commit to user
54
Untuk memperlancar pengelolaan resosialisasi Silir melalui Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta No. 46216511985 Tentang
Penunjukan Kewenangan Pengelolaan Tempat Resosialisasi Silir, maka ditunjuklah Dinas Sosial Kotamadya Dati II Surakarta sebagai instansi yang berwenang
mengelolanya. Hal ini ditindak lanjuti oleh Dinas Sosial dengan mengeluarkan Keputusan Kepala Dinas Sosial Kotamadya Dati II Surakarta No. 462.3111 – II –
1986, tentang Penunjukan Kewenangan Pelaksanaan Tugas Panitia Pengelola Resosialisasi Silir. Kemudian atas keputusan ini dibentuklah tim panitia pengelola
yang berwenang dan bertanggung jawab untuk mengelola secara operasional resosialisasi Silir.
2. Perkembangan Resosialisasi Silir
Pada tahun 1961, dengan keputusan Kepala Daerah Kotapraja Surakarta No. 36I Kep Tahun 1961, Pemerintah Daerah mengumpulkan para germo yang
beroperasi di tengah kota untuk dilokalisasikan secara terpusat di tempat yang baru, yaitu di Silir. Para germo yang sering terkena razia selain masuk pengadilan, juga
didata dan diberi pengarahan serta mendapat prioritas untuk menempati lokalisasi Silir. Di Silir, para germo mendapat hak pakai atas satu kapling tanah, akan tetapi
mereka tidak boleh menjual tanah tersebut karena hak milik tanah dipegang oleh pemerintah daerah. Setiap tahun para germo harus mengajukan perpanjangan hak
pakai atas tanah tersebut. Mereka diberi kewenangan untuk membangun sesuai dengan kemampuan masing-masing. Selain itu, para germo dan mucikari diberi
kewajiban untuk membina dan mendidik para PSK yang menjadi anak didik mereka.
commit to user
55
Banjir hebat yang melanda Surakarta pada tahun 1964 yang disebabkan meluapnya sungai Bengawan Solo ini menyebabkan tergenangnya hampir seluruh
wilayah kota Surakarta. Lokalisasi Silir yang kondisi geografisnya cukup rendah dan terletak dengan sungai Bengawan Solo tidak lepas dari terjangan banjir. Hal ini
menyebabkan seluruh bangunan dan kawasan yang ada dilokalisasi sempat terendam air setinggi 3 meter. Hal ini pulalah yang menyebabkan para germo dan mucikari
untuk melakukan perbaikan dan pembangunan kembali terhadap bangunan mereka. Pada tahun 1980an, lokalisasi Silir mulai mengalami perkembangan yang
cukup berarti. Perkembangan ini tidak lepas dari kondisi ekonomi para germo itu sendiri yang mengalami peningkatan ekonomi yang sangat pesat, sehingga para
germo dan memperbaiki tempat yang mereka tinggali. Dilihat dari jumlahnya, bangunan yang ada di lokalisasi Silir juga mengalami perkembangan. Kondisi ini
disebabkan karena adanya germo-germo baru yang mengajukan kepada pemda untuk tinggal dan terjun ke dalam bisnis jasa seks yang ada di lokalisasi Silir. Apabila pada
saat berdiri hanya ad sekitar 50 bangunan maka dalam perkembangannya menjadi 70 bangunan lebih.
5
Perkembangan fisik lokalisasi juga dapat dilihat dari tersediannya berbagai fasilitas umum. Apabila pada saat berdiri jalan-jalan di lokalisasi hanya jalan setapak
dan becek pada saat musim hujan, maka sejak tahun 1980 telah dilakukan pengerasan dengan menggunakan bahan batu dan ukuran jalan juga diperlebar, sehingga
kendaraan besar bisa masuk ke area. Selanjutnya pada tahun 1992 dilakukan
5
Ibid, halaman 24
commit to user
56
perbaikan jalan yang ada di wilayah lokalisasi. Sejak adanya peningkatan fasilitas umum tersebut lokalisasi Silir mengalami perkembangan pesat. Baik dalam jumlah
pelacur yang tinggal maupun jumlah tamu yang berkunjung. Selain sarana jalan yang telah mengalami peningkatan, berbagai fasilitas
umum lainnya seperti telepon umum juga mulai tersedia. Adanya perkembangan yang sangat pesat dari lokalisasi Silir ini mendorong warga setempat untuk mencari
sumber penghasilan yaitu dengan mendirikan warung-warung di sekitar area lokalisasi. Pedagang makanan maupun pedagang keliling sering memanfaatkan
lokalisasi Silir sebagai tempat berdagang. Kondisi tersebut berkembang secara terus menerus sampai ditutupnya lokalisasi.
3. Penutupan Resosialisasi Silir