Analisis Data METODE PENELITIAN

t : Periode Waktu. ECT : Error Correction Term. 1. Uji Akar Unit Unit Root Test. Konsep yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtun waktu adalah uji akar unit. Apabila suatu data runtun waktu bersfat tidak stasioner, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tengah mengalami persoalan akar unit unit root problem. Keberadaan unit root problem bisa terlihat dengan cara membandingkan nilai T-statistik hasil regresi dengan nilai Test Augmented Dickey Fuller . Model persamaannya adalah sebagai berikut : ΔKURS t = a 1 + a 2 T + ΔKURS t-1 + a i ∑ ΔKURS t-1 + e t ………….....9 Dimana ΔKURS t-1 = ΔKURS t-1 - ΔKURS t-2 dan seterusnya, m = panjangnya time-lag berdasarkan I = 1,2…..m. hipotesis 0 masih tetap ̅ = 0 atau = 1, nilai T-statistik ADF sama dengan nilai T-statistik DF. 2. Uji Derajat Integrasi. Apabila pada uji akar unit diatas data runtun waktu yang diamati belum stasioner, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji derajat integrasi untuk mengetahui pada derajat integrasi keberapa data akan stasioner. Uji derajat integrasi dilaksanakan dengan model : ΔKURS t = β 1 + ̅ΔKURS t-1 + a i ∑ ΔKURS t-1 + e t ………………...10 ΔKURS t = β 1 + β 2 T ̅ΔKURS t-1 + a i ∑ ΔKURS t-1 + e t ……………11 Nilai T-statistik hasil regresi persamaan 10 dan 11 dibandingkan dengan nilai T-statistik pada tabel DF. Apalbila nilai ̅ pada kedua persamaan sama sengan satu maka variabel ΔKURS t dikatakan stasioner pada derajat satu, atau disimbolkan ΔKURS t ~I1. Tetapi kalau ̅ tidak berbeda dengan nol, maka variabel ΔKURS t belum stasioner derajat integrasi pertama. Maka itu pengujian dilanjutkan ke uji derajat intagrasi kedua, ketiga dan seterusnya sampai didapatkan data variabel ΔKURSI t yang stasioner. 3. Uji Kointegrasi. Uji kointegrasi yang paling sering dipakai uji Engle-Granger EG, uji Augmented Engle-Granger AEG dan uji Cointegrating Regression Durbin-Watson CRDW. Untuk mendapatkan nilai EG, AEG dan CRDW hitung. Data yang akan digunakan harus sudah berintegrasi pada derajat yang sama. Pengujian OLS terhadap suatu persamaan di bawah ini : KURS t = a = a 1 ΔJUB t + a 2 ΔBI_RATE t + a 3 EKS t + e t ….......................12 Dari persamaan 12, simpan residual error terms. Langkah berikutnya adalah menaksir model persamaan autoregressif dari residual tadi berdasarkan persamaan-persamaan berikut : Δ t = t 1 …………………………………………..…………………...13 Δ t = t-1 + a i ∑ Δ t-1 …………...………………………………..14 Dengan uji hipotesisnya : H0 : = I1, artinya tidak ada kointegrasi. Ha : I1, artinya ada kointegrasi. Berdasarkan hasil regresi OLS pada persamaan 12 akan memperoleh nilai CRDW hitung nilai DW pada persamaan tersebut untuk kemudian dibandingkan dengan CRDW tabel. Sedangkan dari persamaan 13 dan 14 akan diperoleh nilai EG dan AEG hitung yang nantinya juga dibandingkan dengan nilai DF dan ADF tabel. 4. Uji Error Correction Model ECM. Apabila lolos dari uji kointegrasi, selanjutnya akan diuji menggunakan model linier dinamis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan struktural, sebab hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel bebas dengan variabel terkait dari hasil uji kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat. Secara singkat, proses bekerjanya ECM pada persamaan KURS 5 yang telah diubah menjadi : ΔKURS t = a + a 1 ΔJUB t + a 2 ΔBI_RATE t + a 3 ΔEKS t + a 4 e t-1 + e t …………. 15 5. Uji Asumsi Klasik. Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik terdiri dari : uji multikolinearitas, uji hterokedastisitas, uji autokorelasi Maddala, 1992. a Uji Multikolinearitas. Berkaitan dengan masalah multikolinearitas, Sumodiningrat 1994 mengemukakan bahwa tiga hal yang perlu dibahas terlebih dahulu : 1 Multikol pada hakekatnya adalah fenomena sampel. 2 Multikol adalah persoalan derajat dan bukan persoalan jenis. 