Analisis Manajemen Kas Pada Badan Kepegawaian Daerah (Bkd) Provinsi Sumatera Utara

(1)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS MANAJEMEN KAS PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

YULANDA RIZKY UTAMI 122101079

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : YULANDA RIZKY UTAMI

NIM : 122101079

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : ANALISIS MANAJEMEN KAS PADA BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal : …………. 2014 DOSEN PEMBIMBING

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP. 197411232000122001 Tanggal : …………. 2014 KETUA PROGRAM STUDI

DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP. 197411232000122001

Tanggal : …………. 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. Azhar Maksum, Mec.Ac,Ak,CA NIP. 195604071980021001


(3)

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pendidikan Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Manajemen Kas Pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Yupanoto dan Nurhamidah, yang selama ini telah memberikan nasehat-nasehat terindah dan mendidik serta mengayomi dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungannya, sehingga memungkinkan penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr.Yeni Absah, SE, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan koreksi kepada penulis.


(4)

Sumatera Utara.

4. Seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara. 5. Keluarga besar penulis yang telah membantu memberikan pelukan,

dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Teristimewa kepada M. Fadly Syahputra yang telah menemani hari-hari penulis dan memberikan semangat serta hiburan selama penulis mengerjakan Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman D-III Manajemen Keuangan stambuk 2012 yang telah membantu dan memberikan semangat pada penulis dalam menyelesaikan Tugas akhir ini.

Akhir kata, kepada pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan penulis mengucapkan terima kasih. Dan besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan pembaca sekalian.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, Juni 2015 Penulis


(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PROFIL INSTANSI ... 7

A. Sejarah Instansi ... 7

B. Jenis Usaha / Kegiatan ... 9

C. Struktur Organisasi ... 10

D. Uraian Tugas ... 14

E. Kinerja Usaha Terkini ... 15

BAB III PEMBAHASAN ... 19

A. Manajemen Kas ... 19

1. Pengertian Kas ... 24

2. Arus Kas ... 27

3. Arus Kas Pada BKD Provsu ... 30

B. Penggunaan Anggaran Pada BKD Provsu ... 35

1. Konsep Anggaran Pemerintah... 35

2. Siklus Penyusunan Anggaran ... 38

3. Proses Penyusunan APBD ... 41

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN


(6)

No. Tabel Judul Halaman Tabel 3.1 Tujuan Manajemen Kas Pemerintah ... 22 Tabel 3.2 Format Anggaran Kas ... 40 Tabel 3.3 Belanja Daerah per Jiwa Penduduk

Berdasarkan APBD 2009 ... 44 Tabel 3.4 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan

Daerah APBD 2009... 45 Tabel 3.5 Rasio PAD Terhadap Total Anggaran

Belanja Daerah APBD 2009 ... 47 Tabel 3.6 Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap


(7)

No. Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Lambang Provinsi Sumatera Utara ... 8 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Badan Kepegawaian

Daerah Provinsi Sumatera Utara ... 13 Gambar 3.1 Siklus Penyusunan Anggaran ... 38


(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan atau badan usaha pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang maksimum, untuk mempertinggi tingkat pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang maksimum perusahaan perlu mengetahui perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Kas diperlukan baik untuk membiayai biaya operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

Kas memegang peranan penting dan menjadi salah satu pusat perhatian dan pengawasan dalam menunjang kegiatan perusahaan sehari-hari. Suatu hal yang tidak mungkin bila suatu perusahaan dapat berkembang tanpa disertai pengaturan atau manajemen serta pengawasan atas sumber-sumber penerimaan kas dan pengeluaran kas. Setiap perusahaan akan berusaha untuk menyediakan uang kas dalam jumlah yang ideal. Artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, yang dapat menurunkan efesiensi akibat tertanamnya uang dalam kas yang sebenarnya tidak produktif, atau terlampau sedikit karena akan mengganggu likuiditas perusahaan. Apabila kas yang dimiliki perusahaan terlalu sedikit maka kegiatan perusahaan tidak dapat dilakukan dengan baik dan efisien karena kas tidak cukup untuk membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, manajer keuangan harus menentukan jumlah kas yang seimbang.


(9)

Manajemen kas meliputi efesiensi pengumpulan kas dan pengeluaran kas serta investasi kas temporer pada saat belum di butuhkan. Tugas-tugas manajemen tersebut biasanya di laksanakan oleh manajemen keuangan perusahaan. Alat yang penting untuk digunakan disini adalah anggaran kas. Anggaran kas tersebut menyatakan jumlah kas bersih yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk berapa lama, karena merupakan dasar untuk pembayaran dan pengendalian biaya. Secara umum segala transaksi yang terjadi dalam perusahaan akan berhubungan dengan kas, maka hampir seluruh perusahaan memusatkan perhatian pada pengawasan intern sebagai hal yang penting.

Menurut Syahyunan (2004 : 49) “tujuan manajemen kas adalah menjaga jumlah kas minimum yang menempatkan perusahaan dalam posisi likuid dan profitable, artinya bahwa manajer keuangan harus memandang kedua arah dengan seimbang, yaitu meminimalkan kas demi meminimumkan biaya serta menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaan”. Untuk itu perlu pengadaan organisasi administrasi mencakup didalamnya suatu sistim akuntansi yang baik meliputi penciptaan prosedur-prosedur pengawasan intern yang lengkap, sehat, dan efektif. Demikian juga peningkatan keahlian para karyawan dengan melakukan training, pelatihan kilat, pendelegasian wewenang dan kekuasaan sebagai alat motivasi pada karyawan. Penciptaan sistim komunikasi merangkum seluruh lapisan dan pemberian insentif yang layak. Sehingga perusahaan yang memiliki organisasi administrasi yang baik akan memperoleh keuntungan seperti setiap karyawan dapat menjalankan tugasnya berdasarkan tanggung jawab yang telah dilimpahkan kepada mereka masing-masing, mengurangi kesalahan, mencegah kesempatan mengadakan manipulasi dan pencurian serta terjadinya kegiatan yang tidak


(10)

berhubungan dengan kepentingan perusahaan, menjamin ketelitian mengenai pencatatan dan pelaksanaan transaksi serta dapat dipercayainya informasi untuk pengambilan keputusan, pimpinan dapat mengetahui dengan jelas tentang keadaan yang terjadi dalam perusahaan yang bersangkutan.

Hal ini dikarenakan segala transaksi yang terjadi dalam perusahaan berawal dari kas dan berakhir ke kas baik dalam bentuk penerimaan maupun pengeluaran kas yang di perlukan untuk biaya operasional perusahaan sehari-hari dan untuk modal kerja usaha dalam menghasilkan laba. Kas merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam perusahaan. Hubungan antara kas dengan fungsi-fungsi manajemen sangatlah erat misalnya pada fungsi pemasaran, efesiensi anggaran kas dengan memperketat pengeluaran biaya dapat meningkatkan volume penjualan guna meningkatkan laba perusahaan.

