Analisis Manajemen Kas Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamua‟laikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : “Analisis Manajemen Kas Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

Terselesaikannya Tugas Akhir ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini baik dukungan moril maupun materil. Kepada Bapak dan Mama yang saya cintai, Norman, SP dan Mutiara S Silalahi yang selalu melimpahkan doa dan dukungan penulis dengan sepenuh hati serta memotivasi penulis dengan tiada henti untuk menjadi yang terbaik. Tanpa dukungan, motivasi dan doa dari keduanya, penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan pendidikan sampai dengan sekarang. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kerja keras Bapak dan Mama dengan Surga-Nya. Penulis juga ingin mengungkapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan dan Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Liasta Ginting, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya Tugas Akhir ini.

4. Bapak Drs. H. Ahmad Fuad, M.Si selaku Kepala Biro Keuangan Setdaprovsu dan seluruh pegawai di bagian Kas Daerah Setdaprovsu yang telah bersedia menerima penulis untuk mengadakan penelitian di instansi pemerintah tersebut.

5. Teruntuk kakak saya, Yuni Alfiana, SS yang memotivasi dan memberikan doa kepada penulis agar tetap terus semangat untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Sahabat seperjuangan Deci Wiputri L.Tobing, Khalida Putri, Ika Dwi Putri Br. Sitepu, Shahnaz Oktari, Lia Kurniati, Irpan Sulek, Rahmat, Dirga, Amed dan Septian serta teman-teman D-III Manajemen Keuangan Grup A stambuk 2012.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi semua pihak.

Medan, Juni 2015 Penulis

Rizky Ramadhani NIM. 122101005


(5)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR TABEL... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

BAB II PROFIL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat... 5

B. Struktur Organisasi... 9

C. Bidang Tugas Satuan Kerja Perangkat Daerah... 10

D. Kewenangan, Hak dan Kewajiban... 17

E. Fungsi Pokok Lainnya... 20

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Kas... 23

B. Tujuan Manajemen Kas... 24

C. Motif-motif Memiliki Kas... 26

D. Perencanaan Kas... 27

1. Penerimaan Kas... 31

1.1 Sumber Penerimaan Kas... 34

2. Pengeluaran Kas... 41

E. Pengendalian Kas... 45

F. Pengawasan Kas... 47

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 50

B. Saran... 51


(6)

DAFTAR GAMBAR


(7)

DAFTAR TABEL


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap perusahaan atau badan usaha didirikan dengan tujuan utamanya untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang maksimum. Keuntungan yang dipakai untuk memperluas kegiatan atau usaha perusahaan sehingga dapat mempertinggi tingkat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan dapat tumbuh besar dengan mengetahui perkembangan usahanya dari waktu ke waktu khususnya mengenai manajemen kas. Secara normatif, tujuan yang ingin dicapai manajemen kas adalah memaksimalkan kesejahteraan nilai perusahaan.

Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang kapanpun dapat dengan segera dicairkan untuk membayar segala pengeluaran atau transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan dan perencanaan yang tepat didalam pengelolaan kas yang efektif dan efisien sehingga pemanfaatan kas dapat optimal.

Jumlah kas optimal berarti terdapatnya jumlah kas yang diperlukan yaitu tidak lebih dan tidak kurang pada setiap waktu, semakin besar jumlah kas yang tersedia di perusahaan, maka makin tinggi likuiditasnya. Namun, bukan berarti perusahaan tersebut dalam kondisi baik. Adanya kas yang terlalu besar


(9)

berakibat pemanfaatan kas tersebut kurang efisien karena kas tersebut menganggur dan tidak menghasilkan keuntungan.

Kas membutuhkan suatu pengelolaan khusus yang disebut dengan manajemen kas. Manajemen kas sangat penting dalam mengelola ataupun menyusun suatu anggaran perusahaan. Manajemen kas merupakan fungsi yang dilaksanakan oleh unit perbendaharaan, mulai dari perencanaan sampai pada pelaporan anggaran kas.

Laporan sumber dan penggunaan kas dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kasa atau cash flow di masa yang akan datang, sedangkan bagi para kreditur atau bank dengan adanya laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamnnya.

Pengelolaan kas yang baik dan benar akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan antara lain :

a. Efektivitas dan efesiensi biaya yang keluar dari kas perusahaan.

b. Khusus untuk perusahaan, penggunaan kas secara maksimal untuk meningkatkan laba.

c. Menghindari adanya kas yang menganggur dengan mengalokasikannya secara tepat dan menguntungkan tempat lain.


(10)

pelaksanaan manajemen kas yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU) dengan memilih judul “Analisis Manajemen Kas Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(PEMPROVSU)”.

B. Rumusan Masalah

Masalah kas dari suatu perusahaan atau instansi pemerintah adalah mengatasi kekurangan dan kelebihan kas sehingga seluruh kewajiban perusahaan atau instansi pemerintah bersangkutan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Adapun perumusan masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah :

“Bagaimana pengelolaan kas yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara (PEMPROVSU)?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengelolaan manajemen kas pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU) apakah mampu mengelola dana yang dimiliki sehingga memberi pengertian yang berarti mengenai manfaat manajeman kas.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis,untuk memperluas wawasan penulis dalam meneliti


(11)

pemerintah dalam hubungannya dengan manajemen kas dan teori-teori yang sudah didapat pada masa perkulihaan.

2. Bagi perusahaan atau instansi pemerintah, tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan serta evaluasi atas sistem manajemen kas yang sudah ditetapkan perusahaan tersebut sehingga keputusan-keputusan yang tidak mengeuntungkan dapat diubah.

3. Bagi pembaca, tugas akhir ini semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan referensi.


(12)

BAB II

PROFIL PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sejarah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU)

Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatera, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota Medan.

Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi Sumatera kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan penggabungan dari tiga daerah administratif yang disebut keresidenan yaitu: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10 Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatera Utara.

Pada awal tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I. Nomor 22/Pem/PDRI pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan.


(13)

Selanjutnya dengan Ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17 Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali Provinsi Sumatera Utara.

Dengan Undang-Undang R.I. No. 24 Tahun 1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatera Utara sebahagian menjadi wilayah Provinsi Aceh.

Visi dan Misi Sumatera Utara Tahun 2014-2018

Berikut ini akan dijelaskan visi dan misi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU).

a. Visi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Menjadi provinsi yang berdaya saing menuju Sumatera Utara sejahtera. b. Misi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

1. Membangun sumber daya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religus dan berkompetensi tinggi.

2. Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kerjasama antar daerah, swasta, regional dan internasional.

3. Meningkatkan kualitas standar hidup layak, kesetaraan dan keadilan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah.


(14)

4. Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah melalui pengolaan sumber daya alam lestari berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 5. Reformasi birokrasi berkelanjutan guna mewujudkan tata kelola

pemerintah yang baik dan bersih (good governance dan clean governance).

Lambang Provinsi Sumatera Utara

Makna Lambang

1. Kepalan tangan yang diacungkan ke atas dengan menggenggam rantai beserta perisainya, melambangkan kebulatan tekad perjuangan rakyat Provinsi Sumatera Utara melawan imperialisme/kolonialisme, feodalisme, dan komunisme.

2. Batang bersudut lima, perisai dan rantai, melambangkan kesatuan masyarakat di dalam membela dan mempertahankan Pancasila.

3. Pabrik, pelabuhan, pohon karet, pohon sawit, daun tembakau, ikan, daun padi dan tulisan "Sumatera Utara", melambangkan daerah yang indah, permai, masyhur dengan kekayaan alamnya yang melimpah-limpah.


(15)

4. Tujuh belas kuntum kapas, delapan sudut sarang laba-laba dan empat puluh lima butir padi, menggambarkan tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan di mana ketiga-tiganya ini berikut tongkat di bawah kepalan tangan, melambangkan watak kebudayaan yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotisme, pencinta kedamaian dan pembela keadilan.

5. Bukit Barisan yang berpuncak lima, melambangkan tata kemasyarakatan

yang berkepribadian luhur, bersemangat persatuan dan kegotong-royongan yang dinamis.


(16)

B. Struktur Organisasi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Tabel 2.1 Struktur Organisasi Pemprovsu

GUBERNUR

WAKIL GUBERNUR

STAF AHLI

GUBERNUR SEKRETARIS

DAERAH

ASISTEN ADMINISTRASI UMUM DAN ASET

ASISTEN KESEJAHTERAAN SOSIAL ASISTEN PEMERINTAHAN ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN LEMBAGA TEKNIS DAN LEMBAGA LAIN DINAS DAERAH SEKRETARIAT DEWAN DAN SEKRETARIAT DAERAH Bid. Ekonomi,

SDA dan Keuangan

Bid. Hukum dan Pemerintahan

Bid. Kesehatan dan Pendidikan Bid. Pemberdayaan Masyarakat dan Penanggulangan Kemiskinan Bid. Pertanahan

dan Aset - Badan Kepegawaian Daerah

- Badan Kesatuan Bangsa

dan Perlindungan Masyarakat

- Badan Ketahanan

Pangan

- Badan Lingkungan

Hidup

- Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintah Desa

- Badan Penanaman

Modal dan Promosi

- Badan Pendidikan dan

Pelatihan

- Badan Penelitian dan

Pengembangan

- Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

- Badan Perpustakaan,

Arsip dan Dokumentasi

- Inspektorat

- Kantor Penghubung

- Rumah Sakit Jiwa

Daerah

- Satuan Polisi Pamong

- Dinas Bina Marga - Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata - Dinas Kehutanan - Dinas Kelautan dan

Perikanan - Dinas Kesehatan - Dinas Kesejahteraan dan

Sosial

- Dinas Komunikasi dan Informatika

- Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah - Dinas Pemuda dan

Olahraga

- Dinas Penataan Ruang dan Permukinan - Dinas Pendapatan - Dinas Pendidikan - Dinas Pengelolaan

Sumber Daya Air - Dinas Perhubungan - Dinas Perindustrian dan

Perdagangan - Dinas Perkebunan - Dinas Pertambangan dan

Energi

- Dinas Pertaniaian - Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan - Dinas Tenagan Kerja dan

Transmigrasi

-Biro Administrasi Pembangunan

-Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial

-Biro Hukum -Biro Keuangan -Biro Organisasi -Biro Otonomi Daerah dan

Kerjasama -Biro Pemberdayaan

Perempuan, Anak dan KB -Biro Pemerintahan Umum -Biro Perekonomian -Biro Perlengkapan dan

Pengelolaan Aset -Biro Umum -Sekretariat DPRD SU


(17)

C. Bidang Tugas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

No. SKPD Bidang Tugas

1.

Badan

Kepegawaian Daerah

Pengadaan, pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan, mutasi, informasi kepegawaian.

2.

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Pembinaan ideologi dan kewaspadaan bangsa, kewaspadaan nasional, pembinaan politik dalam negeri dan perlindungan masyarakat.

3.

Badan Ketahanan Pangan

Ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan akses pangan, konsumsi, mutu dan keamanan pangan.

4.

Badan Lingkungan Hidup

Pengkajian tata lingkungan dan Amdal, pengendalian pencemaran lingkungan dan pengelolaan limbah, pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan, penataan lingkungan dan komunikasi lingkungan.

5.

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu

Pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.

6.

Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa dan kelurahan, kelembagaan dan sosial budaya, usaha ekonomi masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam dan penggunaan teknologi tepat guna.


(18)

No. SKPD Bidang Tugas

7.

Badan Penanaman Modal dan Promosi

Pengembangan investasi, promosi, pelayanan, pengawasan, dan pengendalian.

8.

Badan

Penanggulangan Bencana Daerah

Dukungan teknis administratif dan operasional di bidang pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pra bencana, pasca bencana, restrukturisasi, penanggulangan, dan hubungan antar lembaga. 9.

Badan Pendidikan dan Pelatihan

Pengkajian, pendidikan pelatihan teknis, fungsional, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan dan umum.

10.

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pemerintahan dan kemasyarakatan, sosial budaya, ekonomi dan pembangunan, sumber daya alam dan maritime.

11.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan daerah, ekonomi dan keuangan, sumber daya manusia, sosial budaya, tata ruang dan pengelolaan lingkungan, sarana dan prasarana, pengendalian,evaluasi, monitoring dan statistik. 12. Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi

Pengelolaan bahan pustaka dan deposit daerah, layanan perpustakaan dan teknologi informasi, pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan perpustakaan dan arsip daerah.

13.

Biro Administrasi Pembangunan

Evaluasi pembangunan, bina usaha jasa dan pengendalian pelaksanaan pembangunan.


(19)

No. SKPD Bidang Tugas

14.

Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial

Kesehatan dan tenaga kerja, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga, pembinaan sosial dan kehidupan beragama.

15.

Biro Hukum Penyuluhan hukum, peraturan

perundang-undangan, fasilitasi produk hukum daerah dan bantuan hukum.

16.

Biro Keuangan Perbendaharaan, anggaran, kas daerah, akuntansi, dan pembinaan anggaran kabupaten/kota.

17.

Biro Organisasi Pemerintahan dan/atau kewenangan otonomi provinsi di bidang administrasi/ketatausahaan, kelembagaan pementapan ketatalaksanaan umum, analisis jabatan, dan peningkatan akuntabilitas kinerja.

18.

Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama

Pendapatan daerah, hubungan pengembangan daerah, fasilitasi kerjasama dan penyelenggaraan otonomi daerah.

19.

Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak, dan KB

Pengarus-utamaan gender, perlindungan dan kualitas hidup perempuan, perlindungan dan kesejaheraan anak, dan keluarga sejahtera dan berencana.

20.

Biro Pemerintahan Umum

Ketertiban umum, perlindungan masyarakat, kawasan khusus, dan pertanahan, serta perangkat wilayah.


(20)

No. SKPD Bidang Tugas

21.

Biro Perekonomian Pengembangan sumber daya alam, pengembangan urusan ekonomi daerah, pengembangan distribusi, industri dan perdagangan, pengembangan produksi pangan dan agrobisnis.

22.

Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset

Pengadaan, analisis, kebutuhan dan pengelolaan aset, distribusi, penyimpanan, penghapusan, dan perawatan.

23.

Biro Pemerintahan Umum

Ketertiban umum, perlindungan masyarakat, kawasan khusus dan pertanahan,serta perangkat wilayah.

24.

Dinas Bina Marga Pengaturan dan evaluasi, pembinaan, pembangunan dan peningkatan, pemeliharaan, dan pemanfaatan kebinamargaan.

25.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Pembinaan seni budaya, sejarah, kepurbakalaan, pemasaran pariwisata, obyek wisata, dan usaha pariwisata.

26.

Dinas Kehutanan Inventarisasi, penatagunaan dan pengusahaan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, dan perlindungan hutan.

27.

Dinas Kelautan dan Perikanan

Perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengawasan dan pengendalian sumber daya perikanan dan kelautan, dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.


(21)

No. SKPD Bidang Tugas

28.

Dinas Kesehatan Pembinaan pengendalian masalah kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dan jaminan kesehatan.

29.

Dinas

Kesejahteraan Sosial

Potensi sumber kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial.

30.

Dinas Komunikasi dan Informatika

Aplikasi telematika, pendapat umum, hubungan kelembagaan, sarana komunikasi, diseminasi, pos, telekomunikasi, data, informasi, dan bina media masa.

31.

Dinas Koperasi dan UKM

32.

Dinas Pemuda dan Olahraga

Pengendalian pelaporan dan evaluasi, pembinaan kepemudaan, keolahragaan, prasarana dan sarana. 33.

Dinas Pendapatan Pajak kenderaan bermotor dan kenderaan di atas air, pajak air dan pajak lainnya, retribusi dan pendapatan lainnya.

34.

Dinas Pendidikan Pendidikan dasar, pendidikan khusus, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, mutu pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan non formal, informal, dan pendidikan anak usia dini, dan pendidikan luar sekolah.

35.

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Rancang bangun, pembangunan dan rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan, dan bina manfaat.


(22)

No. SKPD Bidang Tugas

36.

Dinas Perhubungan Perhubungan darat, laut, udara, dan sarana dan prasarana.

37.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Perindustrian dan perdagangan.

38.

Dinas Perkebunan Produksi perkebunan, perlindungan perkebunan, usaha tani perkebunan dan sarana usaha perkebunan.

39.

Dinas

Pertambangan dan Energi

Pertambangan umum, geologi dan sumber daya mineral, listrik, dan pemanfaatan energi dan gas bumi.

40.

Dinas Pertanian Bina tanaman pangan, bina holtikultura. Pengelolaan lahan, air dan sarana, dan bina usaha tani.

41.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

Sarana dan prasarana peternakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan pembinaan usaha peternakan.

42.

Dinas Tata Ruang dan Pemukiman

Penataan ruang, pembinaan perumahan dan permukiman, tata bangunan dan konstruksi, penyehatan lingkungan kepenataan ruang dan pemukiman.

43.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Tenaga kerja, hubungan industrial, perlindungan dan ketenagakerjaan, dan ketransmigrasian.


(23)

No. SKPD Bidang Tugas

44.

Inspektorat Daerah Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.

45.

Kantor Perwakilan Jakarta

Hubungan antar lembaga, pembinaan masyarakat dan pelayanan, fasilitasi promosi dan informasi. 46.

Kesbang Linmas 47.

Rumah Sakit Jiwa Ppengkajian dan pengembangan, pelayanan medis, perawatan, dan penunjang medis.

48.

Satuan Polisi Pamong Praja

Ketenteraman dan ketertiban umum, operasional dan pengawasan, hubungan antar lembagfa dan pengawasan serta penyidikan dan pengusutan penegakan produk hukum daerah Provinsi.

49. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

50.

Sekretariat Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah

Dukungan teknis operasional dan pelayanan administratif kepada KPI Daerah.

51.

Sekretariat

KORPRI Provinsi

Dukungan teknis operasional dan administrasi kepada Pengurus KORPRI Provinsi.


(24)

No. SKPD Bidang Tugas

52.

Sekretaris Daerah Hukum, kelembagaan perangkat daerah, pemberdayaan perempuan, pemerintahan, perekonomian dan pembangunan, perencanaan, kesejahteraan sosial, dan aset; dan pelayanan administrasi umum, keuangan, kepegawaian, kerjasama kepada seluruh perangkat daerah provinsi, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. 53.

Sekretaris DPRD Persidangan dan risalah, informasi, protokol, hukum dan perundang-undangan dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.

Sumber : Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

D. Kewenangan, Hak, dan Kewajiban Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

1. Kewenangan Pemerintah Provinsi

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah Provinsi meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;


(25)

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah

termasuk lintas kabupaten/kota; j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan Provinsi Sumatera Utara;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota; dan

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/ kota.

2. Hak Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah Provinsi Sumatera Utara mempunyai hak:

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan Provinsi Sumatera Utara;

b. Memilih pimpinan daerah Provinsi Sumatera Utara; c. Mengelola aparatur daerah Provinsi Sumatera Utara; d. Mengelola kekayaan daerah Provinsi Sumatera Utara;

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah Provinsi Sumatera Utara;

f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah Provinsi Sumatera Utara;


(26)

g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

3. Kewajiban Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban: a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

nasional, serta keutuhan NKRI;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; c. Mengembangkan kehidupan demokrasi; d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;

i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. Melestarikan lingkungan hidup; dan

l. Mengelola administrasi kependudukan; m. Melestarikan nilai sosial budaya; dan

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya.


(27)

E. Fungsi Pokok Lainnya

1. Manajemen Kepegawaian Daerah

Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, ada sebagian kewenangan di bidang kepegawaian yang tetap menjadi kewenangan Pemerintah, dan ada sebagian lain yang diserahkan kepada Daerah untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Pembina Kepegawaian Daerah.

Kewenangan pengelolaan pegawai negeri sipil daerah tersebut meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah.

2. Penetapan Peraturan Daerah

Dalam rangka melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggungjawabnya, Pemerintah Daerah perlu menetapkan kebijakan daerah yang dapat dirumuskan dalam peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakan daerah dibuat oleh Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD. Khusus peraturan daerah tentang APBD rancangannya disiapkan oleh Pemerintah Daerah yang telah mencakup keuangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD. Kebijakan daerah dimaksud tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum serta peraturan Daerah lain.

Peraturan daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan tata ruang, berlakunya setelah melalui tahapan evaluasi oleh Pemerintah. Hal itu ditempuh dengan pertimbangan antara lain


(28)

untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan dan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya, terutama peraturan daerah mengenai pajak daerah dan retribusi daerah.

3. Pembangunan Daerah

Salah satu urusan pemerintahan daerah yaitu melakukan perencanaan dan pengendalian pembangunan. Untuk itu perlu disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan disusun secara berjangka meliputi rencana pembangunan jangka panjang (jangka waktu 20 tahun), rencana jangka menengah (jangka waktu 5 tahun) dan rencana kerja pembangunan daerah (jangka waktu 1 tahun). Di tingkat perangkat daerah maka setiap satuan kerja selanjutnya menyusun rencana strategis satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

4. Manajemen Keuangan Daerah

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. Sebagaian dari sumber pendapatannya, daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa: kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan Pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan


(29)

retribusi daerah, hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah, hak untuk mengelola kekayaan daerah, dan mendapatkan sumbe-rsumber pendapatan lain yang sah.

Di lain pihak, salah satu tugas Kepala Daerah dan Wakilnya adalah melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. Untuk itu pengelolaan uang daerah harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan.

Fungsi pengelolaan keuangan daerah meliputi perencanaan, pelaksanaan, penata-usahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah.

5. Pengelolaan Barang Daerah

Barang milik daerah merupakan aset daerah yang perlu dikelola secara efektif dan efisien. Sebagai salah satu hasil pembangunan, barang daerah merupakan inventaris daerah yang perlu dijaga agar pemanfaatannya dapat optimal. Pelaksanaan pengadaan barang dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, dan transparansi dengan mengutamakan produk dalam negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan kebutuhan daerah dan dari hasil analisis mutu barang, usia pakai serta nilai ekonomisnya, barang milik daerah bisa saja dihapuskan dari daftar inventaris barang daerah untuk dijual, dihibahkan, dan/atau dimusnahkan.


(30)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kas

Menurut Daft (2012 : 6) pengertian manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan organisasional secara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasional.

Menurut Gitosudarmu dan Basri (1992 : 57) Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Menurut Sartono (2001 : 415) Kas merupakan seluruh uang tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposit, ataupun rekening koran. Manajemen kas merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan tepat akan mengarah pada pencapaian tujuan perusahaan/organisasi, sebaliknya kurang baiknya manajemen kas akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan secara keseluruhan dan pada akhirnya akan mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan terhambat.

Menurut Martono dan Harjito (2004 : 3) Manajemen kas merupakan segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen kas merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset, dan mengelola aset untuk mencapai tujuan.


(31)

Manajemen kas merupakan sebuah proses yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya alam dan sumber-sumber lainnya.

Dalam perusahaan/instansi pentingnya manajemen yang baik atas kas perusahaan/instansi, karena kas merupakan elemen modal kerja yang paling tinggi tingkat kedudukannya dan diperlukan untuk kegiatan operasi perusahaan/instansi sehari-hari. Manajemen kas yang efesien mensyaratkan tersedinya kas yang terus bekerja dalam siklus operasi atau sebagai suatu investasi jangka pendek atau investasi jangka panjang.

B. Tujuan Manajemen Kas

Menurut Brooks, Wilson dan Champbel dalam buku controllership (2000 : 93) tujuan manajemen kas adalah :

1. Penyediaan kas yang cukup untuk operasi jangka pendek dan jangka panjang.

2. Penggunaan dana perusahaan secara efektif pada setiap waktu.

3. Penetapan tanggungjawab untuk penerimaan kas dan pemberian perlindungan yang cukup sampai dana disimpan.

4. Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk tujuan yang sah.

5. Pemeliharaan saldo bank yang cukup bilamana cocok untuk mendukung hubungan yang layak dengan bank komersil.


(32)

Sedangkan menurut Allen (1998 : 243) tujuan manajemen kas adalah : 1. Mengontrol belanja secara keseluruhan

Pengendalian belanja merupakan unsur paling penting dalam manajemen keuangan dan anggaran pada suatu instansi pemerintah. Oleh karena itu, harus didukung pula pada sistem pengelolaan keuangan dan sistem anggaran yang memadai. Dalam penganggaran berbasis kas pembayaran merupakan esensi dari realisasi belanja. Pengakuan atas realisasi belanja didasarkan pada jumlah kas yang dibayarkan sesuai dengan anggarannya. Oleh karena itu, pengaturan kas bermakna sebagai pengaturan atas belanja

2. Meminimalkan biaya pinjaman pemerintah

Yang dimaksud dalam pinjaman daerah adalah beban yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah ketika melakukan pinjaman atau berhutang kepada pihak ketiga sebagi akibat adanya kekurangan kas. Meminimalkan biaya pinjaman dapat dilakukan dengan mengurangi ketergantunagn daerah pada pinjaman.

Untuk mencapai tujuan manajemen kas ada 2 (dua) cara macam pendekatan yang berbeda dalam memperlakukan kas, yaitu:

a. Kas diperlukan sebagai aset finansial (financial asset)

Tujuan pendekatan ini adalah meminimumkan biaya yang timbul dari penggunaan kas.

b. Kas dianggap sebagai aset fisik (physical asset)

Dalam pendekatan ini, dipakai model persediaan untuk menetapkan jumlah persediaan kas yang layak bagi perusahaan.


(33)

C. Motif-motif Memiliki Kas

Menurut Garbutt (1994 : 24) ada beberapa alasan-alasan penting untuk memiliki sejumlah kas. Motif-motif tersebut antara lain :

1. Untuk mendukung transaksi perusahaan (motif transaksi)

Kas yang memadai harus selalu tersedia untuk membeli persediaan, membayar biaya-biaya, gaji, hutang, bunga, deviden, dan sebagainya. Kas yang demikian mempertahankan aktiva yang dikehendaki serta struktur keuangan perusahaan yang bersangkutan.

2. Untuk transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif (motif spekulatif)

Meskipun tidak semua perusahaan memiliki motif ini, akan tetapi banyak juga yang memilikinya. Kas seperti ini disimpan untuk sewaktu-waktu, misalnya, membeli saham perusahaan lain yang bangkrut, membeli persediaan dengan harga yang lebih murah, mengambil ahli perusahaan lain, dan sebagainya.

3. Untuk berjaga-jaga

Meskiun manajemen telah menyimpan kas untuk kedua motif diatas, mereka juga masih menyimpan uang kas untuk „kalau-kalau diperlukan‟. Motif berjaga-jaga ini memberikan jaminan terhadap kenyataan bahwa kita mengetahui atau menyadari bahwa kondisi di masa mendatang adalah sulit diduga atau tidak pasti.


(34)

D. Perencanaan Kas

Perencanaan adalah usaha membuat suatu pilihan tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin dapat tersedia yang meliputi strategi, kebijakan, program, proyek, dan prosedur dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Perusahaan atau instansi akan mempersiapkan masa depannya secara cermat dengan menentukan secara cermat tujuan keuangan melalui perencanaan.

Perencanaan meliputi kegiatan menentukan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan perusahaan/instansi, yang meliputi bagaimana pekerjaan akan dilakukan serta komponen-komponen apa yang saja yang diperlukan.

Fungsi perencanaan ini mencakup juga penetapan alat yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Hasil yang diharapkan fungsi ini adalah kesepakatan tentang sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh anggota organisasi secara proporsional dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan untuk masing-masing unit.

Perencanaan kas adalah budget kas yaitu perkiraan/estimasi terhadap posisi kas pada suatu saat tertentu dalam satu periode tertentu yang akan datang.

Tujuan perencanaan kas :

1. Untuk mengetahui kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaannya.

2. Untuk mengetahui kemungkinan adanya saldo kas atau defisit (kekurangan) kas dari rencana operasi dan nonoperasional.


(35)

3. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan dana beserta saat-saat kapan dana itu dobutuhkan untuk menutup defisit kas.