3 Masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas. Multikolinearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar variabel penjelas. Multikolinearitas terjadi diduga apabila nilai R 2 tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai f tinggi. Konsekuensi multikolinearitas : 1 Kesalahan standart cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antar variabel. 2 Karena besarnya kesalahan standart, selang keyakinan untuk parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar. 3 Taksiran koefisien dan kesalahan standart regrasi menjadi sangat sensitif terhadap sedikit perubahan dalam data. Konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi variabel maupun besaran koefisien variabel dan konstanta. Multikolinearitas diduga terjadi apabila estimasi menghasilkan nilai R kuadrat yang tinggi lebih dari 0,8, nilai F tinggi, dan nilai t-statistik semua atau hamper semua variabel penjelas tidak signifikan. b Uji Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua obesrvasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas: Var u = E[ ut- Eu t ] 2 = Eu t 2 = s 2 u konstan Penyimpangan terhadap asumsi diatas disebut heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji glesjer berikut ini: et = β1 xi + vt dimana : β = nilai absolute residual persamaan yang diestimasi xi = variabel penjelas vt = unsure gangguan Apabila nilai T-statistik signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adanya heterokidastisitas tidak dapat ditolak. Ada beberapa metode yang dipakai untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model empiris, seperti dengan menggunakan uji Park tahun 1966, uji Glesjscr tahun 1969, uji White 1980 dan uji Breusch-Pagan-Godfre Gujarati, 1995. Konsekuensi heterokedastisitas : 1 Penaksiran OLS tetap tak bias dan konsisten tetapi tidak lagi efisien dalam sampel kecil dan besar. 2 Variansnya tidak lagi minimum. c Uji Autokorelasi. Gujarati 1995 autokorelasi terjadi bila nilai gangguan dalam periode tertentu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya. Asumsi non-autokorelasi berimplikasi bahwa kovarians u i dan u j sama dengan nol: Covu i u j =E[u i -Eu i ][u j -Eu j ] =Eu i u j = 0 untuk i + j Uji d Durbin-Watson Durbin-Watson d Test Model ini deperkenalkan oleh J.Durbin dan G.S Watson tahun 1951. Dekteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi pada persamaan yang mengandung variabel dependen kelambanan, dapat dilakukan uji Durbin LM seperti berikut ini : ut = x t ’d + TY t-1 + U t-1 + e t dimana : ut = residual dari model yang diestimasi. xt = variabel-variabel penjelas. Yt-1 = variabel dependen kelambanan. Ut-1 = residual kelambanan. Apabila T hitung dari residual kelambanan signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak adanya autokorelasi tidak dapat ditolak. Autokorelasi adalah adanya hubungan antar residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekuensi autokorelasi adalah biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai R kuadrat dan F-statistik yang dihasilkan cenderung sangat berlebihan. Cara mendeteksi adanya autokorelasih adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson statistik hitung dengan Durbin- Watson statistik tabel. d Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mememiliki distribusi normak atau tidak Ghozali, 2006. Model regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini mengunakan uji normalitas dengan One-Sample Klomogrov-Sukirnov . Pengujian One-Sample Klomogrov- Smirnov dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila nilai signifikasinya lebih besar dari α = 0,05. e Uji Linieritas. Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak Ghozali, 2006. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoritis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas. Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas dipergunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier . 36

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika US

Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika US terus mengalami pelemahan, menguatnya dolar dikarenakan membaiknya perekonomian Amerika yang mengakibatkan terjadinya spekulasi dipasar uang, sebagaimana Tabel 2. Dilihat dari tabel dibawah, kurs rupiah terhadap dollar AS mengalami fluktuasi. Di akhir tahun 2007, kurs rupiah berada di angka Rp. 9.413. Di akhir tahun 2008 kurs rupiah berada di angka Rp. 10.950. Kemudian di akhir tahun 2009, kurs rupiah mengalami apresiasi di angka Rp. 9.440. Kurs rupiah mengalami apresiasi sampai di akhir tahun 2010 yaitu di angka Rp. 8.991. Akan tetapi di akhir tahun 2011, kurs rupiah kembali melemah yaitu di angka Rp. 9.068. Begitupun di akhir tahun 2012, kurs berada di angka Rp. 9.670. Di akhir tahun 2013, kurs rupiah juga terdepresiasi di angka Rp.12.189, perbedaan yang cukup jauh antara akhir tahun 2012 ke akhir tahun 2013. Tahun Bulan Kurs rupiah Tahun Bulan Kurs rupiah 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9.090 9.160 9.118 9.083 8.828 9.054 9.186 9.410 9.137 9.103 9.376 9.419 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9.365 9.335 9.070 9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9.291 9.051 9.217 9.234 9.318 9.225 9.118 9.153 9.378 10.995 12.151 10.950 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9.057 8.823 8.709 8.574 8.537 8.597 8.508 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 11.355 11.980 11.575 10.713 10.340 10.225 9.920 10.060 9.681 9.545 9.480 9.400 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 9.588 9.615 9.605 9.670 Lanjutan Tabel 2. Tahun Bulan Kurs rupiah Tahun Bulan Kurs rupiah 2013 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 9.698 9.667 9.719 9.722 9.802 9.929 10.278 10.924 11.613 11.234 11.977 12.189 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12.625 12.863 13.084 12.937 13.211 13.332 13.481 14.027 14.657 13.639 13.840 13.795 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12.226 11.634 11.404 11.532 11.611 11.969 11.591 11.717 12.212 12.082 12.196 12.440 Sumber : Bank Indonesia, 2015 Tabel 2 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika US periode 2007-2015 Hal ini terjadi karena pemerintah saat itu meluncurkan paket kebijakan ‘penyelamatan ekonomi’, terutama untuk mengatasi gejolak melemahnya Rupiah. Melemahnya Rupiah tahun 2013 di sebakan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi akibat defisitnya neraca ekspor impor yang di sebabkan oleh meningkatnya nilai impor peralatan dan mesin-mesin industry karena turunnya harga batubara, CPO, serta karet yang merupakan tiga komoditas ekspor di Indonesia. Di tahun 2014 juga kembali kurs rupiah mengalami depresiasi di angka Rp. 12.440. Dan di tahun 2015 kurs rupiah terus mengalami depresiasi yaitu sampai di angka Rp. 13.795.

B. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia

Perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia tahun 2007-2015 selalu mengalami kenaikan sebagaimana Tabel 3. Tahun Bulan JUB Milyar Rupiah Tahun Bulan JUB Milyar Rupiah 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1.367.957 1.367.957 1.379.237 1.385.715 1.396.067 1.454.577 1.474.769 1.493.050 1.516.884 1.533.846 1.559.570 1.649.662 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1.874.145 1.900.208 1.916.752 1.912.623 1.927.070 1.977.532 1.960.950 1.995.294 2.018.510 2.021.517 2.062.206 2.141.384 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1.596.565 1.603.750 1.594.390 1.611.691 1.641.733 1.703.381 1.686.050 1.682.811 1.778.139 1.812.490 1.851.023 1.895.839 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2.073.860 2.066.481 2.112.083 2.116.024 2.143.234 2.231.144 2.217.589 2.236.459 2.274.955 2.308.846 2.347.807 2.471.206