Kas membutuhkan pengelolaan khusus yang disebut manajemen kas agar perusahaan dapat berjalan dengan efektif. Ini bertujuan untuk menghindari resiko kekurangan dana dan resiko kepailitan. Sistim manajemen yang baik di tandai dengan adanya pemeriksaan dari waktu ke waktu, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Ini dapat dilihat dari laporan pertanggung jawaban pimpinan dalam bentuk laporan keuangan. Semakin efektif sistim pengawasan pada suatu perusahaan, maka semakin berkurang terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan pemborosan yang merugikan perusahaan atau keselamatan harta benda lebih terjamin.

Jika semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya, tetapi suatu perusahaan yang


(11)

mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya kelebihan investasi dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan yang kurang efektif dalam mengelola kas sehingga banyak dana yang menganggur, sedangkan jumlah kas yang efektif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi setiap perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan perusahaan akan kesulitan untuk segera memenuhi kewajibannya.

Dalam menganalisa arus kas tersebut, setiap perusahaan mempunyai sistim yang berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan tersebut. Biasanya dalam penentuan dan pemakaian sistim analisa laporan arus kas sering terjadi kesalahan-kesalahan sehingga hasil dari laporan arus kasnya tidak sesuai dengan jumlah persediaan kas yang sebenarnya di perusahaan. Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas di masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul : “ Analisis Manajemen Kas Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara“.


(12)

B. Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas arah dan pencapaian sasaran yang menjadi dasar penulisan tugas akhir ini dirumuskan permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimana Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Sumatera Utara memperoleh dana (kas) yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan. 2. Bagaimana penggunaan dana bagi Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Provinsi Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari tugas akhir ini adalah :

1. Untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian pendidikan pada Fakultas Ekonomi Program Diploma III Jurusan Manajemen Keuangan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan perusahaan dalam melaksanakan manajemen kas.

3. Membandingkan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dengan praktek atau kebijaksanaan perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari tugas akhir ini adalah : a. Bagi Penulis :

Sebagai bahan masukan terhadap apa yang telah penulis pelajari dibangku kuliah dengan data objektif dilapangan. Khususnya dalam bidang analisis manajemen kas.


(13)

b. Untuk Instansi :

1. Dapat mengaplikasikannya sebagai suatu perbandingan antara praktek yang telah dilaksanakan perusahaan selama ini dengan teori – teori dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada khususnya dalam bidang analisis manajemen kas.

2. Sebagai masukan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi untuk membantu efesiensi pekerjaan pada Bagian Keuangan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara, sesuai dengan hasil dan analisa penulis untuk bahan kepentingan Tugas Akhir ini.


(14)

SUMATERA UTARA

A. Sejarah Instansi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah unit pelaksana teknis di bidang kepegawaian dilingkungan Provinsi Sumatera Utara dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Undang – Undang No. 32 tahun 2004 Perubahan atas Undang – Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undang – undang ini. Dalam penjelasan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004, dijelaskan bahwa sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian kewenangan di bidang kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah.

Kepegawaian Daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang – undangan sekurang – kurangnya meliputi perencanaan, pengangkatan, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pembinaan, kedudukan, hak, tanggung jawab, kewajiban dan larangan.

Visi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara telah dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut : “Terwujudnya Aparatur yang Profesional, Berwibawa dan Berwawasan Global”. Adapun misi dari Badan


(15)

Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan bidang Kepegawaian adalah :

1. Meningkatkan Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah Menuju Pemerintahan yang baik (Good Governance).

2. Mewujudkan Aparatur yang Amanah.

3. Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintah Dalam Melakukan Pelayanan.

Gambar 2.1

Lambang Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Badan Kepegawain Daerah Provsu 2015

Makna dari Lambang Provinsi Sumatera Utara tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepalan tangan yang diacungkan ke atas dengan menggenggam rantai beserta perisainya melambangkan kebulatan tekad perjuangan rakyat


(16)

Provinsi Sumatera Utara melawan imperialism / kolonialisme, feodalisme dan komunisme.

b. Batang bersudut lima, perisai dan rantai melambangkan kesatuan masyarakat didalam membela dan mempertahankan pancasila.

c. Pabrik, Pelabuhan, Pohon karet, Pohon sawit, Daun tembakau, ikan, daun padi, dan Tulisan “SUMATERA UTARA” melambangkan daerah yang indah permai masyhur dengan kekayaan alamnya yang melimpah-limpah. d. Tujuh belas kantum kapas, delapan sudut sarang laba-laba dan empat

puluh lima butir padi menggambarkan tanggal, bulan dan tahun Kemerdekaan dimanan ketiga-tiganya ini berikut tongkat di bawah kepalan tangan melambangkan watak kebudayaan yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotism, pencinta, keadaan dan pembela keadilan. e. Bukit barisan yang berpuncak lima melambangkan tata kemasyarakatan

yang berkepribadian luhur, bersemangat persatuan kegotongroyongan yang dinamis.

B. Jenis Usaha / Kegiatan

Jenis/kegiatan perusahaan dalam hal ini adalah program kerja yang merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kerja instansi pemerintah. Program kerja yang ada di dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA – SKPD) Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari Program Strategis yang ditetapkan pada program Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD).Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA – SKPD) memuat Visi, Misi, Kebijakan, Program dan


(17)

kegiatan yang disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, hal ini sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Program Strategi adalah integrasi antara keahlian Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya lainnya. Hal ini bertujuan untuk dapat menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategi, nasional dan global. Dengan ditetapkannya program strategi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara diharapkan mampu mendorong dan mengarahkan program lainnya sesuai dengan program yang digariskan dalam program pembangunan daerah. Adapun untuk lebih mengetahui lebih rinci dari urutan jaringan kegiatan antar bagian dalam Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari struktur organisasi dan kinerja usaha terkini.

Untuk dapat mendukung program Kepala Daerah, maka penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2009.Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 merupakan dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

C. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Instansi Badan Kepegawaian Daerah

Struktur organisasi merupakan kerangka yang mengelompokkan hubungan antara orang-orang pada suatu organisasi. Setiap bagian dalam organisasi


(18)

memiliki pengertian tentang tanggung jawab dan pembagian tugas, bagaimana masing-masing bagian berhubungan satu dengan yang lainnya dan wewenang yang didelegasi pada masing-masing bagian.

Struktur organisasi yang terencana akan sangat membantu kelancaran usaha dan berfungsi menjelaskan kewajiban dan tanggung jawab serta menghindarkan kesimpang siuran dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam struktur organisasi tersebut tercermin pembagian kerja dan tanggung jawab yang dimaksud untuk mempermudah penentuan serta mengarahkan dan mengatasi pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dengan demikian, sudah merupakan keharusan bagi seorang pimpinan atau atasan untuk memikirkan dan menciptakan pembagian tugas yang tepat bagi setiap tingkat bila ia ingin mencapai tujuan usaha.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor ; 4 Tahun 2001 tentang lembaga Teknis Daerah, maka Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur penunjang Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Provinsi.

Adapun gambar struktur organisasi terlampir, dengan perincian sebagai berikut:

1. Kepala Badan 2. Sekretaris

a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan b. Sub Bagian Keuangan


(19)

d. Sub Bagian Organisasi dan Hukum 3. Kepala Bidang Program Kepegawaian

a. Sub Bidang Perencanaan b. Sub Bidang Kesejahteraan c. Sub Bidang Pengadaan Pegawai

d. Sub Bidang Peraturan Disiplin Pegawai

4. Kepala Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Pegawai a. Sub Bidang Jabatan Struktural

b. Sub Bidang Jabatan Fungsional c. Sub Bidang Pendidikan dan Latihan 5. Kepala Bidang Mutasi Pegawai

a. Sub Bidang Kepangkatan dan Penggajian b. Sub Bidang Pemindahan

c. Sub Bidang Pensiun 6. Kepala Bidang Informasi

a. Sub Bidang Arsip Pegawai Provinsi b. Sub Bidang Pegawai Daerah Kab/Kota I c. Sub Bidang Pegawai Daerah Kab/Kota II d. Sub Bidang Data dan Komputerisasi

Jumlah pegawai yang mendukung tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 116 orang, dengan komposisi sebagai berikut :


(20)

1) Pejabat Struktural : 24 orang 2) Pejabat Fungsional : 9 orang 3) Pejabat Administrasi : 83 orang

4) Komposisi Sumber Daya Manusia Berdasarkan Tingkat Pendidikan : 116 orang

5) Komposisi Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pangkat/Golongan : 116 orang

Gambar 2.2

Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provsu 2015

KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA BIDANG PENGADAAN DAN PEMBINAAN BIDANG MUTASI BIDANG INFORMASI SEKRETARIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA KASUBBAG ORGANISASI DAN HUKUM KASUBBAG REGISTRASI KASUBBAG KEUANGAN KASUBBAG UMUM DAN PERLENGKAPAN


(21)

D. Uraian Tugas

Uraian tugas instansi Badan Kepegawaian Daerah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Kepala Badan

Kepala Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur dalam perencanaan, pengadaan, pengembangan, kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah.

2. Sekretaris Badan

Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Badan dibidang umum/kerumahtanggaan, Perlengkapan, Administrasi Kepegawaian dan Registrasi, Keuangan, Pembinaan,/Penataan Kelembagaan Organisasi dan Hukum.

3. Kepala Bidang Program Kepegawaian

Kepala Bidang Program Kepegawaian mempunyai tugas membantu Kepala Badan di bidang Perencanaan program kepegawaian, Pembinaan kesejahteraan pegawai, Pengadaan pegawai dan penyiapan serta pengendalian peraturan disiplin pegawai.

4. Kepala Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Pegawai

Kepala Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Pegawai mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam pengisian jabatan struktural, jabatan fungsional, dan perencanaan Pendidikan dan Pelatihan


(22)

5. Kepala Bidang Mutasi Pegawai

Kepala Bidang Mutasi Pegawai mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam pengurusan kenaikan pangkat, penggajian, pemindahan, pemberhentian, dan penetapan pensiun pegawai.

6. Kepala Bidang Informasi

Kepala Bidang Informasi mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam pengelolaan arsip Pegawai Provinsi, Pegawai Daerah Kabupaten/Kota dan Komputerisasi Data.

E. Kinerja Usaha Terkini

Sesuai dengan program kerja sebagaimana dimaksud, maka Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara melaksanakan kegiatan untuk Tahun Anggaran 2009 sebagai berikut :

1. Bintek tentang tata cara penanganan dan penyelesaian kasus – kasus yang menyangkut disiplin PNS di lingkungan Pemprovsu.

2. Monitoring, Evaluasi dan pelaporan (monitoring tentang penanganan dan penyelesaian kasus – kasus disiplin PNS dan penerapan PP no. 10 tahun 1983 jo PP no. 45 tahun 1990 di lingkungan Pemprov dan pemkab/kota se-Sum.Utara.

3. Penelitian dan pengusulan tenaga kerja honorer yang akan diangkat menjadi CPNS formasi tahun 2009.


(23)

5. Lanjuta Cross-Check ( penelitian) terhadap legalitas ijazah pejabat / PNS gol. III/a keatas yang berlatar belakang Pendidikan Sarjana Muda dan Sarjana.

6. Biaya pelaksanaan Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Analisis Kepegawaian dilingkungan Pemprovsu sesuai dengan SK Gubsu no. 800/379/2007 tanggal 22-02-2007.

7. Pemeriksaan kesehatan PNS (Medical Check-Up) di lingkungan Pemprovsu.

8. Pendataan PNS untuk konversi NIP di lingkungan Pemprovsu.

9. Penyusunan CALK, LRA, dan Neraca 2009.

10. Bintek penilaian angka kredit jabatan Fungsional analis kepegawaian.

11. Rapat Tim Pelaksanaan Izin Perkawinan dan Perceraian PNS di lingkungan Pemprovsu.

12. Rapat Tim Pembantu Penilai Pelaksanaan Penjatuhan Hukuman Disiplin PNS dilingkungan Pemprovsu.

13. Tes Urine bagi pejabat struktural dilingkungan Pemprovsu.

14. Pemulanan pegawai yang pensiun (pemberian bingkisan dan plakat Ucapan Terima Kasih Gubsu) kepada PNS yang memasuki pensiun di lingkungan Pemprovsu.

15. Pemberian penghargaan bagi PNS yang di lingkungan Pemprov dan Pemkab/kota se-Sumut.

16. Pembuatan Bio Data PNS yang akan mutasi kenaikan pangkat pada periode April dan Oktober 2009 dilingkungan Pemprovsu.


(24)

17. Pembuatan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) PNS di lingkungan unit kerja Pemprovsu.

18. Pembuatan buku jabatan struktural di lingkungan unit kerja.

19. Pembuata buku jabatan fungsional di lingkungan unit kerja Pemprovsu

20. Pembuatan listing PNS yang mencapai batas usia pensiun di lingkungan Pemprovsu.

21. Laporan mutasi pegawai ke BKN dan Depdagri di Jakarta.

22. Rapat koordinasi para pejabat fungsional dengan pejabat pengelola jabatan fungsional di lingkungan unit kerja Pemprovsu.

23. Penyelesaian administrasi kenaikan pangkat PNS.

24. Penyelesaian listing kenaikan pangkat PNS periode April.

25. Rapat kerja kepegawaian antara Pemprov dengan Pemkab/kota se-Sumatera Utara.

26. Peremajaan data PNS di lingkungan Pemprov dan pemkab/kota se-Sumatera Utara.

27. Memfasilitasi dan sosialisasi peraturan – peraturan terbaru.

28. Seleksi Diklatpim Tk. III dan Tk. IV

29. Biaya pembinaan tugas belajar PNS program pasca Sarjana (S2).

30. Peningkatan wawasan dan pengetahuan SDM PNS tentang undang – undang pokok.


(25)

31. Monitoring pemindahan PNS dilingkungan Pemprovsu.

32. Monitoring pelaksanaan ujian CPNS daerah T.A 2009 ke 17 kabupaten/kota di provinsi.

33. Penyelenggaraan seleksi Praja IPDN T.A 2009

34. Biaya tim seleksi PNS staff teladan di lingkungan unit kerja.

35. Memfasilitasi PNS yang mengikuti diklat Depdagri dan Departemen.

36. Sosialisasi beasiswa pendidikan dalam dan luar negeri.

37. Pelaksanaan BINTEK petugas komputer.

38. Pelaksanaan penerimaan CPNS T.A 2009 di lingkungan Pemprov dan pemkab/kota se-Sumatera Utara

39. Seleksi Penyesuaian kenaikan pangkat PNS.

40. Evaluasi pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS di lingkungan Pemprov dan pemkab/kota se-Sumatera Utara.

41. Seleksi ujian dinas Tk. I dan Tk. II se-Sumatera Utara.

42. Penelitian dan pengusulan tenaga honorer yang akan diangkat. 43. Bantuan PNS tugas belajar pada STIA LAN, ITB dan IPB.

44. Pembinaan dalam pengangkatan jabatan Sekda Provinsi, Kab/kota. 45. Biaya pembinaan Praja IPDN dan menghadiri pelantikan Praja IPDN.

46. Pembinaan mental kuliah agama Islam dan Kristen di lingkungan Pemprovsu. 47. Bantuan diklatpim Tk. II, III dan IV.


(26)

A. Manajemen Kas

Manajemen kas merupakan fungsi keuangan yang vital dan mendasar dalam sebuah perusahaan. Manajemen kas ini berperan dalam perencanaan kas dan pengendalian kas. Manajer keuangan harus dapat mengetahui berapa besarnya jumlah kas yang diperlukan setiap saat dan kemana kas digunakan. Dalam penetapan besarnya kas optimal salah satu faktor yang harus dipertimbangkan adalah tingkat inflasi. Pada situasi dimana tingkat inflasi tinggi, daya beli dari kas yang dimiliki perusahaan menurun.

Manajer keuangan harus dapat membuat keputusan yang tepat untuk melakukan investasi apabila terdapat kelebihan kas, dan kapan maminjam apabila menghadapi kekurangan kas. Bila pada situasi kelebihan kas perusahaan melakukan investasi, maka sebaiknya posisi likuiditas harus terpelihara dengan baik serta tidak mengurangi daya perusahaan untuk mewujudkan target laba yang telah ditetapkan sebelumnya. Perusahaan tidak memiliki kelebihan saldo kas apabila tidak dapat menghasilkan pendapatan baru dengan menggunakan kas. Karena itu manajer keuangan harus dapat mengestimasi saldo kas minimal yang harus dimilikinya.

Manajemen kas juga berkaitan dengan penetapan besarnya dana yang tersedia untuk investasi dan lamanya waktu investasi tersebut. Apabila perusahaan


(27)

memiliki kelebihan kas maka dana tersebut dpat ditanamkan dalam berbagai bentuk.

Agar perusahaan dapat menambah jumlah kas yang dimilikinya maka manajer keuangan harus dapat memprediksi dengan tepat penerimaan kas dan pengeluaran kas dan juga memprediksi secara persis jumlah kas yang diperlukan, sumbernya, maupun tujuan penggunaannya. Data ini diperlukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Dengan tersedianya data tersebut secara tepat maka dapat ditetapkan waktu pembelanjaan, pembayaran hutang-hutang dan jumlah yang harus ditransfer diantara perkiraan-perkiraan.

Menurut Heckert, Tugas Akuntansi Manajemen (1991.393). adapun tujuan dari manajemen kas, adalah :

a) Penyediaan kas yang cukup untuk operasi jangka pendek dan jangka panjang.

b) Penggunaan dana perusahaan secara efektif pada setiap waktu.

c) Penetapan tanggung jawab untuk penerimaan kas dan pemberian perlindungan yang cukup sampai dana disimpan.

d) Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk tujuan yang sah.

e) Pemeliharaan saldo bank yang cukup, bilamana cocok untuk mendukung hubungan yang layak dengan bank komersil.


(28)

Adapun tujuan manajemen kas pemerintah menurut beberapa praktisi / akademisi, yaitu sebagai berikut :

1. Menghindari penyimpanan saldo kas yang tidak digunakan (Idle cash balances) melalui keputusan pembayaran dan penerimaan kas yang tepat waktu, serta kemampuan peramalan arus kas yang akurat.

2. Memaksimalkan keuntungan pada kas yang tidak digunakan (jika terjadi kelebihan kas) dan menghindari akumulasi simpanan pemerintah yang tidak mendapatkan imbal balik serta menekan seminimal mungkin biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan saldo tersebut pada sistem perbankan baik di bank sentral atau bank komersial.

3. Mampu mengendalikan berbagai risiko diantaranya risiko operasional, risiko kredit dan risiko pasar yang terkait dengan kegiatan pemerintah dan pendanaan kegiatan pemerintah.

4. Memastikan bahwa kas yang cukup tersedia untuk membayar pengeluaran saat jatuh tempo dan meminjam hanya bila diperlukan dengan upaya meminimalkan biaya pinjaman pemerintah dan mampu menyediakan pendanaan bagi pengeluaran pemerintah atau pembayaran hutang pemerintah tepat waktu.

Tujuan manajemen kas pemerintah dapat diringkas sesuai pada tabel berikut :


(29)

Tabel 3.1

Tujuan Manajemen Kas Pemerintah Upaya mengelola (meminimumkan)

Oppurtunity Cost of Holding Cash kas jika terjadi kelebihan kas.

Upaya mengelola (meminimumkan) trading cost akibat kekurangan kas

Menghindari penyimpanan idle cash balances melalui keputusan pembayaran dan penerimaan kas yang tepat waktu, serta kemampuan peramalan cash flow yang akurat.

Mampu mengendalikan berbagai risiko diantaranya risiko operasinal, risiko kredit dan risiko pasar yang terkait dengan kegiatan pemerintah dan pendanaan kegiatan pemerintah Memaksimalkan keuntungan pada idle

cash serta menekan seminimal mungkin biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan saldo tersebut pada sistem perbankan baik di bank sentral atau bank komersial.

meminimalkan biaya pinjaman pemerintah dan mampu menyediakan pendanaan bagi pengeluaran pemerintah atau pembayaran hutang pemerintah tepat waktu.

Sumber : www. Perbendaharaan.go.id 2015

Menurut Purba, Analisa dan Perencanaan Keuangan (2003:148) Manajer keuangan dapat menggunakan 5 (lima) strategi manajemen kas, yaitu :

1. Bayarlah hutang slambat-lambatnya tanpa menurunkan reputasi perusahaan di mata kreditur.


(30)

2. Gunakan potongan kas kalau menguntungkan.

3. Berikan potongan kas pada pelanggan asal dapat dipertanggung jawabkan. 4. Kumpulkan piutang secepat mungkin tapi jangan kehilangan pasar.

5. Meningkatkan tingkat persediaan dengan cara :

a. Meningkatkan perputaran bahan baku. Hal ini dilakukan antara lain meningkatkan efisiensi tekhnik pengendalian persediaan.

b. Menurunkan siklus produksi dapat dilakukan antara lain : a) Memperbaiki perencanaan produksi.

b) Memperbaiki skedul.

c) Memperbaiki teknik pengendalian.

c. Meningkatkan perputaran barang jadi dapat dilakukan antara lain dengan cara :

a) Memperbaiki ramalan permintaan. b) Memperbaiki perencanaan produksi.

1. Pengertian Kas

Pengertian kas secara umum oleh masyarakat adalah alat tukar yang bisa digunakan untuk memperoleh barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan keinginannya, atau kas dalam arti sama dengan uang. Akan tetapi, dalam tulisan ini pengertian yang dimaksud adalah kas dalam lingkup perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu membutuhkan kas untuk membiayai operasi perusahaan sehari hari seperti pembayaran gaji,


(31)

pembayaran hutang dan pembayaran tunai. Kas juga diperlukan untuk investasi pada aktiva tetap.

Kas merupakan salah satu komponen aktiva lancar yang paling likuid yang setiap saat dapat diselewengkan. Kas adalah suatu alat tukar dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi yang dapat diterima untuk melunasi hutang, dan dapat diterima sebagai setoran ke bank sebesar nilai nominal dan dapat diambil sewaktu-waktu apabila diperlukan oleh perusahaan.

Dalam mendayagunakan kas, manajemen kas harus menjaga agar cadangan kas yang dimiliki perusahaan hendaknya sekecil mungkin. Sebab semakin kecil jumlah cadangan kas maka kesempatan perusahaan untuk mencapai laba yang lebih tinggi akan terjamin. Tapi juga harus dapat memperkirakan dengan tepat bila sewaktu-waktu ada tagihan yang mendesak agar perusahaan bisa membayar kewajiban-kewajiban dan menjaga kepercayaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Cadangan atau saldo kas yang lebih rendah akan lebih mudah untuk diperoleh bila pimpinan perusahaan memperhatikan dengan seksama sumber-sumber dan penggunaan kas perusahaan. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang pengertian kas, penulis akan mengutip defenisi kas menurut Jay, M Smith, Fred K. Skousen dalam bukunya Akuntansi Intermediate (1997 : 243) “Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid dan terdiri dari pos-pos yang berlaku sebagai alat tukar dan memberikan dasar bagi pengukuran akuntansi”.

Dari kutipan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa agar dapat dilaporkan sebagai kas, suatu pos harus tersedia setiap saat dan tidak dibatasi penggunaannya


(32)

untuk pembayaran kewajiban lancer. Pedoman umum untuk menentukan suatu pos sebagai kas adalah dapat diterimanya pos tersebut sebagai deposito sebesar nilai nominalnya pada sebuah Bank atau Lembaga Keuangan lainnya.

Sedangkan defenisi kas menurut Standar Akuntasi Keuangan (1994:35) adalah sebagai berikut :

“Kas terdiri atas saldo kas dan rekening giro. Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan”.

Dari kedua pengertian tersebut di atas, maka yang termasuk kas dan setara kas terdiri dari :

a) Saldo kas yang ada di perusahaan.

b) Penerimaan kas yang belum disetor ke bank.

c) Cek tunai yang diterima dari pihak ketiga, pos wesel, certified check. d) Sado rekening giro atau tabungan di bank

e) Investasi yang dapat segera diubah menjadi kas.

Untuk menentukan beberapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standar ratio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun hutang lancar.


(33)

H.G. Guthman menyatakan bahwa jumlah kas yang ada di dalam perusahaan yang “well finance” hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar.

Besarnya persediaan kas minimal ini berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan lainnya. Menurut Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (1990:86) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan perusahaan dapat disebutkan sebagai berikut :

a) Perimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar.

Adanya perimbangan yang baik mengenai jumlah maupun waktu antara cas inflow dengan cas outflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai waktunya dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan.

Adanya perimbangan ini dapat disebabkan oleh adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini berarti bahwa pembayaran hutang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan piutang.

b) Penyimpanan terhadap aliran kas yang diperkirakan.

Untuk menjaga likuiditasnya perusahaan perlu membuat perkiraan aliran kas di dalam perusahaannya. Apabila aliran kas nyatanya selalu sesuai dengan perkiraan, maka perusahaan tersebut tidak menghadapi kesulitan likuiditas.


(34)

c) Adanya hubungan yang baik dengan Bank

Apabila pimpinan perusahaan telah berhasil dapat membina hubungan yang baik dengan Bank akan mempermudah baginya untuk mendapatkan pinjaman dalam menghadapi kesukaran financialnya, baik yang disebabkan karena peristiwa yang tidak diduga maupun yang dapat diduga sebelumnya.

2. Arus Kas

Arus kas merupakan suatu proses yaitu cara suatu perusahaan menambah jumlah dan menggunakan dana tunainya. Menurut Hamilton, Institute, Panduan Mengelola Arus Kas Yang Efektif, (1993 : 3) merumuskan arus kas sebagai berikut :

“ Arus kas = laba bersih + depresiasi – penambahan dalam piutang usaha – penambahan dalam persediaan + penambahan dalam utang usaha”.

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.

Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.


(35)

Pengertian luas mengenai arus kas yang dari kegiatan penjualan atau kegiatan yang sama dikurangi oleh semua biaya-biaya yang meliputi seluruh pengeluaran kas. Berikut ini beberapa pengertian dari arus kas yang akan memberikan pengertian terhadap arus kas secara lebih jelas.

Suatu perusahaan dalam membuat laporan, biasanya secara periodic, maka menyiapkan laporan arus kas yang berdasarkan pendapatan, akumulasi penyusutan, pinjaman dan pajak harus menunjukkan pemisahan antara kelompok utama penerimaan kas dan pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, arus kas terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar.

1. Arus Kas Masuk (Cash Inflow)

Arus kas masuk adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Arus kas masuk tidak teratur.

Arus kas masuk tidak teratur adalah arus kas yang berasal dari sumber eksternal yang dapat menambah jumlah uang kas pada perusahaan. Sumber eksternal tersebut seperi :

1) Menjual surat berharga seperti obligasi, saham preferent, saham biasa dan wesel.


(36)

b. Arus kas masuk teratur

Arus kas masuk teratur adalah arus kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan setiap hari. Sumber arus kas masuk teratur dapat dibagi dua :

1) Penjualan kas.

2) Pengumpulan piutang.

2. Arus Kas Keluar (Cash Out Flow)

Arus kas keluar adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

a) Arus kas keluar tidak teratur seperti pembayaran deviden, bunga, angsuran hutang, pembelian kembali saham dan pajak.

b) Program pembelian aktiva perusahaan. Perusahaan secara berkala harus mengganti aktiva yang dipergunakannya untuk menjaga agar produksi dapat berjalan optimal.

c) Persediaan akan dibeli oleh perusahaan secara teratur untuk menjamin aliran barang jadi ke pasar.

3. Arus Kas Pada BKD Provinsi Sumatera Utara a. Sumber kas pada BKD Provinsi Sumatera Utara

Sumber kas pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), yang di keluarkan oleh pemerintah untuk anggaran belanja pada BKD Provinsi Sumatera Utara. APBD


(37)

merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari pelaksanaan hak dan kewajiban pemerintah daerah, serta pemanfaatan potensi atau sumber daya daerah, baik yang dimiliki oleh Pemerintah daerah maupun yang terdapat di wilayah daerah bersangkutan, yang mana pemungutannya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari :

a) Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(38)

b) Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Perbedaan utama antara pajak daerah dan retribusi daerah terletak pada imbal jasanya. Pada saat membayar pajak daerah, pihak yang membayar pajak (wajib pajak) tidak langsung mendapatkan imbalan pada saat melakukan pembayaran, berbeda dengan retribusi daerah. Pembayaran retribusi daerah dapat dilakukan jika pembayar retribusi (wajib retribusi) telah mendapatkan pelayanan atau keperluannya telah difasilitasi oleh pemerintah daerah.

c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah bagian dari aset pemerintah daerah yang digunakan sebagai penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan atau badan usaha, baik badan usaha milik negara/daerah (BUMN/BUMD) maupun badan usaha milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

d) Lain – lain PAD yang sah.

Lain-lain PAD yang sah merupakan pendapatan daerah yang tidak dapat dikategorikan sebagai pajak daerah, retribusi dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, namun masih termasuk dalam kategori PAD.


(39)

2) Dana perimbangan

Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan bagian pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem Keuangan Negara, dan dimaksudkan untuk mengatur sistem pendanaan atas kewenangan pemerintahan pusat yang diserahkan, dilimpahkan, dan ditugasbantukan kepada Daerah.

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Dana perimbangan terdiri atas :

a) Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Pada dasarnya, selain dimaksudkan untuk menciptakan pemerataan


(40)

pendapatan daerah, DBH juga bertujuan untuk memberikan keadilan bagi daerah atas potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini, walaupun pendapatan atas pajak negara dan pendapatan yang berkaitan dengan sumber daya alam (SDA) merupakan wewenang pemerintah pusat untuk memungutnya, namun sebagai daerah penghasil, pemerintah daerah juga berhak untuk mendapatkan bagian atas pendapatan dari potensi daerahnya tersebut.

b) Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah atau mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-daerah melalui penerapan formula tertentu. DAU suatu daerah ditentukan atasalokasi dasar dan besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah (belanja pegawai daerah) pada daerah yang bersangkutan. Sedangkan celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). c) Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang


(41)

belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

3) Lain – lain pendapatan yang sah

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan dapat mencakup:

a) Hibah yang berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/ perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.

b) Dana darurat dari pemerintah pusat dalam bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD.

c) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

d) Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.

e) Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

b. Penggunaan Dana / Kas : 1) Operasional Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah pemeliharaan gedung, pemeliharaan perlengkapan, pemeliharaan kendaraan dan lain-lainnya.


(42)

2) Pengadaan dan Inventaris

Pengadaan dan Inventaris adalah berupa pembelian barang baru untuk menggantikan barang yang lama atau tidak dapat digunakan serta dioperasikan lagi.

3) Listrik, Air dan Telpon.

Listrik, Air dan Telepon adalah suatu alat perlengkapan untuk memudahkan segala kegiatan dan untuk informasi yang cepat dan akurat. 4) Pembelanjaan atau Gaji Karyawan.

Dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian perlengkapan perusahaan dan untuk kesejahteraan karyawan perusahaan. 5) Dan Operasional lain-lain.

B. Penggunaan Anggaran Pada BKD Pemprovsu 1. Konsep Anggaran Pemerintah

Menurut Freeman (2003) anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating resources to unlimited demands). Anggaran dapat juga diartikan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama perioda waktu tertentu dalam ukuran finansial.

Konsep Dasar Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi


(43)

tertentu secara sistematis selama satu periode. Adapun fungsi anggaran adalah sebagai berikut :

1. Anggaran sebagai alat perencanaan

Fungsi anggaran sebagai alat perencanaan adalah:

a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan,

b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.

c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

e. Anggaran sebagai alat pengendalian.

Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa setiap oknum pemerintah dapat dikendalikan oleh anggaran

Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending dan salah sasaran dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu:

a) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan b) Menghitung selisih anggaran


(44)

c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas suatu varians

d) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

2. Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal

Anggaran dapat digunakan sebagai alat menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

3. Anggaran sebagai alat politik

Anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik.

4. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.

5. Anggaran sebagai alat penilaian kerja.

Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi anggaran.

6. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer, dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.


(45)

7. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang public.

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer, dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2. Siklus Penyusunan Anggaran

Gambar 3.1

Siklus Penyusunan Anggaran

Sumber : Freeman (2003)

1. Penyusunan rencana anggaran

Penyusunan rencana anggaran merupakan tahap pertama dari proses penganggaran. Penyusunan rencana anggaran terdiri dari :

Penyusunan Rencana Anggaran

Persetujuan Legislatif

Pelaksanaan Anggaran Pelaporan


(46)

a. Langkah awal (prelimnary step), merupakan langkah-langkah pendahuluan, kepala pemerintahan memberikan batasan atau kebijakan umum yang akan diterapkan pada periode anggaran.

b. Penyusunan rencana awal (preparing the budget) oleh unit kerja yang ada. Mempertimbangkan estimasi belanja dan estimasi pendapatan.

2. Persetujuan Anggaran

Legislatif (komite anggaran) akan mengadakan pembahasan guna memperoleh pertimbangan2 untuk menyetujui atau menolak anggaran tersebut.

3. Pelaksanaan Anggaran

Pelaksanaan anggaran terdiri dari :

a. Anggaran yang disetujui mulai dilaksanakan

b. Langkah pengalokasian yang dikenal dengan Allotment dan appottionment 4. Pelaporan dan Audit

Pelaporan dan Audit terdiri dari :

a. Realisasi anggaran akan dilaporkan dan diperbandingkan secara periodic dengan anggaran yang telah disetujui sebelumnya.

b. Penjelasan terhadap selisih realisasi dengan anggaran.

Menurut Jones (1996:115) terdapat empat konsep dasar dalam penyusunan anggaran kas. Yakni :

1. Adanya pola pengeluaran (expenditure pattern), tidak hanya dalam bentuk kas, tetapi lebih penting lagi dalam hal kapan kas harus dibayarkan.

2. Adanya pola pendapatan (income pattern), tidak hanya dalam bentuk kas, tetapi lebih penting lagi dalam hal kapan kas akan diterima.


(47)

3. Ketika kedua pola di atas dapat disusun, maka dapat dibuat skedul yang mencakup pendapatan dan belanja.

4. Dari skedul tersebut dapat dibuat prakiraan anggaran kas (cash budget forecast)

Tabel berikut menyajikan format dan skedul dalam anggaran kas.

Tabel 3.2

Format Anggaran Kas

Skedul Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Item-item

pendapatan … … Total pendapatan

Item-item belanja

… … Total belanja

Sumber : Jones (1996:116)

Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah di Indonesia, anggaran kas disusun oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) untuk pelaksanaan APBD dan oleh pengguna anggaran di SKPD untuk pelaksanaan anggaran di SKPD. Oleh karena itu, anggaran pengeluaran kas di SKPD mencakup bbelanja langsung dan belanja tidak langsung, maka anggaran kas juga dapat disusun mengikuti anggaran belanja


(48)

tersebut. Sementara untuk pendapatan, bagi SKPD yang memungut PAD dan dana perimbangan, disusun anggaran kas masuk sesuai dengan kebijakan dan estimasi waktu penerimaan kas tersebut.

3. Proses Penyusunan APBD

Seperti yang telah penulis terangkan sebelumnya bahwa APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang telah disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Proses penyusunan APBD adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan kebijakan umum APBD (KUA)

a. KUA disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri melalui SE Mendagri.

b. Diawali dengan pembuatan rancangan KUA oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekda.

c. Rancangan tersebut terdiri dari:

1) Target pencapaian kinerja dan program-program

2) Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja, serta sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

2. Penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS).

a. Penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara merupakan dokumen yang berisi seluruh program kerja yang akan dijalankan tiap urusan pada


(49)

tahun anggaran, dimana program tersebut diberi prioritas sesuai dengan visi, misi dan strategi Pemda.

b. Juga diawali dengan rancangan awal PPAS oleh TAPD. c. Tahapan-tahapan:

1) Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan. 2) Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.

3) Menentukan plafon anggaran untuk tiap program. 3. Penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD.

a. RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD

b. RKA-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD

c. Pendekatan: MTEF (Mid Term Expenditure Framework), Penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.

4. Penyiapan Rancangan Perda APBD

a. Dokumen utama dalam penyiapan Ranperda APBD adalah RKA-SKPD. b. TAPD mengevaluasi dan mengkompilasi semua RKA-SKPD.

c. Lampiran-lampiran Ranperda APBD : a) Ringkasan APBD

b) Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintah dan organisasi)

c) Rincian APBD (menurut urusan pemerintah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan).


(50)

d) Rekap belanja (menurut urusan pemerintah, organisasi, program dan kegiatan, dan keselaran dengan urusan dan fungsi).

5. Penetapan APBD

a. Penyampaian dan pembahasan raperda APBD

b. Evaluasi Raperda APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD.

c. Jika sudah lolos verifikasi akan ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi Perda dan Perkada.

Untuk memberi ilustrasi bagaimana gambaran APBD yang dihasilkan oleh beberapa pemerintah daerah, penulis mengulas beberapa data yang digunakan dari APBD pemerintahan daerah se Indonesia tahun 2009 yang dapat diakses di website Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan RI.

Dalam analisa ini penulis mengambil kasus APBD seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara kecuali Kabupaten Labuhan Batu, Nias, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan. Data kependudukan kabupaten-kabupaten yang di analisa dimutakhirkan dari data kependudukan tahun 2004 dengan menggunakan dasar pertambahan penduduk tiap-tiap kabupaten sebesar 1,5 % per tahun hingga akhir tahun 2009.


(51)

Tabel 3.3

Belanja Daerah per Jiwa Penduduk Berdasarkan APBD 2009

No Nama Kabupaten

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Total Belanja Daerah (Rp.

Juta)

Belanja Per Penduduk

(RP.)

1 Pakpak Barat 36.426 296.942 8.151.859

2 Samosir 128.316 419.421 3.268.659

3 Toba Samosir 179.260 490.243 2.734.812

4 Humbang Hasundutan 164.110 388.606 2.367.960 5 Tapanuli Selatan 265.829 529.958 1.993.602

6 Tapanuli Utara 274.809 547.347 1.991.733

7 Tanah Karo 330.498 655.106 1.982.179

8 Dairi 275.547 439.818 1.596.162

9 Padang Lawas 139.050 212.867 1.530.867

10 Mandailing Natal 398.157 574.656 1.443.389

11 Batu Bara 382.929 441.614 1.153.252

12 Simalungun 870.526 937.193 1.076.582

13 Serdang Bedagai 591.732 621.646 1.050.554

14 Asahan 666.075 648.828 974.107

15 Langkat 1.013.027 938.838 926.765

16 Deli Serdang 1.621.188 1.318.989 813.594


(52)

Dari tabel 3.3, Kabupaten Pakpak Barat yang mempunyai penduduk terkecil dari 16 Kabupaten di Sumut menempati urutan teratas dengan setiap penduduk mendapat jatah Rp. 813.589 disusul oleh Samosir dengan Rp. 1.621.188 jiwa berada di urutan terbawah dengan belanja Rp. 813.594.

Tabel-tabel di bawah ini menunjukkan rasio-rasio PAD terhadap total Pendapatan Daerah (Tabel 3.4) dan rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah di 16 Kabupaten se Sumatera Utara (Tabel 3.5).

Tabel 3.4

Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan Daerah APBD 2009

No Nama Kabupaten

PAD (Rp. Juta)

Total Pendapatan Daerah (Rp.

Juta)

Rasio PAD Thd Total Pendapatan

Daerah

1 Deli Serdang 102.735 1.291.546 8,0 %

2 Samosir 23.652 358.178 6,6 %

3 Tapanuli Selatan 30.998 498.839 6,2 %

4 Padang Lawas 10.202 210.131 4,9 %

5 Tanah Karo 24.293 520.037 4,7 %

6 Serdang Bedagai 25.439 596.875 4,3 %

7 Simalungun 39.113 918.290 4,3 %

8 Humbang Hasundutan 13.949 390.119 3,6 %

9 Langkat 31.605 887.511 3,6 %


(53)

No Nama Kabupaten

PAD (Rp. Juta)

Total Pendapatan Daerah (Rp.

Juta)

Rasio PAD Thd Total Pendapatan

Daerah

11 Toba Samosir 14.012 434.295 3,2 %

12 Asahan 20.044 627.548 3,2%

13 Dairi 9.134 419.091 2,2 %

14 Mandailing Natal 10.683 551.571 1,9 %

15 Pakpak Barat 4.778 250.005 1,9 %

16 Tapanuli Utara 7.809 531.394 1,5 %

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu RI 2009

Dari seluruh Kabupaten di Sumut rasio PAD terhadap Total Pendapatan Daerah rata-rata hanya mencapai 4%. Deli Serdang dengan 8.0% di tempat teratas, Samosir di tempat kedua dengan 6.6% dan Tapanuli Utara menempati posisi terbawah dengan 1.5%. Ini menunjukkan ketergantungan yang sangat besar Kabupaten-kabupaten tersebut kepada dana perimbangan dari pemerintah pusat.


(54)

Tabel 3.5

Rasio PAD Terhadap Total Anggaran Belanja Daerah APBD 2009

No Nama Kabupaten

PAD (Rp. Juta)

Total Belanja Daerah (Rp.

Juta)

Rasio PAD Thd Total

Belanja Daerah

1 Deli Serdang 102.735 1.318.989 7,8 %

2 Tapanuli Selatan 30.998 529.958 5,8 %

3 Samosir 23.652 419.421 5,6 %

4 Padang Lawas 10.202 212.867 4,8 %

5 Simalungun 39.113 937.193 4,2 %

6 Serdang Bedagai 25.439 621.646 4,1 %

7 Tanah Karo 24.293 655.106 3,7%

8 Humbang Hasundutan 13.949 388.606 3,6 %

9 Langkat 31.605 938.838 3,4 %

10 Batu Bara 14.503 441.614 3,3 %

11 Asahan 20.044 648.828 3,1 %

12 Toba Samosir 14.012 490.243 2,9 %

13 Dairi 9.134 439.818 2,1 %

14 Mandailing Natal 10.683 574.656 1,9 %

15 Pakpak Barat 4.778 296.942 1,6 %

16 Tapanuli Utara 7.809 547.347 1,4 %


(55)

Kemandirian sebuah daerah dari sisi anggaran juga dapat dilihat dari rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.5. Jika kita perhatikan tabe 3.5 menunjukkan kedekatan dengan tabel 3.4. Deli Serdang menempati posisi teratas dengan 7.8% dan Kabupaten Tapanuli Utara menempati posisi terbawah dengan 1,4%.

Dalam Struktur APBD Belanja Bantuan Sosial dimasukkan dalam kelompok Belanja Tidak Langsung bersama-sama dengan Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Hibah, dan Belanja Bagi Hasil dengan Pemerinta Daerah Lainnya, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa dan Beelanja Tak Terduga.

Belanja Bantuan Sosial diberikan dalam bentuk uang tunai kepada Partai Politik yang memiliki kursi di DPRD, Organisasi Masyarajat, Organisasi Profesi atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah untuk Melaksanakan kegiatan organisasi atau lembaga yang bersangkutan. Ini merupakan jenis belanja paling banyak mendapatkan sorotan masyarakat karena rawan dari penyalahgunaan. Penyalahgunaan tersebut bisa terjadi karena mekanisme penyaluran yang tidak transparan, dan efektifitas penggunaannya oleh si penerima. Kecuali bantuan kepada pembinaan Partai Politik yang memiliki kursi di DPRD yang memang diatur oleh Undang-undang tentang partai politik, bantuan keuangan kepada organisasi-organisasi lainnya sebenarnya bukan keharusan.

Menurut ketentuan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 mengenai Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa Belanja Bantuan Sosial sifatnya tidak mengikat, tidak diberikan terus menerus dan


(56)

jumlahnya harus menurun dari satu periode ke periode lainnya. Namun fakta di lapangan menunjukkan ada beberapa organisasi ke masyarakat tertentu atau lembaga keagamaan yang secara rutin mendapat belanja bantuan sosial yang jumlahnya malahan meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai ilustrasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.6

Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap PAD APBD 2009

No Nama Kabupaten

PAD (Rp. Juta) Belanja Bantuan Sosial (Rp. Juta) Rasio Belanja Sosial Thd PAD

1 Tanah Karo 24.293 2.595 10,7 %

2 Padang Lawas 10.202 1.250 12,3 %

3 Deli Serdang 102.735 14.019 13,6 %

4 Samosir 23.652 3.326 14,1 %

5 Simalungun 39.113 7.718 19,7 %

6 Tapanuli Selatan 30.998 6.575 21,2 %

7 Batu Bara 14.503 3.208 22,1 %

8 Tapanuli Utara 7.809 2.175 27,9 %

9 Dairi 9.134 3.000 32,8 %

10 Humbang Hasundutan 13.949 5.323 38,2 %

11 Serdang Bedagai 25.439 10.000 39,3 %

12 Toba Samosir 14.012 9.460 67,5 %


(57)

No Nama Kabupaten

PAD (Rp. Juta)

Belanja Bantuan Sosial (Rp.

Juta)

Rasio Belanja Sosial Thd

PAD

14 Mandailing Natal 10.683 11.078 103, 7 %

15 Asahan 20.044 22.116 110, 3 %

16 Pakpak Barat 4.778 9.667 202, 3%

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu RI 2009

Di Sumatera Utara, Tanah Karo menempati rasio paling kecil yaitu belanja bantuan sosialnya yang berjumlah Rp. 2,6 Milyar setara dengan 10,7 % dari Rp. 24,3 milyar PADnya menempati peringkat atas prinsip penganggaran yang baik. Kasus ekstrim yang kurang baik adalah Pakpak Barat yang menganggarkan Rp. 9,7 milyar untuk belanja bantuan sosial sementara PADnya hanya berjumlah Rp. 4,8 milyar alias 202,3 %. Artinya untuk memberikan bantuan yang sifatnya tidak wajib saja, Pemerintah Kabupaten Pakpak Barat harus menggunakan dana transfer dari pusat.


(58)

A. Kesimpulan

Di akhir penulisan ini, diuraikan beberapa kesimpulan yang diambil berdasarkan uraian yang terdapat pada bab-bab terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya. Kesimpulan-kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Sumatera Utara menggunakan bentuk struktur organisasi fungsional, dimana wewenang dari pimpinan dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus.

2. Perusahaan mendapat sumber kas untuk aktivitas perusahaan.

3. Kas bagi setiap badan usaha merupakan urat nadi untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya guna mencapai tujuan tertentu.

4. Kas telah digunakan sesuai dengan kepentingan perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaan.

5. Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Kas dapat memenuhi kebutuhan bagi Badan Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara


(59)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diberikan, maka penulis akan memberikan saran-saran yang mungkin berguna bagi perusahaan, yaitu :

1. Kinerja manajemen kas sudah cukup baik namun demikian perusahaan tetap harus terus membuat perencanaan dan pengendalian kas secara akurat agar kinerja perusahaan selalu dapat terkendali dengan baik.

2. Apabila perusahaan semakin berkembang maka diperlukan pengawasan intern yang baik untuk menjamin dan memastikan penggunaan kas yang efektif dan efisien.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander Hamilton Institute, Panduan Mengelola Arus Kas Yang Efektif, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1993.

Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta, 1990.

Heckert, JB. James D. Wilson, (and) Jhon B. Campbell, Controllership, Tugas Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 1991.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standart Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Jay, Smith, M.Fred K. Skousen, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta, 1997.

James L, Gibson, Jhon M, Ivancevich dan James H, Donnelly Jr (Drs. Djarkasih MPA), Organisasi, 1992.

Mayanti Jumiahari Harahap, Analisa Manajemen Kas, 2004.

Parentahen Purba, Analisa dan Perencanaan Keuangan, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2003.


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(1)

53

DAFTAR PUSTAKA

Alexander Hamilton Institute, Panduan Mengelola Arus Kas Yang Efektif, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1993.

Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta, 1990.

Heckert, JB. James D. Wilson, (and) Jhon B. Campbell, Controllership, Tugas Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 1991.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standart Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Jay, Smith, M.Fred K. Skousen, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta, 1997.

James L, Gibson, Jhon M, Ivancevich dan James H, Donnelly Jr (Drs. Djarkasih MPA), Organisasi, 1992.

Mayanti Jumiahari Harahap, Analisa Manajemen Kas, 2004.

Parentahen Purba, Analisa dan Perencanaan Keuangan, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2003.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)