Analisis komparatif pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan setelah penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan no 36 tahun 2008

(1)

iii

ANALISIS KOMPARATIF PERTUMBUHAN INVESTASI REKSA

DANA SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN

UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN No 36 Tahun 2008

Oleh

Yayu Poryamah

NIM 107082003310

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yayu Poryamah

No. Induk Mahasiswa : 107082003310

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisa skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang laim tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari adan tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 24 Maret 2011


(3)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Yayu Poryamah

Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 4 Februari 1989

Alamat : Jl. H.Joan Rt 02/04 No.22 Pondok Karya, Pondok Aren Tangerang 15225

Nomor Telepon : 081808825254

II.PENDIDIKAN

1996 – 2001 : MI Al-hidayah

2001 – 2004 : SLTP Utama

2004 – 2007 : SMA Negeri 2 Ciputat

2007 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III.LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Idris

2. Ibu : Poniah

3. Alamat : Jl. H.Joan Rt 02/04 No.22 Pondok Karya, Pondok Aren Tangerang 15225


(4)

vi

COMPARATIVE ANALYSIS THE GROWTH OF MUTUAL FUND BEFORE AND AFTER TAX REFORM 2008

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the growth of mutual funds before and after the implementation of tax reform 2008 (UU NO 36 Tahun 2008).This research used window period five years before and two years after the implementation of tax reform 2008. The sample of this research is taken from mutual fund companies in Bapepam. Mann-Whitney test is utilized to determine difference growth of mutual funds before and after the implementation tax reform 2008. The statistic test used SPSS 17.0. The result of this research showed there are significant difference the growth of mutual funds before and after implementation of tax reform 2008.


(5)

vii

ANALISIS KOMPARATIF PERTUMBUHAN INVESTASI REKSA DANA SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN UNDANG-UNDANG PAJAK

PENGHASILAN NOMOR 36 Tahun 2008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi atas penerapan UU Pajak No 36 Tahun 2008 terhadap pertumbuhan investasi reksa dana. Penulis menggunakan periode waktu lima (5) tahun sebelum dan dua (2) tahun setelah penerapan Undang-undang Pajak Tahun 2008. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan reksa dana yang terdaftar di Bapepam. Uji beda Mann-Whitney digunakan untuk mengukur seberapa besar perbedaan yang terjadi pada pertumbuhan reksa dana sebelum dan sesudah penerapan UU Pajak No 36 Tahun 2008. Pengujian statistik menggunakan program SPSS 17. Dari hasil penelitian diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah penerapan Undang-undang pajak No 36 Tahun 2008.


(6)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Reksa Dana Sebelum dan Sesudah Penerapan UU No 36 Tahun 2008”. Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dan Bapakku (Idris dan Niah) tercinta, yang telah memberikan semangat, dan dukungan baik material maupun non material serta doa dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Keluargaku tersayang especially for my sister (kak Ve’) dan my brother (Dimas) terima kasih atas dukunganya.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Bagian Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

5. Ibu Rahmawati, SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

ix

8. Sahabat-sahabatku tersayang, Leni Amalia, Siti Salwah, Oki Yoiko, Wulan Puspitasari, Nur Rahmi Prasna Paramita, Lilis Suryani, Mayuni, Raisyah Mursyid, Jesica Mota terimakasih atas semua dukungan dan support yang kalian berikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 31 Maret 2011


(8)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ……… iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ……… iv

Surat Pernyataan ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7


(9)

xi

1. Pengertian Pajak ... 7

2. Jenis Pajak ... 8

3. Fungsi Pajak ... 11

4. Asas Pemungutan Pajak ... 12

5. Objek Pajak ... 13

B. Investasi ... 17

C. Reksa Dana ... 18

1. Pengertian Reksa Dana ... 18

2. Karakteristik Reksa Dana ... 19

3. Bentuk Hukum Reksa Dana ... 20

4. Struktur Reksa Dana ... 21

5. Sifat Reksa Dana ... 22

6. Nilai Aktiva Bersih (NAB) ... 25

7. Manfaat Reksa Dana ... 26

8. Jenis Reksa Dana ... 28

9. Mekanisme Kerja Reksa Dana ... 29

10.Risiko Investasi Reksa Dana ... 31

D. Peraturan Perpajakan yang Mengatur Reksa Dana ... 33

E. Keterkaitan Antar Variabel ... 38

F. Kerangka Teori ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B. Model Penentuan Sampel ……….……… . 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis ... 44

E. Operasional Variabel ... 46

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN MASALAH ... 48

A. Sejarah Pasar Modal ... 50


(10)

xii

2. Perang Dunia II ... 53

3. Orde Lama ... 56

4. Orde Baru ... 58

5. Sejarah Reksa Dana ... 56

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 58

C. Analisis Pertumbuhan Reksa Dana ... 61

BAB IV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 77


(11)

xiii

DAFTAR TABEL

NO Keterangan Halaman

2.1 Perkembangan Kebijakan Perpajakan Reksa Dana... 36

2.2 Perlakuan Pajak Penghasilan Reksa Dana ... 37

2.3 Penelitian Terdahulu ... 40

2.4 Kerangka Pemikiran ………….………. ... 58

4.1 Uji Peringkat Mann-Whitney ………... ... 59

4.2 Hasil Output Mann-Whitney ………. ... 60


(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Mekanisme Kerja Reksa Dana ……… ... 31

4.1 Uji Dua Sisi Mann-Whitney……… ... 61

4.1 Perkembangan Nilai Aktiva Bersih ……… ... 62

4.2 Grafik Inflasi Tahun 2005 ……… ... 64

4.4 Unit Penyertaan Asing ... 67

4.5 Grafik Pergerakan IHSG ... 69


(13)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1. Surat Izin Riset Bapepam ... 80

2. Surat Keterangan Riset Bapepam ………... 81

3. Data Pertumbuhan Reksa Dana ... 82


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Selama beberapa tahun terakhir ini, pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pasar modal mulai menawarkan berbagai pilihan instrumen investasi. Jumlah dan pilihan ini semakin banyak, mulai dari yang relatif tinggi resikonya sampai pada pilihan yang beresiko rendah. Alternatif yang semula terbatas pada saham dan obligasi saja, kini semakin beragam.

Salah satu investasi yang paling banyak diminati adalah investasi di reksa dana. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya pertumbuhan reksa dana beberapa tahun terakhir ini. Pada Januari tahun 1998 jumlah reksa dana hanya mencapai 77 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai 4,4 Triliun. Namun, pada Desember tahun 2008 jumlah reksa dana mencapai 567 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai 74 Triliun. Bahkan pada akhir 2009 jumlah reksa dana telah mencapai 610 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai 113 Triliun (PT Milenium Danatama Indonesia, 2010:1).

Pada tahun 1996 di Indonesia mulai diperkenalkan suatu instrumen investasi baru yang disebut reksa dana. Pada saat itu PT Danareksa menerbitkan sertifikat yang disebut dengan sertifikat danareksa I dan II. Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah reksa dana tertutup yaitu PT BDNI Reksa Dana dengan menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu saham Rp 500 sehingga terkumpul dana sebesar Rp 300 milyar. Berdirinya


(15)

2

Reksa Dana ini merupakan cikal bakal semaraknya Reksa Dana di Indonesia.

Pendirian Reksa Dana terus berkembang dimana pada tahun 1996 berdiri sebanyak 25 Reksa Dana terbuka dan 25 Reksa Dana ini dikelola oleh 12 manajer investasi. Total Asset Reksa Dana yang dikenal dengan Nilai Aktiva Bersih sebesar Rp 2,8 Triliun. Kemudian, total Nilai Aktiva Bersih meningkat sekitar Rp 8 Triliun pada Juni 1997. Peningkatan tersebut karena Reksa Dana mulai dikenal dan masyarakat merasakan tingkat pengembalian yang lebih baik di bandingkan dengan instrumen lain (Manurung, 2007:10).

Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia (Darmadji, 2006:209). Selain terhambat oleh waktu dan pengetahun yang terbatas, aspek perpajakan juga menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam berinvestasi.

Peran perpajakan menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan masyarakat karena akan mempengaruhi imbal hasil (return) yang akan didapatkannya. Kebijakan tersebut berupa pembebasan pajak atas bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf j Undang-undang Pajak Penghasilan No 17 Tahun


(16)

3

2000. Kebijakan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri reksadana yang begitu pesat karena pembebasan pajak atas bunga obligasi reksa dana akan menaikan hasil investasi yang akan didapatkan investor. Tujuan pemerintah dalam memberikan fasilitas perpajakan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan investasi reksa dana.

Pertumbuhan investasi reksa dana yang semakin tumbuh dengan pesat, perputaran dananya yang sudah mencapai puluhan triliun sehingga pemerintah melihat terdapat potensial income dari industri reksa dana. Pada

tahun 2008, pemerintah kembali mengadakan reformasi perpajakan dengan mensahkan Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008. Salah satu perubahan yang terdapat dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 adalah pencabutan pembebasan pajak atas bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.

Alasan pencabutan pembebasan pajak atas bunga obligasi reksa dana sebagaimana tercantum dalam pasal 4 ayat 3 huruf j yang diatur dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 adalah agar terciptanya asas keadilan. Pemerintah menginginkan adanya perlakuan perpajakan yang sama diantara instrumen investasi lain seperti deposito dan tabungan. Selain itu juga, pencabutan insentif pajak penghasilan atas bunga obligasi yang dilakukan pemerintah agar tercipta prinsip netralitas. Artinya, setiap aktivitas yang menyebabkan peningkatan ekonomi atau penghasilan harus dikenai pajak. Hal ini bermakna pula penerapan pajak tidak boleh


(17)

4

mempengaruhi pilihan masyarakat untuk melakukan konsumsi, produksi dan investasi (Kuwat, 2005:5).

Tujuan dari penyempurnaan Undang-undang pajak adalah dalam rangka ekstensifikasi dan intesifikasi pengenaan pajak yang dilakukan dengan cara mencari objek pajak yang potensial dalam rangka menghimpun dana dan mendorong pemulihan perekonomian (Siti Rochmah Ika, 2005:524). Namun, kebijakan pemerintah yang terkait dengan sektor keuangan juga harus memperhatikan faktor makro ekonomi. Pemerintah harus melihat dampak makro terhadap pemenuhan pembiayaan jangka panjang, baik untuk investasi swasta maupun pemenuhan anggaran negara, melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN).

Investor akan berpikir berulang kali untuk menanamkan investasinya di pasar modal. Hal ini akan berdampak pada penurunan minat investor. Akibatnya banyak investor yang lari ke luar negeri karena mereka berpikir dengan investasi diluar negeri akan lebih menguntungkan. Pada dasarnya, dalam berbisnis hanya mengenal keuntungan dan profesionalisme, bukan soal nasionalisme. Maka atas dasar pemikiran tersebut, pemerintah harus menyadari bila peraturan dan hambatan investasi di Indonesia belum tertangani dengan baik dan perlu adanya kepastian hukum (Latief Adam dalam Harian Ekonomi Neraca, edisi 26 Oktober 2010).

Fenomena-fenomena diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian berkenaan dengan “analisis pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah pelaksanaan UU Nomor 36 Tahun 2008.”


(18)

5 B.

Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan antara tingkat pertumbuhan investasi Reksadana Sebelum penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008 dan setelah Penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008

2. Bagaimana dampak dari Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 dan faktor lain terhadap pertumbuhan investasi reksadana

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat pertumbuhan investasi Reksadana Sebelum penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008 dan setelah Penerapan UU PPh No.36 Tahun 2008

2. Mengetahui bagaimana dampak dari Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 dan faktor lain terhadap pertumbuhan investasi reksadana

D.Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

a. Berguna untuk meerapkan pengetahuan yang telah dipelajari b. Menambah wawasan berpikir penulis

2. Bagi Pemerintah

Membantu pemerintah untuk membuat evaluasi terhadap kebijakan perpajakan yang telah dilakukan.


(19)

6

3. Bagi Pihak lain

a. Sebagai sumber bacaan bagi pihak yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan informasi tentang perpajakan Reksa Dana yang di implementasikan di Indonesia

b. Membantu masyarakat dalam memahami tentang Reksa Dana beserta aspek perpajakannya.


(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pajak

1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah :

“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH pajak adalah:

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.”

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat


(21)

8

membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas

Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

2. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya (Siti Resmi, 2009:7).

a. Menurut Golongan

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan


(22)

9

atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain misalnya pajak penghasilan (PPh), PPh yang ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

b. Menurut Sifat

Pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan keadaan subjeknya contohnya Pajak penghasilan (PPh).

2) Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatian keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).


(23)

10 c. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan unutk membiayai rumah tangga negara pada umumnya contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun pajak daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak kabupaten/kota meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir.


(24)

11 3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai dua fungsi (Waluyo,2008:6) yaitu:

a. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka


(25)

12

menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

4. Asas Pemungutan Pajak

Menurut Adam Smith dalam bukunya An inquiry the nature and cause of the Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal "The Four Maxims"

menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas-asas sebagai berikut (Waluyo, 2008:13):

a. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan)

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan

manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.

b. Asas Certainty (asas kepastian hukum)

Penetapan pajak itu tidak dikenakan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.


(26)

13

c. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan)

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak misalnya pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan.

d. Asas Economy (asas ekonomis)

Secara ekonomis bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib pajak.

5. Objek Pajak

Dalam Undang-undang pajak penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;

b. Hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan; c. Laba usaha;


(27)

14

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.


(28)

15

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenai pajak;

q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. Surplus Bank Indonesia.


(29)

16

Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan

tanah dan bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya; yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.


(30)

17 B. Investasi

Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (Moeljoedi, 2006:121).

Menurut Malkiel dalam Mutiara Opriani (2008:14) yang dimaksud dengan investasi adalah :

Method of purchasing asset in order to gain profit in the form of reasonably predictable income (dividen,interest or rentals) and/or appreciation over the long term.”

Seperti yang dijabarkan diatas bahwa investasi adalah sejumlah hasil penanaman dana dalam jumlah tertentu yang sangat ditentukan oleh kemampuan dalam memprediksi masa depan. Mengenali kebutuhan investasi merupakan langkah awal proses investasi. Menurut Pratomo dalam Amelia (2009:7), ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu (1) Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini, (2) adanya keinginan untuk menambah nilai asset yang sudah dimiliki, (3) Karena adanya inflasi .

Ditinjau dari segi ruang lingkup usahanya, investasi dapat dibagi menjadi dua. Pertama, investasi pada aktiva nyata atau real investment,

misalnya untuk pendirian pabrik-pabrik dan perkebunan. Kedua, investasi pada aktiva keuangan (financial asset atau financial investment) seperti


(31)

18

pembelian surat-surat berharga baik berupa saham maupun obligasi (Moeljoedi,2006:121).

C. Reksa Dana

1. Pengertian Reksa Dana

Reksadana adalah portfolio aset keuangan yang terdivesifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersih (Moeljoedi,2006:121).

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:209) reksa dana adalah : “Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio efek oleh manajer investasi (fund manager).”

Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (27):

“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”

Dari beberapa reksa dana, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu:

a. Adanya dana bersama dari investor

b. Dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek c. Dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.


(32)

19 2. Karakteristik Reksa Dana

Menurut Manurung (2007:2), Reksa Dana memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a. Kumpulan dana dan pemilik, dimana pemilik reksa dana adalah

berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya ke reksa dna dengan berbagai variasi. Artinya investor dari reksa dana dapat perorangan dan lembaga dimana pihak tersebut melekukan investasi ke reksa dana sesuai dengan tujuan tersebut. b. Diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrumen

investasi. Dana yang dikumpulkan dari investasi tersebut

diinvestasikan ke dalam instrument investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang jangka pendek yang dikenal dengan Repurchase Agreement (REPO) commercial paper (CP) /

promissory notes (PN); surat utang jangka panjang seperti Medium

Term Notes (MTN); Obligasi dan obligasi konversi; dan efek

saham maupun ke efek berisiko tinggi seperti opsi, future dan sebagainya. Manajer investasi melakukan investasi pada masing-masing instrumen tersebut mempunyai besaran (sering disebut alokasi aset) yang berbeda-beda sesuai dengan perhitungan manajer investasi untuk mencapai tujuan investasi yaitu itngkat pengembalian yang diharapkan.

c. Reksa dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Manajer


(33)

20

dan sebagai perorangan. Sebagai lembaga harus mempunyai izin perusahaan untuk mengelola dana, dimana izin tersebut diperoleh dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) bagi perusahaan yang bergerakdan berusaha di Indonesia. Perusahaan dapat memunyai izin mengelola Reksa Dana harus mempunnyai orang yang mempunyai izin sebagai pengelola dana.

3. Bentuk Hukum Reksa Dana

Menurut Tjiptono Darmadji (2006:212), bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

a. Reksa Dana berbentuk Perseroan (corporate type)

Dalam Reksa Dana bentuk ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Untuk pengadministrasian dan penyimpanan portofolio ditunjuk dan dilakukan kontrak dengan bank custodian. Penyetoran modal pada

waktu pendirian reksa dana perseroan oleh pendiri (sponsor) hanya dimaksudkan untuk merintis pendirian reksa dana tersebut. Modal yang wajib disetor penuh pada waktu reksa dana didirikan minimum 1% dari modal dasar reksa dana.


(34)

21 b. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contract Type)

Reksa Dana bentuk ini merupakan ontrak antara manajer investasi dengan bank custodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan

(UP), dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank kustodian di beri wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah lebih popular dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan reksa dana yang berbentuk perseroan.

Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio efek dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.

4. Stuktur Reksa Dana

Suatu reksa dana terdiri dari dewan direksi (board of direction), penasihat keuangan yang bertanggung jawab mengelola portofolio, serta organisasi distribusi dan penjualan. Reksa dana melakukan kontrak dengan penasihat keuangan untuk mengelola dana, biasanya dengan perusahaan yang berspesialisasi dalam manajemen dana. Penasihat keuangan tersebut bisa jadi anak perusahaan dari suatu perusahaan pialang, perusahaan asuransi, perusahaan investasi atau bank.


(35)

22

Penasihat keuangan reksa dana memungut biaya konsultasi (advisory fee). Fee ini, yang merupakan salah satu biaya terbesar dalam

pengelolaan dana, biasanya berkisar 0,4% hingga 1,5% dari rata-rata asset reksa dana yang bersangkutan, tetapi fee tersebut akan menurun seiring

dengan meningkatnya jumlah dana yang dikelola. Selain advisory fee,

reksa dana juga menanggung biaya-biaya lain diantaranya biaya penjualan dan pemasaran, fee jasa pengawasan dan akuntansi dan biaya-biaya yang

berhubungan dengan implementasi strategi investasi reksa dana (Fabozzi, 1999:146).

5. Sifat Reksa Dana

Bentuk hukum reksa dana menentukan sifat suatu reksa dana yang dapat dilakukan. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksa dana dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu reksa dan tertutup (close-end investment fund) dan reksa dana terbuka (Open-ends investment fund). Reksa dana

yang berbentuk Perseroan (PT) dapat bersifat tertutup (close-end investment) dan terbuka (Open-ends investment). Sedangkan Reksa dan

yang berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) hanya dapat bersifat terbuka (Open-end) (Fabozzi, 1999:146).

a. Reksa Dana Tertutup

Karakteristik reksa dana tertutup antara lain adalah hanya dapat menjual saham reksa dana (bukan unit penyertaan sebagaimana istilah reksa dana terbuka) kepada investor sampai batas jumlah


(36)

23

modal dasar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan. Apabila akan menjual saham melebihi modal dasar, maka harus terlebih dahulu mengubah atau meningkatkan jumlah modal dasar yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya.

Disebut reksa dan tertutup karena reksa dana tertutup dalam hal jumlah saham yang diterbitkan atau dalam hal menerima masuknya pemodal baru. Selanjutanya, disebut tertutup karena reksa dana jenis ini tidak dapat membeli saham-sahamnya yang telah dijual kepada pemodal atau dengan kata lain, pemodal tidak dapat menjual kembali saham-saham yang telah di beli kecuali melalui bursa efek dengan harga berdasarkan mekanisme pasar.

Oleh karena itu, untuk memberikan peluang dan jaminan likuiditas kepada investor, maka saham reksa dana tertutup dicatatkan di bursa efek sehingga jual beli reksa dana dilakukan di bursa efek. Indikator harga saham reksa dana tertutup dari nilai aktiva bersihnya (NAB). Nilai aktiva bersih (NAB) per saham reksa dana tertutup tidak dihitung dan diumumkan kepada masyarakat setiap hari sebagaimana halnya unit penyertaan reksa dana terbuka, tetapi dihitung dan diumumkan hanya satu kali dalam seminggu.

b. Reksa Dana Terbuka

Reksa dana terbuka dapat berbentuk perseroan atau Kontrak Investasi kolektif (KIK). Reksa dana terbuka dapat menjual unit


(37)

24

penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang berminat untuk membeli. Sebaliknya investor dapat menjual kembali unit penyertaannya kepada manajer investasi kapan saja diinginkan atau dengan kata lain reksa dana terbuka bersedia membeli kembali unit penyertaan sesuai dengan nilai aktiva bersih (NAB) pada saat itu. Oleh karena itu, disebut terbuka karena reksa dana ini memungkinkan dan membuka kesempatan bagi investor baru yang akan melakukan investasi setiap saat dengan membeli unit-unit penyertaan reksa dana.

Demikian pula dalam hal investor yang ingin menarik kembali investasinya, manajer investasi bersedia membeli unit penyertaan tersebut sesuai dengan nilai aktiva bersih (NAB) yang ditetapkan pada hari itu. Nilai aktiva bersih (NAB) dalam reksa dana terbuka merupakan harga beli dan sekaligus harga jual bagi investor. Unit penyertaan pada reksa dana terbuka tidak dicatatkan pada bursa efek sebagaimana haknya dengan reksa dana tertutup karena pada prinsipnya investor dapat menjual atau membeli langsung unit penyertaan pada reksa dana berdasarkan nilai aktiva bersih (NAB). Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana terbuka diumumkan oleh bank kustodian setiap hari. Sementara dalam reksa dana tertutup, nilai aktiva bersih (NAB) merupakan indikator harga, karena harga saham reksa dana tertutup sangat bergantung pada permintaan dan penawaran di bursa efek. Harga saham reksa dana


(38)

25

tertutup selalu dibawah nilai aktiva bersih (NAB) dan keberhasilan penjualan saham tergantung ada tidaknya investor yang akan membelinya.

6. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Menurut Ponco Utomo (2010:25), Salah satu indikator utama untuk menilai kinerja reksa dana adalah Nilai Aset Bersih (NAB/Net Asset Value). Indikator ini merupakan hasil perhitungan dari nilai

investasi dan kas dipegang (yang tak terinvestasikan), dikurangi dengan biaya-biaya serta utang dari kegiatan operasional. Aktiva atau kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, Surat berharga komersial, saham obligasi, dan efek lainnya (Darmadji, 2006:225).

Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan merupakan jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dibagi dengan nilai unit penyertaan yang beredar atau (outstanding). Nilai Aktiva Bersih (NAB) dihitung setiap hari oleh bank custodian setelah mendapat

data dari manajer investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian setiap hari dapat dilihat keesokan harinya di media masa. Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada suatu periode dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

Total NAB pada periode tertentu:


(39)

26

Nilai aktiva bersih (NAB) per unit:

7. Manfaat Reksa Dana

Manfaat yang diperoleh investor jika melakukan investasi dalam reksa dana antara lain ( Darmadji dan Fakhrudin, 2006:210) :

a. Investor, walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar, dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek, sehingga dapat memperkecil resiko. Sebagai contoh, seorang investor dengan dana terbatas dapat memiliki portofolio obligasi yang tidak mungkin dilakukan jika tidak memiliki dana besar. Dengan reksa dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga memudahkan diversifikasi, baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang. Artinya, investasi dilakukan pada berbagai jenis investasi, seperti deposito, saham dan obligasi.

b. Reksa dana memudahkan investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah perkerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua investor memiliki pengetahuan tersebut.

� �������= Total NAB


(40)

27 c. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada reksa dana

yang dikelola oleh manajer investasi professional, investor tidak perlu repot-repot memantau kinerja investasi karena kegiatannya tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi.

Manfaat yang diberikan reksa dana bagi pemerintah dan bursa efek (Rodoni, 2006:177) yaitu:

a. Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksa dana sebagai emiten merupakan laham yang tepat bagi investasi pemodal segala strata, baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga (seperti asuransi dan yayasan dana pensiun) akan lebih percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksa dana.

b. Meningkatkan peranan swasta nasional dalam penghimpun dana masyarakat. Selama ini produk reksa dana dikelola oleh manajer investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital outflows yang berimplikasi pada

mengguncangnya stabilitas neraca pembayaran (balance of payment).

c. Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal Indonesia sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan kapitalis pasar (market capitalization). Tingginya transaksi perdagangan efek dibursa akan menarik masuknya modal asing (capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca


(41)

28

d. Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena ada pergeseran dana dari bank ke capital market.

8. Jenis-jenis Reksa Dana

Jenis-jenis reksa dana berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Terbuka diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan investasinya:

a. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa dana yang mayoritas alokasi investasinya pada efek pasar uang, yaitu efek berjangka kurang dari satu tahun seperti SBI, deposito dan sebagainnya. Tingkat resiko dan return relatif paling

rendah. Reksa dana ini cocok untuk jangka pendek sebagai pelengkap tabungan atau deposito. Tidak ada biaya pembelian dan penjualan kembali. nilai aktiva bersih (NAB) / net asset valuie (NAV) per Unit penyertaan (UP) selalu “di reset” Rp 1000 setiap hari.

b. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa dana yang setidaknya 80% alokasi investasinya pada utang jangka panjang. Potensi resiko dan return lebih besar daripada

tabungan, deposito atau reksa dana pasar uang. Cocok untuk investasi jangka menengah (kurang dari 5 tahun). Ada sebagian


(42)

29

reksa dana yang membagikan keuntungan berupa deviden secara berkala.

c. Reksa Dana Saham

Reksa dana yang melakukan investasi sekurangnya 80% dari portofolio efek ekuitas (saham). Dibanding reksa dana lain, potensi resiko dan return paling tinggi dan cocok untuk jangka waktu 3

tahun atau lebih. d. Reksa dana Campuran

Alokasi aset merupakan kombinasi antara efek ekuitas dan efek hutang yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Potensi resiko dan return biasanya berada di antara reksa dana tetap dan reksa dana saham.

