Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1 BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan baik dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan pembangunan daerah yang bersifat sektoral maupun regional mempunyai keterkaitan antar sektor maupun tingkat administratif suatu wilayah. Menurut Tarigan 2005:33-34 pendekatan sektoral memfokuskan pada kegiatan sektor-sektor yang ada di suatu wilayah, sedangkan pendekatan regional melihat dari cara pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan pada wilayah tersebut, sehingga terjadi hubungan yang saling mendukung antara pembangunan diberbagai sektor dan hubungan antara pembangunan diberbagai tingkat administrasi. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama masing-masing wilayah untuk membentuk sinergi dalam menciptakan pertumbuhan yang serasi dan seimbang. Pembangunan yang diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi riil secara terus menerus ternyata telah mengakibatkan bertambah lebarnya kesenjangan atau ketimpangan antar golongan masyarakat kaya dan miskin dan kesenjangan atau ketimpangan antar daerah yang maju dan yang tertinggal. Kesenjangan atau ketimpangan tersebut menimbulkan garis kemiskinan, karena pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok tidak mencukupi. Kesenjangan juga menimbulkan kecemburuan sosial, kerawanan disintegrasi wilayah, dan disparitas ekonomi yang semakin lebar. Ketimpangan pembangunan yang semakin tinggi dapat diatasi dengan konsep pemerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan ke seluruh lapisan masyarakat dan ke seluruh wilayah Adisasmita, 2005:10. Dalam upaya meningkatkan pembangunan daerah, maka masyarakat harus berperan dalam memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk menciptakan suatu sistem perekonomian yang berkecukupan dan berkelanjutan. Penentuan sektor- 2 sektor yang berpotensial untuk dapat dikembangkan menjadi prioritas utama diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah. Secara empiris pertumbuhan daerah dikaitkan dengan adanya proses spesialisasi, interaksi, sentralitas, dan dinamika pola permukiman. Pertumbuhan daerah berlangsung karena adanya keterkaitan daerah satu dengan daerah lain yang kuat. Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah adalah dengan menetapkan kota –kota tertentu menjadi pusat pertumbuhan growth pole yang berfungsi sebagai pusat pengembangan wilayah dengan harapan agar tercapai pemerataan kesejahteraan bagi penduduk setempat dan bagi penduduk di daerah belakangnya. Pembangunan wilayah yang dikonsentrasikan pada pusat-pusat pertumbuhan, mempertimbangkan hubungan ekonomi antar kota sebagai pusat dan wilayah sekitarnya sebagai wilayah belakang. Hubungan pusat dengan wilayah belakang akan membentuk arus barang, jasa, pergerakan orang migrasi, arus modal dan arus informasi dari wilayah belakang ke pusat atau sebaliknya. Besar hubungan antara pusat dan wilayah belakang tergantung pada berbagai faktor seperti jarak. Jarak dalam hal ini dapat dinyatakan dalam satuan panjang km, waktu tempuh, biaya untuk mencapainya atau kemudahan untuk mencapainya serta sarana dan prasarana. Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari segi ekonomi maupun letak geografis. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten paling timur yang berbatasan dengan Selat Bali yang menghubungkan dengan Propinsi Bali. Kondisi ini memungkinkan Kabupaten Banyuwangi memiliki keuntungan seperti berperan sebagai kota transit bagi para pelaku perjalanan antara Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Bali, sehingga membuka peluang besar bagi Kabupaten Banyuwangi untuk lebih berkembang. Melihat laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, pada tabel 1.1 menggambarkan bahwa pada tahun 2013 mencapai 13.511.707,90 dalam juta, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 12.655.586, 32 dalam juta atau mengalami pertumbuhan 6.76 persen yang berarti ada perlambatan 3 sebesar 0,54 poin dari tahun sebelumnya yang besar pertumbuhan ekonominya mencapai 7.22 persen pada tahun 2012 BPS Kabupaten Banyuwangi, 2013. Tabel 1.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009-2013 Tahun PDRB ADHK dalam juta Tingkat Pertumbuhan 2009 2010 2011 2012 2013 10.380.354,50 11.015.195,17 11.804.189,97 12.656.486,32 13.511.707,90 6,06 6,12 7,16 7,22 6,76 Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2013 Berdasarkan tabel di atas secara riil diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2013 terjadi penurunan laju pertumbuhan. Dalam upaya meningkatkan atau mendorong pertumbuhan ekonomi serta pemerataan wilayah di Kabupaten Banyuwangi, maka diperlukan upaya pemerataan ekonomi dengan memperhatikan penataan ruang dan lingkungan dengan cara mengkaji interaksi pusat wilayah pengembangan, hierarki fungsi pelayanan serta potensi ekonomi daerah yang dimiliki agar dapat ditetapkan suatu arah dan kebijakan yang tepat guna mempercepat pembangunan di Kabupaten Banyuwangi. Menurut PERDA Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang RTRW, 2012-2032 Wilayah Kabupaten Banyuwangi Pasal 11 menjelaskan bahwa Wilayah Pengembangan WP ditetapkan berdasarkan keterkaitan antar wilayah, fungsi dan peran pelayanan dari sistem kota-kota atau disesuaikan dengan hirarki kota yang sudah ditentukan di Kabupaten Banyuwangi. Di dalam Wilayah Pengembangan sudah ditetapkan kota sebagai pusat pelayanan pusat pengembangan, dan beberapa wilayah kecamatan disekitarnya sebagai wilayah pengaruhnya atau wilayah yang dilayani. Pusat-pusat pertumbuhan diharapkan berfungsi sebagai motor penggerak perkembangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah disekitarnya. 4 Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Banyuwangi dari 24 Kecamatan, telah ditentukan empat wilayah pusat pertumbuhan yang didasarkan pada mekanisme pengembangan wilayah yang bertumpu pada sektor daerah nodal atau simpul-simpul daerah yang tercipta melalui daerah-daerah tersebut. Wilayah Pengembangan WP yang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan yaitu WP Banyuwangi Utara Kecamatan Banyuwangi, WP Banyuwangi Tengah Timur Kecamatan Rogojampi, WP Banyuwangi Tengah Barat Kecamatan Genteng dan WP Banyuwangi Selatan Kecamatan Bangorejo. Keempat wilayah pengembangan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan keseimbangan pertumbuhan antar daerah yang efisien. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menuju pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih terarah. Perkembangan perekonomian dan pergeseran pola struktur ekonomi akan memberikan arah kebijakan ekonomi. Oleh karena itu, informasi yang memberikan gambaran perekonomian secara makro dan perencanaan yang matang dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Banyuwangi perlu dilakukan sebagai upaya dalam mendorong pelaksanaan pembangunan daerah, agar lebih baik, terarah, dan tepat sasaran.

1.2 Rumusan Masalah