Praktik pelaksanaan pembebanan ulang atas Hak Guna Bangunan yang jangka waktu haknya berakhir sebelum kreditnya jatuh tempo, terlebih dahulu
penulis kemukakan, bagaimana praktek pelaksanaan perpanjangan atau pembaruan dari Hak Guna Bangunan itu sendiri agar dapat diperoleh gambaran
yang lebih lengkap.
60
C. Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Jaminan Hak Atas Tanah
Dalam era globalisasi dan liberalisasi perekonomian dewasa ini, maka peranan tanah bagi berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat
bermukim maupun untuk kegiatan bisnis. Sehubungan dengan hal tersebut akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa kepastian hukum di bidang
pertanahan. Pemberian kepastian hukum di bidang pertanahan ini, memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. Selain itu, dalam rangka menghadapi berbagai kasus nyata diperlukan pula terselenggaranya
kegiatan pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan haknya atas tanah yang dikuasainya, dan
bagi para pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditur, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi
obyek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi pemerintah untuk melaksanakan kebijakan pertanahan.
60
Wawancara dengan Kurwanta Sembiring, Jabatan Bagian Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Tanggal 24 Juni 2013
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan itu UUPA dalam Pasal 19 memerintahkan untuk diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum
dimaksud. Penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendafataran Tanah.
Sementara itu, ketentuan hukum yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 untuk dasar pelaksanaannya dirasakan belum cukup memberikan
kemungkinan untuk terselenggaranya pendaftaran tanah dalam waktu yang segera dengan hasil yang lebih memuaskan, maka Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1961 disempurnakan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Berbicara perlindungan hukum terhadap kreditur dalam rangka hak tanggungan tentu saja tidak terlepas dari perlindungan hukum terhadap debitur
atau pemilik jaminan serta pihak-pihak terkait lainnya. Hukum bukan hanya memperhatikan kepentingan kreditur . Perlindungan juga diberikan kepada debitur
atau pemberi hak tanggungan. Bahkan juga kepada pihak ketiga yang berkepentingan bisa terpengaruh oleh cara penyelesaian utang piutang kreditur
dan debitur, dalam hal debitur cidera janji. Pihak ketiga itu khususnya para kreditur yang lain dan pihak yang membeli obyek hak tanggungan.
61
Mendapat perlindungan hukum merupakan dambaan setiap orang dalam hal salah satu pihak dalam suatu perjanjian tidak melaksanakan isi kesepakatan
yang telah dituangkan dalam suatu perjanjian. Jadi perlindungan hukum merupakan akibat hukum dari perikatan, karena perjanjian yang dibuat secara sah
61
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia…, Op Cit, hal 405
Universitas Sumatera Utara
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Sedangkan perikatan bisa lahir karena perjanjian atau karena
undang-undang. Oleh karena itu, untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan yang diberikan kepada PT. Bank BRI sebagai pemegang hak
tanggungan yang mempunyai preferensi dari kreditur lainnya apabila ada jaminan dengan status hak atas atas dapat dilakukan dari 3 aspek, yaitu:
1. Aspek sebelum pengikatan kredit dilakukan yang merupakan tindakan
preventif dari pihak bank. Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko sehingga bank dituntut kemampuan dan efektivitasnya dalam
mengelola risiko kredit dan meminimalkan potensi kerugian sehingga bank wajib memperhatikan asas perkreditan yang sehat:
a. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian
tertulis. b.
Bank tidak diperkenankan memberi kredit pada usaha yang dari awal telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian.
c. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham
dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham. d.
Memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit legal ending limit.
2. Aspek sebelum pengikatan kredit yang dilakukan oleh PPAT. Dalam
pemberian kredit ada berbagai aspek yang menjadi pertimbangan bank dalam pemberian kredit kepada perseroan terbatas. Bank dalam hal ini
sebagai pemberi kredit kepada debiturnasabahnya akan menganalisis
Universitas Sumatera Utara
mengenai berbagai aspek dari pemohon kredit tersebut. Setelah melakukan analisa aspek-aspek tersebut, bank akan menyetujui atau menolak
permohonan kredit. Jika bank menyetujuinya, maka calon debitur akan memperoleh offering letter atau surat persetujuan prinsip bersyarat dari
bank yang bersangkutan. Perjanjian dan pemufakatan kredit, biasanya dituangkan dalam surat perjanjian kredit yang dilakukan antara pemberi
dan penerima kredit. 3.
Aspek setelah pengikatan kredit dilakukan. Pengikat agunan adalah suatu pengikatan yang dibuat oleh pemberi agunan dan bank sehubungan dengan
penyerahan baranghak sebagai agunan. Agunan yang diserahkan oleh debitur untuk menjamin pinjaman harus diikat melalui seuatu perjanjian
yang disebut dengan perjanjian pengikatan agunan. Apabila debitur lalai dalam melaksanakan kewajiban yang telah diperjanjikan dalam perjanjian
kredit, maka bank dapat melaksanakan haknya sebagaimana ditentukan dalam perjanjian pengikatan agunan.
Universitas Sumatera Utara
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan