mencerminkan tingginya insiden ISPA, yaitu sebesar 60 dari kunjungan rawat jalan di puskesmas dan 20-40 dari kunjungan rawat jalan dan
rawat inap rumah sakit. Penggunaan fasilitas kesehatan sangat berpengaruh pada tingkat keparahan ISPA. Di sebagian negara
berkembang, pemanfaatan fasilitas kesehatan masih rendah. 10.
Lingkungan Polusi udara
Penyakit lain Bancana alam
2.1.6. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya mikroba dengan tubuh. Masuknya mikroba sebagai antigen ke saluran pernapasan menyebabkan
silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong mikroba atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks
tersebut gagal, maka mikroba akan bereplikasi dan merusak lapisan epitel mukosa saliran pernapasan. Sel epitel yang rusak akan merangsang natural killer dan
limfosit untuk menghasilkan sitokin. Setelah melintasi epitel, partikel mikroba memasuki membran basal. Dibawah membran basal terdapat sub-epitel, dimana
mikroba bertemu dengan cairan jaringan, sistem limfatik, dan fagosit yang menguraikan beberapa sitokin dan interferon untuk mencegah replikasi lebih
lanjut. Pelepasan mikroba pada membran basal menyediakan akses penyebaran secara sistemik Manjarrez-Zavala et al dalam Sari, 2014.
Sel yang rusak juga akan meningkatkan produksi IL-8, sebagai akibatnya mukosa saluran pernapasan dirangsang untuk menghasilkan sekresi
mukus yang cukup banyak. Sekresi mukus yang berlebih menyebabkan penderita batuk sebagai usaha untuk mengeluarkan mukus Treanor, 2008. Apabila
seseorang mengalami gangguan imunitas yang rendah tanpa adanya kerusakan saluran pernapasan, maka agen-agen yang masuk akan sulit dibunuh sehingga
menimbulkan gejala infeksi. Gejala pada ISPA bukan merupakan efek langsung dari jumlah virus yang bereplikasi atau jumlah sel yang terinfeksi, tetapi
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh mediator inflamasi yang dihasilkan Riyadi, 2009 dalam Sari, 2014
2.1.7. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis ISPA adalah sebagai berikut Djojodibroto, 2009: A.
Infeksi saluran pernapasan atas Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat memberikan
gejala klinik yang beragam, antar lain: 1.
Gejala koriza coryzal syndrome, yaitu pengeluaran cairan discharge nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis
ringan. Sakit tenggorokan sore throat, rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa
kedinginan chiliness. Demam jarang terjadi. 2.
Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang
dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di
seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, parau hoarseness. 3.
Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia
dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjungtivitis timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai
dua minggu, dan setelah gejala lain hilang. Sering terjadi epidemi. 4.
Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit berat. Demam, menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, dan
anoreksia yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan dan nyeri retrosternal. Keadaan ini dapat dapat menjadi berat. Dapat terjadi
pandemik yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bakterial. 5.
Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberapa hari yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan vesikel faringeal, oral dan gingival yang berubah menjadi ulkus.
6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut croup, yaitu suatu kondisi
serius yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea, stridor inspirasi yang disertai sianosis.
B. Infeksi saluran pernapasan bawah
Biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti hidung buntu stuffy. Pilek runny nose dan sakit tenggorokan.
Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimulai dengan batuk yang tidak produktif. Batuk ini sangat mengganggu di waktu malam.
Udara dingin, banyak bicara, napas dalam, serta tertawa akan merangsang terjadinya batuk. Pasien akan mengeluh adanya nyeri retrosternal, dan rasa
gatal pada kulit. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mukus tetapi dapat juga mukopurulen. Sesak napas
hanya terjadi jika terdapat penyakit kronik kardiopulmonal. Peradangan bronkus biasanya menyebabkan hiperaktivitas saluran pernapasan yang
memudahkan terjadinya bronkospasme. Pada penderita asma, penyakit ini dapat menjadi pencetus serangan asma. Pada pemeriksaan fisik, biasanya
ditemukan keadaan normal, dan kadang-kadang terdengar suara wheezing di bebrapa tempat; ronkhi dapat terdengar jika produksi sputum meningkat. Foto
toraks menunjukkan gambaran normal.
2.1.8. Diagnosa