BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia dari berbagai penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang.
Prinsip perilaku hidup bersih dan sehat PHBS ini menjadi salah satu landasan dan program pembangunan kesehatan di Indonesia.
Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.
Visi ini dijabarkan menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan mengajak serta memotivasi masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan
untuk mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat; dan jabaran ini disebut dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS merupakan perwujudan riil paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara dan melindungi kesehatannya Depkes RI, 2006. Survei Kesehatan Nasional 2004 menunjukkan bahwa pencapaian rumah
yang melaksanakan PHBS klasifikasi IV baru berkisar 24,38 . Di Sumatera Utara, rumah tangga yang ber PHBS baru mencapai 55,32 . Salah satu kabupaten yang
termasuk rendah dalam rangka pelaksanaan PHBS ini adalah kabupaten Deli Serdang dengan tingkat pencapaian 28,57 , masih jauh dari target minimal pemerintah, yaitu
65 pada tahun 2010.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga,
yaitu; 1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2 Bayi diberi ASI ekslusif, 3 Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, 4 Ketersediaan air bersih, 5
Ketersediaan jamban sehat, 6 Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, 7 Lantai rumah bukan lantai tanah, 8 Tidak merokok di dalam rumah, 9 Melakukan
aktifitas fisik setiap hari, dan 10 Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi
menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu tercapainya penduduk Indonesia yang ber-PHBS pada tingkat
Sehat IV Depkes RI, 2006. Tingkat keberhasilan PHBS di Indonesia cenderung belum maksimal. Hasil
Survei Kesehatan Nasional 2004, menunjukkan bahwa: 1 Cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 64, dengan target nasional 90; 2 Bayi
diberi ASI eksklusif 39,5 , dengan target nasional 80; 3 Cakupan JPKM 19, target nasional 80; 4 Jenis sumber air yang paling banyak digunakan adalah air
sumur terlindung sebesar 35 dan ketersediaan air bersih 81 , target nasional 85 ; 5 Rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 49, target nasional 80; 6
Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 35 dengan target nasional 80 7 Lantai rumah bukan lantai tanah 35 target nasional 80; 8 Hanya 36 penduduk
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Indonesia yang tidak merokok dalam rumah; 9 Hanya 18 penduduk yang melakukan aktifitas fisik; 10 Hanya 16 yang makan buah dan sayur setiap hari.
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2007, diketahui antara lain: cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 67,78; ASI
ekslusif 33,92; cakupan JPKM 8,26; ketersediaan air bersih 75 , rumah tangga yang menggunakan jamban sehat 68,63; kesesuaian luas lantai dengan jumlah
penghuni 27,38 ; lantai rumah bukan lantai tanah 27,38. Cakupan PHBS di Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu yang
terendah di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2007 dan Surkesda Deli Serdang 2007, di ketahui cakupan PHBS
kabupaten Deli Serdang, antara lain: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 82,18; bayi diberi ASI Ekslusif 38,57; mempunyai Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan 30,76; ketersediaan air bersih 81,17; ketersediaan jamban sehat 52,7; kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghunimenggunakan ruangan
bergabung 46,01 ; lantai rumah bukan lantai tanah 93; 91,35 penduduk yang merokok melakukannya di dalam rumah; melakukan aktifitas fisik sedang setiap hari
38,19; pada indikator makan buah dan sayur setiap hari dijumpai 11,15 masyarakat yang mengkonsumsi buah; dan 86,58 mengkonsumsi sayur setiap hari.
Salah satu kecamatan yang mempunyai cakupan rumah tangga ber-PHBS terendah di kabupaten Deli Serdang adalah kecamatan Patumbak urutan 20 dari 22
kecamatan, dengan indikator antara lain; pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan: dokter 10,26 dan bidan 87,18; bayi diberi ASI ekslusif 27,27 ;
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 32,43 ; ketersediaan air bersih 100 ; ketersediaan jamban sehat 64,95 ; dan 100 penduduk merokok di dalam
rumah; 34,34 makan buah setiap hari dan 88,70 makan sayur setiap hari; dan 29,11 melakukan aktifitas sedang setiap hariProfil Kesehatan Kab.Deli Serdang
dan Surkesda, 2007. Strategi promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Deli
Serdang, dibiayai dengan dana yang relative terbatas, sebab proporsi anggaran kesehatan baru mencapai 6,2 dari total APBD, masih jauh dari target 15 dari
APBD sesuai rekomendasi Depkes RI. Pelaksanaan PHBS juga mendapat dukungan dari organisasi non pemerintah, khususnya dari USAID dengan Health Service
Programe HSP, dalam program kesehatan seperti program cuci tangan pakai sabun dalam peningkatan program PHBS. Namun seluruh upaya ini belum mampu
memenuhi target capaian PHBS Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2006. Saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang memprioritaskan program
PHBS, dengan menerapkan strategi pencapaian PHBS melalui kegiatan: 1 Advokasi, 2 Bina suasana, dan 3 Gerakan pemberdayaan masyarakat. Promosi
PHBS menjadi salah satu tugas pokok puskesmas Dinkes Deli Serdang, 2007. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf puskesmas Patumbak Maret, 2008
dapat diketahui bahwa promosi kesehatan kepada masyarakat tentang PHBS atau penggunaan media komunikasi kepada masyarakat belum memberikan informasi
yang baik bagi masyarakat; karena keterbatasan dalam hal pelaksanaan kegiatan dan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
sarana atau media informasi, seperti tulisan, leaflet, penyuluhan, dan media penyaluran informasi lainnya.
