Pembahasan Kuesioner penelitian a. Pemberian ASI Eksklusif

tidak mengalami ISPA. Dari 57 bayi yang mendapat ASI eksklusif mengalami ISPA 15 orang 31,3 sedangkan yang tidak mengalami ISPA sebanyak 42 orang 80,8. Terdapat 43 orang yang tidak mendapat ASI eksklusif dan 33 bayi 68,8 diantaranya mengalami ISPA dan 10 0rang 19,2 yang tidak mengalami ISPA. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan metode chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05 α=5 diperoleh nilai p p value sebesar 0,001 p0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi usia 0-12 bulan. Berdasarkan penelitian ini juga dapat dihitung besar rasio prevalens dan didapatkan hasilnya 0,3, berarti ASI justru merupakan faktor pencegah terjadinya ISPA pada bayi, yakni bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko untuk menderita ISPA 0,3 kali dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini menggunakan responden sebanyak 100 orang. Dari seluruh responden yang ada, yang mendapat ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan yang tidak mendapat ASI eksklusif. Jumlah responden yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 57 orang 57 berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Sinaga 2014 dengan jumlah responden yang tidak mendapat ASI lebih banyak 68 dibanding yang mendapat ASI eksklusif. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kejadian ISPA terbanyak terjadi pada responden yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 68,8. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Fanada dkk 2012 bahwa kejadian ISPA pneumonia tertinggi terjadi pada balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 61,7. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muslikha 2012 bahwa kejadian ISPA terbanyak terjadi pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 83,8. Universitas Sumatera Utara Dari hasil uji hipotesis didapatkan hasil p0,001yang artinya ada hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fanada dkk 2012 dengan hasil uji statistik diperoleh p=0,0001 yang dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit pneumoni. Hasil ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Sinaga 2014 yang memperoleh nilai p=0,006. Penelitian Harahap 2010 juga mendapati adanya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA p=0,011. Berdasarkan nilai RP=0,3 yang berarti ASI merupakan faktor protektif terjadinya ISPA pada bayi. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologi menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang matur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain melindungi bayi dari penyakit ISPA Kemenkes, 2014. Aldy dkk 2009 juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat secara pasif sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling tinggi pada beberapa hari pertama post partum. Disamping ASI merupakan salah satu faktor terjadinya ISPA pada bayi, masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA. Fanada dkk 2012 dalam penelitiannya memperoleh nilai p=0,000 untuk melihat hubungan status imunisasi terhadap kejadian ISPA dan memperoleh nilai p=0,044 untuk hubungan stsus gizi dengan kejadian ISPA. Sedangkan Nasution dkk 2009 memperoleh nilai p=0,006 untuk hubungan pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA dan memperoleh nilai p=0,017 untuk hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan