Resorpsi tulang alveolar akan terjadi pada pasien kehilangan gigi. Resorpsi pada mandibula terjadi empat kali lebih cepat dibandingkan pada maksila.
25
2.3.3 Dampak Edentulus Pada Kesehatan
Kehilangan gigi baik sebagian maupun seluruhnya juga memiliki dampak pada kesehatan umum, yaitu:
1. Peningkatan resiko obesitas, penyakit kardiovaskuler dan gastrointestinal
akibat kurangnya asupan buah dan sayur, serat dan karoten serta meningkatnya kolesterol dan lemak jenuh.
26
2. Resiko inflamasi kronis pada mukosa lambung, kanker pancreas dan ulcer
pada duodenum. 3.
Meningkatnya resiko penyakit non-insulin diabetes militus. 4.
Peningkatan risiko kelainan elektrokardiografi, hipertensi, gagal jantung, penyakit sistemik, stroke dan sclerosis katup aorta. Penelitian juga menunjukkan
hubungan yang mungkin antara edentulism lengkap dan peningkatan risiko coroner penyakit jantung.
5. Penurunan fungsi aktivitas sehari-hari, aktivitas fisik dan domain kualitas
kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan. 6.
Peningkatan risiko penyakit ginjal kronis. 7.
Kehilangan gigi juga berpengaruh terhadap gangguan pernafasan saat tidur obstuktif sleep apnea.
2.4 Tinjauan Umum Radiografi Panoramik 2.4.1 Definisi
Radiografi panoramik, disebut juga pantomography atau dental panoramic tomography, merupakan teknik radiografi yang menghasilkan satu gambaran
tomografi struktur wajah termasuk lengkung gigi maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya.
27
Teknik ini adalah variasi kurvilinier dari tomografi
Universitas Sumatera Utara
konvensional dan berlandaskan pada prinsip pergerakan resiprokal sumber sinar-x dan sebuah reseptor gambar di sekitar poin sentral, disebut image layer, yang menjadi
lokasi objek berada. Objek pada bagian depan atau belakang layer tidak tertangkap dengan jelas karena pergerakannya relatif menuju pusat rotasi reseptor sinar-x.
28
2.4.2 Indikasi
Indikasi pemakaian radiografi panoramik adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mendeteksi ada tidaknya gigi yang tidak erupsi.
29
2. Melihat hubungan gigi posterior atas dengan sinus maksilaris.
3. Melihat hubungan gigi posterior bawah dengan kanalis alveolaris inferior.
4. Suspek pembengkakan asimptomatik
5. Pemeriksaan radiografi gangguan sendi temporamandibula.
6. Pemeriksaan tumor dan kista odontogenik.
7. Melihat crest alveolar untuk pemasangan implant.
8. Mengevaluasi maxilomandibula yang telah mengalami trauma.
9. Pemeriksaan intervensi bedah maksila mandibula.
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Panoramik
Kelebihan utama dari penggunaan radiografi panoramik adalah membahas secara luas mengenai tulang-tulang wajah dan gigi, dosis radiasi yang rendah dan
waktu yang singkat dalam pengambilan gambar yaitu sekitar 3–4 menit, termasuk waktu memposisikan pasien dan waktu pemaparan. Kelebihan lainnya dari radiografi
panoramik adalah: 1.
Gambaran area yang luas dan seluruh jaringan ditampilkan.
29
2. Radiografi panoramik dapat dengan mudah dipahami pasien, sehingga
bermanfaat menjadi sarana edukasi bagi pasien. 3.
Pengambilan posisi relatif sederhana. 4.
Pandangan keseluruhan rahang memberikan penilaian cepat pada penyakit, bahkan mungkin penyakit yang tidak dicurigai sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Pandangan kedua sisi mandibula dalam satu film bermanfaat dalam menilai
fraktur dan cukup nyaman dilakukan pada pasien yang terluka atau sakit. 6.
Dinding dasar antral, juga dinding posterior dan media dapat terlihat dengan baik.
7. Kedua prosesus kondiloideus dimunculkan dalam satu film sehingga
memudahkan dalam melakukan perbandingan. 8.
Dosis radiasinya hanya sekitar seperlima dari survei full mouth radiografi intraoral.