Upaya promosi kesehatan dilakukan oleh puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar
kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lintas sektoral untuk mempromosikan berbagai program-program kesehatan termasuk
PHBS. Puskesmas merupakan penghubung langsung antara program pemerintah dengan masyarakat, dan melalui promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mereka mencapai perubahan lingkungan fisik dan sosial melalui aktivitas organisasi dan upaya bersama Muninjaya, 2004.
Hasil penelitian Hasibuan 2004 di Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa responden yang pernah menerima penyuluhan tentang PHBS
sebesar 44,9; dan tidak ada hubungan antara frekuensi penyuluhan dengan tingkat PHBS klasifikasi IV dan belum klasifikasi IV. Namun menurut Hasibuan, yang
mengutip hasil penelitian Syafrizal 2002 di Kabupaten Bungo Jambi, diketahui bahwa penyuluhan mempunyai pengaruh terhadap PHBS. Penyuluhan merupakan
kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga.
Hasil penelitian Sinaga, dkk 2004, di Kabupaten Bantul, menunjukkan rendahnya cakupan PHBS disebabkan oleh kurangnya pemberdayaan masyarakat,
terbatasnya anggaran biaya PHBS, rendahnya peran puskesmas dalam kegiatan
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
penyuluhan PHBS kepada masyarakat, dan rendahnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS.
Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti 2001 Kabupaten Bengkulu Utara, menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang Pauh
akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu, sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud.
Berdasarkan pendapat para ahli seperti Muninjaya, 2004; McKenzie, 2007; dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan sebagai kombinasi terencana dari
mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang kondusif untuk kesehatan
individu, kelompok dan masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang didukung oleh sumberdaya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Berdasarkan pendapat Green 1980, dapat disimpulkan bahwa promosi
kesehatan merupakan determinan penting dari perilaku hidup sehat masyarakat. Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan
perilaku tertentu, yaitu: 1 Faktor pemungkin atau predisposing factor, sebagai factor pemicu perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana;
2 Faktor pemudah atau reinforcing factor, adalah faktor dasar atau motivasi bagi
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
perilaku, misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang; 3 Faktor penguat atau enabling factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lainnya yang dipercaya oleh masyarakat. Berdasarkan pendapat McKenzie 2007 dan Sarwono 2004, dapat
disimpulkan bahwa untuk mengatasi persoalan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, ada dua kemampuan penting yang harus dikuasai, yaitu ketrampilan
untuk mengatur suatu masyarakat dan ketrampilan untuk merencanakan sebuah program promosi kesehatan. Promosi kesehatan mempunyai kekuatan untuk merubah
perilaku masyarakat. Perilaku merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif berfikir,
berpendapat, bersikap dan aktif melakukan tindakan. Dengan demikian promosi kesehatan dapat menjadi faktor penting dalam perubahan perilaku masyarakat menuju
perilaku hidup sehat, baik dalam ukuran sifat perilaku pasif maupun perilaku aktif. Selanjutnya berdasarkan pendapat Notoadmodjo 2003, dapat dijelaskan
bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu internal berupa kecerdasan, persepsi, motivasi,
minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar eksternal meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang
dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat
mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat.
Suci Hati : Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Berdasarkan paparan di atas, sangat penting dianalisis peran strategi promosi meliputi aspek advokasi, bina suasana, dan gerakan pemberdayaan masyarakat
terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS pada Tatanan Rumah Tangga, agar mencapai tingkat klasifikasi Sehat IV yang merupakan sasaran yang
diharapkan pemerintah. Diharapkan hasil analisis ini dapat memberi kontribusi bagi pemecahan
masalah PHBS di lokasi penelitian, dan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan pengetahuan manajemen promosi kesehatan.
1.2. Permasalahan