BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau, serta pantai sepanjang 81.000 km, dan luas
lautan 5,8 juta km 75 dari total luas wilayah Indonesia. Di wilayah daratan terdapat perairan umum sungai, rawa, danau, waduk, dan genangan
air lainnya seluas 54 juta ha atau 0,54 juta km
2
27 dari total wilayah daratan Indonesia. Dengan demikian Indonesia adalah sebuah negara yang
dikelilingi oleh air. Luas Indonesia dengan lautnya sama dengan Amerika Serikat dan lebih luas dari Uni Eropa. Perbedaannya, Indonesia terdiri atas
puluhan ribu pulau di sebuah wilayah lautan yang sangat luas, sementara Amerika Serikat adalah sebuah negara daratan dan Eropa terdiri atas banyak
negara daratan.
1
Luas wilayah perairan Indonesia merupakan potensi alam yang besar untuk dimanfaatkan bagi pembangunan nasional. Pembangunan nasional
diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional termasuk Zona Ekonomi
Eksklusifnya secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung sumber daya kelautan dan kelestariannya untuk meningkatkan kesehjateraan
rakyat serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja.
2
Dengan telah disahkannya rezim hukum Zona Ekonomi Eksklusif dalam lingkup Hukum
Laut Internasional yang baru, maka sumber daya perikanan yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi bertambah besar jumlahnya dan berperan sangat
1
M. Ghufran H. Kordi K, Ekosistem Lamun Seagrass, Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hal 1.
2
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Perizinan Penangkapan Ikan dan Sumber Daya Hayati Laut Lainnya di Perairan
Nusantara, Jakarta, 1995, hal 1.
Universitas Sumatera Utara
potensial untuk menunjang peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat.
3
Dengan demikian, adanya posisi Indonesia yang berada di antara dua samudera tersebut, maka secara otomatis Indonesia memiliki pula laut yang
dalam dan laut yang berada di antara pulau yang lazim disebut “selat”. Indonesia yang berada pada posisi yang diapit oleh oleh dua samudera
tersebut juga menyebabkan daerah lautan atau perairan di Indonesia memiliki aneka sumber daya alam yang berlimpah, salah satu di antaranya adalah
“ikan” yang sangat berlimpah pula serta beraneka jenisnya.
4
Berdasarkan data dari FAO 2000 menyatakan bahwa saat ini ikan menyumbang sekitar 13,8 – 16,5 terhadap asupan protein hewani manusia.
Sementara pertumbuhan suplai ikan dunia untuk konsumsi pangan sebesar 3,6 per tahun. Walaupun ikan dunia yang dipasarkan sebesar 79,60 untuk
konsumsi pangan food dan sisanya 20,40 untuk konsumsi non pangan, tetapi kecenderungan kebutuhan ikan untuk konsumsi pangan mengalami
peningkatan. Tidak hanya untuk mencukupi pertumbuhan penduduk dunia yang meningkat sebesar 1,8 per tahun, tetapi juga untuk meningkatkan
konsumsi ikan per kapita sebesar 15 kgkaptahun yang dianggap masih rendah.
5
Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa ikan akan menjadi penting dalam perdagangan dunia saat ini dan dimasa yang akan datang. Menurut
laporan FAO 2001, 47, hampir 40 persen produksi ikan dunia diperdagangkan secara global dan jauh lebih besar dibandingkan bahan pokok
lainnya seperti gandum 20 persen dan beras 5 persen. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional ikan dan produk perikanan dapat dikatakan
merupakan komoditas perdagangan yang sangat prospektif.
6
3
Ibid
4
H.Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal 1.
5
Apridar, Daya Saing Ekspor Ikan Tuna Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu 2014, hal 1
6
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi Negara kepulauan seperti
Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur.
Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin
intensif. Jika tidak dikelola secara bijaksana, sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumber daya secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke
jurang kehancuran dan terjadinya berbagai konflik terhadap sumber daya ikan.
7
Abad modern ini, pengelolaan dan penangkapan ikan dilengkapi peralatan yang cukup modern, tidak lagi penangkapan yang dilakukan secara
tradisional. Dampak yang cukup dirasakan dari kegiatan pengelolaan tersebut adalah terhadap ekosistem lingkungan laut, terutama apabila pengelolaannya
tanpa memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang diwajibkan. Penentuan persyaratan sudah diperhitungkan kapasitas dan kualitas lingkungan laut,
sehingga pelanggaran terhadap persyaratan akan merusak atau menghancurkan lingkungan laut.
