Nominal-the-best adalah tipe dimana terdapat target nyata yang ingin dicapai. Terdapat batas bawah dan batas atas dari spesifikasi.Contohnya
ketebalan komponen, panjang part, nilai arus keluar pada resistor yang diberikan tegangan tertentu. Nilai L dirumuskan sebagai berikut:
2. Smaller-the-Better S-type
Tipe ini adalah tipe yang digunakan untuk hasil yang diharapkan minimum dimana target yang ideal adalah nol. Contohnya penggunaan komponen,
kebisingan, jumlah polusi udara. Semua yang dicontohkan adalah sesuatu yang tidak diinginkan.Di tipe ini, data non-negatif dimasukkan. Untuk tipe
ini, fungsi menjadi:
3. Larger-the-Better L-type
Tipe ini digunakan untuk hasil yang diharapkan maksimum, target idealnya tak terhingga. Contohnya kekuatan material dan efisiensi bahan
bakar. Rumusnya adalah:
3.5. Failure Mode and Effect Analysis FMEA
3.5.1. Pengenalan FMEA
FMEA pertama kali dikembangkan oleh NASA pada tahun 1960-an. Pada awalnya, implementasi FMEA seringkali dilakukan oleh industri
manufakturotomotif dalam mengukur dan mengindikasi kemungkinan potensi- potensi cacat pada tahap perancangan suatu produk guna untuk meningkatkan
kualitas, kehandalan realibilitas, dan keamanan produknya. FMEA merupakan teknik analisis yang digunakan sebagai alat untuk
mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengeliminasi kegagalan potensial dari sistem, desain, dan proses sebelum sampai ke konsumen Kmenta Sveyen, 2002.
Secara umum FMEA didefinisikan sebagai sebuah teknik yang
mengidentifikasikan 3 hal, yaitu: a.
Penyebab kegagalan yang potensial dari proses atau produk selama siklus hidupnya.
b. Efek dari kegagalan tersebut.
c. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi proses atau produk.
FMEA merupakan tool dalam menganalisis kehandalan realibility dan penyebab kegagalan, untuk mencapai persyaratan kehandalan dan keamanan
produk, dengan memberikan informasi dasar mengenai prediksi kehandalan, desain produk, dan desain proses.
Ada beberapa tipe FMEA, 3 diantaranya lebih sering digunakan dibandingkan yang lainnya. Tipe-tipe FMEA tersebut adalah:
a. FMEA Sistem, berfokus pada moda kegagalan yang berhubungan dengan fungsi sistem yang disebabkan oleh defisiensi kelemahan desain, termasuk di
dalamnya interaksi sistem dengan sistem lain dan interaksi antarelemen sistem.
b. FMEA Desain, berfokus pada defisiensi desain. c. FMEA Proses, berfokus pada potensi moda kegagalan yang disebabkan oleh
defisiensi proses manufaktur dan perakitan. Penggunaan FMEA dapat memberikan manfaat secara langsung sampai ke
tingkat dasar bagi perusahaan Ford Motor Company, 1992, dengan: a. Meningkatkan kualitas, kehandalan, dan keamanan produk.
b. Meningkatkan citra dan daya perusahaan. c. Membantu meningkatkan kepuasan pelanggan.
d. Mengurangi waktu dan biaya pengembangan produk.
3.5.2. Implementasi FMEA
Tahapan pelaksanaan FMEA dibagi dalam tiga fase kritis.Fase pertama adalah untuk menentukan bentuk kesalahan potensial.Fase kedua adalah untuk
menganalisis data untuk ketepatan, deteksi, dan peringkat keparahan. Dan, fase ketiga adalah memodifikasi desain produk atau proses terbaru dan pengembangan
proses pengendalian. Secara ringkas, analisis yang dilakukan itu adalah sebagai berikut:
a. Process functionrequirement Suatu proses dapat memiliki lebih dari satu fungsi. Fungsi dapat digolongkan
menjadi dua kategori, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer adalah fungsi utama yang diinginkan dari suatu proses. Fungsi ini antara lain
meliputi kecepatan proses, output, dan kualitas hasil proses. Sedangkan, fungsi sekunder adalah fungsi tambahan yang diharapkan ketika fungsi primer
telah dipenuhi. Fungsi sekunder antara lain meliputi: faktor keamanan, kenyamanan,dan ekonomi.
b. Potential failure mode Kegagalan adalah ketidakmampuan sistem dari suatu produk atau proses untuk
menjalankan fungsinya sesuai dengan standar kinerja yang diinginkan pemakai. Moda kegagalan adalah kejadian yang menyebabkan suatu
kegagalan fungsi. Moda kegagalan proses adalah penyebab suatu komponen ditolak karena karakteristik komponen yang tidak sesuai dengan spesifikasi
teknisnya. c. Potential effects of failure
Efek kegagalan adalah akibat yang terjadi jika moda kegagalan muncul. Efek kegagalan dapat terjadi pada Ford Motor Co.,1992:
1. Pengguna berikutnya.
2. Pengguna hilir proses perakitan atau proses pelayanan.
3. Konsumen akhir.
4. Produk operasional.
5. Keamanan operator.
6. Pemenuhan peraturan pemerintah.
7. Mesin atau peralatan.
d. Severity
Severity merupakan pembobotan tingkat keseriusanderajat keparahan dari efek kegagalan potensial pada komponen, sub-sistem, sistem, atau konsumen,
jika kegagalan terjadi.Nilai ranking severity untuk FMEA Proses ditunjukkan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Penilaian Severity FMEA yang Disarankan Severity
Rank Kriteria
None 1
Dapat terlihat oleh operator Proses. Mungkintidak terlihat oleh user Produk.
