1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Selama beberapa tahun terakhir ini, pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pasar modal mulai
menawarkan berbagai pilihan instrumen investasi. Jumlah dan pilihan ini semakin banyak, mulai dari yang relatif tinggi resikonya sampai pada pilihan
yang beresiko rendah. Alternatif yang semula terbatas pada saham dan obligasi saja, kini semakin beragam.
Salah satu investasi yang paling banyak diminati adalah investasi di reksa dana. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
reksa dana beberapa tahun terakhir ini. Pada Januari tahun 1998 jumlah reksa dana hanya mencapai 77 dengan Nilai Aktiva Bersih NAB mencapai 4,4
Triliun. Namun, pada Desember tahun 2008 jumlah reksa dana mencapai 567 dengan Nilai Aktiva Bersih NAB mencapai 74 Triliun. Bahkan pada akhir
2009 jumlah reksa dana telah mencapai 610 dengan Nilai Aktiva Bersih NAB mencapai 113 Triliun PT Milenium Danatama Indonesia, 2010:1.
Pada tahun 1996 di Indonesia mulai diperkenalkan suatu instrumen investasi baru yang disebut reksa dana. Pada saat itu PT Danareksa
menerbitkan sertifikat yang disebut dengan sertifikat danareksa I dan II. Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah reksa dana tertutup yaitu PT
BDNI Reksa Dana dengan menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu saham Rp 500 sehingga terkumpul dana sebesar Rp 300 milyar. Berdirinya
2 Reksa Dana ini merupakan cikal bakal semaraknya Reksa Dana di
Indonesia. Pendirian Reksa Dana terus berkembang dimana pada tahun 1996
berdiri sebanyak 25 Reksa Dana terbuka dan 25 Reksa Dana ini dikelola oleh 12 manajer investasi. Total Asset Reksa Dana yang dikenal dengan
Nilai Aktiva Bersih sebesar Rp 2,8 Triliun. Kemudian, total Nilai Aktiva Bersih meningkat sekitar Rp 8 Triliun pada Juni 1997. Peningkatan tersebut
karena Reksa Dana mulai dikenal dan masyarakat merasakan tingkat pengembalian yang lebih baik di bandingkan dengan instrumen lain
Manurung, 2007:10. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, Reksa
Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia Darmadji, 2006:209. Selain
terhambat oleh waktu dan pengetahun yang terbatas, aspek perpajakan juga menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam berinvestasi.
Peran perpajakan menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan masyarakat karena akan mempengaruhi imbal hasil return yang akan
didapatkannya. Kebijakan tersebut berupa pembebasan pajak atas bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan reksa dana selama 5 lima tahun
sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf j Undang-undang Pajak Penghasilan No 17 Tahun
3 2000. Kebijakan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri
reksadana yang begitu pesat karena pembebasan pajak atas bunga obligasi reksa dana akan menaikan hasil investasi yang akan didapatkan investor.
Tujuan pemerintah dalam memberikan fasilitas perpajakan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan investasi reksa dana.
Pertumbuhan investasi reksa dana yang semakin tumbuh dengan pesat, perputaran dananya yang sudah mencapai puluhan triliun sehingga
pemerintah melihat terdapat potensial income dari industri reksa dana. Pada tahun 2008, pemerintah kembali mengadakan reformasi perpajakan dengan
mensahkan Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008. Salah satu perubahan yang terdapat dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No
36 Tahun 2008 adalah pencabutan pembebasan pajak atas bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan reksa dana selama 5 lima tahun sejak
pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha. Alasan pencabutan pembebasan pajak atas bunga obligasi reksa dana
sebagaimana tercantum dalam pasal 4 ayat 3 huruf j yang diatur dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No 36 Tahun 2008 adalah agar
terciptanya asas keadilan. Pemerintah menginginkan adanya perlakuan perpajakan yang sama diantara instrumen investasi lain seperti deposito dan
tabungan. Selain itu juga, pencabutan insentif pajak penghasilan atas bunga obligasi yang dilakukan pemerintah agar tercipta prinsip netralitas. Artinya,
setiap aktivitas yang menyebabkan peningkatan ekonomi atau penghasilan harus dikenai pajak. Hal ini bermakna pula penerapan pajak tidak boleh
4 mempengaruhi pilihan masyarakat untuk melakukan konsumsi, produksi dan
investasi Kuwat, 2005:5. Tujuan dari penyempurnaan Undang-undang pajak adalah dalam
rangka ekstensifikasi dan intesifikasi pengenaan pajak yang dilakukan dengan cara mencari objek pajak yang potensial dalam rangka menghimpun
dana dan mendorong pemulihan perekonomian Siti Rochmah Ika, 2005:524. Namun, kebijakan pemerintah yang terkait dengan sektor
keuangan juga harus memperhatikan faktor makro ekonomi. Pemerintah harus melihat dampak makro terhadap pemenuhan pembiayaan jangka
panjang, baik untuk investasi swasta maupun pemenuhan anggaran negara, melalui penerbitan Surat Utang Negara SUN.
Investor akan berpikir berulang kali untuk menanamkan investasinya di pasar modal. Hal ini akan berdampak pada penurunan minat investor.
Akibatnya banyak investor yang lari ke luar negeri karena mereka berpikir dengan investasi diluar negeri akan lebih menguntungkan. Pada dasarnya,
dalam berbisnis hanya mengenal keuntungan dan profesionalisme, bukan soal nasionalisme. Maka atas dasar pemikiran tersebut, pemerintah harus
menyadari bila peraturan dan hambatan investasi di Indonesia belum tertangani dengan baik dan perlu adanya kepastian hukum Latief Adam
dalam Harian Ekonomi Neraca, edisi 26 Oktober 2010. Fenomena-fenomena diatas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian berkenaan dengan “analisis pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan sesudah pelaksanaan UU Nomor 36 Tahun 2008.”
5
B. Perumusan Masalah