Analisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Banten Tahun 2009-2012
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), PENDIDIKAN, DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI
BANTEN TAHUN 2009-2012
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh : Dio Syahrullah NIM : 1110084000070
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI
PROVINSI BANTEN TAHUN 2009-2012
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh : Dio Syahrullah NIM : 1110084000070
Di Bawah Bimbingan :
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
(3)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 Maret 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa : 1. Nama : Dio Syahrullah
2. NIM : 1110084000070
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Senin 10 Maret 2014 1. Arif Fitrijanto, M.si.
NIP. 197111182005011003
2. Zaenal Muttaqin, MPP.
NIP. 197905032011011006
3. Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc
(4)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 18 Juli 2014 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Dio Syahrullah
2. NIM : 1110084000070
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Pengagguran terhadap Kemiskinan di
Provinsi Banten tahun 2009-2012.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juli 2014
1. Prof, Dr, Abdul Hamid, MS
NIP : 19570617 198503 1 002
2. Zuhairan Y Yunan, M.Sc.
NIP : 198004162009121002
3. Arief Fitrijanto, M.Si
NIP : 19711118 20001 1 003
4. Lukman, Dr, M.Si.
NIP : 196406072003021002
5. Zaenal Muttaqin, MPP.
(5)
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Dio Syahrullah
NIM : 1110084000070
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Dio Syahrullah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 September 1992
3. Alamat : Jl.Bhayangkara, komp. Griya Serang Asri Blok V1 No.16 Cipocok Jaya, Serang-Banten
4. Telepon : 08998663702
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 2 Serang Tahun 1998-2004
2. SMP Negeri 2 Kota Serang Tahun 2004-2007 3. SMA Negeri 5 Kota Serang Tahun 2007-2010 4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. H.Irwansyah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu, 20 July 1959
3. Ibu : Elipianti
(7)
6. Alamat : Jl.Bhayangkara, komp. Griya Serang Asri, Blok V1 No.16 Cipocok Jaya, Serang-Banten
7. Telepon : 08998663702
(8)
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Gross Domestic Product ( GDP ) , Education and Unemployment on Poverty in Banten Province 2009-2012
Panel Data with Random Effects Model is used as an analytical technique in this study . The results showed that poverty in the province of Banten able to be explained by GDP , Education , and the unemployment rate to 53.61 % ( R2 ) . Furthermore, the partial regression coefficient indicates ( 1 ) a significant effect on GDP 5% significance level with a probability value of 0.0102 and negatively related to the value obtained for the coefficient of -0.552266 , ( 2 ) education variable is not significant to the poverty in the province of Banten marked with a probability value of 0.9924 , and ( 3 ) a significant effect of unemployment on the real level of 5% with a probability value of 0.0006 and positively related to the value of the coefficients obtained by 2.947913 . Then poverty in Banten province significantly influenced by GDP , education , and unemployment simultaneously at 10.78 % ( F - statistic ) .
Keywords : Gross Domestic Product ( GDP ) , Education , Unemployment, Poverty in Banten Province
(9)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten tahun 2009-2012
Panel Data denganRandom Effect Model digunakan sebagai teknik analisis pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemiskinan di Provinsi Banten mampu di jelaskan oleh PDRB,Pendidikan, dan pengangguran sebesar 53,61% (R2). Selanjutnya secara parsial koefisien regresi menunjukan (1) PDRB berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas 0,0102 dan berhubungan negatif dengan nilai koefisien yang diperoleh sebesar -0,552266, (2) Variabel pendidikan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ditandai dengan nilai probabilitas 0,9924, dan (3) pengangguran berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas 0,0006 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien yang di peroleh sebesar 2,947913. Lalu kemiskinan di Provinsi Banten di pengaruhi signifikan oleh PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran secara simultan sebesar 10,78% (F-statistik).
Kata kunci : Kemiskinan di Provinsi Banten, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Pengangguran
(10)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan, Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten Tahun 2009-2012” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolonganNya tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.
2. Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ibunda Elipianti yang selalu memberikan yang terbaik dan mencurahkan segala perhatiannya yang tidak pernah henti-hentinya selama ini, terima kasih mama. Ayahanda Irwansyah yang telah bekerja keras demi anak-anak dan keluarga dan yang selalu memberikan
(11)
masukan-masukan agar anaknya tidak salah arah dalam pengambilan keputusan,terima kasih pa. Abangku satu-satunya yowansyah yang selalu jadi panutan ku,yang selalu membimbing ku,dan yang selalu melindungi serta menghibur di saat suka maupun duka,terima kasih bang. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian semua adek tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang,sekali lagi terima kasih mama,papa, abang.
3. Sepupu terbaik dan tersayang yang seaya miliki, Day Dayang Asih dan Ipan Rasyid yang selalu memberikan batuan dan dorongan moril,serta informasi-informasi baru yang sebelumnya tidak pernah saya tau, terima kasih mba Dayang dan bang Ipan 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.
5. Bapak Dr. Lukman selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak. 6. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti kepada saya. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang bapak berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
7. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E,M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
(12)
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu saya selama perkuliahan.
9. Sahabat-sahabat terbaik yang saya miliki, Dika Nurhadi, Arien Hardianti, Senja Nuraida Faradilla, Jo Narusalam,dan Mursyid Setiawan yang telah menghabiskan banyak waktu bersama saya dalam suka dan duka, membantu saya dalam penyelesaian skripsi maupun perkuliahan, mengingatkan saya ketika saya melakukan kesalahan, menemani saya disaat saya membutuhkan mereka. Terima kasih atas apa yang kalian lakukan selama ini. Semoga Allah selalu melindungi kalian dan membalas kebaikan-kebaikan kalian. terima kasih waktunya sahabat. “kita selalu bersama”.
