pengaruh PDRB, harapan hidup dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan (studi kasus 35 Kabupaten/kota di Jawa Tengah)
Pengaruh PDRB, Harapan Hidup dan Melek
Huruf Terhadap Tingkat Kemiskinan
(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)
Oleh:
Rahmawati Faturrohmin (106084002753)
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
(2)
PENGARUH PDRB, HARAPAN HIDUP
DAN MELEK HURUF TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN
(STUDI KASUS 35 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rahmawati Faturrohmin 106084002753 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Pheni Chalid,SF,MA,Ph.D. M.Hartana I Putra, M.Si NIP.19490621978031001
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI
PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011M/1432H
(3)
Hari ini Selasa Tanggal 28 Bulan September Tahun 2010 telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Rahmawati Faturrohmin dengan NIM:
106084002753dengan judul skripsi“PENGARUH PDRB, HARAPAN HIDUP
DAN MELEK URUF TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN (STUDI KASUS DI 35 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH)”. Memperhatikan hasil dan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Lukman, M.Si M. Hartana I Putra, M. Si.
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
(4)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rahmawati Faturrohmin
Nim : 106084002753
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini sY Yng berjudul
“PENGARUH PDRB, HARAPAN HIDUP DAN MELEK URUF
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN (STUDI KASUS DI 35
KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH)” adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan setra gelar dibatalkan.
Demikan pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rahmawati Faturrohmin
2. Tempat & Tanggal Lahir : Cirebon, 27 April 1988
3. Alamat : Jl. Ki Ageng Tepak No.40 Rt 04/01
DesaDukupuntang Kec.Dukupuntang Kab.Cirebon 45652 Jawa Barat
4. Telepon : 081387667150
II. PENDIDIKAN
1. SD : MI ITB Dukupuntang
2. SMP : SMP Negeri 1 Dukupuntang
3. SMA : SMA ITB Dukupuntang
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
:
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Moh. Yamin
2. Ibu : Fatimah
3. Alamat : Jl. Ki Ageng Tepak No.40 Rt 04/01
Dukupuntang, Cirebon 45652 Jawa Barat
4. Telpon : 081314307163
(6)
ABSTRACT
This research is aimed to know the influence of Gross Regional Domestic Product (GRDP) to life expectancy and literate to poverty rate in 35 regencies in the Central Java.
This research used secondary data of time series (2005-2009) and cross section (35 regencies in the Central Java). Are supported by Eviews 6. While panel data ware used in analyzing.
The result showed that GRDP negativly influence to poverty. The increase of GRDP in one unit may decrease the rate of poverty in 0,35 with the assumption that other variables are not changed. With the increase of GRDP, followed by markets money, jobs vacancies also increased, then social prosperity perpetualy increases. The life expectancy also negativly influence to the rate of poverty. With the increase of one unit of life expectancy, the rate of poverty will decrease in 6,99, so that quality of health, education and welfare increase. Being literate influence negative impact but not significant, as it had not decrease poverty because it had no irelationship to the increase of productivity. It had only relationship to technology, education, and craft. The independent variables were GRDP, life expectancy and literate can diminish poverty in 35 regencies in the Central Java for the period 2005-2009. The independent variables in this model explained its varieties in dependent variable with 96,32%. The remaining, 3,68% was influenced by other factors outside what had been found in this research. Keywords: poverty, GRDP, life expectancy, literate.
(7)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), harapan hidup dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada 2005-2009.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dalam bentuk time series (2005-2009) dan cross section (35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan adalah panel data dengan bantuan eviews 6.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh negatif dan signifikan. Penigkatan PDRB sebesar satu satuan maka tingkat kemiskinan akan menurun sebesar 0,35 dengan asumsi variabel lain tetap. Dengan peningkatan PDRB maka belanja publik meningkat, maka uang beredar meningkat karena terbukanya lapangan pekerjaan sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Harapan hidup juga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Setiap kenaikan satu satuan harapan hidup, maka dapat menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 6,99. Dengan meningkatnya harapan hidup berarti kualitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan meningkat. Melek huruf berpengaruh negatif namun tidak signifikan, karena peningkatan melek huruf tidak serta merta menurunkan kemiskinan sebab produktifitas tidak berkaitan dengan melek huruf melainkan dengan teknologi, tingkat pendidikan dan keterampilan. Variabel independen yaitu PDRB, harapan hidup dan melek huruf secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada periode 2005-2009. variabel independen dalam model ini mampu menjelaskan variasinya dari variabel dependen sebesar 96,32%. Sedangkan sisanya 3,68% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model dalam penelitian ini.
Kata kunci : Tingkat kemiskinan, PDRB, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wasy-syukurilaah walaa haula walaa quwwata illaa billaah... Segala puji dan syukur hanya untuk Allah Subhanahu wa ta’ala, Rabb yang telah menciptakan alam semesta segenap isinya dan yang telah menjadikan kehidupan ini berarti. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang dengan cahaya kemuliaannya, Allah menerangi segenap jagad raya dan menjadikan segalanya menjadi lebih bermakna. Penulis sungguh tidak dapat membayangkan betapa banyak kendala dan kesulitan serta hambatan yang menghadang sehingga sangat membutuhkan kesabaran. Namun demikian alhamdulillah berkat kerja keras dan pertolongan Allah SWT semua kesulitan dapat teratasi.
Sangat penulis sadari, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini bukanlah usaha sendiri semata, namun merupakan rahmat Allah SWT, dan juga bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Mimi dan mama ku tercinta yang telah memberikan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Serta Keluargaku tersayang yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Ang Imam, Ang Eva, Bang Daud dan Yu Eva yang telah memberikan fasilitas untuk menyelesaiakn skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Lukman M.Si selaku Ketua Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Utami Baroroh M.Si selaku Sekretaris Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D selaku dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan penghargaan dan bimbingan
(9)
6. Bapak M Hartana I Putra, M.Si selaku dosen Pembimbing Sekripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan penghargaan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Fitri selaku dosen IESP yang telah turut memberi semangat.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan: Anis, Yanti, Siti Fadhilah, Leni, Istikomah, Friska, Yeni, Saras, Tunjung, Prabu, Anwar, Fauzi, dan sahabat-sahabat yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sama-sama saling memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan semoga persahabatan kita tidak sampai disini.
10.Sahabat dan Keluarga besar KMSGD terima kasih untuk doa dan support sehingga penulis terus bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 11.Seseorang yang tiada lelah telah memberikan semangat dan kasih sayang
kepada penulis.