8
Ada banyak cara yang biasa di gunakan oleh nelayan yang menangkap ikan di perairan Indonesia. Banyaknya jenis ikan dengan segala
sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap yang
berbeda-beda pula. Untuk mengamankan laut yang begitu luas, diperlukan kekuatan dan kemampuan yang mumpuni di bidang kelautan baik itu berupa
peralatan dan tehnologi serta sumber daya manusia yang handal maupun aturan dan ketentuan yang mengatur tentang kelautan. Karena tanpa adanya
pengawasan dan penjagaan yang intens akan membuka peluang bagi para nelayan atau kapal – kapal asing untuk melakukan suatu pencurian dan
7
Johannes Widodo Suadi, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2006, hal 1.
8
Marlina Faisal Riza, Aspek Hukum Peran Masyarakat Dalam Mencegah Tindak Pidana Perikanan, Medan : PT. Sofmedia, 2013, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan sumber daya laut secara illegal sehingga akan menimbulkan kerugian besar bagi Negara.
Sumber daya ikan sebagai sumber daya yang dapat diperbaharui, namun pada satu sisi keberadaannya perlu pula mendapat perhatian serius
dari pemerintah, sebab jika tidak dilakukan dengan pengawasan dengan cermat dan baik, maka tidak dapat dipungkiri suatu saat akan mengalami
penurunan populasinya. Oleh karena itu , dalam melakukan eksploitasi terhadap sumber daya ikan ini, perlu adanya penangkapan ikan dengan
menggunakan peralatan yang selektif. Diharapkan dengan adanya penggunaan peralatan penangkapan ikan ini secara selektif, maka diharapkan
akan terjadi keberlanjutan sumber daya ikan ini dengan baik pula.
9
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka pembangunan perikanan dan sumber daya hayati laut lainnya di wilayah perikanan negara Republik
Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dan tantangan, antara lain belum meratanya pemanfaatan sumber daya perikanan. Pemusatan terjadi
pada daerah pantai yang padat penduduknya seperti perairan Pulau Jawa, sekitar Pulau Bali dan Selat Malaka yang saat ini keadaannya padat tangkap,
sedangkan wilayah perairan Indonesia bagian timur tingkat pemanfaatannya relatif masih rendah.
10
Pelanggaran tata cara penggunaan alat bantu penangkapan ikan merupakan kegiatan mall praktek dalam penangkapan ikan atau pemanfaatan
sumberdaya perikanan yang secara yuridis menjadi pelanggaran hukum. Secara umum, maraknya pelanggaran tindak pidana perikanan disebabkan
oleh beberapa faktor seperti rentang kendali dan luasnya wilayah pengawasan tidak seimbang dengan kemampuan tenaga pengawas yang ada saat ini di
Indonesia dan juga sarana dan armada pengawasan dilaut sangat terbatas ditambah lagi kemampuan sumber daya alam nelayan Indonesia dan juga
9
H.Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal 299.
10
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, op., cit hal 2.
Universitas Sumatera Utara
termasuk lemahnya kordinasi dan komitmen antara aparat penegakan hukum yang menyimpulkan bahwa masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia.
Seiring kebutuhan akan pangan ikani, berdampak pada intensitas penangkapan ikan yang menunjukkan kecenderungan semakin meningkat.
Berbagai jenis alat penangkap ikan dipergunakan, mulai dari yang sederhana sampai dengan alat tangkap yang lebih modernmaju dan produktif. Di
samping itu, ada pula yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan cara – cara yang tidak ramah lingkungan sehingga pada
gilirannya mengakibatkan sumber daya ikan menjadi terganggu karenanya. Pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungan yang rasional pada dasarnya
menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Kerja sama antara keduanya dapat menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efisiensi
pembinaan dalam rangka pelesetarian sumber daya ikan. Pemerintah melakukan pengaturan melalui perundangan, kemudian di sisi lain
masyarakat akan melaksanakan demi kesinambungan usahanya.
11
Kita sebagai mahluk hidup yang tinggal dan menggunakan kekayaan Indonesia semestinya sadar bahwa Indonesia dengan segala potensinya
apabila kita gunakan secara berlebihan dan tidak kita seimbangi dengan perawatan dan pelestarian maka sama saja kita akan memberikan kepunahan
terhadap kekayaan Indonesia tersebut. Hal ini sangat memprihatinkan untuk penerus anak cucu kita yang akan hidup di negeri Indonesia kita tercinta ini
karena mereka tidak dapat merasakan lagi nikmatnya sumber daya alam yang Indonesia miliki apabila sumber daya alam tersebut kita tidak pelihara dan
lestarikan dan akan punah. Pada tahap inilah peran Hukum khususnya Hukum Pidana sangat
dibutuhkan untuk menjadi media kontrol dan pencegahan terhadap tindakan- tindakan yang dapat menggangu stabilitas pengelolaan serta, kelestarian
sumber daya ikan dan lingkungannya.
11
Djoko Triwono, Hukum Perikanan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013, hal 136.
Universitas Sumatera Utara
Disinilah peran sanksi yang seringkali dinilai penting dan sangat menentukan untuk tercapainya kepatuhan, terlebih lagi sanksi Hukum Pidana.
Pelaksanaan penegakan hukum di bidang perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka menunjang pembangunan perikanan secara
terkendali dan sesuai dengan asas pengelolaan perikanan, sehingga pembangunan perikanan dapat berjalan secara berkelanjutan. Oleh karena itu,
adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan. Namun dalam rangka melakukan penangkapan ikan, orang terdorong
oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dalam kaitan
ini orang cenderung menggunakan alat penangkapan ikan yang sangat produktif tetapi tidak selektif, sehingga sumber daya ikan terancam
kelestariannya. Pengaturan alat-alat penangkapan ikan ini diatur dalam pasal 85 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Dalam
kenyataannya memang telah terjadi terancamnya kelestarian sumber daya ikan tersebut, karena itu dikeluarkan Keputusan yang mengatur alat-alat
penangkapan ikan tersebut. Bertitik tolak dari pendapat mengenai perikanan tangkap di atas,
maka dalam kenyataannya, keberlangsungan perikanan tangkap ini mempunyai hubungan yang signifikan dengan alat penangkap ikan yang
dipergunakan nelayan dan pengusaha yang bergerak di bidang penangkapan ikan. Oleh sebab itu, apabila alat penangkap ikan tidak diatur sedemikian
rupa, maka akan berpengaruh pada ketersediaan ikan yang berada di suatu wilayah pengelolaan perikanan. Namun pada sisi lain, penggunaaan alat
penangkap ikan ini di suatu daerah telah berkembang sedemikian rupa, sehingga alat penangkap ikan ini perlu dipertahankan dengan pengawasan
yang ketat dalam pengoperasiaannya di lapangan. Ilmu pengetahuan dan tehnologi terus berkembang sehingga
ditemukan alat – alat penangkapan ikan yang sanngat efektif dan efisien. Penemuan tersebut di satu sisi dapat meningkatkan produksi namun di lain
pihak, kalau digunakan secara tidak bijaksana akan membahayakan sumber
Universitas Sumatera Utara
daya ikan, yang pada gilirannyaakan merugikan seluruh nelayan, pengusaha dan negara Indonesia. Karena itu pemerintah berkewajiban mengatur, dimana
alat tangkap ikan tersebut digunakan, bahkan melarang penggunaan alat penangkap ikan tertentu yang membahayan kelestarian sumber daya ikan.
12
Oleh karena itu, yang dibutuhkan dalam perubahan alat tangkap ikan dari tradisional ke alat tangkap ikan yang lebih modern atau canggih
bukan saja peralatan yang ramah lingkungan, tetapi bagi nelayan adalah bagaimana alat tangkap ikan tersebut tidak terlalu mahal, sehingga dapat
terjangkau oleh nelayan masyarakat menengah ke bawah. Dalam artian bahwa setiap perubahan kebijakan yang berkaitan dengan perikanan, jangan
sampai terjadi sebaliknya merugikan nelayan kecil yang menguntungkan nasibnya hanya untuk mencari ikan untuk kebutuhan sanak keluarganya.
Sumber daya ikan sebagai sumber daya yang dapat diperbaharui, namun pada satu sisi keberadaanya perlu pula mendapat perhatian serius dari
pemerintah, sebab jika tidak dilakukan dengan pengawasan dengan cermat dan baik, maka tidak dapat dipungkiri suatu saat akan mengalami penurunan
populasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan eksploitasi terhadap sumber daya ikan ini, perlu adanya penangkapan ikan dengan menggunanakan
peralatan yang selektif. Diharapkan dengan adanya penggunaan peralatan penangkapan ini secara selektif, maka diharapkan akan terjadi keberlanjutan
sumber daya ikan ini dengan baik pula. Berdasarkan uraian di atas, jika kondisi tersebut tidak ditanggapi
oleh pemerintah secara cepat akan menimbulkan serangkaian tindak pidana di bidang perikanan serta merusak ekosistem laut Indonesia terutama di bidang
perikanan, dan bahkan akan menimbulkan kerugian keuangan yang besar bagi Negara. Oleh karena itu diperlukan langkah – langkah yang efektif dan
efisien untuk mencegah terjadinya usaha – usaha penangkapan ikan secara illegal dan tindak pidana lain di bidang perikanan untuk menjaga kelestarian
sumber daya yang dimiliki Negara kita.
12
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, op., cit., Hal 35.
Universitas Sumatera Utara
Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Analisa Yuridis
Penggunaan Alat Penangkap Ikan Illegal Dalam Tindak Pidana Perikanan Dikaitkan Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas
Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Studi Putusan No.04Pid.Prkn2012PN.PTK dan Nomor 189Pid.Sus2012PT.PTK “.
B. Perumusan Masalah