10. Sahabat-sahabat terbaik lainya yang saya miliki selama saya kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Masud, Rifki Hasan Al khoiri, Pebi Riswadi, Faisal Aziz, Wildan Hidyatullah, Muhammad Dwinanto sidiq, Ali Al murtadho, Renzy Primadiansa, Kemal Fauzi, Abdul Wahid Hasyim, Muhammad Yusuf Adzhar, Muhammad Syibromalesi, Fajrul Syam Arzani, dan Noni Setianingsih, terimaksih telah menghabiskan banyak waktu bersama saya di saat suka dan duka, membagi kebodohan-kebodohan nya, pembelajarannya, membantu saya dalam menyelesaikan banyak tugas-tugas kuliah, Skirpsi, UTS, UAS, lalu tidak pernah lupa untuk mengingatkan sholat, ketika melakukan kesalahan mengingatkan dengan cara menghina atau mengejek, selalu menemani di saat saya membutuhkan terutama saat
(13)
kesepian, selalu menetertawakan hal yang tidak seharusnya di tertawakan. Terima kasih atas semuanya itu dan hal gila lainnya. Semoga Allah selalu melindungi kalian dan membalas kebaikan-kebaikan kalian. “We are family of Kosan SIM C” 11. Teman-teman terbaik yang saya miliki, Muhammad Adi Rahman, Muhammad Reza
Hermanto, Sigit Aji Pambudi, Ravindra Bramastyo, dan Agus setiawan atas semua ilmu yang telah dibagikan ke saya dan juga teman perjalanan terbaik ketika di negara orang. Terima kasih atas waktu yang telah dihabiskan bersama saya selama ini.
12. Kelompok KKN Akamsi Desa Ciasmara ,yang telah menghabiskan waktu hidup satu bulan bersama dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup yang sangat berguna bagi saya.
13. Teman-teman IESP angkatan 2010 yang saya cintai dan tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas empat tahun kebersamaan dengan kalian yang penuh warna. Kita pasti bertemu lagi teman-teman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Tangerang Selatan, Mei 2014
(14)
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup... i
Abstract... iii
Abstrak... iv
Kata Pengantar... vi
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel... xiii
Daftar Gambar... xv
Daftar Lampiran... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
(15)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ... 11
1. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) ... 11
2. Pendidikan... 21
3. Pengangguran ... 25
4. Kemiskinan ... 30
5. Pengaruh PDRB Terhadap Kemiskinan ... 39
6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kemiskinan ... 40
7. Pengaruh Pengagguran Terhadap Kemiskinan ... 42
B. Penelitian Terdahulu ... 44
C. Kerangka Pemikiran ... 54
D. Hipotesis Penelitian ... 56
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 58
B. Metode Pemilihan Sampel ... 59
C. Metode Pengumpulan Data ... 59
D. Metode Analisis Data ... 60
1. Estimasi Regresi Dengan Data Pnael ... 62
a. Pooled Least Square (PLS) ... 62
b. Fixed Effect Model (FEM) ... 63
c. Random Effect Model (REM) ... 63
2. Pemilihan Metode Data Pnel ... 64
(16)
b. Uji Hausman Test ... 66
3. Uji Asumsi Klasik ……… 67
a. Uji Normalitas ... 67
b. Uji Multikoliniearitas ... 67
c. Uji Heterokedastisitas ... 68
d. Uji Autokorelasi ... 68
4. Pengujian Statistik Analisis Regresi .……… 69
a. Koefisien Determinan (Adjusted R2) ... 69
b. Pengujian Best Of Fit Model ... 70
1) Uji Simultan (Uji F) ...………... 70
2) Uji Parsial (Uji t) ... 71
E. Definisi Operasional ... 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 75
1. Kondisi Geografis ... 75
2. Kondisi Kemiskinan di Provinsi Banten ... 76
3. Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Banten ... 77
4. Tingkat Pendidikan ... 78
5. Tingkat Pengagguran Terbuka di Provinsi Banten ... 79
B. Analisis dan Pembahasan ... 80
1. Uji Asumsi Klasik ... 80
a. Uji Normalitas ... 80
(17)
c. Uji Heterokedastisitas ... 82
d. Uji Autokorelasi ... 82
2. Hasil Estimasi Model Data Panel ... 83
a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) ... 83
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ... 84
c. Pendekatan Random Effect Model (REM) ... 84
3. Memilih Metode Data Panel ... 84
a. Uji Chow ... 84
b. Hausman Test ... 85
4. PengujianHipotesis ….……… 86
a. Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 86
b. Uji Signifikan Serentak (Uji F) ... 87
c. Uji Adj R2(Adjusted R Square) ...………... 88
d. Interpretasi Hasil Analisis………..……….. 89
e. Analisis Ekonomi ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA... 97
(18)
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Persentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009–2012 3
1.2 PDRB Atas Harga Konstan Provinsi Banten Tahun 2009–
2012 4
1.3 Peersentase Penduduk yang menamatkan SMP Provinsi
Banten Tahun 2009–2012 5
1.4 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi
Banten Tahun 2009–2012 6
2.1 Penelitian Terdahulu 48
4.1 Persentase Kemiskinan Provinsi Bante tahnun 2009-2012 76
4.2 PDRB provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku tahun
2009-2012 78
4.3 Persentase penduduk yang menamatkan SMP Provinsi
Banten tahun 2009-2012 79
4.4 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka provinsi Banten
2009-2012 80
4.5 Corelation Matrix 82
4.6 Sum Squared resid 82
4.7 Durbin Watson 83
4.8 Regresi Data Panel Pooled Least Square 83
4.9 Regresi Data Panel Fixed Effect 84
4.10 Regresi Data Panel Random Effect 84
(19)
4.12 Hasil Uji Hausman 85
4.13 Nilai t-Statistik 86
4.14 Nilai Adjusted R2 88
(20)
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
(21)
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Observasi 100
2 Output Pooled Least Square (PLS) 101
3 Output Fixed Effect Model (FEM) 102
4 Output Random Effect Model (REM) 103
5 Uji Chow test 104
6 Uji Hausman test 105
7 Uji Normalitas 106
8 Uji Heterokedastisitas 107
(22)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya, perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya daerah yang relatif mempunyai kemiskinan yang terus naik dari tahun ke tahun. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu
(23)
indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat atau sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan jumlah penduduk miskin. (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K, 2003).
Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek karena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta huruf, derajat kesehatan yang rendah dan ketidaksamaan derajat antar jenis kelamin serta buruknya lingkungan hidup (Word Bank, 2004). Menurut Bank Dunia salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable).
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
(24)
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintahan di Provinsi Banten tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang terdapat di pemerintahan pusat, yaitu tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Namun pemerintah daerah provinsi Banten telah memfokuskan kegiatan ekonominya pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Tabel 1.1
Presentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota 2009 2010 2011 2012
kab.Pandegelang 12,01 11,4 9,8 9,27
kab.lebak 10,63 10,38 9,2 8,62
kab.tanggerang 6,55 7,18 6,42 5,71
kab.serang 5,8 6,34 5,63 5,28
kota tanggerang 6,42 6,88 6,14 5,55
kota cilegon 4,14 4,46 3,98 3,81
kota serang 6,19 7,03 6,25 5,69
kota tanggerang seelatan 2,35 1,67 1,5 1,33 Sumber : BPS Banten
Penurunan tingkat kemiskinan di provinsi Banten dari tahun 2009 sampai tahun 2012 menunjukkan adanya indikasi program pembangunan yang dijalankan telah berhasil. Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi seiring dengan peningkatan PDRB di provinsi Banten. Selama periode 2010-2011 penurunan tingkat kemiskinan berkisar antara 2% sampai 2,5%.
(25)
Tabel 1.2
PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota 2009 2010 2011 2012
kab.Pandegelang 4032.4 4321.1 4547.85 4803.37 kab.lebak 3895.5 4152.2 4387.62 4607.59 kab.tanggerang 17382.1 18549.1 19725.85 20951.89 kab.serang 6850.9 7135.1 7536.1 7920.12 kota tanggerang 27562.5 29402.9 31414.1 33428.91 kota cilegon 16246.8 17111.2 18228.29 19470.57 kota serang 2678.3 2884.2 3110.51 3330.16 kota tanggerang seelatan 4947.9 5378.3 5823.83 6303.48 Sumber : BPS Banten
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi Banten digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, sehingga arah perekonomian daerah akan lebih jelas. PDRB juga indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan yang salah satunya untuk mengurangi jumlah kemiskinan
Seperti halnya PDRB Pendidikan pun dapat mempengaruhi setiap peningkatan maupun penurunan jumlah kemiskinan. Pendidikan adalah upaya paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sosial-ekonomi, kesehatan, dan gizi yang baik tidak akan dapat bertahan tanpa adanya manusia yang memiliki pendidikan yang berkualitas. Pemerintah melakukan kebijakan wajib belajar 9 tahun untuk meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia agar masyarakat indonesia menjadi SDM yang
(26)
berkualitas,selain itu juga agar dapat mengurangi kemiskinan dan yang ada dengan banyaknya orang-orang yang dapat mengenyam pendidikan untuk merubah taraf kehidupannya.
Tabel 1.3
Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah pertama (SMP) Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota 2009 2010 2011 2012 kab.Pandegelang 13,65 15,11 16,81 17,62
kab.lebak 12,2 11,99 13,01 13,03
kab.tanggerang 19,84 22,77 21,62 23,67
kab.serang 19,35 17,48 22,00 19,86
kota tanggerang 20,04 21,69 23,38 21,01 kota cilegon 21,21 21,26 20,45 23,30
kota serang 17,75 17,34 16,36 17,79
kota tanggerang seelatan 16,77 17,68 18,75 19,48 Sumber : BPS Banten
Peningkatan persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah pertama (SMP) di setiap daerahnya menujukan bahwa adanya indikasi kebijakan wajib belajar 9 tahun telah berhasil. Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan kebdohan secara sistematis. Karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa menjadikan kebodohan dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan (winardi, 2010).
(27)
Tabel 1.4
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota 2009 2010 2011 2012 kab.Pandegelang 10,98 11,34 11,32 9,3
kab.lebak 13,42 13,35 12,1 9,07
kab.tanggerang 15,86 14,01 14,42 11,46
kab.serang 14,45 16,19 13,29 12,96
kota tanggerang 15,57 14,09 12,89 8,31 kota cilegon 18,26 19,84 13,14 11,31
kota serang 17,55 17,11 13,84 10,8
kota tanggerang seelatan 8,17 8,22 11,98 8,07 Sumber : BPS Banten
Meskipun tingkat PDRB meningkat dan tingkat kemiskinan menurun, namun tingkat pengangguran terbuka tidak sepenuhnya menurun juga hal ini dapat di lihat pada kota tanggerang selatan tahun 2010 yang tadinya sebesar 8,22 menjadi 11,98 pada tahun 2011. Hal ini disebabkan karena adanya peertumbuhan penduduk yang masuk dalam usia kerja namun belum mendapatkan pekerjaan karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia.
Dari data yang sudah di paparkan sebelumnya masalah perbedaan angka kemiskinan yang cukup besar diantara kabupaten/kota di dalam Provinsi Banten dan di tambah juga masuknya kota tanggerang selatan pada tahun 2008 karena pemekaran wilayah menegaskan adanya variasi kemiskinan antar kabupaten dengan kota. Untuk itu diperlukan analisisa kembali kemiskinan yang terjadi di kabupaten/kota. Agar dapat di ketahui perbedaan kondisi dan perkembangan kemiskinan terutama faktor-faktor (PDRB, Pendidikan, Pengangguran) yang
(28)
mempengaruhi kemiskinan di kabupaten/kota di Provinsi Banten tersebut, untuk nantinya bisa diambil kebijakan-kebijakan yang tepat agar perbedaan angka kemiskinan antara kabupaten/kota di Provinsi Banten bisa dikurangi. Sebab, jika tidak disikapi dengan kebijakan yang tepat, perbedaan angka kemiskinan yang cukup tajam ini bisa jadi akan memicu kecemburuan sosial dan konflik di daerah sehingga nantinya dapat membuat peningkatan jumlah kemiskinan yang semamkin besar di setiap daerahnya di Provinsi Banten.
Pada hakekatnya pembangunan daerah dianjurkan tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses pembangunan daerah tersebut. Menurut Esmara dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan (Deni tisna.2008). Sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan per kapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan memahami lebih jauh seputar masalah tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
(29)
PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten Tahun 2009-2012.
B. Perumusan Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur sosial ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan yang di lakukan pemerintah dalam suatu negara. Banyak sekali masalah-masalah sosial yang bersfat negatif timbul akibat meningkatnya jumlah kemiskinan di indonesia khususnya provinsi Banten. Dari data yang sudah di paparkan sebelumnya masalah perbedaan angka kemiskinan yang cukup besar diantara kabupaten/kota di Provinsi Banten dan di tambah juga masuknya kota tanggerang selatan ke dalam bagian Provinsi Banten pada tahun 2009 karena pemekaran wilayah akan membuat variasi kemiskinan antar kabupaten dengan kota kembali mengalami peberubahan hal itu bisa kearah penurunan jumlah kemiskinan ataupun peningkatan jumlah kemiskinan. Untuk itu diperlukan analisisa kembali kemiskinan yang terjadi di kabupaten/kota. Agar dapat di ketahui perbedaan kondisi dan perkembangan kemiskinan terutama faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kemiskinan di tingkat kabupaten/kota tersebut, untuk nantinya bisa diambil kebijakan-kebijakan yang tepat agar perbedaan angka kemiskinan antara kabupaten/kota di Provinsi Banten bisa dikurangi. Sebab, jika tidak disikapi dengan kebijakan yang tepat, perbedaan angka kemiskinan yang cukup tajam ini bisa jadi akan memicu kecemburuan sosial dan konflik di daerah sehingga nantinya dapat membuat peningkatan jumlah kemiskinan yang semamkin besar di setiap daerahnya.Oleh karena itu diharapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan seperti produk domestik
(30)
regional bruto (PDRB), pendidikan, dan pengangguran dapat terus meminimalisir kemiskinan yang terjadi di provinsi Banten.
Berdasarkan masalah yang sudah di jelaskan sebelumnya maka dapat di tarik rumusan masalah untuk menganalisis, “Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi Banten” sebagai berikut:
1. Seberapa besar PDRB berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ?
2. Seberapa besar pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ?
3. Seberapa besar tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten ?
4. Seberapa besar PDRB, pendidikan, dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap kemiskinan di Provinsi Banten
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar PDRB berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ?
2. Untuk mengetahui seberapa besar Pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ?
3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ?
(31)
4. Untuk mengetahui seberapa besar PDRB, pendidikan, dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap kemiskinan di Provinsi Banten
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu pengaruh PDRB dan Pengangguran terhadap Kemiskinan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah.
2. Bagi Pihak lain
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi dalam menanggulangi kemiskinan. Dan sebagai bahan referensi peneliti lain, pengaruh PDRB perkapitan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Banten.
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Hadi Sasana, 2006). PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi faktor-faktor produksi di daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor produksi tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain saling memerlukan baik dari bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor industri memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan pertambangan, hasil sektor industri dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasa-jasa.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).
a. Metode Langsung.
Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Rincian penjelasannya sebagai berikut : 1) Menurut Pendekatan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor
(33)
dalam jangka waktu tertentu (satu tahun) (BPS, 2012:26). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu; (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air bersih; (5) bangunan; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan (9) jasa-jasa.
2) Menurut Pendekatan Pengeluaran
Produk Domestik Regional Bruto adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir. Komponen-komponen tersebut meliputi:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung.
2) Konsumsi pemerintah.
3) Pembentukan modal tetap domestik bruto. 4) Perubahan stok.
5) Ekspornetto. (BPS, 2012:27) 3) Menurut Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya. Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu :
a) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang
(34)
dihitung menurut harga tetap. Dengan cara mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya. (BPS, 2012:27)
b) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah yang dimaksud merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. (BPS, 2012:27)
b. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi
Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas.Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :
1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen
(35)
PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.(BPS, 2012:28)
2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. (BPS, 2012:28)
PDRB merupakan merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yaitu suatu proses kenaikkan output nasional suatu periode tertentu terhadap periode sebelumnya. Dalam perkembangannya terdapat banyak teori mengenai pertumbuhan ekonomi, antara lain: teori pertumbuhan klasik, teori pertumbuhan neoklasik dan teori pertumbuhan Kuznet.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19-an, yaitu di masa revolusi Industri, dima na suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikembangkan oleh penganut aliran klasik yaitu Adam Smith dan David Ricardo.
1) Adam Smith
Orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis adalah Adam Smith (1723-1790). Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Smith
(36)
terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga, yaitu:
a) Sumber daya alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah) b) Sumber daya insani (atau jumlah penduduk)
c) Stok barang modal yang ada
Menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Spesialisasi dalam proses produksi akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru dan akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi.Dinyatakan bahwa sebelum adanya pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dimana skumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan. Di samping itu Smith juga menitik beratkan pada ”luas pasar”. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional menarik perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional ini menambah luasnya pasar, sehingga pasar akan terdiri dari pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.
Menurut Adam Smith, sekali pertumbuhan ini mulai maka ia akan bersifat komulatif, artinya bila ada pasar yang cukup dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan ini akan menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja. Kenaikan produktivitas ini akan menaikkan penghasilan nasional dan selanjutnya juga memperbesar jumlah penduduk. Penduduk tidak saja merupakan pasar karena pendapatannya naik, tetapi pendapatan yang lebih besar itu juga akan merupakan sumber tabungan. Jadi, spesialisasi yang yang semakin besar membutuhkan pasar
(37)
yang semakin luas dan dorongan untuk membuat alat-alat baru makin bertambah. Di lain pihak, naiknya produktivitas akan mengakibatkan tingkat upah naik dan ada akumulasi kapital. Tetapi karena sumber daya alam terbatas adanya, maka keuntungan akan menurun karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Pada tingkat inilah perkembangan mengalami kemacetan atau berhenti.
2) David Ricardo
Jika Adam Smith dianggap sebagai pakar utama dan pelopor pemikiran ekonomi mahzab klasik, maka Ricardo menjadi pemikir yang paling menonjol diantara para pakar mahzab tersebut. Teori Ricardo dikemukakan pertama kali dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun 1917.
Perangkat teori yang dikembangkan Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan, yaitu :
a) Teori tentang nilai dan harga barang
b) Teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan dalam bentuk teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba.
c) Teori tentang perdagangan internasional
d) Teori tentang akumulasi dan pertumbuhan ekonomi
Garis besar proses pertumbuhan ekonomi dan kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith yaitu mengacu pada laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa
(38)
bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat.
Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo yaitu:
a) Jumlah tanah terbatas
b) Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah berada di atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah)
c) Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi.
d) Kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu e) Sektor pertanian dominan
Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan istilah The law of diminishing return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah, maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekan tingkat upah ke bawah. Proses ini akan berhenti jika tingkat upah turun sampai tingkat upah alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Kemudian tingkat upah akan naik lagi sampai tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi, dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of
(39)
diminishing return. Peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya dapat memperlambat bekerjanyathe law of diminishing return yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal.
b. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori Pertumbuhan ekonomi Neoklasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan klasik. Model pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik sehingga Robert Solow dianugerahi hadiah nobel bidang ekonomi pada tahun 1987. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan kemajuan tingkat tekonologi. Berdasarkan penelitiannya, Solow mengatakan bahwa peran dari kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi adalah sangat tinggi.
Teori pertumbuhan neoklasik menegaskan bahwa kondisi keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi sumberdaya yang selama ini bertumpu pada kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak tepatdan adanya campur tangan pemerintah yang berlebihan. Model pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing return) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, sedangkan jika keduanya dianalisis secara sekaligus, Solow memakai asumsi skala hasil tetap (constand return to scale). Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoresiti lainnya diasumsikan bersifat eksogen, atau selalu dipengaruhi
(40)
oleh berbagai macam faktor. Model pertumbuhan neoklasik Solow ini menggunakan fungsi produksi agregat standar, yakni:
Y = A.F (K,L)
Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total faktor produktivitas. Menurut model pertumbuhan ini, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari satu atau lebih dari tiga faktor yaitu kenaikkan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup (clossed economy), yakni yang tidak menjalin hubungan dengan pihak luar, yang tingkat tabungan rendah, maka ceteris paribus perekonomian itu dalam jangka pendek pasti mengalami laju pertumbuhan lebih lambat apabila dibandingan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan yang lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita. Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengandalkan hubungan perdagangan dengan pihak lain pasti akan mengalami konvergensi peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras dari negara-negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjajikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi yang lebih tinggi.
(41)
c. Teori Pertumbuhan Kuznet
Simon Kuznet menghitung dan menganalisis sejarah pertumbuhan ekonomi pada negara maju dalam jangka panjang. Pertumbuhan kapasitas produksi didasarkan pada perkembangan teknologi, pembangunan institusi/kelembagaan, sikap dan ideologi.
Terdapat enam karakteristik yang ditemui pada hampir semua negara maju, yaitu: (1) Pertumbuhan output per kapita yang tinggi; (2) kenaikan tingkat produktivitas faktor produksi yang tinggi; (3) transformasi struktur ekonomi yang cepat; (4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi; (5) terdapat kecenderungan negara maju untuk memperluas pasar dan sumber bahan baku pada negara lain (penetrasi ekonomi); (6) penyebaran pertumbuhan ekonomi yang terbatas, hanya mencapai sekitar 1/3 penduduk dunia.
Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara sebagai “peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya; pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideology yang dibutuhkannya.” Ketiga komponen pokok dari definisi ini sangat penting artinya:
1) Kenaikan output nasional secara teerus menerus merupakan perwujudan dari pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk menyediakan berbagai macam barang ekonomi merupakan tanda kematangan ekonomi.
2) Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, namun belum merupakan syarat yang cukup. Untuk merealisir potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi baru, maka
(42)
3) Penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideology harus dilakukan. Inovasi teknologi tanpa disertai inovasi social ibarat bola lampu tanpa aliran listrik.
2. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
Menurut Langeveld “pendidikan diartikan sebagai pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannnya. Pendidikan berlangsung dalam suatu pergaulan antara pendidikan dananak didik”.
Menurut Crow & Crow “pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insigh)dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang”. Dan ada pula menurut Cryns “pendidikan ialah pertolongan yang diberikan oleh siapa yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak untuk membawanya ke tingkat dewasa. Kemudian menurut John Dewey “pendidikan adalah suatu proses pengalaman, setiap manusia menempuh kehidupan baik fisik maupunrohani”.
Menurut Ki Hajar Dewantoro “pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya (Wasti Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar & Teori Pendidikan Dunia: Tantangan bagi Para Pemimipin Pendidikan(Surabaya: Usaha Nasional, :9-11))
Menurut Prayitno (1986) Pendidikan bertujuan untuk mencetak manusia-manusia yang berkualitas tinggi yang membutuhkan pendanaan yang cukup tinggi baikdari pemerintah ataumasyarakat sendiri. Adapun macam-macampendidikan
(43)
antara lain: (I) pendidikan formal yaitupendidikan yang dilembagakan seperti pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi; dan (2) pendidikan non formal yaitu kegiatan terorganisasi dan sistematis yang penyelenggaraannya di luar kerangka sistempendidikan formal
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Teori Pendidikan oleh T.W.Schultz Berpendapat bahwa perkembangan suatu masyarakat itu pada hakekatnya berlandaskan investasi manusiawi,dan Pendidikan mempunyai peranan penting untuk peningkatan kualitas manusia, baik dalam arti perkembangan intelektual maupun keterampilan professional.
b. Faktor-Faktor dalam Pendidikan
Di dalam pendidikan terdapat beberapa faktor yang bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa ahli telah mencoba mengemukakan faktor-faktor pendidikan secara berbeda-beda. (Ibid, :126-127)
1) Menurut Cryns
Ada tiga faktor utama yang mendukung terlaksananya pendidikan yaitu:
a) Faktor pendidikan b) Faktor anak didik
(44)
Dalam pendidikan harus ada ketiga faktor di atas. Pendidikan harus ada pendidikan, yaitu orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak, baik itu orang tua, guru, atau pun pemimpin masyarakat. Dalam pendidikan harus ada pula anak-anak yang dididik, yaitu mereka yang perlu ditolong agar pertumbuhan mereka mencapai tingkat dewasa. Dengan adanya dua faktor ini, pendidikan belum bisa berlangsung. Pendidikan masih memerlukan satu faktor lagi, yaitu pergaulan mendidik dalam arti pergaulan yang membawa anak didik ke tingkat dewasa.
2) Menurut Langeveld
Keseluruhan pendidikan, dapat ditinjau dari bagian-bagiannya yaitu:
a) Mendidik, yakni tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan
b) Pergaulan c) Alam sekitar
Dengan mempelajari pengertian pendidikan dan bagian-bagiannya seperti dikemukakan oleh Langeveld di atas maka faktor-faktor pendidikan meliputi:
a) Orang dewasa
b) Anak yang belum dewasa c) Pergaulan
d) Tindakan mendidik e) Alam sekitar
(45)
c. Tingkat atau Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang ditetapkan berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarktan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. (Drs. H. Fuad Ihsan : 2005:22). Jenjang pendidikan formal seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, BAB VI Pasal 14 yang menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan di dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan biasa ataupun luar biasa.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
(46)
menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan profesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademis dan atau professional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan dan untuk menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia (Kepmendikbud No. 0186/P/1984).
3. Pengangguran
Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pada 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Perlu diketahui bahwa Indonesia tidak menentukan batas usia maksimum tenaga kerja, hal ini dikarenakan Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : (Rukmana, 2012)
1) Angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bekerja dan masyarakat yang menganggur dan mencari pekerjaan.
