41
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara USU, Medan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN
3.2.1   Bahan-Bahan
3.2.1.1 Bahan Utama 1
Starter dari hasil olahan penelitian asidogenesis sebelumnya 2
Sampel LCPKS
dari fat pit PKS Adolina
3.2.1.2 Bahan Tambahan 1
Natrium Bikarbonat NaHCO
3
3.2.1.3 Bahan Analisa
1 Asam klorida HCl 0,1 N
2 Aquadest H
2
O
3.2.2 Peralatan
3.2.2.1 Peralatan Utama
1. Fermentor  tangki  berpengadukjar  fermentor  EYELA  model  No:  MBF
300ME 2.
Pompa sludgeslurry pump HEISHIN, model No.:3NY06F 3.
Gas meter SHINAGAWA, model No.:W-NK-0.5B 4.
Tangki umpan service tank 5.
Pengaduk 6.
Sensor temperatur 7.
pH elektroda 8.
Timer OMRON, model No.:H5F 9.
Botol penampungan keluaran fermentor
Universitas Sumatera Utara
42
42 10.
Gas collector Adapun  rangkaian  peralatan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  dapat  dilihat
pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan 3.2.2.2 Peralatan Analisa
1. Buret 25 ml
2. Timbangan analitik
3. Oven
4. Desikator
5. Pipet volumetrik
6. Karet penghisap
7. Pengaduk magnetic
8. Furnace
Universitas Sumatera Utara
43
43
3.3       TAHAPAN PENELITIAN 3.3.1  Analisis Bahan Baku Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit LCPKS
3.3.1.1 Pengukuran pH
Adapun prosedur pengukuran pH adalah [35]: 1
Kalibrasi pH meter dilakukan ke dalam pH 4, pH 7, dan pH 10. 2
Bagian elektroda dari pH meter dicuci dengan aquadest. 3
Elektoda dimasukkan ke dalam sampel yang akan diukur pH-nya. 4
Nilai bacaan pH meter ditunggu sampai konstan lalu dicatat nilai bacaannya.
3.3.1.2 Analisis M-Alkalinity
Adapun prosedur analisis M-alkalinity adalah [35]: 1
Sampel  dimasukkan  sebanyak  5  ml  ke  dalam  beaker  glass  lalu  ditambahkan dengan aquadest hingga volume larutan 80 ml.
2 Beaker glass diletakkan di atas magnetic stirrer, dan diletakkan pH elektroda di
dalam  beaker  gelas,  kemudian  stirrer  dihidupkan  dan  kecepatan  diatur sedemikian rupa hingga sampel tercampur sempurna dengan aquadest.
3 Campuran dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga pH mencapai 4,8 ± 0,02.
4 Analisis  M-Alkalinity  dilakukan  untuk  Limbah  Cair  Pabrik  Kelapa  Sawit
LCPKS dan limbah fermentasi pada Jar fermentor. 5
M-Alkalinity dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: M-Alkalinity mg NaHCO
3
L = Sampel
Vol 50000
x M
x terpakai
yang Vol.HCl
HCl
3.3.1.3 Analisis Total Solids TS
Adapun prosedur analisis Total Solids TS adalah [35]: 1
Cawan penguap kosong yang telah dibersihkan, dipanaskan pada 105
o
C di dalam oven  selama  1  jam.  Apabila  akan  dilanjutkan  untuk  analisis  zat  tersuspensi
organik, cawan dipanaskan pada 550
o
C, selama 1 jam. 2
Cawan didinginkan selama 15 menit di dalam desikator, lalu ditimbang. 3
Sampel dikocok merata, lalu dituangkan ke dalam cawan. Volume sampel diatur sehingga berat residu antara 2,5-200 mg.
3.1
Universitas Sumatera Utara
44
44 4
Cawan  berisi  sampel  dimasukkan  ke  dalam  oven,  suhu  98
o
C  untuk  mencegah percikan akibat didihan air di dalam cawan. Namun bila volum sampel kecil dan
dinding cawan cukup tinggi maka langkah ini tidak perlu. 5
Pengeringan diteruskan di dalam oven dengan suhu 103-105
o
C selama 1 jam. 6
Cawan  yang  berisi  residu  zat  padat  tersebut  didinginkan  di  dalam  desikator sebelum ditimbang.
7 Langkah  5  dan  6  diulang  sampai  didapat  berat  yang  konstan  atau  berkurang
berat  lebih  kecil  4  berat  semula  atau  0,5  mg,  biasanya  pemanasan  1-2  jam sudah  cukup.  Penimbangan  harus  dikerjakan  dengan  cepat  untuk  mengurangi
galat. 8
Kandungan TS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: mL
sampel, volume
1000 B
- A
talL padatan to
mg ×
= Keterangan:  A = berat residu kering + cawan porselen, mg
B = berat cawan porselen, mg
3.3.1.4 Analisis Volatile Solids VS
Adapun prosedur analisis Volatile solids VS adalah [35]: 1
Cawan penguap setelah dari TS dipanaskan dengan menggunakan muffle furnace pada suhu 550
o
C selama 1 jam. 2
Setelah  itu  cawan  penguap  didinginkan  di  dalam  desikator  hingga  mencapai suhu kamar.
3 Berat cawan penguap ditimbang.
4 Kandungan VS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
mL sampel,
volume 1000
B -
A latilL
padatan vo mg
× =
Keterangan:  A = berat residu+cawan porselen sebelum pembakaran, mg B = berat residu + cawan porselen setelah pembakaran, mg
3.3.1.5 Analisis Total Suspended Solids TSS
Adapun prosedur analisis Total Suspended Solids TSS adalah [35]: 1
Berat kertas saring kering yang digunakan ditimbang. 3.2
3.3
Universitas Sumatera Utara
45
45 2
Kertas saring dibasahi dengan sedikit air suling. 3
Sampel  diaduk  dengan  magnetic  stirrer  untuk  memperoleh  sampel  yang  lebih homogen.
4 Sampel  dipipetkan  ke  penyaringan  dengan  volume  tertentu  pada  waktu  contoh
diaduk dengan magnetic stirer. 5
Kertas saring dicuci atau disaring dengan 3 x 10 ml aquadest. 6
Kertas  saring  dipindahkan  secara  hati-hati  dari  peralatan  penyaring  ke  wadah timbang dengan aluminium sebagai penyangga.
7 Dikeringkan  di  dalam  oven  setidaknya  selama  1  jam  pada  suhu  103ºC  sampai
dengan  105ºC,  didinginkan  dalam  desikator  untuk  menyeimbangkan  suhu  dan massanya.
8 Tahapan  pengeringan,  pendinginan  dalam  desikator,  dan  penimbangan  diulangi
sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4 terhadap penimbangan sebelumnya atau 0,5 mg.
9 Kandungan TSS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
mL sampel,
volume 1000
B -
A totalL
rsuspensi padatan te
mg ×
= Keterangan:  A = berat kertas saring + berat residu, mg
B = berat kertas saring, mg
3.3.1.6 Analisis Volatile Suspended Solids VSS
Adapun prosedur analisis Volatile Solids VSS adalah [35]: 1
Sampel  residu  hasil  analisa  TSS  dibakar  mengunakan  api  bunsen  di  dalam cawan porselen yang telah dikering dan diketahui beratnya.
2 Setelah  terbakar  sempurna  atau  bebas  asap,  selanjutnya  sampel  diabukan  di
dalam furnace pada suhu 550
o
C selama 1 jam. 3
Setelah  1  jam,  furnace  dimatikan  dan  sampel  diambil  setelah  suhu  furnace sekitar 100
o
C dan disimpan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. 4
Kandungan VSS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: mL
sampel, volume
1000 B
- A
volatilL rsuspensi
padatan te mg
× =
3.4
3.5
Universitas Sumatera Utara
46
46 Keterangan:  A = berat residu + cawan porselen sebelum  pembakaran, mg
B = berat residu + cawan porselen setelah pembakaran, mg
3.3.1.7 Analisis Chemical Oxygen Demand COD
Analisis  ini  dilakukan  di  luar  Departemen  Teknik  Kimia,  Fakultas  Teknik, Universitas  Sumatera  Utara  yaitu  di  Balai  Teknik  Kesehatan  Lingkungan  dan
Pengendalian  Penyakit  BTKLPP  Kelas  1  Medan  dengan  Metode  Open  Reflux. Adapun prosedur analisis Chemical Oxygen Demand COD adalah [46]:
1 Dimasukkan 10 ml contoh uji ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2 Ditambahkan 0,2 g serbuk raksa II sulfat HgSO
4
dan beberapa batu didih. 3
Ditambahkan 5 ml larutan kalium dikromat, K
2
Cr
2
O
7
0,25 N. 4
Ditambahkan  15  ml  pereaksi  asam  sulfat  H
2
SO
4
–  perak  sulfat  Ag
2
SO
4
perlahan-lahan sambil didinginkan dalam air pendingin. 5
Dihubungkan dengan pendingin Liebig dan dididihkan di atas hot plate selama 2 jam.
6 Didinginkan  dan  dicuci  bagian  dalam  dari  pendingin  dengan  air  suling  hingga
volume contoh uji menjadi lebih kurang 70 ml. 7
Didinginkan sampai temperatur kamar, ditambahkan indikator ferroin 2 sampai dengan 3 tetes, dititrasi dengan larutan ferro  ammonium sulfat atau FAS 0,1 N
sampai warna merah kecoklatan, dicatat kebutuhan larutan FAS. 8
Langkah  1  sampai  dengan  7  dilakukan  terhadap  air  suling  sebagai  blanko. Kebutuhan  larutan  FAS  dicatat.  Analisis  blanko  ini  sekaligus  melakukan
pembakuan larutan FAS dan dilakukan setiap penentuan COD. 9
Kandungan COD dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: sampel
ml N8000
B A
O mgl
2
− =
Keterangan:  A = ml FAS untuk titrasi blanko
B = ml FAS untuk titrasi sampel
N = Normalitas FAS
8000 = berat miliekivalen oksigen
×
1000 mll 3.6
Universitas Sumatera Utara
47
47
3.3.2  Loading Up dan Operasi Target
Adapun prosedur loading up dan operasi target adalah: 1
Starter asidogenesis sebanyak 2 L dimasukkan ke dalam fermentor. 2
Bahan baku LCPKS dimasukkan ke dalam tangki umpan. 3
Kecepatan  di  dalam  tangki  umpan  LCPKS  segar  diatur  hingga  kecepatan    150 rpm agar larutan LCPKS akan tercampur dengan baik.
4 Bahan baku LCPKS dialirkan dari tangki umpan ke dalam fermentor.
5 Suhu  di  dalam  fermentor  selama  proses  loading  up  dan  operasi  target  dijaga
pada  suhu  45
o
C  dengan  kecepatan  pengadukan  pada  150  rpm  pada  proses loading up dan laju pengadukan 50, 100 dan 200 rpm pada operasi target.
6 HRT awal dimulai dengan HRT 20 hari karena untuk adaptasi hidrolitik bakteri
dengan umpan dimasukkan secara bertahap yaitu 2 kali sehari. 7
Setelah  15  hari,  percobaan  dilanjutkan  untuk  HRT  15,  10,  5  dan  4.  Dilakukan analisis untuk tiap HRT.
8 pH  di  dalam  fermentor  di  atur  6  untuk  loading  up  dan  operasi  target  dengan
penambahan  NaHCO
3
hingga  pH  yang  dinginkan  tercapai. Dilakukan  analisis
untuk setiap run.
3.3.3  Pengujian Sampel Sampling
Prosedur yang dilakukan untuk pengujian sampel sama seperti prosedur yang dilakukan  untuk  analisis  bahan  baku,  ditambah  dengan  analisis  VFA,  sedangkan
analisis gas dilakukan jika pada penelitian ada terbentuk gas yaitu gas CO
2
dan H
2
S. tabel 3.1 berikut merupakan jadwal analisis influent dan effluent.
Tabel 3.1 Jadwal Analisis Influent dan Effluent Hari ke
Analisis 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10  11  12  13  14  15 pH
M-Alkalinity TS
VS TSS
VSS COD
VFA Gas
Keterangan: = Analisis influent
= Analisis effluent
Universitas Sumatera Utara
LB-72
72
3.3 JADWAL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian direncanakan selama 7 tujuh bulan. Jenis kegiatan dan jadwal pelaksanaannya dapat dilihat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jenis Kegiatan dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
. Kegiatan
Bulan ke 1 Bulan ke-2
Bulan ke-3 Bulan ke-4
Bulan ke-5 Bulan ke-6
1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4 1.
Persiapan penelitian 2.
Survei dan pembelian bahan
3. Pelaksanaan
penelitian dan pengumpulan data
4. Kompilasi data dan
penarikan kesimpulan 5.
Penulisan karya ilmiah
6. Penulisan karya
ilmiah
Universitas Sumatera Utara
LB-73
73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KARAKTERISASI  LIMBAH  CAIR  PABRIK  KELAPA  SAWIT
LCPKS
Bahan  baku  LCPKS  yang  digunakan  dalam  penelitian  yaitu  LCPKS  yang berasal  dari  PTPN  IV  PKS  Adolina.  Adapun  hasil  analisis  karakteristik  dari  bahan
baku  LCPKS  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  dapat  dilihat  pada  Tabel  4.1
dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina No.
Parameter Satuan
Hasil Uji Metode Uji
1. pH
- 3,50-4,70
APHA 4500-H
2. Chemical Oxygen
Demand  COD mgL
41.818 SNI
3. Total Solid TS
mgL 16.040-61.000
APHA 2540B
4. Volatile Solid VS
mgL 16.060-52.360
APHA 2540E
5. Total Suspended
Solid TSS mgL
2.920-24.700 APHA 2540D
6. Volatile Suspended
Solid VSS mgL
9.100-22.680 APHA 2540E
7.
8. 9.
10. Volatile fatty acids
- Asam asetat
- Asam propionat
- Asam butirat
Lemak Protein
Karbohidrat mgL
1.508,987 560,030
1.088,613
31,8 0,14
1,99 APHA 2540E
Ekstraksi Sokletasi Kjeldahl
Lane Eynon Laporan hasil uji laboratorium terlampir
Dari  Tabel  4.1  diatas  menunjukkan  hasil  analisis  karakteristik  LCPKS  dari PTPN  IV  PKS  Adolina  dimana  dari  beberapa  parameter  yang  di  analisis  berada  di
atas ambang baku mutu limbah buangan. LCPKS  yang  terdiri  dari  materi  senyawa  organik  kompleks  yang  tebal,
berwarna kecoklatan, berbentuk bubur koloid dari air, minyak dan padatan termasuk sekitar  2  padatan  tersuspensi  yang  berasal  terutama  dari  sisa-sisa  komponen
selulosa  [5].  LCPKS  memiliki  dampak  yang  buruk  terhadap  lingungan,  seperti kondisi  pH  yang  asam  sekitar  3,5-  4,7.  Hasil  pH  ini  menunjukkan  limbah  belum
memenuhi  batas  yang  diizinkan  oleh  Kementerian  Lingkungan  Hidup  dalam
Universitas Sumatera Utara