Very Slight
2 Tidak ada efek kegagalan pada proses berikutnya Proses.
Efek kegagalan dapat diabaikan Produk. Slight
3 User mungkin dapat memperhatikan efek kegagalan, namun
efek tersebut sangat kecil Proses dan Produk.
Minor 4
Proses lokal selanjutnya mungkin akan kena dampak Proses. User akan mengalami efek negatif yang minor
Produk. Moderate
5 Dampak akan terasa sepanjang proses selanjutnya Produk.
Performansi produk yang rendah, user kecewa Produk
Severe 6
Gangguan terhadap proses selanjutnya Proses. Produk akan mengalami degradasi seiring berjalannya waktu, user
kecewa Produk. High
Severity 7
Downtime yang signifikan Proses. Performansi produk terkena efek yang parah, user sangat kecewa Produk.
Very High Severity
8 Downtime yang signifikan dan dampak finansial yang besar
Proses. Produk tak dapat dioperasikan namun masih aman, user sangat kecewa Produk.
Tabel 3.2. Penilaian Severity FMEA yang Disarankan Lanjutan Severity
Rank Kriteria
Extreme Severity
9 Kegagalan berujung dampak yang berbahaya sangat
mungkin terjadi. Keselamatan dan peraturan menjadi perhatian Proses dan Produk.
Maximum Severity
10 Kegagalan berujung dampak yang berbahaya dapat
dipastikan akan terjadi Proses. Keselamatan dan peraturan terlanggar Produk.
e. Potential causesmechanisms of failure Untuk mencapai sistem yang handal, diperlukan pemahaman dari pihak design
engineer mengenai penyebab kegagalan, sehingga penelusuran defisiensi dan ketidaksesuaian dalam sistem dapat mengenali penyebab dan mengambil
tindakan korektif sehingga pencapaian kehandalan sistem yang tinggi dapat diraih. Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya
kegagalan, antara lain: 1.
Defisiensi dalam desain, kegiatan, dan usaha engineering serta perubahan dalam desain, upgrading komponen, dan kriteria desain yang tidak cukup.
2. Defisiensi material.
3. Kesalahan dalam perakitan.
4. Kondisi kerja yang tidak layak.
5. Pemeliharaan yang tidak memadai.
f. Occurrence Occurrence merupakan seberapa sering suatu penyebab kegagalan dapat
terjadi.Nilai ranking dari Occurrence ditunjukkan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Penilaian Occurrence FMEA yang Disarankan Occurrence
Rank Kriteria
Extremely Unlikely 1
Kegagalan sangat jarang terjadi Remote Likelihood
2 Kegagalan jarang terjadi
Very Low Likelihood 3
Kegagalan sangat sedikit terjadi Low Likelihood
4 Kegagalan sedikit terjadi
Moderately Low Likelihood
5 Kegagalan kadang-kadang terjadi
Medium Likelihood 6
Kegagalan yang terjadi secara moderat Moderately High
Likelihood 7
Kegagalan yang lumayan banyak terjadi High Likelihood
8 Kegagalan yang banyak terjadi
Very High Likelihood 9
Kegagalan yang sangat banyak terjadi Extremely Likely
10 Kegagalan yang hampir dapat dipastikan
akan terjadi
g. Current control Current control mendeskripsikan tindakan pengendalian yang dapat ataupun
telah dilakukan pada saat ini. h. Detection
Detection merupakan suatu pembobotan kemungkinan bahwa current process control yang diusulkan akan mampu mendeteksi moda kegagalan potensial
sebelum bagian atau komponen meninggalkan area operasi manufaktur atau lokasi perakitan. Nilai ranking deteksi untuk FMEA Proses ditunjukkan dalam
Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Penilaian Detection FMEA yang Disarankan Detection
Rank Kriteria
Extremely Likely 1
Kontrol dapat dipastikan akan mendeteksi kegagalan.
Very High Likelihood
2 Kontrol memiliki peluang yang tinggi untuk
mendeteksi kegagalan. High Likelihood
3 Kontrol memililki efektifitas yang tinggi untuk
mendeteksi kegagalan Moderately High
Likelihood 4
Kontrol memililki efektifitas lumayan tinggi untuk mendeteksi kegagalan
Medium Likelihood
5 Kontrol memililki efektifitas menengah untuk
mendeteksi kegagalan Moderately Low
Likelihood 6
Kontrol memililki efektifitas lumayan rendah untuk mendeteksi kegagalan
Low Likelihood 7
Kontrol memililki efektifitas rendah untuk mendeteksi kegagalan
Very Low Likelihood
8 Kontrol memililki efektifitas yang sangat rendah
untuk mendeteksi kegagalan Remote
Likelihood 9
Kontrol memiliki peluang yang sangat kecil untuk mendeteksi kegagalan.
Extremely Unlikely
10 Kontrol dapat dipastikan tidak akan mendeteksi
kegagalan.
i. Risk priority number RPN Risk priority number merupakan hasil dari perkalian severity S, occurrence
O, dan detection D, dimana persamaan matematisnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
j. Recommended action Recommended action bertujuan untuk mengurangi satu atau lebih kriteria
severity, occurrence, detection yang menyusun RPN.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian