Adapun mengenai perubahan yang diatur di dalam UU Perikanan 2009 yaitu meliputi, pertama mengenai pengawasan dan penegakan hukum
yang menyangkut masalah mekanisme koordinasi antara instansi penyidik dalam penanganan penyidikan tindak pidana di bidang perikanan, penerapan
sanksi pidana pidana penjara atau denda, hukum acara terutama mengenai batas waktu pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam penegakan hukum di
bidang perikanan, termasuk kemungkinan penerapan tindakan hukum berupa penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah pengelolaan
perikanan negara RI. Untuk yang kedua, masalah pengelolaan perikanan antara lain
kepelabuhan perikanan dan konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran, dan yang ketiga mengenai perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan sehingga
mencakup seluruh wilayah pengelolaan perikanan negara RI.
B. Bentuk – Bentuk Tindak Pidana Perikanan Sebagaimana Diatur
Dalam Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan.
Beberapa macam tindak pidana di bidang perikanan IUU Fishing : Illegal Fishing, Unregulated, Unreported Fisihing dapat dibedakan atas :
1. Illegal Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan
wilayah atau ZEE Zona Ekonomi Eksklusif suatu Negara dengan tidak memiliki izin dari Negara pantai.
Universitas Sumatera Utara
2. Unregulated Fishing adalaha kegiatan penangkapan ikan di perairan
wilayah atau ZEE Zona Ekonomi Eksklusif suatu Negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku di Negara tersebut.
3. Unreported Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah
atau ZEE Zona Ekonomi Eksklusif suatu Negara yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data kapal dan hasil tangkapannya.
Mengenai IUU fishing illegal, unreported and unregulated fishing, maka yang dimaksud dengan kegiatan perikanan yang dianggap melanggar
hukum adalah : 1.
Kegiatan yang dilakukan oleh kapal maupun asing di perairan yang berada dalam pengaturan Negara tanpa memperoleh izin ataupun
bertentangan dengan hukum Negara yang bersangkutan. 2.
Kegiatan yang dilakukan kapal ikan anggota suatu organisasi pengolahan perikanan regional yang melakukan pengolahanpemanfaatan sumber
daya yang bertentangan dengan aturan pengolahan dan konservasi bagi Negara – Negara yang menjadi anggotanya, ataupun bertentangan dengan
aturan dalam hukum internasional lainnya yang relevan. 3.
Kegiatan yang bertentangan dengan hukum nasional dan kewajiban internasional termasuk kewajiban Negara – Negara anggota organisasi
manajemen perikanan regional.
Kegiatan tindak pidana dalam bidang perikanan yang paling sering kita jumpai terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia adalah
Universitas Sumatera Utara
tindakan pencurian oleh kapal-kapal ikan asing mulai dari perairan ZEE Indonesia hingga masuk ke perairan kepulauan. Jenis alat tangkap yang
paling banyak digunakan oleh kapal-kapal ikan asing adalah jenis trawl. Secara umum berdasarkan Pasal 103 Undang – Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang perikanan, tindak pidana perikanan dibagi atas 2 dua jenis tindak pidana, yaitu tindak pidana kejahatan di bidang perikanan dan
tindak pidana pelanggaran di bidang perikanan. Ketentuan pidana perikanan diatur secara khusus di dalam Pasal 84
sampai dengan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Ketentuan pidana tersebut merupakan tindak pidana di luar Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP yang diatur menyimpang, karena tindak
pidananya dapat menimbulkan kerusakan dalam pengelolaan perikanan yang berakibat merugikan masyarakat, bangsa dan Negara.
34
Tindak pidana dibidang perikanan yang diatur di dalam Undang- Undang tersebut hanya ada 2 dua macam delik yaitu delik kejahatan
misdrijven dan delik pelanggaran overtredingen. Disebut delik kejahatan karena perbuatan pelaku bertentangan dengan kepentingan hukum, sedangkan
delik pelanggaran merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau keharusan yang ditentukan oleh penguasa Negara.
35
34
Marlina dan Faisal Riza, op.cit., hal 27.
35
Ibid hal 28.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai tindak pidana kejahatan di bidang perikanan diatur dalam pasal 84, 85, 86, 88, 91, 92, 93 dan Pasal 94 Undang – Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan, yaitu : 1.
Setiap orang nahkoda atau pemimpin kapal perikanan, ahli penangkapan ikan, dan anak buah kapal, pemilik perusahaan perikanan, penanggub
jawab perusahaan perikanan atau operator kapal perikanan, pemilik perusahaan pembudidayaan ikan dengan sengaja melakukan
penangkapan ikan, kuasa pemilik perusahaan pembudidayaan ikan dengan mengguanakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak,
danatau cara danatau bangunan yang dapat merugikan danatau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84.
2. Dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa danatau menggunakan
alat penangkap ikan danatau alat bantu penangkan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan kapal
penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.
3. Dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau kerusakan sumber daya ikan danatau lingkungannya.
4. Dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
membudidayakan ikan yang dapat membahayakan sumber daya ikan danatau lingkungan sumber daya ikan danatau kesehatan manusia.
Universitas Sumatera Utara
5. Dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
membudidayakan ikan hasil rekayasa genetika yang dapat membahayakan sumber daya ikan danatau lingkungan sumber daya ikan
danatau kesehatan manusia. 6.
Dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia menggunakan obat-obatan dalam pembudidayaan ikan yang dapat
membahayakan sumber daya ikan danatau lingkungan sumber daya ikan danatau kesehatan manusia.
7. Dengan sengaja memasukkan, mengeluarkan, mengadakan, danatau
memelihara ikan yang merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan, sumber daya ikan, danatau lingkungan sumber daya ikan ke dalam
danatau ke luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. 8.
Dengan sengaja menggunakan bahan baku, bahan baku, bahan tambahan makanan, bahan penolong, danalat yng membahayakan kesehatan
manusia danatau lingkungan dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan.
9. Dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan, yang tidak memiliki
SIUP. 10.
Memiliki dan atau mengoperasikan kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia danatau di laut lepas, yang
tidak memiliki SIPI.
Universitas Sumatera Utara
11. Memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera
asing melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang melakukan pengangkutan ikan dan kegiatan
yang terkait yang tidak memiliki SIPI. 12.
Memiliki danatau mengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang melakukan
pengangkutan ikan atau kegiatan yang terkait yang tidak memiliki SIKPI.
Mengenai tindak pidana pelanggaran di bidang perikanan diatur dalam Pasal 87, 89, 90, 95, 96, 97, 98, 99, dan Pasal 100 Undang – Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang meliputi : 1.
Dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan republic Indonesia merusak plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 4. 2.
Setiap orang yang karena kelalainnya di wilayah pengelolaan perikanan republic Indonesia mengakibatkan rusaknya plasma nutfah yang
berkaitan dengan sumber daya ikan. 3.
Melakukan penanganan dan pengolahan ikan yang tidak memenuhi dan tidak menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan ikan, system
jaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan. 4.
Dengan sengaja melakukan atau pengeluaran ikan danatau hasil perikanan dari danatau ke wilayah Republik Indonesia yang tidak
dilengkapai sertifikat kesehatan konsumsi manusia.
Universitas Sumatera Utara
5. Membangun, mengimpor, atau memodifikasi kapal perikanan yang tidak
mendapat persujuan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1.
6. Mengoperasikan kapal perikanan di wilayah pengelolaan perikanan
republic Indonesia yang tidak mendaftarkan kapal perikanannya sebagai kapal perikanan Indonesia.
7. Nahkoda yang mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing
yang tidak memiliki izin penangkapan, yang selama berada di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia tidak menyimpan alat
penangkapan ikan di dalam palka. 8.
Nahkoda yang mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing yang telah memiliki izin penangkapan ikan dengan 1 satu jenis alat
penangkapan ikan tertentu pada bagian tertentu di ZEEI yang membawa alat penangkapan ikan lainnya.
9. Nahkoda yan mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing
yang telah memiliki izin penangkapan ikan, yang tidak menyipmpan alat penangkapan ikan di dalam palka selama berada di luar daerah
penangkapan ikan yang diizinkan di wilayah pengelolan perikanan Republik Indonesia.
10. Nahkoda kapal perikanan yang berlayar tidak memiliki surat izin berlayar
kapal perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
11. Setiap orang asing yang melakukan penelitian perikanan di wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang tidak memiliki surat izin dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1.
12. Melanggar ketentuan yang ditetapkan sebagaimanan dimaksud dalam
Pasal 7 ayat 2. Tindak pidana dibidang perikanan yang termasuk delik kejahatan
diatur dalam Pasal 84, Pasal 85, Pasal 86, Pasal 88, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 94, Pasal 100A dan Pasal 100B, sedangkan yang termasuk delik pelanggaran
diatur dalam Pasal 87, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, Pasal 100 dan Pasal 100C. Dari ketentuan pidana yang diatur
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
36
1. Tindak Pidana pengunaan bahan yang membahayakan kelestarian sumber
daya ikanlingkungannya. Tindak Pidana ini diatur dalam Pasal 84 Undang-Undang Perikanan
yang mengatur agar orang atau perusahaan melakukan penangkapan ikan secara wajar sehingga sumber daya ikan dan lingkungan tetap sehat dan
terjaga kelestariaannya. Kejahatan dalam Pasal 84 tersebut selalu berhubungan dengan ketentuan Pasal 8 Ayat 1 sampai dengan Ayat 4 yang
merupakan peraturan larangan penggunaan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak atau cara lain untuk penangkapan ikan di wilayah pengelolaan
perikanan yang dapat merugikan atau membahayakan sumber daya ikan dan lingkungannya.
36
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat danatau cara, yang dapat merugikan danatau membahayakan kelestarian sumber daya
ikan dan lingkungan tidak saja mematikan ikan secara langsung, tetapi dapat pula membahayakan kesehatan manusia dan merugikan nelayan serta
pembudi daya ikan. Apabila terjadi kerusakan sebagai akibat penggunaan bahan dan alat yang dimaksud , pengembalian keadaan semula akan
membutuhkan waktu yang lama, bahkan mungkin mengakibatkan kepunahan.
37
2. Tindak pidana dengan sengaja menggunakan alat penangkap ikan yang
merusak dan mengganggu sumber daya ikan. Pasal 85 Undang-Undang Perikanan disebutkan bahwa setiap orang
yang dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, danatau menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggudan merusak
keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 tahun
dan denda sebanyak Rp. 2.000.000.000 dua miliar rupiah. Tindak pidana tersebut hanya dapat dilakukan di perairan wilayah perikanan, dapat terjadi di
laut, sungai maupun danau di kapal penangkap ikan. Jika kapalnya hanya sebagai pengangkut hasil tangkapan ikan, bukan kapal penangkap ikan.
3. Tindak pidana yang berkaitan dengan pencemaran lingkungannya.
Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam laut oleh kegiatan manusia atau
37
Ibid hal 29.
Universitas Sumatera Utara
proses alam, sehingga menyebabkan lingkungan laut menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut konvensi Marpol
7378, sumber-sember pencemaran di laut adalah sebagai berikut : a.
Pencemaran yang disebabkan oleh minyak. b.
Pencemaran yang disebabkan zat cair beracun. c.
Pencemaran yang disebabkan oleh zat beracun dalam kemasan. d.
Pencemaran oleh kotoran tinja. e.
Pencemaran oleh sampah. f.
Pencemaran oleh udara. 4.
Tindak pidana pengelolaan perikanan yang merugikan masyarakat. Pengelolaan perikanan pada dasarnya wajib dilakukan dengan baik,
agar memperoleh hasil yang baik. Pengelolaan perikanan dengan cara menyimpang berakibat akan merugikan masyarakat karena hasil penangkapan
ikan kualitasnya kurangtidak dapat dikonsumsi. Apabilaikan tersebut diekspor ke luar negeri juga kurangtidak ada peminatnya.
Sehubungan dengan itu terdapat larangan yang diatur dalam Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Perikanan bahwa setiap orang dilarang memasukkan,
mengeluarkan, mengadakan, mengedarkan, danatau memelihara ikan yang merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan, sumber daya ikan, danatau
lingkungan sumber daya ikan ke dalam danatau ke luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.
5. Tindak pidana yang berkaitan dengan pengolahan ikan yang kurangtidak
memenuhi syarat.
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan hasil perikanan adalah kegiatan yang dilakukan secara bertahap, berurutan, bersih serta higienik, dan memenuhi persyaratan mutu
guna mengubah bahan mentah hasil perikanan menjadi produk akhir. Sebagaimanan produk pangan lainnya, persyaratan pengolahan produk
perikanan pada dasarnya harus mengikuti Good Manufacturing Practices GMP yaitu cara produksi pangan olahan yang baik sebagaimana diatur oleh
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23Men.KesSKI1978. Agar dalam pengolahan perikanan dapat diharapkan berdayaguna dan
berhasil guna, maka setiap orang yang melakukan penanganan dan pengolahan ikan wajib memenuhi dan menerapkan persyaratan kelayakan
pengolahan ikan, sestem jaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan. Ketentuan mengenai persyaratan tersebut diatur dalam Pasal 20 Ayat 3
Undang-Undang Perikanan. Tujuannya adalah agar hasil perikanan tidak membahayakan atau mengakibatkan terganggunya kesehatan masyarakat.
6. Tindak pidana yang berkaitan dengan penggunaan bahanalat yang
membahayakan manusia dalam melaksanakan pengolahan ikan. Banyak diantara pengusaha di bidang perikanan yang memasarkan
hasil olahannya agar awet dan penampilannya menarik pembeli, sering kali dibarengi dengan kecurangan dalam melakukan pengolahannya dengan
menggunakan bahan-bahan yang bukan seharusnya digunakan untuk pengolahan ikan antara lain formalin dan pewarna pakaian. Bahan-bahan
yang digunakan tersebut tergolong membahayakan kesehatan manusia.
Universitas Sumatera Utara
Formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet. Sebanrnya formalin berfungsi sebagai desinfektan, tapi salah digunakan oleh
sebagian orang untuk mengawetkan ikan demi mencegah kerugian. Formalin berguna sebagai desinfektan karena membunuh sebagian besar bakteri dan
jamur. Berikut ini adalah cirri-ciri ikan yang mengandung formalin : 1.
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar 25 derajat Celsius. 2.
Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar. 3.
Warna daging ikan putih bersih. 4.
Batu menyengat, bau formalin, dan kulit terlihat cerah mengkilat. 5.
Daging kenyal. 6.
Lebih awet dan tidak mudah busuk walau tanpa pengawet seperti es. 7.
Ikan berformalin dijauhi lalat. Tidak terasa bau amis ikan.
C. Sanksi Pidana yang Dijatuhkan dalam Tindak Pidana Perikanan