12.Rekan-rekan IESP angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT
meridoi dan memberkati setiap usaha dan do’a kita. Amin yaa
robbal’aalamiin….
Mampang, Mei 2011
(10)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Kegunaan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Kemiskinan ... 9
2. Penyebab Kemiskinan ... 10
3. Teori Kemiskinan ... 12
4. Ukuran Kemiskinan ... 14
5. Kriteria Kemiskinan ... 17
B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 19
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 23
2. Teori Pertumbuhan Neoklasik ... 27
3. Teori Pertumbuhan Kuznet ... 29
C. Harapan Hidup ... 30
D. Melek Huruf ... 32
E. Pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan ... 35
(11)
H. Penelitian Terdahulu ... 40
I. Kerangka Pemikiran ... 47
J. Hipotesis ... 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50
B. Metode Penentuan Sampel ... 51
C. Metode Pengumpulan Data ... 52
D. Metode Analisis Data ... 52
1. Estimasi Regresi Dengan Data Panel ... 54
1) Pooled Least Square (PLS) ... 54
2) Fixed Effect ... 55
3) Random Effect ... 56
2. Pemilihan Metode Data Panel ... 56
3. Uji Asumsi Klasik ... 58
1) Uji Linearitas ... 58
2) Uji Normalitas ... 59
3) Uji Heteroskedastisitas ... 60
4) Uji Multikolinearitas ... 60
5) Uji Autokorelasi ... 62
2. Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 62
1) Koefisien Determinan (Adjusted-R²) ... 63
(12)
E. Definisi Operasional ... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Objek Penelitian ... 68
1. Kondisi Geografis ... 68
2. Kondisi Kemiskinan di Jawa Tengah ... 69
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 71
4. Harapan Hidup ... 72
5. Melek Huruf ... 74
B. Analisis dan pembahasan ... 76
a. Uji Asumsi Klasik ... 76
1) Uji Linieritas ... 76
2) Uji Normalitas ... 77
3) Uji Heteroskedastisitas ... 78
4) Uji Multikolinearitas ... 79
5) Uji Autokorelasi ... 80
b. Hasil Estimasi Model Data Panel... 81
1) Pendekatan Pooled Least Square ... 81
2) Pendekatan Fixed Effect Model(FEM) ... 81
3) Pendekatan Random Effect Model ... 81
c. Memilih Metode Data Panel. ... 82
(13)
d. Pengujian Hipotesis ... 84
1) Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 84
2) Uji Signifikansi Serentak (Uji F) ... 85
3) Uji Koefisien Determinan (Adjusted R²) ... 86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104
B. Implikasi ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
(14)
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1.1 Tingkat Kemiskinan,PDRB,AHH &AMH di Pulau Jawa Tahun 2007-2008 1
2.1 Penelitian Terdahulu ... 45
4.1 Persentase Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ... 69
4.2 PDRB ADHK 2000 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ... 71
4.3 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ... 73
4.4 Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ... 75
4.5 Hasil Uji Normalitas ... 77
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 80
4.8 Hasil Regresi Data Panel Pooled Least Square ... 81
4.9 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model ... 81
4.10 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model ... 82
4.11 Hasil Uji Chow ... 82
4.12 Hasil Uji Haustman ... 83
4.13 Nilai t-Statistik ... 84
4.14 Interpretasi Koefisien Fixed Effec Model ... 86
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1 Data Observasi ... 109
2 Output Pooled Least Square ... 113
3 Output Fixed Effect ... 114
4 Output Random Effect ... 116
5 Output Uji Chow dan Uji Hausman ... 118
6 Output Uji Heteroskedastisitas ... 119
7 Output Uji Autokerelasi ... 120
8 Uji Linieritas ... 121
9 T-tabel ... 122
10 F-tabel ... 123
(16)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka (BPS, 2008:1).
Pembangunan ekonomi yang semenjak masa sentralistik terpusat di pulau Jawa tidak meluputkan Jawa dari masalah kemiskinan. Berikut merupakan tabel tingkat kemiskinan, PDRB, Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Melek Huruf (AMH) di pulau Jawa :
Tabel 1.1
Tingkat Kemiskinan, PDRB, AHH dan AMH Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2007-2008
Tingkat PDRB ADHK 2000 AHH AMH
Kemiskinan
2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008
DKI 4.61 3.86 332,971,253.84 353,539,057.43 72,8 72,9 98,76 98,76
Ja-Bar 13.55 12.74 274,180,307.83 290,171,128.80 67,6 67,8 95,32 92,53
Ja-Teng 20.43 18.99 159,110,253.77 167,790,369.85 70,9 71,1 88,62 89,24
DIY 18.99 18.02 18,291,511.71 19,208,937.56 73,1 73,1 87,78 89,46
Ja-Tim 19.98 18.19 287,814,183.92 304,798,966.41 68,9 69,1 87,42 87,43
Banten 9.07 8.2 65,046,775.77 68,830,644.80 64,5 64,6 95,60 95,60
(17)
Tabel 1.1 menunjukkan Tingkat Kemiskinan, PDRB Angka Harapan Hidup dan Angka Melek Huruf provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Secara umum persentase penduduk miskin di Pulau Jawa mengalami penurunan dari tahun ketahun. Data di atas juga menunjukkan persentase tertinggi penduduk miskin berada di Jawa Tengah sedangkan persentase terendah di Propinsi DKI Jakarta.
Bagi provinsi Jawa Tengah kemiskinan merupakan salah satu dari isu strategis yang mendapat prioritas untuk penanganan dalam setiap tahapan pelaksanaannya. Terkait dengan target tujuan pembangunan millennium yang harus tercapai pada tahun 2015, maka provinsi Jawa masih harus bekerja keras untuk dapat mencapai target tersebut, mengingat upaya penanggulangan kemiskinan bukan merupakan hal yang mudah untuk dilaksanakan.
Pada tahun 2000 beberapa negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia menandatangani Deklarasi Milenium yang menunjukkan komitmen bangsa-bangsa tersebut untuk mencapai delapan sasaran pembangunan milenium (Millenium Development Goals-MDGs) dimana salah satu pointnya adalah pengentasan kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan pentingnya masalah kemiskinan untuk diatasi sehingga taraf kehidupan rakyat menjadi lebih berkualitas.
Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah. Lanjouw, dkk dalam Irsad Lubis, dkk menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Menurut Irsad lubis, dkk (2008: 18) ada 3 alasan mengapa pembangunan manusia perlu mendapatkan pehatian adalah :
(18)
1. Banyak negara berkembang termasuk Indonesia yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi gagal mengurangi kesenjangan ekomoni dan kemiskinan.
2. Banyak negara maju yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi ternyata tidak berhasil mengatasi masalah-masalah sosial seperti penyalahgunaan obat, alkohol, AIDS, gelandangan dan kekerasan dalam rumah tangga.
3. Beberapa Negara berpendapatan rendah mampu mencapai tingkat
pembangunan manusia yang tinggi karena mampu menggunakan semua sumber daya untuk mengembangkan kemampuan dasar manusia.
Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik diharapkan memiliki produktivitas yang tinggi sehingga akan mempeoleh kesejahteraan yang lebih baik. Secara spesifik kesejahteraan dinilai dari kekurangan pendapatan, konsumsi, pemilikan harta benda baik diam maupun bergerak, asset modal dan stok. Nilai miminum penghasilan rumah tangga miskin adalah kurang dari 1920 kg setara beras per rumah tangga per tahun (Sayogyo, 1978; Tjondronegoro, Soejono & Hardjono, 1996; van Oostenbrugge, van Densen & Machiels, 2004).
Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut
(19)
angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. Indeks pembangunan manusia(IPM) Indonesia semakin menurun dalam dua tahun terakhir. Jika pada 2007 berada di peringkat 107 dari 177 negara, pada 2009 menurun menjadi peringkat ke 111. Angka ini jauh di bawah negara-negara ASEAN diantaranya: Malaysia pada peringkat 66, Singapure (23) dan Thailand (87).
Gambaran secara menyeluruh tentang kondisi perekonomian suatu daerah dapat diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu indikator makro ekonomi, pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada tingkat regional.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang sangat besar akan berpengaruh terhadap kondisi sosial manusia di Jawa Tengah. Permasalahan dan tantangan daerah pembangunan daerah masih di prioritaskan pada masalah-masalah sosial yang mendasar, antara lain besarnya angka kemiskinan dan pengangguran.
(20)
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di masing-masing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Kemiskinan suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kesehatan
masyarakatnya. Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program social lainnya termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter sekaligus mempertahankan jati diri manusia. Karena itu menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan, dan kebodohan identik dengan kemiskinan (Winardi,2010 dalam http://winardi-andalas-putro-blogspot.com). Di Jawa Tengah tingkat pendidikan dapat diukur salah satunya denga melek huruf. Dan berdasarkan tabel 1.4 tingkat melek huruf di Jawa Tengah dari tahun
(21)
2004-Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang rendah, tingkat kemiskinan yang tinggi, serta pembangunan manusia yang masih rendah. Berdasarkan atas dasar latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahasnya dlam bentuk judul sekripsi yang berjudul:
“Pengaruh PDRB, Harapan Hidup dan Melek Huruf Terhadap Tingkat Kemiskinan”
B. Rumusan Masalah
Selama beberapa tahun persentase penduduk miskin tertinggi di pulau Jawa adalah Jawa Tengah 22,19% pada tahun 2006 dengan jumlah penduduk miskin 7100,6 ribu jiwa. 20,43% pada 2007 dengan jumlah penduduk miskin 6557,2 ribu jiwa. Dan pada tahun 2008 sebesar 18,99% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 6122,6 ribu jiwa.
Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 6190 juta orang (18,23 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yang berjumlah 6557 juta orang (20,43persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 0,367 juta orang (BPS, 2008:3).
Masih tingginya tingkat kemiskinan di Jawa Tengah merupakan masalah pokok yang diangkat dalam penelitian ini. Untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut sebelumnya perlu adanya analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Tengah sehingga nantinya dapat dirumuskan strategi dan kebijakan yang tepat. Dalam penelitian ini akan dibahas pengaruh
(22)
faktor produk domestik regional bruto dan komponen indeks pembangunan manusia terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.
Dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan di atas muncul pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Seberapa besar pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada periode 2005-2009 ?
2. Seberapa besar pengaruh Harapan Hidup terhadap tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa tengah pada periode 2005-2009 ?
3. Seberapa besar pengaruh Melek Huruf terhadap tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada periode 2005-2009 ?
4. Seberapa besar pengaruh PDRB, Harapan Hidup dan Melek Huruf secara bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada periode 2005-2009 ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harapan hidup terhadap tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
(23)
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB, harapan hidup dan melek huruf secara bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Sebagai tambahan informasi dan bahan kajian tentang gambaran/informasi tentang kemiskinan.
2. Dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan kebijakan publik.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU
A. Tinjauan Pustaka 1. Kemiskinan
Ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain: (1) terpenuhinya kebutuhan pangan; (2) kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan; (3) rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan; (4) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
(25)
menjadi dua jenis yaitu: kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alamiah didefinisikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh sumber daya yang terbatas atau karena tingkat perkembangan teknologi yang rendah. Dengan kata lain ketidakmampuan seseorang atau komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan mengejar ketertinggalan teknologi menjadi penyebabnya. Sementara itu kemiskinan buatan didefinisikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh kelembagaan yang ada dalam masyarakat membuat masyarakat sendiri tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dalam beberapa definisi lainnya, kemiskinan buatan juga disebut lebih populer dengan sebutan kemiskinan struktural.
2. Penyebab Kemiskinan
Ditinjau dari sumber penyebabnya, kemiskinan dapat dibagi menjadi kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya. Kemiskinan kultural biasanya dicirikan oleh sikap individu atau kelompok masyarakat yang merasa tidak miskin meskipun jika diukur berdasarkan garis kemiskinan termasuk kelompok miskin. Sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur masyarakat yang timpang, baik karena perbedaan kepemilikan, kemampuan, pendapatan dan kesempatan kerja yang tidak seimbang maupun karena distribusi pembangunan dan hasilnya yang tidak merata. Kemiskinan struktural biasanya dicirikan oleh struktur masyarakat yang timpang terutama dilihat dari ukuran-ukuran ekonomi.
