50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. a. Faktor pengalaman dan modal merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan di Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang. b. Faktor umur dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan nelayan di Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang.
2. Rata-rata pendapatan bersih nelayan sebesar sebesar Rp. 724.032,41melaut atau Rp. 5.792.259,28 bulan dengan catatan 8 kali melautbulan.
6.2 Saran
1. Kepada Pemerintah
Sebaiknya mengembangkan sistem pengolahan hasil tangkapan nelayan menjadi lebih tahan lama agar memiliki harga jual yang lebih tinggi.
2. Kepada Nelayan
Diharapkan agar lebih memperhatikan kebersihan laut dan menjaga habitat ikan dengan cara menangkap ikan seperti yang dianjurkan pemerintah agar
siklus kehidupan ikan dapat terjaga.
Universitas Sumatera Utara
51 3.
Kepada Peneliti selanjutnya Diharapkan meneliti lebih lanjut mengenai analisis efisiensi tata niaga hasil
laut di desa Percut Sei Tuan yang belum dimasukkan kedalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa
abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein ikan menyediakan lebih kurang 23 dari
kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia. Kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15-25100 g daging ikan. Kandungan lemak daging merah
ikan lebih tinggi dibandingkan daging putih ikan. Jumlah mineral pada daging ikan hanya sedikit. Ikan juga dipandang sebagai sumber kalsium, besi, tembaga, dan
yodium Junianto, 2003. Ikan merupakan salah satu komoditas penting, untuk itu diperlukan pengelolaan yang
lebih intensif agar sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Nelayan sebagai pihak yang berjasa dalam menghasilkan ikan juga sudah seharusnya
mendapat perhatian khusus dalam perbaikan taraf hidup mereka. Terutama karena peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama pembangunan.
Namun kenyataannya, kebanyakan penduduk Desa Percut masih berada dalam taraf hidup menengah ke bawah.
Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga
Universitas Sumatera Utara
8 menjadi busuk. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang
berkecimpung dalam dunia bisnis perikanan Rahardi dkk, 1993. Kegiatan produksi di bidang perikanan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: dengan
cara penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan yang dapat dilakukan di perairan darat maupun perikanan laut. Sumberdaya perikanan ini apabila
dimanfaatkan akan memberikan keuntungan yang besar bagi Negara melalui ekspor non migas. Cara penangkapan yaitu dengan menangkap ikan di laut bebas dengan
mempergunakan alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan. Cara budidaya yaitu dengan membudidayakan ikan baik di laut maupun di air tawar. Pengolahan hasil perikanan
yaitu dengan mengolah hasil-hasil dari ikan hasil tangkapan, baik pengalengan,pengasinan, perebusan maupun mengolah menjadi tepung ikan Dinas
Perikanan Sumut, 2001. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan 2000 definisi nelayan adalah orang yang
aktif dalam operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. Nelayan merupakan bagian dari masyarakat yang hidup di pedesaan pesisir dan memiliki
kekhasan tersendiri yang berbeda dengan kondisi masyarakat di luar komunitasnya, baik dari sudut pandang geoekologi, ekonomi, maupun sosial. Secara ekologi dan
geografis masyarakat pesisir diuntungkan dengan luasnya lahan garapan mereka. Namun secara ekonomi, masyarakat di daerah pesisir berhadapan dengan
ketidakpastian. Modal dan pendapatan nelayan umumnya rendah, sedangkan biaya yang dikeluarkan cukup besar. Selain itu, masyarakat pesisir memiliki kehidupan
yang dihadapkan langsung dengan keadaan ekosistem yang keras, dan sumberdaya
Universitas Sumatera Utara
9 kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut
Satria, 2002. Nelayan dapat dikategorikan menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan
pemilik atau yang disebut dengan juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan seperti kapalperahu, jaring, dan alat tangkap lainnya. Nelayan buruh
adalah orang yang bekerja sebagai buruh dalam kegiatan penagkapan ikan di laut. sekelompok nelayan yang tidak memiliki alat tangkap dan perahu harus menjadi
buruh bagi nelayan lainnya, di mana pendapatan dipengaruhi oleh pola bagi hasil di kalangan nelayan Satria, 2002.
Menurut Boediono 1999 pengertian pendapatan adalah sebagai saluran penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri,
dengan jalan dinilai dari jumlah uang atau jasa atas dasar harga yang berlaku pada saat ituì . Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam
liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapat yang berakibatkan dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa
atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan. Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para
nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-
desa pantai atau pesisir Sastrawidjaya, 2002. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
10 a Pertama, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang aktivitasnya
berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
b Kedua, dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat
mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.
c Ketiga, dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan
dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.
Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim
di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil biasanya menggunakan alat-
alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitasnya kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya
harga hasil laut di daerah mereka Sastrawidjaya, 2002. Akibat bertambahnya pengalaman didalam mengerjakan suatu pekerjaan atau
memproduksikan suatu barang dapat menurunkan rata-rata ongkos per satuan barang. Bertambahnya pengalaman pekerja maka dia mampu melakukan efisiensi atau
Universitas Sumatera Utara
11 menekan biaya seminimal mungkin yang pada akhirnya berdampak pada tingkat
pendapatan yang diperoleh Gitosudarmo, 1999.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pendapatan