglandin E2. Dalam sebuah studi terpisah yang menggunakan tikus tidak bergigi,
pemberian harian indometasin, penghambat siklooksigenase enzim yang diperlukan untuk sintesis prostaglandin, mengurangi tingkat resorpsi sampai 50 dalam periode
eksperimental. Ketika prostaglandin E2 dikeluarkan, efek penghambatan indometasin berkurang. Hubungan langsung antara prostaglandin dan resorpsi tulang merupakan
hubungan sebab akibat. Sintesis zat aktif biologis tertentu dengan mukosa rahang tidak bergigi mungkin memainkan peran dalam meningkatkan aktivitas osteoklastik
dari resorpsi alveolar ridge, tetapi ini belum diidentifikasi.
17
Universitas Sumatera Utara
2.3 Rahang Edentulus