(26)
Kemiskinan memang merupakan masalah multidimensi yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Kondisi kemiskinan setidaknya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: Pertama, rendahnya taraf pendidikan dan kesehatan berdampak pada keterbatasan dalam pengembangan diri dan mobilitas. Hal ini berpengaruh terhadap daya kompetisi dalam merebut atau memasuki dunia kerja. Kedua, rendahnya derajat kesehatan dan gizi berdampak pada rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan selanjutnya akan mengurangi inisiatif. Ketiga, terbatasnya lapangan pekerjaan semakin memperburuk kemiskinan. Dengan bekerja setidaknya membuka kesempatan untuk mengubah nasibnya. Keempat, kondisi terisolasi (terpencil) mengakibatkan pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain tidak dapat menjangkaunya. Kelima, ketidak stabilan politik berdampak pada ketidak berhasilan kebijakan pro-poor. Berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan akan mengalami kesulitan dalam implementasi jika tidak didukung oleh kondisi politik yang stabil.
Sharp, et al mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib
(27)
kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
3. Teori Kemiskinan
Teori-teori yang digunakan antara lain adalah :
Emil Salim (1982, dalam Togar Saragih, 2006:5-6) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang miskin adalah
a. Umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal dan keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki kecil sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan terbatas.
b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperoleh tidak cukup memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha, disamping itu tidak terpenuhnya syarat untuk mendapat kredit perbankan, menyebabkan mereka berpaling ke renternir.
c. Tidak memiliki tanah, jika adapun relative kecil. Mereka umumnya jadi buruh tani, atau pekerja kasar di luar pertanian. Pekerjaan pertanian bersifat musiman menyebabkan kesinambungan kerja kurang terjamin. Mereka umumnya sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja yang besar tingkat upah menjadi rendah dan mendukung atau mempertahankan mereka untuk selalu hidup dalam kemiskinan.
Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi
(28)
pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan, seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100 desa yang dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan yang keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi rakyat miskin.
Tingkat pembentukan modal yang rendah merupakan hambatan utama pembangunan ekonomi. Pembentukan modal di Negara-negara sedang berkembang merupakan “vicious cycle”(lingkaran yang tidak berujung pangkal). Produktivitas yang sangat rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan riil. Pendapatan yang rendah mengakibatkan tabungan rendah, dan mengakibatkan rendahnya pembentukan modal.
Menurut Nurkse dalam Togar Saragih (2006:7) ada dua lingkaran perangkap kemiskinan yaitu :
a. Dari segi penawaran (supply): tingkat pendapatan masyarakat yang rendah diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah
menyebabkan kemampuan menabung masyarakat rendah.
Kemampuan untuk menabung yang rendah menyebabkan tingkat pembentukan modal (investasi), yang kemudian akan menyebabkan kekurangan modal dan demikian tingkat produktifitasnya rendah.
(29)
b. Dari segi permintaan (demand): di Negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal sangat rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang terbatas, hal ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat sangat rendah tersebut dikarenakan tingkat produktivitas yang rendah sebagai wujud dari tingkat pembentukan modal yang terbatas dimasa lalu, disebabkan kekurangan perangsang untuk menanam modal dan seterusnya.
4. Ukuran Kemiskinan
Menurut William A (2001:377) kemiskinan adalah konsep yang relatif, bagaimana cara kita mengukurnya secara obyektif dan bagaimana cara kita memastikan bahwa ukuran kita dapat diterapkan dengan tingkat relevasi yang sama dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur kemiskinan ada tiga indikator yang diperkenalkan dalam Foster dkk (dalam Tambunan 2003:96) yang sering digunakan di dalam banyak studi empiris. Pertam, the incidence of poverty : persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Kedua, the depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan poverty gap index. Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK).
Secara umum ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
(30)
a. Kemiskinan Absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan (Todaro,1997 dalam Lincolin Arsyad 2004:238).
Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
b. Kemiskinan Relatif
Miller dalam Lincolin Arsyad (2004:239) berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya, maka
(31)
kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya daripada lingkungan orang yang bersangkutan.
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk.
Ukuran kemiskinan juga bisa dihitung melalui pendekatan pendapatan. Pendekatan pendapatan untuk mengukur kemiskinan ini mengasumsikan bahwa seseorang dan rumah tangga dikatakan miskin jika pendapatan atau konsumsi minimumnya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran-ukuran kemiskinan ini dihitung melalui (Coudouel, et.al, 2001 dalam Akhmad Daerobi dkk 2007:8-9) adalah:
a. Head Count Index
Head Count Index ini menghitung presentase orang yang ada di bawah garis kemiskinan dalam kelompok masyarakat tertentu.
b. Sen Poverty Index
Sen Poverty Index memasukkan dua faktor yaitu koefisien Gini dan rasio H. Koefisien Gini mengukur ketimpangan antara orang miskin. Apabila salah
(32)
satu faktor-faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar diukur dengan S.
c. Poverty Gap Index
Poverty Gap Index mengukur besarnya distribusi pendapatan orang miskin terhadap garis kemiskinan. Pembilang pada pendekatan ini menunjukkan jurang kemiskinan (poverty gap), yaitu penjumlahan (sebanyak individu) dari kekurangan pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan penyebut adalah jumlah individu di dalam perekonomian (n) dikalikan dengan nilai garis kemiskinan. Dengan ukuran ini, tingkat keparahan kemiskinan mulai terakomodasi. Ukuran kemiskinan akan turun lebih cepat bila orang-orang yang dientaskan adalah rumah tangga yang paling miskin, dibandingkan bila pengentasan kemiskinan terjadi pada rumah tangga miskin yang paling tidak miskin.
d. Foster-Greer-Torbecke Index
Seperti Indeks-indeks di atas, indeks FGT ini sensitif trhadap distribusi jika α>1. Bagian (Z-Yi/Z) adalah perbedaan antara garis kemiskinan (Z) dan tingkat pendapatan dari kelompok ke-i keluarga miskin (Yi) dalam bentuk suatu presentase dari garis kemiskinan.
5. Kriteria Kemiskinan
Ada berbagai macam kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan, salah satunya kreteria miskin menurut Sayogyo. Komponen yang digunakan sebagai dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah
(33)
saat itu dan rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kreteria tersebut, sayogyo membedakan masyarakat ke dalam beberapa kelompok (Sumodiningrat, 1999:8) yaitu :
a.. Sangat Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya dibawah setara 250 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun penduduk yang tinggal diperkotaan.
b. Miskin
Yang termasuk dalam kelompo ini adalah mereka yang berpendapatan setara debgab 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk penduduk yang tinggal didesa, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk tinggal diperkotaan.
c. Hampir Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan 320 kg beras sampai 480 kg beras dalam setahun untuk penduduk yang tinggal dipedesaan, dan 720 kg beras pertahun untuk yang tinggal diperkotaan.
d. Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang tinggal dipedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk yang tinggal diperkotaan.
(34)
Sedangkan kreteria penduduk miskin BPS, rumah tangga dikatakan miskin (BPS, 2008:17), apabila:
1). Luas lantai hunian kurang dari 8 m² per anggota rumah tangga. 2). Jenis lantai hunian sebagian besar tanah atau lainnya.
3). Fasilitas air bersih tidak ada.
4). Fasilitas jamban atau WC tidak ada. 5). Kepemilikan aset tidak tersedia.
6). Konsumsi lauk-auk dalam seminggu tidak bervariasi.
7). Kemampuan membeli pakaian minimal 1 stel dalam setahun tidak ada. 8). Pendapatan (total pendapatan per bulan) kurang dari atau sama dengan Rp
350.000,-
B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).
1. Metode Langsung
Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan
(35)
pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2004: 26).
Seperti dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :
a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added).
Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang di produksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara.
Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk
(36)
biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005:25).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air minum; bangunan dan konstruksi; perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi (Suryana, 2000:10).
b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang komponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2004:27).
c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach).
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
(37)
dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2004:27). 2. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi
Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas.Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat
(38)
pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
PDRB merupakan merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yaitu suatu proses kenaikkan output nasional suatu periode tertentu terhadap periode sebelumnya. Dalam perkembangannya terdapat banyak teori mengenai pertumbuhan ekonomi, antara lain: teori pertumbuhan klasik, teori pertumbuhan neoklasik, teori pertumbuhan endogen, dan teori pertumbuhan Kuznet.
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19-an, yaitu di masa revolusi Industri, dima na suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikembangkan oleh penganut aliran klasik yaitu Adam Smith dan David Ricardo.
a. Adam Smith
Orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis adalah Adam Smith (1723-1790). Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Smith terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga, yaitu:
(39)
2). Sumber daya insani (atau jumlah penduduk)
3). Stok barang modal yang ada
Menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Spesialisasi dalam proses produksi akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru dan akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi. Dinyatakan bahwa sebelum adanya pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dimana skumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan. Di samping itu Smith juga menitik beratkan pada ”luas pasar”. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional menarik perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional ini menambah luasnya pasar, sehingga pasar akan terdiri dari pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.
Menurut Smith, sekali pertumbuhan ini mulai maka ia akan bersifat komulatif, artinya bila ada pasar yang cukup dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan ini akan menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja. Kenaikan produktivitas ini akan menaikkan penghasilan nasional dan selanjutnya juga memperbesar jumlah penduduk. Penduduk tidak saja merupakan pasar karena pendapatannya naik, tetapi pendapatan yang lebih besar itu juga akan merupakan sumber tabungan. Jadi, spesialisasi yang yang semakin besar membutuhkan pasar yang semakin luas dan dorongan untuk membuat alat-alat
(40)
baru makin bertambah. Di lain pihak, naiknya produktivitas akan mengakibatkan tingkat upah naik dan ada akumulasi kapital. Tetapi karena sumber daya alam terbatas adanya, maka keuntungan akan menurun karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Pada tingkat inilah perkembangan mengalami kemacetan atau berhenti.
b. David Ricardo
Jika Adam Smith dianggap sebagai pakar utama dan pelopor pemikiran ekonomi mahzab klasik, maka Ricardo menjadi pemikir yang paling menonjol diantara para pakar mahzab tersebut. Teori Ricardo dikemukakan pertama kali dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation
yang diterbitkan pada tahun 1917.
Perangkat teori yang dikembangkan Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan, yaitu:
1). Teori tentang nilai dan harga barang
2). Teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan dalam bentuk teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba.
3). Teori tentang perdagangan internasional
4). Teori tentang akumulasi dan pertumbuhan ekonomi
(41)
pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat.
Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo yaitu: 1). Jumlah tanah terbatas
2). Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah berada di atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah)
3). Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi.
4). Kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu 5). Sektor pertanian dominan
Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan istilah The law of diminishing return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah, maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekan tingkat upah ke bawah. Proses ini akan berhenti jika tingkat upah turun sampai tingkat upah alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah alamiah, maka
(42)
sampai tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi, dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of diminishing return. Peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya dapat memperlambat bekerjanya the law of diminishing return yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal.
2. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori Pertumbuhan ekonomi Neoklasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan klasik. Model pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik sehingga Robert Solow dianugerahi hadiah nobel bidang ekonomi pada tahun 1987. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan kemajuan tingkat tekonologi. Berdasarkan penelitiannya, Solow mengatakan bahwa peran dari kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi adalah sangat tinggi.
Teori pertumbuhan neoklasik menegaskan bahwa kondisi keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi sumberdaya yang selama ini bertumpu pada kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak tepatdan adanya campur tangan pemerintah yang berlebihan. Model pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang
(43)
secara terpisah, sedangkan jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow memakai asumsi skala hasil tetap (constand return to scale). Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoresiti lainnya diasumsikan bersifat eksogen, atau selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Model pertumbuhan neoklasik Solow ini menggunakan fungsi produksi agregat standar, yakni:
Y = A.F (K,L)
Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total faktor produktivitas. Menurut model pertumbuhan ini, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari satu atau lebih dari tiga faktor yaitu kenaikkan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup (clossed economy), yakni yang tidak menjalin hubungan dengan pihak luar, yang tingkat tabungan rendah, maka ceteris paribus perekonomian itu dalam jangka pendek pasti mengalami laju pertumbuhan lebih lambat apabila
(44)
dibandingan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan yang lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita. Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengandalkan hubungan perdagangan dengan pihak lain pasti akan mengalami konvergensi peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras dari negara-negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjajikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi yang lebih tinggi.
3. Teori Pertumbuhan Kuznet
Simon Kuznet menghitung dan menganalisis sejarah pertumbuhan ekonomi pada negara maju dalam jangka panjang. Pertumbuhan kapasitas
produksi didasarkan pada perkembangan teknologi, pembangunan
institusi/kelembagaan, sikap dan ideologi.
Terdapat enam karakteristik yang ditemui pada hampir semua negara maju, yaitu: (1) Pertumbuhan output per kapita yang tinggi; (2) kenaikan tingkat produktivitas faktor produksi yang tinggi; (3) transformasi struktur ekonomi yang cepat; (4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi; (5) terdapat kecenderungan negara maju untuk memperluas pasar dan sumber bahan baku pada negara lain (penetrasi ekonomi); (6) penyebaran pertumbuhan ekonomi yang terbatas, hanya mencapai sekitar 1/3 penduduk dunia.
Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara sebagai
(45)
kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideology yang dibutuhkannya.” Ketiga komponen pokok dari definisi ini sangat penting artinya: 1). Kenaikan output nasional secara teerus menerus merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk menyediakan berbagai macam barang ekonomi merupakan tanda kematangan ekonomi.
2). Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, namun belum merupakan syarat yang cukup. Untuk merealisir potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi baru, maka 3). Penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideology harus dilakukan. Inovasi
teknologi tanpa disertai inovasi social ibarat bola lampu tanpa aliran listrik.
C. Harapan Hidup
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktifitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya anak yang sehat akan mempunyai kemampuan belajar yang lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat,
(46)
pendidikan cenderung tidak akan terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan penting untuk menurunkan kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah membuktikan berhasilnya tinggal landas eknomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat yang didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an (Laporan Komisi Makroekonomi dan Kesehatan, Desember 2001).
Secara empiris, menurut Soeratno pembangunan sanitasi dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan, yang indikator
keberhasilannya dapat diukur dari Angka Harapan Hidup. Sementara itu, menurut Mungkasa peningkatan kualitas kesehatan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk yang berarti mengurangi tingkat kemiskinan.
Angka Harapan Hidup (AHH), dijadikan indikator dalam mengukur tingkat kesehatan suatu individu di suatu daerah. Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu (BPS, 2008:10). Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
(47)
Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan menurunkan tingkat kemiskinan.
D. Melek Huruf
Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika pendidikan suatu bangsa sudah rusak, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab, pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga setiap bangsa yang ingin lebih maju maka pembangunan pendidikan selalu menjadi prioritas utama.
(48)
Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan secara sistematis. Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan, dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan. Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan. Karena pendidikan merupakan sarana untuk menghapus kebodohan sekaligus kemiskinan. Namun ironisnya, pendidikan di Indonesia selalu terbentur oleh tiga realitas ( Winardi, 2010 dalam http://winardi-andalas-putro-blospot.com) Pertama, kepedulian pemerintah yang bisa dikatakan rendah terhadap pendidikan yang harus kalah dari urusan yang lebih strategis yaitu Politik. Bahkan pendidikan dijadikan jargon politik untuk menuju kekuasaan agar bisa menarik simpati di mata rakyat. Jika melihat Negara lain, ada kecemasan yang sangat mencolok dengan kondisi sumber daya manusia (SDM) seperti Amerika Serikat. Menteri Perkotaan di era Bill Clinton, Henry Cisneros, pernah mengemukakan bahwa khawatir tentang masa depan Amerika Serikat dengan banyak penduduk keturunan Hispanik dan kulit hitam yang buta huruf dan tidak produktif. Seorang peneliti tenaga kerja Amerika Serikat mengemukakan bahwa suatu bangsa tidak mungkin memiliki tenaga kerja bertaraf internasional jika seperempat dari pelajarannya gagal dalam menyelesaikan pendidikan menengah. Kecemasan yang sederhana namun bermakna, karena masyarakat Hispanik Cuma satu diantara banyak etnis di Amerika Serikat. Dan di Indonesia, dapat dilihat adanya pengabaian sistematis terhadap kondisi pendidikan, bahkan ada kecenderungan untuk menganaktirikannya dan harus kalah dari dimensi yang lain.
(49)
Kedua, penjajahan terselubung. Di era globalisasi dan kapitalisme ini, ada sebuh penjajahan terselubung yang dilakukan oleh Negara-negara maju dari segi kapital dan politik yang telah mengadopsi dari berbagai dimensi kehidupan di negara-negara berkembang. Umumnya, penjajahan ini tentu tidak terlepas dari unsur ekonomi. Dengan hutang Negara yang semakin meningkat, beban atau organisasi donorpun mengintervensi secara langsung maupun tidak terhadap kebijakan ekonomi suatu bangsa. Akibatnya terjadilah privatisas disegala bidang. Bahkan pendidikan pun tidak luput dari usaha privatisasi ini. Dari sini pendidikan semakin mahal yang tentu tidak bisa dijangkau oleh rakyat. Akhirnya rakyat tidak bisa lagi mengenyam pendidikan tinggi dan itu berakibat menurunnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sehingga tidak heran jika tenaga kerja di Indonesia bayak yang berada disektor informal akibat kualitas sumberdaya manusia yang rendah, dan disalah satunya karena biaya pendidikan yang mahal. Apalagi ditengah iklim investasi global yang menuntut pemerintah memberikan kerangka hukum yang dapat melindungi investor dan juga buruh murah. Buruh murah ini merupakan hasil dari adanya privatisasi (otonomi kampus), yang membuat pendidikan tidak lagi bisa dijangkau rakyat. Akhirnya terbentuklah link up system pendidikan, dimana pendidikan hanya mampu menyediakan tenaga kerja kuli dengan kemampuan minim.
Ketiga adalah kondisi masyarakat sendiri yang memang tidak bisa mengadaptasikan diri dengan lingkungan yang ada. Tentu hal ini tidak terlepas dari kondisi bangsa yang tengah dilanda krisis multidimensi sehingga harapan rakyat akan kehidupannya menjadi rendah. Hal ini akan berdampak pada
(50)
kekurangannya respek terhadap terhadap dunia pendidikan, karena lebih mementingkan urusan perut dari pada sekolah. Akibatnya kebodohan akan menghantui, dan kemisknan pun akan mengiringi. Sehingga kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial, dimana dari kemiskinan akan melahirkan generasi yang tidak terdidik akibat kurangnya pendidikan, dan kemudian menjadi bodoh serta kemiskinanpun kembali menjerat.
Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan Angka Melek Huruf (AMH). Angka Melek Huruf diukur melalui proporsi penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis, formulasinya sebagai berikut :
AMH =
th pddk
mbt pddk
10 10
pddk > 10mbt = penduduk 10 tahun ke atas yang bisa baca tulis pddk > 10th = penduduk 10 tahun ke atas
Untuk penghitungan indeks pendidikan, batasan dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Batas maksimum untuk angka melek huruf adalah 100 sedangkan batas minimum 0. Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol mencerminkan kondisi sebaliknya. (BPS, 2008:11).
E. Pengaruh PDRB terhadap Tingkat Kemiskinan
(51)
peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan (cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan (Tambunan, 2003:40-41). Menurut Kuncoro pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut Kuznet (dikutip dari Tulus Tambunan, 2003:89), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.
Selanjutnya menurut penelitian Hermanto Siregar dan Dwi W (2008:34) dari hasil penelitian tersebut menunjukan hasil yang negatif antara pertumbuhan ekonomi
(52)
dan penurunan jumlah penduduk miskin, artinya bahwa PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
F. Pengaruh Harapan Hidup Terhadap Tingkat Kemiskinan
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemiskinan. Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi. Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:
pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan terbatasnya pengetahuan untuk menghadapi serangan penyakit.
Konsekwensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga merupakan bencana jika biaya penyembuhannya mengharuskan menjual asset yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh dalam kemiskinan dan jika bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai
(53)
dalam pencapai hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara lagsung menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan, menurunnya angka harapan hidup dan menurunnya kesejahteraan psikoligis. Inilah yang menjadikan kesehatan memiliki korelasi penting terhadap kemiskinan. Hal ini sependapat dengan penelitian Bimo Rizki dan Samsubar Saleh (2007) konsep pembangunan manusia juga merupakan konsep ekonomi, karena salah satu strategi dalam pembangunan ekonomi adalah peningkatan mutu modal manusia melalui kesehatan, pendidikan dan rasa aman. Sebagaimana telah dibuktikan dalam penelitian Samsubar Saleh (2002) dan Stephen Kapsos (2004) harapan hidup berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
G. Pengaruh Melek Huruf Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar, karena pendidikan merupakan kunci dalam membentuk kemempuan suatu negara dalam menyerap teknologi yang modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercapai pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Namun tidak bisa ditampik bahwa bagi sebagian besar bangsa Indonesia pendidikan masih merupakan barang mewah. Di atas pendidikan bangsa Indonesia ini masih pusing memikirkan kesulitan hidup, terutama ekonomi. Selain karena faktor ekonomi yang belum aman, sekolah juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi bagaimana mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat tinggi, sementara untuk makan saja masih kesulitan.
(54)
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga masih rendah, hal ini dikarenakan pandangan tentang pendidikan itu sendiri. Pandangan seseorang dipengaruhi oleh lingkup pengalaman dan lingkup kebudayaanya. Contoh sederhana misalnya berapa banyak pengaruh pendidikan terhadap tingkat keberhasilan orang menjadi kaya. Tampaknya kesan masyarakat terhadap kesuksesan dan kekayaan tidak berkorelasi dengan pendidikan terutama bagi masyarakat pedesaan, mereka berpandangan bahwa untuk menjadi kaya tidak perlu berpendidikan tinggi melainkan bekerja keras dan keuletan dalam berdagang. Hal ini merupakan salah satu penyebab masih rendahnya Angka Melek Huruf di Indonesia.
Melek huruf merupakan salah satu indikator pendidikan. Kesejahteraan masyarakat akan berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas sehingga angka melek huruf akan semakin meningkat. Sebaliknya negara-negara yang tingkat kemiskinannya masih tinggi akan selaras dengan sumber daya manusia yang tingkat pendidikannya masih rendah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin meningkat produktifitas orang tersebut sehingga akan meningkatkan pendapatan baik individu maupun nasional. Peningkatan pendapatan individu akan meningkatkan kemampuan konsumsi, sehingga mengentaskan mereka dari kemiskinan. Sebagaiman telah dibuktikan dalam penelitian Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) investasi pendidikan berpengaruh positif terhadap penurunan
(1)
OUTPUT UJI AUTOKORELASI
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.975140 Mean dependent var 4.061515
Adjusted R-squared 0.968425 S.D. dependent var 2.227925 S.E. of regression 0.092837 Akaike info criterion 3.278910 Sum squared resid 1.180753 Schwarz criterion 3.966121 Log likelihood -248.9046 Hannan-Quinn criter. 3.557662
F-statistic 145.2366 Durbin-Watson stat 2.037428
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.962407 Mean dependent var 2.858794
(2)
Uji Linieritas
Nilai D-W pada model
Tit = βο + β PDRBit + β2 AHHit + β3 AMHit + μit
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.949764 Mean dependent var 18.87263
Adjusted R-squared 0.936196 S.D. dependent var 6.829486 S.E. of regression 1.725085 Akaike info criterion 4.117911 Sum squared resid 407.7010 Schwarz criterion 4.805121 Log likelihood -322.3172 Hannan-Quinn criter. 4.396663 F-statistic 70.00322 Durbin-Watson stat 1.592974 Prob(F-statistic) 0.000000
Nilai D-W untuk model log:
Log Tit = Log
βο
+
β
Log PDRBit +
β
2 Log AHHit +
β
3 Log AMHit +
μ
it
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.975140 Mean dependent var 4.061515
Adjusted R-squared 0.968425 S.D. dependent var 2.227925 S.E. of regression 0.092837 Akaike info criterion 3.278910 Sum squared resid 1.180753 Schwarz criterion 3.966121 Log likelihood -248.9046 Hannan-Quinn criter. 3.557662 F-statistic 145.2366 Durbin-Watson stat 2.037428 Prob(F-statistic) 0.000000
(3)
T-TABEL
Titik Persentase Distribusi t (df = 161 –200)
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162 162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130 163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098 164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067 165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036 166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005 167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975 168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945 169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915 170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886 171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857 172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829 173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801 174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773 175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745 176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718 177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691 178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665 179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638 180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612 181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587 182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561 183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536 184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511 185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487 186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463 187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438 188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415 189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391 190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368 191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345 192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322 193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299 194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277 195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255 196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233 197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212 198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190 199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169 200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148
