metode pengumpulan data yang dilakukan pada penilitian ini yaitu dengan melihat jumlah output yang dihasilkan perminggunya sebesar 540 sakminggu, maka
jumlah sampel yang akan diambil adalah sebesar 35 sak Besterfield, D. 2000. Pengumpulan sampel data dibagi ke dalam 7 subgrup, masing-masing 5 unit.
Peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang yang dapat membantu dalam peroses pengumpulan data dimana dalam
hal ini pada PT. XYZ.
4.8. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan secara umum terbagi dua konsep besar yaitu:
1. Konsep Taguchi’s Quality Loss Function.
a. Memetakan nilai karakteristik pengujian tepung aktual Xbar-S Chart
b. Menghitung Process Capability
c. Menghitung Loss proses produksi
d. Menghitung toleransi karakteristik pengujian tepung yang optimal
2. Tools Failure Mode and Effect Analysis.
a. Menganalisis nilai severity, occurrence, detection proses produksi
b. Merancang perbaikan proses
Flow Chart pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Mulai
Selesai
Memetakan nilai karakteristik pengujian tepung aktual Xbar-S
Chart
Menghitung Process Capability
Menghitung Loss proses produksi
Menganalisis nilai Severity, Occurrence, Detection proses
produksi Menghitung toleransi karakteristik
pengujian tepung yang optimal
Merancang perbaikan proses
Gambar 4.3. Flow Chart Pengolahan Data
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Pengukuran Karakteristik Pengujian Tepung
Adapun pengukuran karakteristik pengujian tepung pada PT. XYZ dapat dilihat pada table 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik Pengujian Tepung Karakteristik
Pengujian Tepung pH
Warna Kadar Air
SO
2
ppm
5.20-7.0 93.0-93.55
13.0-13.5 28-32
Karakteristik teknis pengujian tepung yang diukur adalah pH, warna, kadar air, SO
2
ppm. Hasil pengukuran karakteristik pengujian tepung pH aktual dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Hasil Pengukuran Karakteristik Pengujian Tepung pH Aktual
Karakteristik pH Subgroup
Pengukuran X1
X2 X3
X4 X5
1 5.16
6.58 6.52
6.18 5.40
2 6.68
5.30 6.36
6.13 6.32
3 6.56
6.09 5.67
6.07 5.98
4 5.63
6.71 5.78
6.28 5.63
5 5.96
6.20 6.65
6.63 6.69
6 4.98
5.90 6.34
6.00 5.46
7 6.20
5.48 6.31
5.59 6.45
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa sampel yang kurang dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Hasil pengukuran karakteristik pengujian tepung warna aktual dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hasil Pengukuran Karakteristik Pengujian Tepung Warna Aktual Karakteristik Warna
Subgroup Pengukuran
X1 X2
X3 X4
X5
1 93.32
93.34 93.04
93.31 92.92
2 93.05
93.51 93.06
93.21 93.48
3 93.23
93.34 93.17
93.50 93.24
4 93.54
93.06 93.62
93.33 93.50
5 93.34
93.26 93.59
93.55 93.51
6 93.22
93.34 93.10
93.31 93.37
7 93.48
93.07 93.47
93.37 93.22
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat sampel yang diluar dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Hasil pengukuran karakteristik pengujian tepung kadar air aktual dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Karakteristik Pengujian Tepung Kadar Air Aktual
Karakteristik Kadar Air Subgroup
Pengukuran X1
X2 X3
X4 X5
1 13.28 13.13 13.33 13.37 13.33
2 13.20 13.27 13.46 12.89 13.09
3 13.05 13.32 13.29 13.30 13.24
4 13.25 13.15 13.18 13.11 13.41
5 13.42 13.14 13.23 13.23 13.54
6 13.22 13.09 13.15 13.35 12.99
7 13.23 13.24 13.38 13.30 13.19
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat sampel yang diluar dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Hasil pengukuran karakteristik pengujian tepung SO
2
ppm aktual dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Hasil Pengukuran Karakteristik Pengujian Tepung SO
2
ppm Aktual
Karakteristik SO
2
ppm Subgroup
Pengukuran X1
X2 X3
X4 X5
1 29.14 29.23 27.77 32.74 31.03
2 28.51 30.41 28.32 30.05 28.99
3 28.33 31.65 29.71 29.25 30.96
4 30.85 30.13 29.33 27.87 29.99
5 29.11 31.24 30.39 30.02 31.16
6 31.46 29.60 30.64 30.21 28.72
7 32.14 30.47 31.38 30.84 33.24
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat sampel yang diluar dari standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Pengolahan Data
5.2.1. Perhitungan Loss Karakteristik Pengujian Tepung
5.2.1.1. Pembuatan Peta Kontrol – s
Peta kontrol adalah alat yang digunakan untuk melihat apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistik, memantau proses terus-menerus
sepanjang waktu agar proses tetap stabil dan hanya mengandung variasi penyebab umum, serta menentukan digunakan sebagai langkah awal perhitungan process
capability. Pada penelitian ini, peta kontrol yang digunakan adalah peta kontrol – s, karena ukuran sampel yang dipakai adalah 35 n10 Besterfield D, 2000.
5.2.1.1.1. Pembuatan Peta Kontrol – s Karakteristik pH
Perhitungan dan s untuk subgroup 1 adalah:
Adapun rekapitulasi hasil pengujian dan s karakteristik pH ditunjukkan pada Tabel 5.6
Tabel 5.6. Hasil Pengujian dan s Karakteristik pH Karakteristik pH
Subgroup Hasil Pengujian
Perhitungan X1
X2 X3
X4 X5
S
1 5.1645 6.5871 6.5246 6.1867 5.4000
5.9726 0.6537
2 6.6853 5.3000 6.3698 6.1398 6.3249
6.1640 0.5213
3 6.5623 6.0975 5.6727 6.0736 5.9820
6.0776 0.3195
4 5.6336 6.7139 5.7846 6.2832 5.6380
6.0107 0.4746
5 5.9640 6.2063 6.6515 6.6382 6.6994
6.4319 0.3287
6 4.9850 5.9000 6.3454 6.0055 5.4603
5.7392 0.5270
7 6.2007 5.4855 6.3179 5.5993 6.4566
6.0120 0.4400
SUM
42.4079 3.2648
MEAN
6.0583 0.4664
UCL = + A
3
UCL s = B
4
= 6.0583 + 1,427 0,4664 = 2,089 0.4664
= 6.7238 = 0.9743
LCL = − A
3
LCL s = B
3
= 6.0583 − 1,427 0.4664
= 0 0.4664 = 5.3927
= 0 Hasil pemetaan untuk karakteristik pH dapat dilihat pada Gambar 5.1.
7 6
5 4
3 2
1 6.8
6.4 6.0
5.6 5.2
Sample S
a m
p le
M e
a n
__ X=6.058
UCL=6.724
LCL=5.393
7 6
5 4
3 2
1 1.00
0.75 0.50
0.25 0.00
Sample S
a m
p le
S tD
e v
_ S=0.466
UCL=0.974
LCL=0
Xbar-S Chart of pH
Gambar 5.1. Peta Kontrol Karakteristik pH
Dari Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa semua sampel telah berada dalam batas kontrol.
BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Pemecahan Masalah
6.1.1. Analisis Peta Kontrol
Peta kontrol pada penelitian ini digunakan untuk melihat apakah proses produksi tepung berada dalam pengendalian statistik. Data peta kontrol diperoleh
dari hasil perhitungan rata-rata dan standar deviasi yang menunjukkan variasi karakteristik. Setelah memetakan semua karakteristik tepung diperoleh bahwa
terdapat variasi pada karakteristik tepung. Selanjutnya hasil dari perhitungan standart deviasi tersebut akan digunakan untuk perhitungan process capability.
6.1.2. Analisis Process Capability Index
Indeks kapabilitas proses digunakan sebagai tolak ukur kemampuan suatu proses untuk menghasilkan suatu produk sesuai dengan kebutuhansyarat dari
konsumen atau pesifikasi yang diharapkan. Rekapitulasi hasil perhitungan indeks
kapabilitas proses untuk setiap karakteristikditunjukkan padaTabel 6.1. Tabel 6.1. Indeks Kapabilitas Proses
Karakteristik Cp
Deskripsi Pencapaian Sigma
pH 0,60
Belum kapabel 1.33 sigma
Warna 0,51
Belum kapabel 1.33 sigma
Kadar Air 0,60
Belum kapabel 1.33 sigma
SO
2
0,53 Belum kapabel
1.33 sigma
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan padaTabel 6.1, proses yang ada saat ini masih sangat rendah kapabilitasnya dalam menghasilkan produk seperti
yang diharapkan costumer.