Kekurangan utama dari radiografi panoramik adalah bahwa gambar tidak menunjukkan detail anatomi yang baik seperti pada radiografi intraoral, sehingga
tidak cocok untuk mendeteksi lesi karies yang kecil, struktur marginal jaringan periodonsium, atau penyakit-penyakit periapikal. Terkadang ada jaringan yang
overlap, seperti servikal tulang belakang, dapat menyembunyikan lesi-lesi odontogenik, khususnya pada daerah insisal. Kerugian lain dari radiografi panoramik
adalah:
29
1. Gambaran tomografi ini hanya menampilkan satu bagian dari pasien,
sehingga struktur atau kejanggalan yang tidak mencolok tidak terlihat jelas. 2.
Jaringan lunak dan rongga udara dapat terhalangi jaringan keras. 3.
Bayangan artefaktual dapat manghalangi gambaran struktur yang penting. 4.
Penggunaan indirect-action film dan intensifying screen menghasilkan penurunan kualitas gambar tapi resolusinya dapat ditingkatkan dengan menggunakan
digital image receptor. 5.
Teknik ini tidak cocok pada pasien anak di bawah umur enam tahun atau pasien yang mempunyai kemampuan terbatas karena panjangnya siklus pemaparan.
6. Beberapa pasien tidak dapat menyesuaikan diri sehingga beberapa struktur
dapat keluar dari fokus. 7.
Pergerakan pasien selama pemaparan dapat menyebabkan distorsi sehingga menyulitkan interpretasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Gambaran Radiografi Maxillary Alveolar Ridge
Salah satu struktur yang terlihat pada radiografi panoramik adalah alveolar ridge. Saat terjadi kehilangan gigi, struktur ini mengalami penurunan ketinggian.
Pasien dengan rahang tidak bergigi atau kehilangan seluruh geligi pada rahang menyebabkan terjadinya penurunan struktur ini. Ketinggian maxillary alveolar ridge
pada pasien edentulus dapat diperkirakan dengan menghitung ketinggian alveolar ridge melalui radiografi panoramik. Ketinggian maxillary alveolar ridge dapat
dinyatakan sebagai jarak antara garis infraorbita dan alveolar crest pada maksila baik pada pasien edentulus maupun bergigi.
6
Gambar 4. Alveolar ridge tanda panah dilihat sebagai garis batas tulang alveolar yang
tampak radiopak pada rontgen foto
28
2.4.5 Pengukuran Alveolar Ridge Rahang Edentulus Pada Radiograf Panoramik
Pengukuran maxillary alveolar ridge pada radiografi panoramik adalah jarak
antara titik paling bawah dari ridge infraorbital garis O dan alveolar crest pada maksila Garis A, B, C. Alveolar crest pada pada pasien edentulus terlihat pada gambaran
radiografik, sedangkan pasien bergigi terletak 1,2 mm dari cementoenamel junction. Terdapat tiga titik perhitungan, yaitu insisif, premolar, dan molar. Pada pasien edentulus,
titik insisif terletak pada midline rahang berpedoman pada septum nasi, foramen nasopalatina dan anterior nasal spine, titik premolar terletak pada mesial foramen
Universitas Sumatera Utara
infraorbita dan titik molar terletak pada titik inferior processus zygomaticus. Pada pasien bergigi kelompok kontrol gigi yang harus ada yaitu insisif pertama, premolar pertama
dan molar pertama.Terdapat tiga titik perhitungan, titik insisif terletak pada midline rahang atau titik tengah kedua insisif sentral, titik premolar terletak pada distal premolar
pertama dan titik molar terletak pada distal molar pertama.
6
Gambar 5. Pengukuran ketinggian maxillary alveolar ridge pada sampel bergigi. Garis O-garis infraorbital; garis Z–garis zigomatik; garis A, B, C-garis O
ke alveolar crest 1,2 mm dari cementoenamel junction pada midline rahang atau titik tengah kedua insisif sentral A, distal premolar
pertama B dan distal molar pertama C
8
Gambar 6. Pengukuran ketinggian maxillary alveolar ridge pada sampel edentulus. Garis O-garis infraorbital; garis Z–garis zigomatik; garis A, B, C-garis O
ke alveolar crest pada midline rahang berpedoman pada septum nasi, foramen nasopalatina dan anterior nasal spine A, titik premolar pada
mesial foramen infraorbita B dan titik molar pada titik inferior processus zygomaticus C
8
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Teori