(4)
F-TABEL
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk penyebut (N2) df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
136 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74 137 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 138 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 139 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 140 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 141 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 142 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 143 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 144 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 145 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 146 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.74 147 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 148 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 149 3.90 3.06 2.67 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 150 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 151 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 152 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 153 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73 154 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73 155 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73 156 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73 157 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73 158 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 159 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 160 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 161 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 162 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 163 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 164 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 165 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 166 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 167 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 168 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 169 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 170 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 171 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 172 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 173 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 174 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 175 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 176 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 177 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 178 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 179 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 180 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72
(5)
TABEL DW
Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5%
k=1 k=2 k=3 k=4 k=5
n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
137 1.7062 1.7356 1.6914 1.7506 1.6765 1.7659 1.6613 1.7813 1.6461 1.7971 138 1.7073 1.7365 1.6926 1.7514 1.6778 1.7665 1.6628 1.7819 1.6476 1.7975 139 1.7084 1.7374 1.6938 1.7521 1.6791 1.7672 1.6642 1.7824 1.6491 1.7979 140 1.7095 1.7382 1.6950 1.7529 1.6804 1.7678 1.6656 1.7830 1.6507 1.7984 141 1.7106 1.7391 1.6962 1.7537 1.6817 1.7685 1.6670 1.7835 1.6522 1.7988 142 1.7116 1.7400 1.6974 1.7544 1.6829 1.7691 1.6684 1.7840 1.6536 1.7992 143 1.7127 1.7408 1.6985 1.7552 1.6842 1.7697 1.6697 1.7846 1.6551 1.7996 144 1.7137 1.7417 1.6996 1.7559 1.6854 1.7704 1.6710 1.7851 1.6565 1.8000 145 1.7147 1.7425 1.7008 1.7566 1.6866 1.7710 1.6724 1.7856 1.6580 1.8004 146 1.7157 1.7433 1.7019 1.7574 1.6878 1.7716 1.6737 1.7861 1.6594 1.8008 147 1.7167 1.7441 1.7030 1.7581 1.6890 1.7722 1.6750 1.7866 1.6608 1.8012 148 1.7177 1.7449 1.7041 1.7588 1.6902 1.7729 1.6762 1.7871 1.6622 1.8016 149 1.7187 1.7457 1.7051 1.7595 1.6914 1.7735 1.6775 1.7876 1.6635 1.8020 150 1.7197 1.7465 1.7062 1.7602 1.6926 1.7741 1.6788 1.7881 1.6649 1.8024 151 1.7207 1.7473 1.7072 1.7609 1.6937 1.7747 1.6800 1.7886 1.6662 1.8028 152 1.7216 1.7481 1.7083 1.7616 1.6948 1.7752 1.6812 1.7891 1.6675 1.8032 153 1.7226 1.7488 1.7093 1.7622 1.6959 1.7758 1.6824 1.7896 1.6688 1.8036 154 1.7235 1.7496 1.7103 1.7629 1.6971 1.7764 1.6836 1.7901 1.6701 1.8040 155 1.7244 1.7504 1.7114 1.7636 1.6982 1.7770 1.6848 1.7906 1.6714 1.8044 156 1.7253 1.7511 1.7123 1.7642 1.6992 1.7776 1.6860 1.7911 1.6727 1.8048 157 1.7262 1.7519 1.7133 1.7649 1.7003 1.7781 1.6872 1.7915 1.6739 1.8052 158 1.7271 1.7526 1.7143 1.7656 1.7014 1.7787 1.6883 1.7920 1.6751 1.8055 159 1.7280 1.7533 1.7153 1.7662 1.7024 1.7792 1.6895 1.7925 1.6764 1.8059 160 1.7289 1.7541 1.7163 1.7668 1.7035 1.7798 1.6906 1.7930 1.6776 1.8063 161 1.7298 1.7548 1.7172 1.7675 1.7045 1.7804 1.6917 1.7934 1.6788 1.8067 162 1.7306 1.7555 1.7182 1.7681 1.7055 1.7809 1.6928 1.7939 1.6800 1.8070 163 1.7315 1.7562 1.7191 1.7687 1.7066 1.7814 1.6939 1.7943 1.6811 1.8074 164 1.7324 1.7569 1.7200 1.7693 1.7075 1.7820 1.6950 1.7948 1.6823 1.8078 165 1.7332 1.7576 1.7209 1.7700 1.7085 1.7825 1.6960 1.7953 1.6834 1.8082 166 1.7340 1.7582 1.7218 1.7706 1.7095 1.7831 1.6971 1.7957 1.6846 1.8085 167 1.7348 1.7589 1.7227 1.7712 1.7105 1.7836 1.6982 1.7961 1.6857 1.8089 168 1.7357 1.7596 1.7236 1.7718 1.7115 1.7841 1.6992 1.7966 1.6868 1.8092 169 1.7365 1.7603 1.7245 1.7724 1.7124 1.7846 1.7002 1.7970 1.6879 1.8096 170 1.7373 1.7609 1.7254 1.7730 1.7134 1.7851 1.7012 1.7975 1.6890 1.8100 171 1.7381 1.7616 1.7262 1.7735 1.7143 1.7856 1.7023 1.7979 1.6901 1.8103 172 1.7389 1.7622 1.7271 1.7741 1.7152 1.7861 1.7033 1.7983 1.6912 1.8107 173 1.7396 1.7629 1.7279 1.7747 1.7162 1.7866 1.7042 1.7988 1.6922 1.8110 174 1.7404 1.7635 1.7288 1.7753 1.7171 1.7872 1.7052 1.7992 1.6933 1.8114
175 1.7412 1.7642 1.7296 1.7758 1.7180 1.7877 1.7062 1.7996 1.6943 1.8117
176 1.7420 1.7648 1.7305 1.7764 1.7189 1.7881 1.7072 1.8000 1.6954 1.8121 177 1.7427 1.7654 1.7313 1.7769 1.7197 1.7886 1.7081 1.8005 1.6964 1.8124 178 1.7435 1.7660 1.7321 1.7775 1.7206 1.7891 1.7091 1.8009 1.6974 1.8128 179 1.7442 1.7667 1.7329 1.7780 1.7215 1.7896 1.7100 1.8013 1.6984 1.8131 180 1.7449 1.7673 1.7337 1.7786 1.7224 1.7901 1.7109 1.8017 1.6994 1.8135 181 1.7457 1.7679 1.7345 1.7791 1.7232 1.7906 1.7118 1.8021 1.7004 1.8138 182 1.7464 1.7685 1.7353 1.7797 1.7241 1.7910 1.7128 1.8025 1.7014 1.8141 183 1.7471 1.7691 1.7360 1.7802 1.7249 1.7915 1.7137 1.8029 1.7023 1.8145 184 1.7478 1.7697 1.7368 1.7807 1.7257 1.7920 1.7146 1.8033 1.7033 1.8148 185 1.7485 1.7702 1.7376 1.7813 1.7266 1.7924 1.7155 1.8037 1.7042 1.8151 186 1.7492 1.7708 1.7384 1.7818 1.7274 1.7929 1.7163 1.8041 1.7052 1.8155 187 1.7499 1.7714 1.7391 1.7823 1.7282 1.7933 1.7172 1.8045 1.7061 1.8158 188 1.7506 1.7720 1.7398 1.7828 1.7290 1.7938 1.7181 1.8049 1.7070 1.8161
(6)