9. Mekanisme Kerja Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif

Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif merupakan satu-satunya bentuk reksa dana yang ada di Indonesia, sedang bentuk Perseroan saat ini tidak terdapat lagi karena satu-satunya Reksa Dana Perseroan, yaitu Reksa Dana BDNI, telah membubarkan diri (Darmadji, 2006:224).

Adapun prosedur transaksi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Seorang investor yang ingin melakukan investasi di Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) menghubungi Manajer Investasi yang mengeluarkan reksa dana tersebut atau agen penjualnya.


(43)

30

Pemodal dapat menanyakan langsung semua informasi mengenai reksa dana yang dikeluarkan oleh Manajer Investasi yang bersangkutan.

b. Setelah memutuskan untuk melakukan investasi, investor membayar sejumlah nilai investasi ke Bank Kustodian. Kemudian bukti transfer beserta formulir permohonan pembelian reksa dana diserahkan kepada Manajer Investasi atau agen penjualnya.

c. Manajer Investasi akan menghubungi Bank Kustodian untuk menerbitkan surat konfirmasi (sebagai bukti investasi yang berisi banyaknya unit penyertaan) kepada investor.

d. Pada saat investor ingin menjual kembali investasinya dalam Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang telah dibeli, investor menghubungi Manajer Investasi atau agen penjualnya dengan menyerahkan surat konfirmasi.

e. Manajer Investasi akan memerintahkan kepada Bank Kustodian untuk melakukan pembayaran ke rekening pemodal yang melakukan redemption tersebut.


(44)

31 Gambar 2.1

Mekanisme kerja Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif

Pernyataan

efektif Pengawasan

pengajuan pernyataan pendaftaran

Instruksi jual/beli penawaran umum

Konfirmasi

Permohonan pembelian/penjualan kembali Instruksi bayar/tagih pembayaran redemption kontrak investasi kolektif

/pembayaran penjualan

Penjualan kembali (Redemption)/Dana pembeli

(Sumber: Darmadji dan Fakhrudin, 2006:224)

10. Risiko Investasi Reksadana

Kendati reksa dana dengan diversivikasinya secara teoti akan meminimalkan resiko, akan tetapi sebagai salah satu alternative investasi reksa dana juga memiliki beberapa resiko yang mungkin saja bisa terjadi dan harus diwaspadai oleh para investor (Rodoni, 2006:180). Terdapat lima hal yang bisa menimbulkan risiko reksa dana, yakni:

a. Konsultasi investasi reksa dana biasanya pada individu tertentu dan memilih satu diantara bentuk investasi yang ada, open-end atau close-end , atau kontrak investasi kolektif. Pilihan tersebut cocok untuk

kondisi ekonomi tertentu, akan tetapi untuk kondisi ekonomi yang BAPEPAM

MANAJER INVESTASI

Perantara Pedagang Efek Investor

Bank Kustodian

Pasar Modal Pasar Uang


(45)

32

berubah, bisa jadi yang diharapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

b. Setiap reksa dana memiliki propektus ketika reksa dana tersebut diluncurkan (masa penawaran) atau initial publid offering (IPO). Bisa saja, prospectus tidak mencerminkan keadaan perusahaan ynag sesungguhnya.

c. Perusahaan reksa dana diharuskan menetapkan nilai asset mereka pada tingkat harga pasar (current market price) yang dihitung setiap hari.

d. Asset dalam perusahaan reksa dana sebagian besar adalah sekuritas yang memiliki hak dan klaim hukum terhadap yang menerbitkannya dan tidak mempunyai wujud fisik.

e. Ada kemungkinan, pemodal tertentu yang menguasai sebagian asset dapat mempengaruhi manajemen reksa dana biasanya ada orang dalam atau yang memiliki hubungan langsung dengan reksa dana melakukan transaksi di reksa dana tersebut.


(46)

33 D. Peraturan Perpajakan yang mengatur Reksa Dana

1. Undang-undang Nomor 17 tahun 2000, Pasal 4 ayat (3) huruf i UU Nomor 10 tahun 1994 dirubah lagi menjadi pasal 4 ayat (3) huruf j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan Reksa Dana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

Penjelasan tentang pasal 4 ayat (3) huruf j yang baru tersebut berbunyi sebagai berikut :

Perusahaan Reksa Dana adalah perusahaan yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali, atau jual beli sekuritas. Bagi pemodal, khususnya pemodal kecil, perusahaan Reksa Dana merupakan salah satu pilihan yang aman untuk menanamkan modalnya. Dalam rangka untuk mendorong tumbuhnya perusahaan Reksa Dana, maka bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan Reksa Dana dikecualikan sebagai Objek Pajak selama 5 (lima) tahun pertama sejak perusahaan Reksa Dana tersebut didirikan atau sejak diperolehnya ijin usaha.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002 tentang pajak penghasilan atas bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek sebagai pengganti peraturan Pemerintah Nomor 139 Tahun 2000 tentang Pajak penghasilan atas penghasilan dari obligasi yang di perdagangkan di Bursa Efek

Dalam pasal 5 huruf c menerangkan bahwa atas bunga, diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh wajib pajak Reksa dana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selama 5 (lima) tahun


(47)

34

pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor:538/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember Tentang Tata cara pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Obligasi yang di perdagangkan di Bursa Efek

Dalam pasal 4 huruf c menyebutkan bahwa dikecualikan dari pemotongan pajak penghasilan atas bunga obligasi bagi reksa dana yang terdaftar pada Bapepam selama 5 tahun sejak pendirian perusahaan/pemebrian izin usaha. Lebih lanjut dalam pasal 5 ayat (2) dijelaskan juga bahwa pengenaan pajak penghasilan akan dikenakan atas bunga obligasi yang diterima Reksa Dana yang terdaftar di Bapepam, setelah 5 tahun sejak pendirian perusahaan, dan tidak bersifat final.

4. Peraturan pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa Bunga Obligasi

Pasal 3 huruf d

Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah:

a. Bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:

1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi; dan

2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi,

b. Diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:


(48)

35

usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;; dan 2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan

persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;,

c. Diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:

1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi; dan

2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi,

d. Bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar:

1) 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010; 2) 5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013;

dan


(49)

36 Tabel 2.1

Perkembangan Kebijakan Perpajakan atas reksa Dana

Perubahan Berkenan dengan: UU No.7/1991 UU No.10/1994 UU No.17/2000 UU No.36/2008 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Reksa Dana (RD)

Pasal 4 ayat (3) huruf J

Pasal 4 ayat (3) huruf J

Pasal 4 ayat (3) huruf J - Jenis Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Reksa Dana (RD) 1.Dividen dari PT. yang didirikan di Indonesia 2.Bunga obligasi 3.Keuntung an dari penjualan atau pengalihan sekuritas Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan RD Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan RD selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha Tidak ada


(50)

37 Tabel 2.2

Perlakuan Pajak penghasilan atas Reksa Dana Reksa Dana Tertutup

Reksa Dana Terbuka


(51)

38 E. Keterkaitan antar Variabel dan pengembangan hipotesis

Kebijakan pajak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap minat investor untuk berinvestasi. Penelitian Amelia (2009) menunjukan terdapat korelasi negatif kuat dan signifikan antara tolok ukur kebijakan pajak dengan penurunan minat investor dalam berinvestasi di reksa dana. Maka, untuk meningkatkan minat investasi investor dalam menginvestasikan dananya di reksa dana, perlu adanya kebijakan pajak yang tidak memberatkan para investor reksa dana.

Penelitian Daniel Berrgsteller dan James Poterba (2000) menunjukan pajak sangat mempengaruhi investor dalam memilih jenis reksa dana yang akan dibeli. Perlakuan pajak terhadap penghasilan yang diperoleh dari reksa dana juga harus memenuhi asas keadilan. Penelitian Indriyanto Kuwat (2005) yang menguji tentang perlakuan pajak reksa dana ditinjau dari prinsip netralitas dan revenue adequacy menunjukan bahwa penerapan tarif final atas pajak penghasilan reksa dana merupakan praktik yang menyimpang dan kurang memenuhi asas keadilan. Sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada instrumen investasi reksa dana.

Hasil temuan Ria Nurhafiza (2009) yang meneliti tentang analisis pengenaan pajak reksa dana sebelum dan sesudah penerapan UU Nomor 7 Tahun 2000, dalam temuannya menunjukan terdapat pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan investasi sebelum dan sesudah penrapan UU Nomor 17 Tahun 2000. Setelah adanya pelaksanaan UU Nomor 17 Tahun 2000 tingkat pertumbuhan investasi reksa dana mengalami penurunan sebesar 44,5%


(52)

39

setelah sebelumnya investasi reksa dana mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada tahun 2002.

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : µ = 0 atau Tidak terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008

Ha : µ ≠ 0 atau Terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008


(53)

40 Tabel 2.3

Tabel Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metodologi Hasil

Amelia ( 2009 )

Korelasi kebijakan pajak Reksa Dana dan minat investor dalam berinvestasi di Reksa Dana 1. Pajak Reksa Dana (x) 2.Minat Investor Terhadap Reksa Dana (Y) Kuantitatif dengan pendekatan pearson correlation Terdapat korelasi negatif, kuat dan signifikan antara kebijakan pajak reksa dana dengan penurunan minat investor dalam berinvestasi di reksa dana. Ria Nurhafiza

( 2009 )

Pengaruh kebijakan pajak Reksa Dana terhadap pertumbuhan Reksa Dana sebelum pelaksanaan UU pajak penghasilan Nomor 17 tahun 2000 dan sesudah pelaksanaan UU pajak penghasilan Nomor 17 tahun 2000

1.Pajak Reksa dana (X) 2.Pertumbuhan

investasi Reksa dana sebelum dan sesudah pelaksanaan Undang-undang No 17 Tahun 2000 (Y)

a. Metode penentua n sampel convenie nce sampling b. Menggun akan analisis deskriptif dengan uji statistic non parametri c dengan alat uji wilcoxon Berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan investasi reksadana pada saat sebelum dan sesudah penerapan

Undang-undang No 17 Tahun 2000


(54)

41

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Peneliti Judul Variabel Metodologi Hasil

Ariesta Hapsari (2008) Dasar Kebijakan pemerintah dalam hal pencabutan fasilitas pajak panghasilan pasal 4 ayat 3 huruf j (X) Impilikasi terhadap pertumbuhan reksa dana (Y)

1.Dasar Kebijakan pemerintah dalam hal pencabutan fasilitas pajak panghasilan pasa 4 ayat 3 huruf j (X) 2.Impilikasi

terhadap pertumbuhan reksa dana (Y) Kualitatif deskriptif Kebijakan pemerintah dalam pemberian Pemberian insentif pajak sangat

berpengaruh kuat terhadap minat investor untuk

berinvestasi di reksa dana. Kuwat Indriyanto (2005) Perlakuan Pajak Penghasilan Reksa dana dari asas keadilan dan Revenue adequacy 1.Perlakuan Pajak Penghasilan (X) 2.Reksadana(Y) Kualitatif deskriptif Penerapan tarif final merupakan praktik yang menyimpang dan kurang memenuhi asas keadilan. Daniel bergsteler, James Poterba (2000)

Do after tax return affect mutual fund inflows?

1.Mutual funds(X1)

2.Income Taxation (X2)

3.Tax and portfolio choice;After tax-return (Y) Pengujian data menggunakan metode regresi

Pajak sangat mempengaruhi investor dalam memilih jenis reksa dana yang akan di beli.


(55)

42 F. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang pengenaan pajak Reksa Dana terhadap pertumbuhan Reksa Dana yang merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4

Skema Kerangka Pemikiran

Mann-Whitney U-Test

UU Nomor 36 Tahun 2008

Pertumbuhan investasi Reksa Dana

Sebelum penerapan UU Nomor 36 Taahun 2008

Setelah penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008


(56)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penelitian akan dilakukan dengan pengambilan data-data sekunder dari berbagai sumber. Sejalan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, fokus utama pengambilan data dilakukan di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Adapun masalah yang diteliti adalah analisis pertumbuhan investasi Reksa Dana sebelum penerapan UU No.36 Tahun 2008 dan setelah penerapan UU No.36 Tahun 2008.

B. Model Penentuan Sampel

Model penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:122). Metode ini digunakan penulis selain untuk memperkecil kesalahan dalam proses pemilihan sampel, juga karena berdasarkan pertimbangan mengenai kelengkapan data, kejelasan data, dan ketersediaan data yang akan dikumpulkan. Data yang akan dipilih dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)


(57)

44 C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses untuk keperluan penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini beberapa metode untuk mengumpulkan data dan informasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang diperoleh dari Bapepam. Penelitian juga dilakukan dengan membaca literatur yang ada, buku, jurnal dan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi yang dibahas.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Dengan menjabarkan data yang diperoleh melalui observasi lapangan dengan menggunakan analisis statistik melalui suatu bentuk pengujian untuk melihat apakah terdapat perbedaan pertumbuhan investasi reksa dana sebelum pelaksanaan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dan sesudah Pelaksanaan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008. Adapun bentuk pengujian yang digunakan adalah dengan menggunakan uji statistik nonparametris. Uji statistik nonparametris digunakan bila datanya berbentuk nominal atau ordinal, dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi harus normal.


(58)

45

Data-data yang didapatkan satu persatu dipaparkan dan diuraikan sejalan dengan pemikiran penelitian ini :

1. Menguji perbedaan pertumbuhan investasi reksadana sebelum dan sesudah penerapan Undang-undang pajak penghasilan No 36 Tahun 2008 dengan window period diambil lima tahun sebelum (2004, 2005, 2006, 2007, 2008) dan dua tahun setelah (2009, 2010) berlakunya Undang-undang No.36 Tahun 2008.

2. Menjelaskan perkembangan investasi reksadana pada periode 2004-2010

Pengujian Hipotesis

Mann-Whitney merupakan salah satu alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang independen bila datanya berbentuk ordinal. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik Nonparametris karena data yang diuji berbentuk nominal atau ordinal dan tidak berlandaskan data harus normal (sugiyono, 2009:293). Proses pengambilan keputusan diantaranya:

1. Hipotesis

Ho : Tidak terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008

Ha : Terdapat perbedaan Pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah Pelaksanaan UU pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 berbeda secara nyata


(59)

46

2. Dasar pengambilan keputusan

Dengan membandingkan angka z hitung pada tabel test statistic

dan z tabel

Jika Zh < Ztabel maka Ho ditolak Jika Zh > Ztabel maka Ho diterima 3. Keputusan:

Dengan membandingkan angka Z hitung pada tabel test statistic

dan Z tabel.

Jika Zh < Ztabel dengan resiko kekeliruan 5%. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Wahyono, 2009:198) antara pertumbuhan investasi reksa dana padaa saat sebelum dan sesudah penerapan UU No.36 Tahun 2008.

E. Operasional Variabel

Operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dana bagaimana mengukur suatu variabel atau konsep (Dominicius, 2009:1) sedangkan variabel adalah cara yang dimiliki oleh objek yang menjadi perhatian peneliti.

Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:


(60)

47 1. UU Nomor 36 Tahun 2008 (X1)

Suatu kebijakan pemerintah atas pembebanan pajak terhadap reksa dana yang sebelumnya tidak dibebankan atau bebas pajak. Adanya penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008 yang mengatur tentang pengecualian pajak atas bunga obligasi reksa dana sejak 5 tahun pendirian, diterapkan pemerintah atas asas keadilan dan dalam rangka peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak. Dimana atas pengenaan pajak tersebut diharapkan akan menambah pendapatan bagi negara.

2. Pertumbuhan investasi Reksa Dana (Y1)

Suatu perubahan yang mungkin terjadi akibat adanya kebijakan pemerintah atas pembebanan pajak reksa dana. Perubahan yang dimaksud adalah kemungkinan terjadinya peningkatan atau penurunan pertumbuhan investasi reksa dana pada tiap periodenya.


(61)

48 BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH

A. Sejarah Pasar Modal

Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek

telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia,

bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.

1. Zaman Penjajahan

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah colonial Belanda mulai

membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya jauh sangat lebih tinggi dari penghasilan pajak pribumi.

Atas dasar itulah maka pemerintahan colonial pada waktu itu

mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavi (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama


(62)

49 Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan.

Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa.Dunlop & Kolf, Gijselman & Steup, Fa Monod & Co, Fa. Adree Witansi & Co, Fa.AW.Deeleman, Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.

Efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.

Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster.

Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa.P.H.Soeters &Co. Perkembangan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek


(63)

50

yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika indeks demgan harga beras yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya + Rp 7 triliun ) yang berasal dari 250 macam efek.

2. Perang Dunia II

Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat dengan memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan Efek-nya di Batavia serta menutup bursa efek di Surabaya dan di Semarang.

Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja.

Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan perseorangan enggan menanam modal di Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas pasar modal pada zaman penjajahan Belanda.


(64)

51 3. Orde Lama

Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia.

Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkankan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952 tentang Bursa, pemerintah RI membuka kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti selama 12 tahun. Adapun penyelenggaraannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari tiga bank negara dan beberapa makelar Efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.

Sejak itu Bursa Efek berkembang dengan pesat, meskipun Efek yang diperdagangkan adalah Efek yang dikeluarkan sebelum Perang Dunia II. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi arbitrase dengan luar negeri terutama dengan Amsterdam.


(65)

52 Masa Konfrontasi

Namun keadaan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 1958, karena mulai saat itu terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga negara Belanda meninggalkan Indonesia.

Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958.

Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan bagi Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan semua Efek dari perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, termasuk semua Efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah perdagangan Efek di Indonesia.

Tingkat inflasi pada waktu itu yang cukup tinggi ketika itu, makin menggoncang dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang dan pasar modal, juga terhadap mata uang rupiah yang mencapai puncaknya pada tahun 1966. Penurunan ini mengakibatkan nilai nominal saham dan obligasi menjadi rendah,


(66)

53

sehingga tidak menarik lagi bagi investor. Hal ini merupakan pasang surut Pasar Modal Indonesia pada zaman Orde Lama.

4. Orde baru

Langkah demi langkah diambil oleh pemerintah Orde Baru untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang rupiah. Disamping pengerahan dana dari masyarakat melalui tabungan dan deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan khusus untuk membentuk Pasar Modal.

Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran.

Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.


(67)

54

Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai pembantu menteri keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.

Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan kepres RI No. 52 tahun 1976 pasar modal diaktifkan kembali dan go publik-nya beberapa perusahaan. Pada jaman orde baru inilah perkembangan PM dapat di bagi menjadi 2, yaitu tahun 1977 sampai dengan 1987 dan tahun 1987 sampai dengan sekarang.

Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar Modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.


(68)

55 a. Pakdes 87

Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi.Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.

b. Pakto 88

Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.

c. Pakdes 88

Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Karena tiga kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode 1988 hingga sekarang.


(1)

76 BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB), hasil uji menunjukan

nilai uji z -2,404. Untuk tingkat kepercayaan 95% didapat nilai z tabel

adalah ±1,96. Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan pertumbuhan

investasi reksadana pada saat sebelum dan sesudah Penerapan UU pajak

No.36 Tahun 2008. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan Ria Nurhafiza (2009) yang menyatakan bahwa Undang-undang

pajak No 17 Tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

investasi reksa dana.

2. Terdapat peningkatan sebesar 57,09% rata-rata pertumbuhan investasi

reksadana sebelum dan sesudah penerapan undang-undang pajak

penghasilan No 36 Tahun 2008. Pajak merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan investasi reksadana. Namun,

pertumbuhan investasi reksadana juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti kondisi makro ekonomi yang relatif stabil. tingkat suku bunga dan


(2)

77 B. Implikasi

1. Bagi Investor Domestik

Pengenaan pajak terhadap bunga obligasi reksa dana akan

menyebabkan investor enggan untuk investasi di reksa dana karena

return yang diperoleh tidak menarik, bahkan dapat mendekati deposito

bank. Sebab return reksa dana dibawah lima tahun menjadi relatif lebih

kecil akibat potongan pajak.

2. Bagi Investor Asing

Pemberlakuan UU pajak Nomor 36 Tahun 2008 dikhawatirkan akan

berdampak negatif terhadap minat investor asing untuk berinvestasi di

reksa dana. Hal ini dikarenakan investor asing cenderung mudah untuk

profit taking sehingga untuk tahun 2011 dan seterusnya minat investor

asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan menurun

sehingga akan menghambat pemerintah untuk menyediakan dana untuk

pembangunan nasional.

3. Bagi Pemerintah

Pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan yang diharapkan dapat

membantu menstabilkan pertumbuhan investasi reksa dana yang baru

saja mulai meningkat seperti menaikkan suku bunga, menjaga stabilitas

inflasi, meningkatkan cadangan devisa, menguatkan pertukaran rupiah

terhadap USD, menjaga pertumbuhan perekonomian dan membuat

kebijakan investasi, serta membuat regulasi atau peraturan yang tidak


(3)

78

DAFTAR PUSTAKA

Amelia. Korelasi kebijakan pajak reksa dana dan minat investor dalam berinvestasi di reksa dana. Skripsi UIN 2009.

Ariesta Hapsari. Analisis pencabutan fasilitas pajak pasal 4 ayat (3) huruf j UU PPh Nomor 36 Tahun 2008. Jurnal perpajakan Indonesia.

Clemens Sialm. 2001. Taxation, portfolio choices, and asset return. Jurnal Proquest.

Daniel Bergstrstler, James Poterba. 2000. Do After Tax Return Affect Mutual fund inflow?. Journal of financial Economics 2002.

Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Fabozzi, Frank. Pasar dan Lembaga Keuangan. 1999. Jakarta: salemba Empat.

Haymans, Adler. Reksa Dana Investasiku. 1987. Jakarta: Kompas.

Kuwat,Indriyanto.2005. Perlakuan Pajak penghasilan Reksa Dana dari asas keadilan dan Revenue Adequacy.Tesis Universitas Indonesia 2005 Michael Millstone. 2008. Mutual Funds: A study of Selected attributes on long

term. Jurnal Proquest.

Moeljoedi. 2006. Keputusan Investasi dalam Keadaan Pasti. Malang: Bayumedia Publishing.

Opriani, Mutiara. Implikasi Ekstensifikasi Pajak Penghasilan Atas Instrumen Reksa Dana Saham. Skripsi Universitas Indonesia 2008

Ponco Utomo. Peluang dan Tantangan Reksa Dana di Indonesia. Riset PT Minna Padi Aset Manajemen April 2010.

Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan:Teori dan Kasus edisi 4.Jakarta:Salemba Empat. Ria Nurhafiza. Analisa Pengenaan Pajak Reksadana Terhadap Pertumbuhan

Investasi Reksadana Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan UU No 17 tahun 2000. Skripsi UIN 2009.


(4)

79

Ridiani Kurnia. Perkembangan Reksa Dana. Riset Bapepam 2005.

Rodoni, Ahmad. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: CSES Press.

Sarwedi. Investasi Asing Langsung Di Indonesia dan Faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol 4 No.1, Mei 2002.

Siti Rochmah Ika. Analisis Efisiensi Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah Penerapan Undang-undang Perpajakan Tahun 2000. Simposiun Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo 2005 Sugiyono.2009. Metode Penelitian dan Bisnis. Jakarta: Alfabeta.

Sumitro, Rahmat. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung: PT.Refika Aditama.

Wahana Komputer. 2009. SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Semarang: Penerbit Andi.

Wahyono, Teguh. 2009. 25Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakrta: Salemba Empat.

www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125110...Analisis%20Pencabutan...di akses

29 oktober 2010

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_dese

mber/Perkembangan Reksa Dana.pdf di akses 29 oktober 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana di akses 29 oktober 2010

http://www.bapepam.go.id/old/layanan/warta/Warta_des05_full.pdf di akses 29

oktober 2010

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_juli/


(5)

86 NPAR TESTS /M-W= TotalNAB BY Keterangan(1 2) /MISSING

ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1]

Tahun Total NAB Keterangan Peringkat

Jan - Juni 2004 486.654.327.772.112.40 Sebelum 6 Juli – Des 2004 589.830.058.599.262.10 Sebelum 11 Jan - Juni 2005 583.790.904.392.968.00 Sebelum 10 Juli – Des 2005 268.400.710.217.958.97 Sebelum 3 Jan - Juni 2006 184.065.521.658.863.70 Sebelum 1 Juli – Des 2006 257.583.170.892.725.62 Sebelum 2 Jan - Juni 2007 360.627.900.177.250.00 Sebelum 4 Juli – Des 2007 493.263.951.722.125.94 Sebelum 7 Jan - Juni 2008 563.735.640.733.762.60 Sebelum 9 Juli – Des 2008 479.740.532.030.354.40 Sebelum 5 Jan - Juni 2009 493.936.728.652.953.56 Sesudah 8 Juli – Des 2009 633.099.440.031.234.10 Sesudah 12 Jan - Juni 2010 797.590.634.585.309.60 Sesudah 14 Juli – Des 2010 757.080.803.562.471.90 Sesudah 13


(6)

87 Mann-Whitney Test

Ranks

Keterangan N Mean Rank Sum of Ranks

Total NAB

Sebelum 10 5.80 58.00

Setelah 4 11.75 47.00

Total 14

Test Statisticsb

Total NAB

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 58.000

Z -2.404

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.014a

a. Not corrected for ties.


Dokumen yang terkait

Dampak penerapan undang-undang no.36 tahun 2008 tantang pajak penghasilan terhadap jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak

1 10 116

Analisis pengenaan pajak reksa dana terhadap pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah pelaksanaan UU Pajak No 17 tahun 2000

0 20 40

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG UNDANG NO. 36 TAHUN 2008

3 10 113

Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan 21 Pegawai Tetap yang Dihitung Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

0 0 21

Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang 36 Tahun 2008.

0 0 20

Analisis Perbandigan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

0 0 22

PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DISTRIBUTOR KEGIATAN USAHA MULTI LEVEL MARKETING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

0 0 1

PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN No. 36 TAHUN 2008 DAN PRAKTIK EARNINGS MANAGEMENT

0 0 12

I. PENDAHULUAN - PENGARUH PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

0 0 11

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PAJAK NOMOR 36 TAHUN 2008 PADA KOPERASI KARYAWAN PUSRI PALEMBANG - POLSRI REPOSITORY

0 0 14