2) Bukan angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bersekolah, golongan mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain.
(47)
P. Todaro (2000), menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Dengan kata lain, semakin banyak angkatan kerja yang digunakan dalam proses produksi makaoutput hasil produksi akan mengalami peningkatan sampai batas tertentu.
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000) pengangguran dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:
1) Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.
2) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian.
3) Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.
(48)
Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tidak sempurnanya pasar tenaga kerja, atau tidak mampunya pasar tenaga kerja dalam menyerap tenaga kerja yang ada. Akibatnya timbul sejumlah pekerja yang tidak diberdayakan dalam kegiatan perekonomian. Ini merupakan akibat tidak langsung dari supply (penawaran) tenaga kerja di pasar tenaga kerja melebihi demand (permintaan) tenaga kerja untuk mengisi kesempatan kerja yang tercipta.
Menurut Edwards, 1974 dalam Lincolin (1997), bentuk-bentuk pengangguran adalah:
1) Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah para tenaga kerja yang mampu dan ingin untuk bekerja, tetapi tidak tersedia pekerjaan yang sesuai.
2) Setengah pengangguran (under unemployment), adalah para tenaga kerja yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah, sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan.
3) Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah para tenaga kerja yang bekerja penuh, tetapi intensitasnya lemah dikarenakan kekurangan gizi atau bernyakit.
4) Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah para tenaga keja yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Menurut Tambunan (2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara, antara lain:
(49)
1) Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas, yang berarti bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka pengangguran akan secara langsung mempengaru hi income poverty rate denganconsumption poverty rate.
2) Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas, yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di negara yang sedang berkembang. Tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata memiliki hubungan yang saling berkaitan. Bagi para tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas. Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Masyarakat miskin pada umumnya menghadapi permasalahan terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, melemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, salah satu mekanisme pokok untuk mengurangi
(50)
kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara sedang berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Arsyad, 1997).
Oleh sebab itu, pemerintah dapat menjalankan berbagai rencana unt uk memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak guna mengurangi tingkat pengangguran. Rencana tersebut antara lain:
1) Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi.
2) Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja.
3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha.
4) Meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam dan luar negeri.
Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat pengangguran terbuka umumnya didefinisikan secara konvensional sebagai proporsi angkatan kerja yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Ukuran ini dapat digunakan untuk mengindikasikan seberapa besar penawaran kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar kerja di sebuah negara atau wilayah.
Tingkat pengangguran di negara-negara berkembang termasuk Indonesia biasanya terlihat rendah dan cenderung menutupi potret yang lebih penting dalam pasar kerja seperti tingkat upah yang rendah dan keberadaan sektor informal yang jumlahnya sangat besar. Rendahnya tingkat pengangguran di Indonesia utamanya
(51)
disebabkan karena penduduk khususnya yang beasarl dari rumahtangga miskin akan melakukan pekerjaan apa saja untuk memperoleh pendapatan guna mempertahankan hidup yang disebabkan tiadanya jaminan atau kompensasi bagi penganggur. Untuk itu penduduk terpaksa bekerja dalam kegiatan apapun baik dengan jam kerja yang lebih rendah dari yang diinginkan, kurang dari jam kerja normal atau bekerja purna waktu (full time). Oleh karena itu, tingkat setengah pengangguran tampaknya merupakan indikator yang lebih baik bagi pasar kerja dibandingkan tingkat pengangguran dan merupakan indikator pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization) yang lebih realistis di negara berkembang seperti Indonesia
4. Kemiskinan
Ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain: (1) terpenuhinya kebutuhan pangan; (2) kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan; (3) rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan; (4) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
(52)
Rudolf S. Sinaga dan Benyamin dalam Cahyono dalam Akhmad Daerobi, dkk (2007:5) memberikan pengertian kemisikinan melalui pembedaan kemiskinan menjadi dua jenis yaitu: kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alamiah didefinisikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh sumber daya yang terbatas atau karena tingkat perkembangan teknologi yang rendah. Dengan kata lain ketidakmampuan seseorang atau komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan mengejar ketertinggalan teknologi menjadi penyebabnya. Sementara itu kemiskinan buatan didefinisikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh kelembagaan yang ada dalam masyarakat membuat masyarakat sendiri tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dalam beberapa definisi lainnya, kemiskinan buatan juga disebut lebih populer dengan sebutan kemiskinan struktural.
a. Penyebab Kemiskinan
Ditinjau dari sumber penyebabnya, kemiskinan dapat dibagi menjadi kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya. Kemiskinan kultural biasanya dicirikan oleh sikap individu atau kelompok masyarakat yang merasa tidak miskin meskipun jika diukur berdasarkan garis kemiskinan termasuk kelompok miskin. Sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur masyarakat yang timpang, baik karena perbedaan kepemilikan, kemampuan, pendapatan dan kesempatan kerja yang tidak seimbang maupun karena distribusi pembangunan dan hasilnya yang tidak merata. Kemiskinan struktural biasanya dicirikan oleh struktur masyarakat yang timpang terutama dilihat dari ukuran-ukuran ekonomi.
(53)
Kemiskinan memang merupakan masalah multidimensi yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Kondisi kemiskinan setidaknya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: Pertama, rendahnya taraf pendidikan dan kesehatan berdampak pada keterbatasan dalam pengembangan diri dan mobilitas. Hal ini berpengaruh terhadap daya kompetisi dalam merebut atau memasuki dunia kerja. Kedua, rendahnya derajat kesehatan dan gizi berdampak pada rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan selanjutnya akan mengurangi inisiatif. Ketiga, terbatasnya lapangan pekerjaan semakin memperburuk kemiskinan. Dengan bekerja setidaknya membuka kesempatan untuk mengubah nasibnya. Keempat, kondisi terisolasi (terpencil) mengakibatkan pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain tidak dapat menjangkaunya. Kelima, ketidak stabilan politik berdampak pada ketidak berhasilan kebijakan pro-poor. Berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan akan mengalami kesulitan dalam implementasi jika tidak didukung oleh kondisi politik yang stabil.
Sharp, et al mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
(54)
b. Teori Kemiskinan
Teori-teori yang digunakan antara lain adalah :
Emil Salim (1982, dalam Togar Saragih, 2006:5-6) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang miskin adalah :
1) Umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal dan keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki kecil sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan terbatas.
2) Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperoleh tidak cukup memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha, disamping itu tidak terpenuhnya syarat untuk mendapat kredit perbankan, menyebabkan mereka berpaling ke renternir.
3) Tidak memiliki tanah, jika adapun relative kecil. Mereka umumnya jadi buruh tani, atau pekerja kasar di luar pertanian. Pekerjaan pertanian bersifat musiman menyebabkan kesinambungan kerja kurang terjamin. Mereka umumnya sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja yang besar tingkat upah menjadi rendah dan mendukung atau mempertahankan mereka untuk selalu hidup dalam kemiskinan.
Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan, seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100 desa yang
(55)
dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan yang keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi rakyat miskin.
Tingkat pembentukan modal yang rendah merupakan hambatan utama pembangunan ekonomi. Pembentukan modal di Negara-negara sedang berkembang merupakan “vicious cycle”(lingkaran yang tidak berujung pangkal). Produktivitas yang sangat rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan riil. Pendapatan yang rendah mengakibatkan tabungan rendah, dan mengakibatkan rendahnya pembentukan modal.
Menurut Nurkse dalam Togar Saragih (2006:7) ada dua lingkaran perangkap kemiskinan yaitu :
1) Dari segi penawaran (supply): tingkat pendapatan masyarakat yang rendah diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan menabung masyarakat rendah. Kemampuan untuk menabung yang rendah menyebabkan tingkat pembentukan modal (investasi), yang kemudian akan menyebabkan kekurangan modal dan demikian tingkat produktifitasnya rendah.
2) Dari segi permintaan (demand): di Negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal sangat rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang terbatas, hal ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat sangat rendah tersebut dikarenakan tingkat produktivitas yang rendah sebagai wujud dari tingkat pembentukan modal yang terbatas
(56)
dimasa lalu, disebabkan kekurangan perangsang untuk menanam modal dan seterusnya.
c. Ukuran Kemiskinan
Menurut William A (2001:377) kemiskinan adalah konsep yang relatif, bagaimana cara kita mengukurnya secara obyektif dan bagaimana cara kita memastikan bahwa ukuran kita dapat diterapkan dengan tingkat relevasi yang sama dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur kemiskinan ada tiga indikator yang diperkenalkan dalam Foster dkk (dalam Tambunan 2003:96) yang sering digunakan di dalam banyak studi empiris. Pertam, the incidence of poverty: persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Kedua, the depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan poverty gap index. Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK).
Secara umum ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
1) Kemiskinan Absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk
(57)
memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan (Todaro,1997 dalam Lincolin Arsyad 2004:238). Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
2) Kemiskinan Relatif
Miller dalam Lincolin Arsyad (2004:239) berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjada karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya daripada lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan
terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.
(58)
Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk.
Ukuran kemiskinan juga bisa dihitung melalui pendekatan pendapatan. Pendekatan pendapatan untuk mengukur kemiskinan ini mengasumsikan bahwa seseorang dan rumah tangga dikatakan miskin jika pendapatan atau konsumsi minimumnya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran-ukuran kemiskinan ini dihitung melalui 4 cara metode (Coudouel, et.al, 2001 dalam Akhmad Daerobi dkk 2007:8-9) adalah:
1) Head Count Index
Head Count Index ini menghitung presentase orang yang ada di bawah garis kemiskinan dalam kelompok masyarakat tertentu.
2) Sen Poverty Index
Sen Poverty Index memasukkan dua faktor yaitu koefisien Gini dan rasio H. Koefisien Gini mengukur ketimpangan antara orang miskin. Apabila salah satu faktor-faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar diukur dengan S.
3) Poverty Gap Index
Poverty Gap Indexmengukur besarnya distribusi pendapatan orang miskin terhadap garis kemiskinan. Pembilang pada pendekatan ini menunjukkan jurang kemiskinan (poverty gap), yaitu penjumlahan (sebanyak individu) dari kekurangan pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan penyebut adalah jumlah individu di dalam perekonomian (n) dikalikan dengan nilai garis kemiskinan. Dengan ukuran ini, tingkat keparahan kemiskinan mulai terakomodasi. Ukuran kemiskinan akan turun
(59)
lebih cepat bila orang-orang yang dientaskan adalah rumah tangga yang paling miskin, dibandingkan bila pengentasan kemiskinan terjadi pada rumah tangga miskin yang paling tidak miskin.
4) Foster-Greer-Torbecke Index
Seperti Indeks-indeks di atas, indeks FGT ini sensitif trhadap distribusi jika a>1. Bagian (Z-Yi/Z) adalah perbedaan antara garis kemiskinan (Z) dan tingkat pendapatan dari kelompok ke-i keluarga miskin (Yi) dalam bentuk suatu presentase dari garis kemiskinan.
d. Kriteria Kemiskinan
Ada berbagai macam kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan, salah satunya kreteria miskin menurut Sayogyo. Komponen yang digunakan sebagai dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah pendapatan keluarga yang disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada saat itu dan rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kreteria tersebut, sayogyo membedakan masyarakat ke dalam beberapa kelompok (Sumodiningrat, 1999:8) yaitu :
1) Sangat Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya dibawah setara 250 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun penduduk yang tinggal diperkotaan.
2) Miskin
Yang termasuk dalam kelompo ini adalah mereka yang berpendapatan setara debgab 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk penduduk yang tinggal didesa, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk tinggal diperkotaan.
(60)
3) Hampir Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan 320 kg beras sampai 480 kg beras dalam setahun untuk penduduk yang tinggal dipedesaan, dan 720 kg beras pertahun untuk yang tinggal diperkotaan.
4) Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang tinggal dipedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk yang tinggal diperkotaan.
Sedangkan kreteria penduduk miskin BPS, rumah tangga dikatakan miskin (BPS, 2009:17), apabila:
1) Luas lantai hunian kurang dari 8 m² per anggota rumah tangga. 2) Jenis lantai hunian sebagian besar tanah atau lainnya.
3) Fasilitas air bersih tidak ada.
4) Fasilitas jamban atau WC tidak ada. 5) Kepemilikan aset tidak tersedia.
6) Konsumsi lauk-auk dalam seminggu tidak bervariasi.