6.1.3. Analisis Loss Perusahaan
Loss perusahaan adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan selama melakukan proses rework untuk memperbaiki karakteristik
teknis produk yang tidak sesuai spesifikasi. Biaya tambahan ini kemudian dikaitkan dengan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik yang terjadi selama
proses rework ini. Melalui pengolahan data menggunakan konsep Taguchi’s Quality Loss Function, didapatkan hasil bahwa loss perusahaan yang terjadi
adalah sebesar Rp 327.496.284 tahun, kemudian dilakukan usulan perbaikan pada karakteristik kadar air proses pengayakan sebesar Rp 304.249.284 tahun
sehingga dihasilkan selisih loss perusahaan sebesar Rp 23.247.000 tahun.
6.1.4. Analisis Failure Mode and Effect Analysis
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko-resiko yang berhubungan dengan potensi kegagalan serta prioritas langkah perbaikan.
Berdasarkan hasil pemetaan dan prinsip pareto 80-20 dengan input risk priority number dari FMEA, maka didapatkan prioritas kegagalan yang akan diperbaiki
adalah:
a. Persilangan kegagalan 1, yaitu kegagalan kecacatan karakteristik warna dan karakteristik kadar air, yang disebabkan bahan baku singkong tidak sesuai
spesifikasi namun tidak disertai dengan alat kontrol yang mumpuni. b. Persilangan kegagalan 2, yaitu kegagalan kecacatan karakteristik warna dan
karakteristik kadar air, yang disebabkan oleh air yang berlebih pada proses
mixer namun tidak disertai dengan alat kontrol yang mumpuni.
c. Persilangan kegagalan 4, kecacatan karakteristik pada pH dan karakteristik pada SO
2
yang disebabkan oleh tidak meratanya adukan pati namun tidak disertai dengan alat kontrol yang mumpuni.
6.2. Evaluasi Pemecahan Masalah
6.2.1. Evaluasi Loss Perusahaan
Berdasarkan hasil dari selisih perhitungan loss perusahaan yang diperoleh terlihat bahwa faktor penyebab karakteristik kadar air proses pengayakan sudah
mengalami perubahan nilai loss perusahaan, akan tetapi tidak terlalu signifikan. Sehingga diharapkan menjadi masukan bagi peneliti yang selanjutnya.
6.2.2. Evaluasi Failure Mode and Effect Analysis
Berdasarkan identifikasi FMEA, maka tindakan pencegahan yang harus dilakukan perusahaan, yaitu :
a. Persilangan kegagalan 1, maka evaluasi yang diberikan yaitu pemilihan
bahan baku yang sesuai spesifikasi seperti umur ubi.
b. Persilangan kegagalan 2, maka evaluasi yang diberikan yaitu menentukan
takaran volume air yang digunakan pada proses mixer berdasarkan data penggunaan air sebelumnya.
c. Persilangan kegagalan 4, maka evaluasi yang diberikan yaitu menentukan
kecepatan putaran mixer disesuaikan dengan volume pati yang masuk pada mixer.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji yang dilakukan pada peta kontrol untuk melihat variasi
karakteristik tepung, diperoleh bahwa karakteristik dari pH, warna, kadar air dan SO
2
masih terdapat variasi yang signifikan. 2.
Nilai capability process dari masing-masing karakteristik tepung, dinyatakan belum kapabel belum sesuai spesifikasi yang diinginkan konsumen.
3. Nilai loss perusahaan awal sebesar Rp 327.496.284tahun. Nilai loss
perusahaan usulan sebesar Rp 304.249.284tahun. Sehingga diperoleh selisih loss perusahaan sebesar Rp 23.247.000tahun.
4. Penyebab variasi karakteristik pada produk tepung adalah :
a. Kadar air : tidak meratanya pada proses pengayakan, pemilhan bahan baku
yang tidak semua sesuai spesifikasi seperti pada umur ubi dan takaran air yang digunakan.
b. Warna : pemilihan bahan baku yang tidak sesuai spesifikasi seperti pada
umur ubi yang tidak semuanya sama. c.
pH dan SO
2
: tidak meratanya adukan pati. 5.
Rancangan perbaikan yang diusulkan adalah:
a. Perubahan kecepatan proses pengayakan dari 200Hz menjadi 450Hz untuk
perbaikan karakteristik kadar air. b.
Pemilihan bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi seperti umur ubi. c.
Penentuan takaran volume air yang digunakan pada proses mixer berdasarkan data penggunaan volume air sebelumnya.
d. Penentuan kecepatan putaran mixer disesuaikan dengan volume pati yang
masuk pada mixer.
7.2 Saran