pH Alkalinitas Nutrisi FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIGESTASI

35 35

2.4 FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIGESTASI

ANAEROBIK 2.4.1 Temperatur Proses digestasi dapat dioperasikan pada temperatur yang berbeda. Temperatur dapat dibagi dalam 3 range yaitu psycrophilic dibawah 25 o C, mesophilic 25 o C - 45 o C dan thermophilic 45 o C - 70 o C [29]. Adapun pengaruh penambahan suhu yang meningkatkan laju produksi metana dapat dilihat pada gambar 2.7. Gambar 2.7 Laju Peningkatan Metana [29] Pada temperatur psychrophiles pertumbuhan bakteri metanogen sekitar 20 , pada temperatur mesophiles pertumbuhan bakteri metanogen sekitar 40 dan pada temperatur thermophiles pertumbuhan bakteri metanogen sekitar 100 [29]. Pada suhu termofilik, gas metana yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan suhu mesofilik dalam kondisi yang sama [30]. Dalam prakteknya, temperatur operasi dipilih dengan mempertimbangkan bahan baku yang digunakan dan temperatur proses yang diperlukan dapat disediakan oleh ruangan atau menggunakan sistem pemanas pada digester [29].

2.4.2 pH

Derajat keasaman pH menunjukan sifat asam atau basa pada suatu bahan. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter elektrik. Derajat keasaman merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen, [H+] yang besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. pH = - log [H+] 2.1 Universitas Sumatera Utara 36 36 Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tahap dalam dekomposisi bahan organik adalah tahap asidogenesis dan metanogenesis. Pada tahap ini terbentuk asam lemak volatil yang akan menurunkan pH dalam reaktor. Pada akhirnya kondisi ini dapat menghambat perolehan gas metan [31]. Pembentukan metana berlangsung pada kisaran pH 5,5-8,5 dengan pH optimum untuk metanogenik adalah 7,0-8,0 [29]. Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,8-7,8. Pertumbuhan bakteri penghasil gas metana akan baik bila pH bahan berada pada keadaan basa yaitu 6,5 sampai 7. Nilai pH terbaik untuk suatu digester yaitu sekitar 7,0. Apabila nilai pH di bawah 6,5, maka aktivitas bakteri metanogen akan menurun dan apabila pH di bawah 5,0, maka fermentasi akan terhenti [31].

2.4.3 Alkalinitas

Alkalinitas adalah ukuran kapasitas penyangga medium kultur dalam daerah pH netral. Alkalinitas bikarbonat yang dibutuhkan untuk menjaga pH rata-rata 7,0 tergantung pada kandungan karbon dioksida dalam digester gas biogas. Dengan gas CO 2 sebesar 25, diperlukan alkalinitas bikarbonat sebanyak 2.000 mgL. Kebutuhan alkalinitas akan menjadi 4.000 mgL, jika konsentrasi karbon dioksida dari 50 sampai 53. Adanya alkalinitas dalam reaktor dengan konsentrasi tertentu dapat menjadi penyangga pH buffer terhadap tingkat keasaman dengan adanya alkalinitas sebagai reaksi adanya komponen bikarbonat dan hidroksida dalam reaktor [28].

2.4.4 Nutrisi

Kurangnya elemen khusus yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme akan membatasi produksi biogas. Nutrisi ditandai dengan rasio karbon dan nitrogen [31]. Rasio CN yang ideal untuk biodigester berkisar anatar 20:1 dan 30:1, tetapi rasio ini akan bervariasi untuk bahan baku yang berbeda dan terkadang untuk bahan baku yang sama. Unsur C didapat dari COD, unsur N didapar dari [CONH 2 2 ], dan unsur P didapat dari KH 2 PO 4 [32]. Selama proses mikroorganisme membutuhkan nutrisi untuk menghasilkan hasil yang optimal. Beberapa nutrisi termasuk kalium, natrium, magnesium, Universitas Sumatera Utara 37 37 kalsium, zat besi, kadmium, kromium, nitrogen dan lain-lain diperlukan untuk kinerja yang efektif. Nutrisi limbah cair minyak kelapa sawit dan bahan penghambat lainnya menyebabkan kegagalan pertumbuhan mikroba untuk beradaptasi menyesuaikan diri selama proses penguraian [7].

2.4.5 Volatile Fatty Acids VFA

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Keadaan Ambient

3 61 86

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan pH pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

4 65 95

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Keadaan Termofilik

3 21 113

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 0 22

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 1 2

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 0 5

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 0 16

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 0 5

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 0 28

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan pH pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Temperatur 45oC

0 0 6