16 anggotanya untuk berkontribusi dengan kooperatif dan mengevaluasikan ide
dengan kritis. Komentar-komentar iklim menekankan pada kekuatan dan kemajuan kelompok, mendorong interaksi kooperatif, menghargai kontribusi lain,
merekonsiliasi konflik, dan membangun antusiasme untuk kelompok dan pekerjaannya Wood, 2013:217.
Konflik adalah suatu situasi dua orang atau lebih atau dua kempok atau lebih tidak setuju terhadap hal-hal atau situasi-situasi yang berkaitan dengan
keadaan, keadaan yang antagonistic. Dengan kata lain, konflik akan timbul apabila terjadi aktivitas yang dihalangi atau diblok oleh aktivitas lain. Konflik
yang berada di dalam sebuah kelompok disebut konflik intragroup yaitu konflik yang terjadi dalam kelompok antara anggota satu dengan anggota yang lain,
sehingga kelompok dapat mengalami perpecahan Walgito, 2007:147.
4.4. Komunikasi Egosentris
Komunikasi Egosentris egocentric communication atau komunikasi disfungsional, digunakan untuk menghalangi orang lain atau mencari perhatian
sendiri. Komunikasi ini mengurangi kemajuan kelompok karena berfokus pada diri sendiri bukannya pada kelompok. Contoh-contoh pembicaraan egosentris
tidak menghargai ide-ide anggota lain, meremehkan usaha-usaha kelompok, bersifat agresif terhadap anggota lain, menyombongkan dirinya mengenai
prestasinya mendominasi, mengganggu kerja kelompok, dan meminta hal-hal lain yang bukan merupakan minat kelompok. Bentuk komunikasi egosentris yang lain
adalah membuat pernyataan sinis yang mengurangi kohesi dan antusiasme kelompok Wood, 2013:218.
17
2. Kohesi Kelompok
Kohesi cohesion adalah derajat kedekatan, esprit de corp, dan identitas kelompok. Kohesi kelompok memiliki semangat yang tinggi, hubungan
interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam Rakhmat, 2012:164. Collins dan Raven 1964 mendifinisikan kohesi kelompok
sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok Rakhmat, 2012:164.
Pada kelompok yang kohesif para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka lebih mudah melakukan konformitas. Makin kohesif
sebuah kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian Rakhmat,
2012:164. Sedangkan menurut Forsyth 2009 pada kelompok yang sangat kohesif, anggota menganggap mereka terikat bersama dan bersatu di dalam
tujuan-tujuannya. Hal ini meningkatkan kepuasan anggota terhadap kelompok, dan dengan demikian, produktivitasnya Wood, 2013:208.
Dengan terbentuknya sebuah kelompok, maka terjadilah sebuah interaksi bagi para anggota kelompok tersebut dan terjadilah sebuah proses kelompok.
Dengan demikian yang dimaksud dengan proses kelompok adalah interaksi antar anggota dan bagaimana pengaruh anggota kelompok satu terhadap yang lain.
Walgito, 1999:92. Penner 1978 bagaimana keadaan kelompok tidak ditentukan oleh motivasi, peran dari anggotanya, ataupun struktur kelompok, tetapi lebih
ditentukan oleh proses kelompok tersebut. Hal ini adalah berkaitan dengan kohesi kelompok yaitu kohesi kelompok merupakan perhatian anggota kelompok,