4. Untuk mengetahui saat-saat dana itu diinvestasikan pada kegiatan lain bila ternyata terjadi saldo kas yang relatif tinggi.

5. Sebagai penentuan saat-saat kredit harus dibayar kembali.

6. Sebagai dasar permintaan kredit kepada lembaga-lembaga keuangan. 7. Sebagai dasar dalam pengendalian/pengawasan posisi kas yang sedang

berjalan.

Tahap Penyusunan Perencanaan Kas

Dalam penyusunan perencanaan kas, akan meliputi tahap - tahap antara lain :

1. Menyususn estimasi/perkiraan penerimaan kas baik dari kegiatan operasional perusahaan maupun nonoperasional, dengan rincian seperti tersebut dalam aliran kas masuk.

2. Menyusun estimasi/perkiraan pengeluaran kas baik dari kegiatan operasional perusahaan maupun nonoperasional dengan rincian tersebut dalam aliran kas keluar.

3. Menghitung selisih antara perkiraan penerimaan kas dan perkiraan pengeluaran kas dan diketahui adanya saldo kas atau defisit/kekurangan kas pada suatu saat tertentu dalam satu periode yang akan datang.

4. Apabila terjadi saldo kas yang berlebihan kemudian direncanakan untuk investasi atau kegiatan yang lain utnuk menghindari terjadinya idle cash/ kas yang menganggur.


(36)

5. Apabila terjadi defisit/kekurangan kas maka akan diperkirakan besarnya kebutuhan dana yang akan dipenuhi dari kredit pada lembaga-lembaga di luar perusahaan dan perkiraan pembayaran kembali kredit pinjamannya. 6. Menyusun kembali perkiraan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran

kas setelah adanya transaksi finansial baik penanaman investasi maupun perencanaan kredit dari pihak lain. Hasil aktiva penyusunan kembali ini merupakan budget kas/perencanaan kas yang purna.

Dengan demikian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (PEMPROVSU) melakukan penyusunan APBD berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya, yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah menyusun RKPD

2. Kepala daerah menyusun KUA dan rancangan PPAS berdasarkan RKPD 3. Penyusunan RKA dan anggaran SKPD

4. Penyiapan Raperda APBD

5. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada DPRD

6. Evaluasi Rancangan Perauran Daerah tentang APBD dan Rancanga Perauran Kepala Daerah tentang Penjabarab APBD

7. Penetapan Peraturan Daerah APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD


(37)

Sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berdasarkan Permendari Nomor 13 Tahun 2006 merupakan suatu sistem yang secara komprehensif mengatur prosedur-prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas, dan prosedur akuntansi aset. Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKPD) pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

Tatacara atau prosedur pelaksanaan sistem penatausahaan keuangan daerah sangat penting dalam penyelenggaraan Pemerintah di Daerah mengingat perkembangan volume kegiatan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dengan melakukan :

1. Mempersiapkan buku-buku untuk pencatatan kegiatan pelaksana anggaran belanja

2. Pencatatan dalam Buku Kas Umum dan Buku Kepala/Buku Pembantu 3. Pengolahan tanda-tanda bukti untuk menyusun Surat Pertanggungjawaban 4. Penyimpanan uang dan dokumen-dokumen

Di pemerintah daerah di Indonesia, manajemen kas berada pada dua entitas, yakni bendahara umum daerah dan bendahara di unit kerja. Bendahara umum daerah melaksanakan pengelolaan kas dengan terlebih dahulu membuat anggaran kas yang didasarkan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah yang telah ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah (Perda). Sedangkan bendahara kerja menyusun anggaran kas berdasarkan rencana kerja.


(38)

1. Penerimaan Kas

Penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan/instansi baik berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai sifat dapat segera digunakan.

Menurut Mulyadi (2001:472) ada beberapa prosedur penerimaan kas :

a. Penerimaan order penjualan dari pembeli atau konsumen di otorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. b. Penerimaan kas di otorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan

membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut.

c. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.

d. Penyerahan barang di otorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai. e. Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus berdasarkan atas dokumen

pendukung yang lengkap.

f. Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu.

Berikut ini adalah Penatausahaan Penerimaan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya yaitu dengan cara :


(39)

a. Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit. b. Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya dengan menggunakan :

1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah) 2. Surat Ketetapan Retribusi (SKR)

3. Surat Tanda Setoran (STS) 4. Surat bukti pembayaran

5. Bukti penerimaan lainnya yang sah.

c. Bendahara penerimaan pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya menggunakan :

1. Buku Kas Umum

2. Buku Kas Penerimaan Harian Pembantu

d. Kepala daerah dapat menunjuk bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima dan mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada kepala daerah melalui BUD.

e. Bendahara penerimaan pembantu mempertanggungjawabkan bukti penerimaan dan bukti penyetoran dari seluruh uang kas yang diterimanya kepada bendahara penerima.


(40)

f. Pengisian dokumen penatausahaan penerima dapat menggunakan aplikasi komputer dan/atau alat elektronik lainnya.

Adanya penerimaan kas tentu mempunyai prosedur dalam pencatatan penerimaan kas. Berikut adalah prosedur pencatatan pembukuan penerimaan kas :

a. Berkas (Bukti Stor) 1. Buku bank 2. Rekening Koran

b. Buku penerimaan atau kas pembantu penerimaan per kode rekening c. Dirangkum dalam Buku Kas Umum (BKU)

Tugas pokok dan fungsi Sub Bagian Pengelolaan Kas Daerah salah satunya adalah melakukan rekonsiliasi penerimaan kas dengan seluruh SKPD, rekonsiliasi ini bertujuan untuk menyelesaikan adanya perbedaan baik dalam kode rekening kegiatan maupun nominal uang yang telah disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah pada bagian pengelolaan kas daerah.

Dikembangkannnya suatu teknologi berbasis web yaitu rekonsiliasi online agar memudahkan dalam melaksanakan rekonsiliasi kepada seluruh SKPD sehingga menjadi cepat, efektif, efisien dan akuntabel. Dengan sistem online ini mempermudah seluruh SKPD agar tidak harus datang ke kasda untuk rekonsiliasi. Tetapi masih ada sedikit kendala dikembangkannya inovasi tersebut yaitu masih ada bendahara kurang mengerti dalam menggunakan aplikasi dan terkadang terhambatnya jaringan online dari daerah lain karena kurangnya sarana jaringan di daerah tersebut. Sarana


(41)

jaringan misalnya wi-fi dan modem tersebut tidak tersedia dalam anggaran untuk pelaksanaan sistem online.

Dari seluruh dokumen dan catatan yang telah didapat dalam prosedur penerimaan kas, maka tanggungjawab yang harus dipenuhi dari kegiatan penerimaan kas pada SKPD yaitu menghasilkan sebuah laporan diantaranya :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Neraca

3. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

1.1 Sumber Penerimaan Kas pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD tersebut terdiri atas :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi : 1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

4. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

5. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN


(42)

6. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

7. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

8. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan

9. Jasa giro

10.Pendapatan bunga

11.Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah

12.Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah

13.Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

14.Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 15.Pendapatan denda pajak

16.Pendapatan denda retribusi

17.Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan 18.Pendapatan dari pengembalian

19.Fasilitas sosial dan fasilitas umum

20.Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan 21.Pendapatan dari angsuran /cicilan penjualan


(43)

b. Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

- Bagi hasil pajak - Bagi hasil bukan pajak 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat peroranga, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat

2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam

3. Dana bagi hasil pajak dariprovinsi kepada kabupaten/kota 4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan

oleh pemerintah

5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya


(44)

TABEL 3.1

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

31 DESEMBER 2013

URAIAN REF ANGGARAN 2013 REALISASI 2013 %

PENDAPATAN 5.1.1 9.111.133.465.652,00 7.397.986.773.339,07 81,20 PENDAPATAN

ASLI DAERAH

5.1.1.1 5.525.557.845.610,00 4.091.285.888.816,07 74,04

Pendapatan Pajak Daerah

5.1.1.1.1 4.519.706.265.923,00 3.685.437.787.973,00 81,54

Pendapatan Retribusi Daerah

5.1.1.1.2 56.771.451.121,00 79.173.620.355,50 139,46

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

5.1.1.1.3 305.173.490.912,00 229.337.171.168,00 75,15

Lain-lain PAD yang sah

5.1.1.1.4 643.906.637.654,00 97.337.309.319,57 15,12

PENDAPATAN TRANSFER

5.1.1.2 3.395.736.177.242,00 3.251.985.640.111,00 95,77

TRANFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN

5.1.1.2.1 1.776.803.296.242,00 1.710.602.555.611,00 96,27

Dana Bagi Hasil Pajak

5.1.1.2.1.1 469.695.931.522,00 424.244.826.557,00 90,32

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

5.1.1.2.1.2 10.564.030.720,00 8.088.877.054,00 76,57

Dana Alokasi Umum

5.1.1.2.1.3 1.223.445.404.000,00 1.223.445.404.000,00 100,00

Dana Alokasi Khusus

5.1.1.2.1.4 73.097.930.000,00 54.823.448.000,00 75,00

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA

5.1.1.2.2 1.618.932.881.000,00 1.541.383.084.500,00 95,21

Dana Otonomi Khusus

5.1.1.2.2.1 - - -

Dana Penyesuian 5.1.1.2.2.2 1.618.932.881.000,00 1.541.383.084.500,00 95,21

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

5.1.1.3 189.839.442.800,00 54.715.244.412,00 28,82

Pendapatan Hibah 5.1.1.3.1 78.083.696.800,00 9.132.315.986,00 11,70


(45)

Pendapatan Lainnya

5.1.1.3.2 111.755.746.000,00 45.582.928.426,00 -

BELANJA 5.1.2 8.502.717.688.998,00 6.738.346.879.653,90 79,25 BELANJA OPERASI 5.1.2.1 7.645.820.490.114,00 5.977.126.360.916,90 78,18

Belanja Pegawai 5.1.2.1.1 1.281.424.099.344,00 1.092.066.658.182,00 85,22

Belanja Barang dan Jasa

5.1.2.1.2 1.461.320.060.664,00 1.327.766.717.316,20 90,86

Hibah 5.1.2.1.3 2.156.566.044.981,00 1.825.737.597.165,70 84,66

Bantuan Sosial 5.1.2.1.4 76.051.424.500,00 43.718.380.000,00 57,49

Bantuan Keuangan 5.1.2.1.5 2.670.458.860.625,00 1.687.837.008.253,00 63,20

BELANJA MODAL 5.1.2.2 849.397.198.884,00 760.722.418.737,00 89,56

Belanja Tanah 5.1.2.2.1 7.100.700.000,00 4.694.502.863,00 66,11

Belanja Peralatan dan Mesin

5.1.2.2.2 95.355.245.728,00 78.171.854.760,00 81,98

Belanja Gedung dan Bangunan

5.1.2.2.3 119.769.009.800,00 108.555.400.243,00 90,64

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

5.1.2.2.4 622.779.659.606,00 565.068.878.689,00 90,73

Belanja Aset Tetap Lainnya

5.1.2.2.5 4.392.583.750,00 4.231.782.182,00 96,34

BELANJA TAK TERDUGA

5.1.2.3 7.500.000.000,00 498.100.000,00 6,64

Belanja Tak Terduga

7.500.000.000,00 498.100.000,00 6,64

TRANSFER 5.1.3 522.700.000.000,00 522.121.373.000,00 99,89 TRANSFER BAGI

HASIL

PENDAPATAN KE KAB/KOTA

522.700.000.000,00 522.121.373.000,00 99,89

Bagi Hasil Pajak 522.131.650.000,00 522.121.373.000,00 100,00

Bagi Hasil Retribusi

568.350.000,00 - -

TOTAL BELANJA DAN TRANSFER

9.025.417.688.998,00 7.260.468.252.653,90 80,44

SURPLUS/DEFISIT 5.1.4 85.715.776.654,00 137.518.520.685,17 160,44

PEMBIAYAAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN

5.1.5.1 14.727.591.047,00 14.107.541.506,62 95,79

Penggunaan SILPA Tahun Lalu

5.1.5.1 14.727.591.047,00 14.107.541.506,62 95,79

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

5.1.5.2 100.443.367.701,00 100.200.000.000,00 99,76

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

5.1.5.2 100.000.000.000,00 100.000.000.000,00 100,00

Pembayaran Lainnya

5.1.5.2 443.367.701,00 200.000.000,00 45,11


(46)

NETTO SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

5.1.5 - 51.426.062.191,79 -

Sumber : Biro Keuangan Setdaprovsu 2013

Penjelasan Singkat Pos Laporan Realisasi Anggaran

a. Pendapatan

Total anggaran pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2013 sejumlah Rp. 9.111.133.465.652,00,-

Dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

Pendapatan Asli Daerah Rp. 4.091.285.888.816,07

Pendapatan Transfer Rp. 3.251.985.640.111,00

Lain-lain Pendapatan yang sah Rp. 54.715.244.412,00 +

Jumlah Rp. 7.397.986.773.339,07

b. Belanja

Total anggaran belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2013 berjumlah Rp. 8.502.717.688.998,00,-

Dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

Belanja Operasi Rp. 5.977.126.360.916,90

Belanja Modal Rp. 760.722.418.737,00

Belanja Tak Terduga Rp. 498.100.000,00

+

Jumlah Rp. 6.738.346.879.653,90


(47)

Total anggaran transfer Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2013 berjumlah Rp. 522.700.000.000,00,-

Dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Rp. 522.121.373.000,00 Ke Kab/Kota

+

Jumlah Rp. 522.121.373.000,00

d. Total Belanja dan Transfer

Total belanja dan transfer Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2013 berjumlah Rp. 9.025.417.688.998,00,-

Dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

Belanja Rp. 6.738.346.879.653,90

Transfer Rp. 522.121.373.000,00

+

Jumlah Rp. 7.260.468.252.653,90

e. Pembiayaan

Total anggaran pembiayaan Pemerintah Sumatera Utara Tahun Anggaran 2013 berjumlah Rp. 115.170.958.748,00,-

Dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

Penerimaan Pembiayaan Rp. 14.107.541.506,62 Pengeluaran Pembiayaan Rp. 100.200.000.000,00

+

Jumlah Rp. 114.307.541.506,62


(48)

Pengeluaran kas erat hubungannya dengan tujuan pencapaian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui anggaran setiap bagian masing-masing. Setiap bagian diberi tugas untuk mengelola anggaran dalam menggunakan kas.

Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.

Penjelasan singkat mengenai pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

1. Belanja

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 6.738.346.879.653,90,- atau 79,25% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 8.502.717.688.998,00,- maka sisanya sebesar Rp. 1.764.370.809.344,10,-

Belanja terbagi atas dua jenis yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

a. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak secara langsung terkait atau dengan produktivitas atau tujuan organisasi. Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 sebagimana diubah dengan Permendari No.59 Tahun 2007, disusun sesuai Satndar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang tercantum


(49)

dalam PP No.24 Tahun 2005. Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, Belanja Tidak Terduga.

1. Belanja Pegawai

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 1.092.066.658.182,00,- atau 85,22% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 1.281.424.099.344,00,- maka sisanya sebesar Rp. 189.375.441.162,00,-

2. Bantuan Sosial

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 43.718.380.000,00,- atau 57,49%% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 76.051.424.500,00,- maka sisanya sebesar Rp. 32.333.044.500,00,- 3. Bantuan Keuangan

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 1.687.837.008.253,00,- atau 63,20% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 2.670.458.860.625,00,- maka sisanya sebesar Rp. 983.621.852.372,00,-

4. Hibah

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 1.825.737.597.165,70,- atau 84,66% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 2.156.566.044.981,00,- maka sisanya sebesar Rp. 330.828.447.815,30,-


(50)

5. Belanja Tak Terduga

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 498.100.000,00,- atau 6,64% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 7.500.000.000,- maka sisanya sebesar Rp. 7.001.900.000,00,-

b. Belanja Langsung

Belanja langsung adalah belanja dilakukan sebagi dampak langsung karena adanya kegiatan dan program-program yang dilakukan oleg organisasi, dalam hal ini pemerintah. Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006 sebagimana diubah dengan Permendari No.59 Tahun 2007, disusun sesuai Satndar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang tercantum dalam PP No.24 Tahun 2005. Belanja langsung meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.

1. Belanja Pegawai

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 1.092.066.658.182,00,- atau 85,22% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 1.281.424.099.344,00,- maka sisanya sebesar Rp. 189.375.441.162,00,-

2. Belanja Barang dan Jasa

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 1.327.766.717.316,20,- atau 90,86% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 1.461.320.060.664,00,- maka sisanya sebesar Rp. 133.553.343.347,80,-


(51)

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp. 760.722.418.737,00,- atau 89,56% sementara yang dianggarkan sebesar Rp. 849.397.198.884,00,- maka sisanya sebesar Rp. 88.674780.147,-

Dengan demikian, Penatausahaan pengeluaran kas merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan, dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan SKPKD dan/atau SKPD. Berikut ini adalah Penatausahaan Pengeluaran pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya yaitu dengan cara :

1. Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD. 2. Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau

dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Penerbitan SPD dilakukan perbulan, pertriwulan, atau persemester sesuai dengan ketersediaan dana.

Terkadang adanya kendala dalam pengeluaran kas yaitu tidak lengkapnya persyaratan pencairan dana karena masih ada SPP dan SPM. Kelengkapan SPM dimaksud berupa surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran dan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap terkait dengan dokumen


(52)

pelaksanaan kegiatan berawal saat SPP akan diterbitkan oleh bendahara pengeluaran. Keterlambatan pengajuan SPM yang berawal dari keterlambatan pengajuan SPP, karena belum lengkapnya syarat sahnya diterbitkan SPP untuk dilakukan pengajuan pembayaran.

Pengeluaran kas harus mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah agar dapat mengetahui situasi keuangan. Setiap pengeluaran kas harus dibawah dari anggaran yang telah dibuat dan juga harus diotorisasi oleh atasan langsung yang berwenang.

E. Pengendalian Kas

Bagian keuangan perlu menyiapkan sistem pengendalian terhadap kas, pengeluaran kas harus sesuai dengan tujuan, dan jumlah kas yang ada merupakan jumlah yang benar-benar diterima. Oleh karena itu, pengendalian ini dilakukan karena :

1. Uang kas dapat berpindah tangan dengan mudah. 2. Tidak ada identifikasi pemilik atau biodata pemilik.

3. Kas adalah aktiva yang paling mungkin untuk diselewengkan dan disalahgunakan oleh para karyawan.

4. Banyak transaksi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas.

Pengendalian pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yaitu dengan cara membuat laporan setiap hari sekaligus mencocokkan uang yang disetorkan oleh retribusi sesuai dengan yang tertera pada SKPD/SKRD.


(53)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem Pengendalian adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan pengendalian menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 adalah : 1. Kegiatan yang efektif dan efisien

Kegiatan instansi pemerintah dikatakan efektif apabila telah ditangani sesuai dengan rencana dan hasilnya telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan instansi pemerintah efisien bila mampu menghasilkan produksi yang berkualitas tinggi dengan bahan baku (sumber daya) yangs esuai dengan standar yang ditetapkan.

2. Laporan Keuangan yang dapat diandalkan

Tujuan ini agar keputusan yang diambil tepat sesuai dengan kebutuhan, maka informasi yang disajiakan harus andal dan layak dipercaya.

3. Pengamanan aset Negara

Aset negara diperoleh dengan membelanjakan uang yang berasal dari masyarakat terutama penerimaan pajak dan bukan pajak yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Pengamanan aset negara menjadi perhatian penting pemerintah dan masyarakat karena kelalaian dalam pengamanan aset akan berakibat pada mudahnya terjadi pencurian, penggelapan, dan bentuk manipulasi lainnya.


(54)

4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Setiap kegiatan dan transaksi merupakan perbuatan hukum, sehingga setiap transaksi atau kegiatan yang dilaksanakan harus taat terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Pengawasan Kas

Dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan. Dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan. Pengawasan kas merupakan sistem pengawasan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang membantu seorang pemimpin perusahaan untuk mendorong tercapainya tujuan perusahaan secara maksimal dengan menggunakan fasilitas yang ada secara efektif dan efisien.

1. Pengawasan Penerimaan Kas

Dalam sebuah perusahaan penerimaan uang kas berasal dari berbagai macam sumber. Agar semua hasil penerimaan ini dapat diamankan maka pengawasan kas terdapat prosedur kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang haruslah dipatuhi. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka dapat dipastikan bahwa semua penerimaan kas sudah dicatat secara tepat dan akurat dengan didukung oleh bukti penerimaan kas.

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya, bukti penerimaan kas pada


(55)

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan Surat Tanda Setoran (STS) yang dicetak melalui aplikasi penerima kas daerah. Aplikasi STS ini menggunakan kode rekening jenis penerimaan.

Untuk setiap bukti penerimaan kas memuat : 1. Berapa jumlah yang diterima

2. Tanggal penerimaan

3. Transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu 4. Nama orang atau perusahaan yang melakukan pembayaran 5. Nama orang atau perusahaan yang menerima kas

Dalam upaya mengusahakan adanya penerimaan kas pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melakukan pengawasan antara kas masuk dan kas keluar. Adapun pengawasan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap penerima kasnya yaitu dengan cara sistem online penerimaan daerah dengan menggunakan kode rekening jenis penerimaan dan Surat Tanda Setoran (STS).

2. Pengawasan Pengeluaran Kas

Pengawasan pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan adanya sistem pengawasan akan memberikan kepastian bahwa pengeluaran kas yang dilaksanakan ada hubungannya dengan aktivitas serta adanya persetujuan dari yang berwenang. Bagian-bagian yang terlibat dalam pengeluaran kas antara lain :


(56)

a. Anggaran bertugas dalam pencairan kas dan Surat perintah Membayar (SPM). SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitkan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

b. Kas Umum Daerah adalah rekening penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerh untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah. c. Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan sebagian tugas BUD dalam mengawasi aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan bukti-bukti yang ada.

Adapun pengawasan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap pengeluaran kasnya yaitu dengan cara :

a. Menggunakan SP2D merupakan alat bayar dalam pengganti cek dan giro b. Pencairan kepala bagian perbendaharaan dengan menggunakan IT.

dengan menggunakan IT pembayaran dapat dilakukan segera tanpa ada pindah tangan.


(57)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan adanya bukti-bukti ountentik dimana digunakan pencatatan langsung dari penerimaan dan pengeluaran kas. 2. Adanya kendala yang tidak terlalu serius pada sistem jaringan

penerimaan kas yang membuat rekonsiliasi online terkadang tidak dapat diakses atau menunda dalam membuat pelaporan harian dan masih ada bendahara yang kurang mengerti dalam menggunakan aplikasi tersebut. 3. Dari hasil laporan realisasi anggaran kas pada pemerintah Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2013 menunjukkan bahwa anggaran selalu disusun lebih besar dan realisasinya diusahakan tidak melebihi anggaran yang telah disediakan oleh pemerintah.

4. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu mengelola manajemen kasnya, adapun gunanya untuk mengetahui dan mengatur bagaimana pengelolaan kas.


(58)

2. Saran

1. Sebaiknya kebiasaan baik yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat dipertahankan dan diberlakukan agar dapat dijadikan pedoman oleh instansi tersebut dalam menjalankan program pemerintah. 2. Perlu dilaksanakan orientasi ke masa depan yaitu perlu memperhitungkan

perubahan situasi dan kondisi masa depan secara cermat terhadap pengaruhnya kepada efektivitas dan efisiensi kegiatan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba Empat.

Garbutt, Douglas. 1994. Manajemen Kas. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. Martono, Harjito, D. Agus. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Ekonisia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya.

Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori Aplikasi. Yogyakarta : BPFE.


(1)

4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Setiap kegiatan dan transaksi merupakan perbuatan hukum, sehingga setiap transaksi atau kegiatan yang dilaksanakan harus taat terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Pengawasan Kas

Dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan. Dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan. Pengawasan kas merupakan sistem pengawasan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang membantu seorang pemimpin perusahaan untuk mendorong tercapainya tujuan perusahaan secara maksimal dengan menggunakan fasilitas yang ada secara efektif dan efisien.

1. Pengawasan Penerimaan Kas

Dalam sebuah perusahaan penerimaan uang kas berasal dari berbagai macam sumber. Agar semua hasil penerimaan ini dapat diamankan maka pengawasan kas terdapat prosedur kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang haruslah dipatuhi. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka dapat dipastikan bahwa semua penerimaan kas sudah dicatat secara tepat dan akurat dengan didukung oleh bukti penerimaan kas.

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya, bukti penerimaan kas pada


(2)

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan Surat Tanda Setoran (STS) yang dicetak melalui aplikasi penerima kas daerah. Aplikasi STS ini menggunakan kode rekening jenis penerimaan.

Untuk setiap bukti penerimaan kas memuat : 1. Berapa jumlah yang diterima

2. Tanggal penerimaan

3. Transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu 4. Nama orang atau perusahaan yang melakukan pembayaran 5. Nama orang atau perusahaan yang menerima kas

Dalam upaya mengusahakan adanya penerimaan kas pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melakukan pengawasan antara kas masuk dan kas keluar. Adapun pengawasan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap penerima kasnya yaitu dengan cara sistem online penerimaan daerah dengan menggunakan kode rekening jenis penerimaan dan Surat Tanda Setoran (STS).

2. Pengawasan Pengeluaran Kas

Pengawasan pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan adanya sistem pengawasan akan memberikan kepastian bahwa pengeluaran kas yang dilaksanakan ada hubungannya dengan aktivitas serta adanya persetujuan dari yang berwenang. Bagian-bagian yang terlibat dalam pengeluaran kas antara lain :


(3)

a. Anggaran bertugas dalam pencairan kas dan Surat perintah Membayar (SPM). SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitkan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

b. Kas Umum Daerah adalah rekening penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerh untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah. c. Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan sebagian tugas BUD dalam mengawasi aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan bukti-bukti yang ada.

Adapun pengawasan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap pengeluaran kasnya yaitu dengan cara :

a. Menggunakan SP2D merupakan alat bayar dalam pengganti cek dan giro b. Pencairan kepala bagian perbendaharaan dengan menggunakan IT.

dengan menggunakan IT pembayaran dapat dilakukan segera tanpa ada pindah tangan.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan adanya bukti-bukti ountentik dimana digunakan pencatatan langsung dari penerimaan dan pengeluaran kas. 2. Adanya kendala yang tidak terlalu serius pada sistem jaringan

penerimaan kas yang membuat rekonsiliasi online terkadang tidak dapat diakses atau menunda dalam membuat pelaporan harian dan masih ada bendahara yang kurang mengerti dalam menggunakan aplikasi tersebut. 3. Dari hasil laporan realisasi anggaran kas pada pemerintah Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2013 menunjukkan bahwa anggaran selalu disusun lebih besar dan realisasinya diusahakan tidak melebihi anggaran yang telah disediakan oleh pemerintah.

4. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu mengelola manajemen kasnya, adapun gunanya untuk mengetahui dan mengatur bagaimana pengelolaan kas.


(5)

2. Saran

1. Sebaiknya kebiasaan baik yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat dipertahankan dan diberlakukan agar dapat dijadikan pedoman oleh instansi tersebut dalam menjalankan program pemerintah. 2. Perlu dilaksanakan orientasi ke masa depan yaitu perlu memperhitungkan

perubahan situasi dan kondisi masa depan secara cermat terhadap pengaruhnya kepada efektivitas dan efisiensi kegiatan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba Empat.

Garbutt, Douglas. 1994. Manajemen Kas. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. Martono, Harjito, D. Agus. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Ekonisia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007,

Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Perubahannya.

Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori Aplikasi. Yogyakarta : BPFE.