7) Kemampuan membeli pakaian minimal 1 stel dalam setahun tidak ada. 8) Pendapatan (total pendapatan per bulan) kurang dari atau sama dengan Rp
350.000,-5. Pengaruh PDRB Terhadap Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan
(61)
peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan (cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan (Tambunan, 2003:40-41). Menurut Kuncoro pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut Kuznet (Tulus Tambunan, 2003:89), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.
Selanjutnya menurut penelitian Hermanto Siregar dan Dwi W (2008:34) dari hasil penelitian tersebut menunjukan hasil yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan penurunan jumlah penduduk miskin, artinya bahwa PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kemiskinan
Todaro (1994) menyatakan bahwa selama beberapa tahun, sebagian besar penelitian dibidang ilmu ekonomi, baik di negaranegara maju maupun di negara
(62)
-negara sedang berkembang, menitik beratkan pada keterkaitan antara pendidikan, produktifitas tenaga kerja, dan tingkat output. Hal ini tidak mengherankan karena, sasaran utama pembangunan di tahun 1950-an dan 1960-an adalah mamaksimumkan tingkat pertumbuhan output total. Akibatnya, dampak pendidikan atas distribusi pendapatan dan usaha menghilangkan kemiskinan absolut sebagian besar telah dilupakan. Selanjutnya Todaro (2000) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan mamainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
Gaiha (1993) menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting dalam kesejahteraan seseorang dengan berbagai cara yang berbeda. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan penduduk untuk memperoleh dan menggunakan informasi, memperdalam pemahaman akan perekonomian, memperluas produktifitas, dan memberi pilihan kepada penduduk apakan berperan sebagai konsumen, produsen atau warganegara. Selain itu pendidikan dan distribusi pendapatan adalah mempunyai korelasi yang positif dengan penghasilannya selama hidup seseorang. Korelasi ini dapat dilihat terutama pada seseorang yang dapat menyelasaikan sekolah tingkat lanjutan dan universitas, akan mempunyai perbedaan pendapatan 300 persen sampai dengan 800 persen, dengan tenaga kerja yang hanya menyelesaikan sebagian ataupun seluruh pendidikan tingkat sekolah dasar. Karena tingkat penghasilan sangat dipengaruhi oleh lamanya tahun memperoleh pendidikan, jelas ketimpangan pendapatan yang besar tersebut akan semakin besar.
Menurut Simmons (dikutip dari Todaro, 1994), pendidikan di banyak negara merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Dimana digambarkan
(63)
dengan seorang miskin yang mengharapkan pekerjaaan baik serta penghasilan yang tinggi maka harus mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi pendidikan tinggi hanya mampu dicapai oleh orang kaya. Sedangkan orang miskin tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikan hingga ke tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah lanjutan dan universitas. Sehingga tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Dalam penelitian Hermanto dan Dwi (2006) dihasilkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap kemiskinan dibandingkan variabel pembangunan lain seperti jumlah penduduk, PDRB, dan tingkat inflasi.
7. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan
Lincolind Arsyad (1997) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah keatas. Setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Karena kadangkala ada juga pekerja diperkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik dan yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan-pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber-sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka. Orang-orang seperti ini bisa disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga halnya adalah, banyaknya induvidu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap memperoleh
(64)
pendapatan yang sedikit. Banyak pekerja yang mandiri disektor informal yang bekerja secara penuh tetapi mereka sering masih tetap miskin.
Dian Octaviani (2001) mengatakan bahwa sebagian rumah tangga di Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengganguran maka akanmeningkatkan kemiskinan.
(1)
103
Output
Random Effect Model
(REM)
Dependent Variable: KEMISKINAN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 04/23/14 Time: 20:21
Sample: 2009 2012 Included observations: 4 Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 32
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.547670 7.461127 -0.609515 0.5471 PDRB? -0.552266 0.200577 -2.753389 0.0102 PENDIDIKAN? 0.000867 0.089770 0.009658 0.9924 PENGANGGURAN? 2.947913 0.764249 3.857270 0.0006 Random Effects (Cross)
_KBPDGL--C 1.296703 _KBLBK--C -1.933445 _KBTGR--C 0.907911 _KBSRG--C 1.019627 _KOTGR--C -0.808541 _KOCLG--C -0.432388 _KOSRG--C 1.534125 _KOTGRS--C -1.583992 Effects Specification S.D. Rho
Cross-section random 1.577609 0.6671
Idiosyncratic random 1.114390 0.3329
Weighted Statistics
R-squared 0.536104 Mean dependent var 6.184646 Adjusted R-squared 0.486400 S.D. dependent var 1.592296 S.E. of regression 1.141133 Sum squared resid 36.46115 F-statistic 10.78610 Durbin-Watson stat 2.330442 Prob(F-statistic) 0.000070
Unweighted Statistics
R-squared 0.728203 Mean dependent var 18.57094 Sum squared resid 94.88864 Durbin-Watson stat 0.895477
(2)
104
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Pool: REM
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 6.945051 (7,21) 0.0002 Cross-section Chi-square 38.350808 7 0.0000
(3)
105
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: REM
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
(4)
106
Uji Normalitas
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
S eries : S tandardiz ed R es iduals S am ple 2009 2012
O bs ervations 32
Mean 6.33e-15 Median 0.231230 Maxim um 3.869548 Minim um -5.235001 S td. D ev. 2.537071 S kew nes s -0.603021 K urtos is 2.532894
Jarque-B era 2.230299 P robability 0.327866
(5)
107
Uji Heteroskedastisitas
Weighted Statistics
R-squared 0.536104 Mean dependent var 6.184646 Adjusted R-squared 0.486400 S.D. dependent var 1.592296 S.E. of regression 1.141133 Sum squared resid 36.46115 F-statistic 10.78610 Durbin-Watson stat 2.330442 Prob(F-statistic) 0.000070
Unweighted Statistics
R-squared 0.728203 Mean dependent var 18.57094 Sum squared resid 94.88864 Durbin-Watson stat 0.895477
(6)
108
Uji Autokorelasi
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 1.577609 0.6671
Idiosyncratic random 1.114390 0.3329
Weighted Statistics
R-squared 0.536104 Mean dependent var 6.184646 Adjusted R-squared 0.486400 S.D. dependent var 1.592296 S.E. of regression 1.141133 Sum squared resid 36.46115 F-statistic 10.78610 Durbin-Watson stat 2.330442 Prob(F-statistic) 0.000070
Unweighted Statistics
R-squared 0.728203 Mean dependent var 18.57094 Sum squared resid 94.88864 Durbin-Watson stat 0.895477