pemberian EPO 701-800 kali didapati 22 orang dengan tekanan darah hipertensi grade II, 2 orang dengan tekanan darah hiprtensi grade I, dan 1 orang dengan
tekanan darah prahipertensi. Sampel dengan rentang pemberian EPO sebanyak 801-900 kali, didapati 7 orang denga tekanan darah hipertensi grade II. Dan
sampel dengan rentang pemberian EPO 901-1000 kali, terdapat 4 orang dengan tekanan darah hipertensi grade II.
5.4. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di ruang Hemodialisi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Agustus-September 2015 diperoleh data
sebagaimana yang telah disajikan dalam tabel bab 5. Setelah dilakukan analisis deskritif terhadap frekuensi pasien anemia yang menjalani hemodialisis, didaptkan
sampel sebanyak 100 orang sampel yang menerima terapi EPO dengan menggunakan cross sectional potong lintang.
Penelitian ini terdiri laki laki sebanyak 62 orang 62 dan perempuan sebanyak 38 orang 38. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan pada
PERNEFRI 2011, bahwa jumlah terbanyak melakukan hemodialisis adalah laki laki sebanyak 60,13. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi
dikarenakan pola hidup laki laki yang lebih tidak sehat dibandingkan perempuan. Salah satu pola hidup laki laki yang tidak sehat adalah merokok. Merokok
merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kesehatan Benedict,2003. Perilaku merokok dapat meningkatkan resiko 2,2 kali lebih besar terkena penyakit
ginjal dibandingkan dengan individu yang tidak merokok Shankar, 2006. Pada tabel 5.1 didapatkan bahwa usia terbanyak yang melakukan
hemodialisa adalah dengan rentang usia 41-50 tahun sebanyak 34 orang 34. Seiring dengan bertambahnya usia juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal.
Hal tersebut terjadi dikarenakan pada usia di atas 40 tahun, manusia kehilangan beberapa nefron. Perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan usia
adalah sekitar 10mlmenit1,73m2. Oleh karena penurunan fungsi ginjal yang sedemikian rupa maka pada usia 40 tahun keatas sudah terjadi kerusakan ginjal
ringan. Ditambah dengan beberapa faktor lain seperti pola hidup, lingkungan pekerjaan maka rentang usia 41-50 tahun sangat rentan menderita gagal ginjal
Universitas Sumatera Utara
akut sehingga mengharuskan melakukan hemodialisis dan mendapatkan terapi EPO.
Dari tabel 5.6 didapatkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi EPO terbanyak adalah dengan rentang usia 41-50 tahun dan dengan jumlah terbanyak
memiliki tekanan darah golongan hipertensi grade II. Hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melewati pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan meningkatkan tekanan darah
Sigarlaki,1995. Berdasarkan tabel 5.4 didaptkan bahwa jenis EPO yang paling banyak
dipakai adalah Hemapo eritropoetin beta. Memang belum ada penelitian sebelumnya yang membahas lebih spesifik tentang hal ini. Namun bisa saja hal ini
dikarenakan epoetin beta lebih banyak dipakai untuk mengobati anemia pada gagal ginjal kronik dibanding epoetin alpa yang lebih sering digunakan untuk
mengobati pasien anemia karena terlalu banyak kehilangan darah contohnya pasca operasi. Selain itu pada epoetin beta memiliki waktu paruh eliminasi yang lebih
panjang dibandingkan epoein alfa yang akhirnya dapat mengurangi dosis, sehingga lebih menguntungkan terhadap pasien dan lebih aman bila digunakan.
Dan terakhir pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pasien anemia paling banyak mendapatkan terapi EPO dengan rentang 701-800 kali memiliki tekanan
darah golongan hipertensi grade II yaitu sebanyak 22 orang 22. Belum terdapat penelitian yang pasti sebagai pembanding. Namun mungkin hal ini
berkitan dengan dosis yang di berikan terhadap peningkatan tekanan darah. Semakin banyak EPO yang diberikan, semakin banyak pula efek samping yang
diberikan. Salah satunya adalah peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu butuh diperhatikan dosis yang akan diberikan kepada pasien agar tidak timbul efek
samping lainnya yang tidak diinginkan. Penyakit ginjal kronik merupakan suatu proses patologi dengan berbagai
etiologi yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Dalam jangka panjang, PGK
menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya adalah anemia PERNEFRI,2009.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu terapi anemia tersebut adalah dengan terapi EPO. Terapi EPO yang meningkatkan tekana darah sebanyak 10mmHg atau lebih Esbach et al, 1989.
Pasien gagal ginjal yang menderita anemia yang diberikan terapi EPO mengalami peningkatan tekanna darah sebnayak 10mmHg atau lebih yang dapat
menyebabkan hipetensi Esbaach et al,1989. Dan mekanisme peningkatan tekanan darah belum diketahui mekanisme yang jelas bisa dikarenakan
peningkatan aktivitas nitrit oksida, peningkatan viskositas darah Koppensteiner et all, 1990, peningkatan reaktivitas vaskular terhadap norepinefrin Hand et al,
1995, atau mekanisme lainnya Bode-Boger, 1996.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN