Strategi Pengembangan Wilayah Studi

55

4.6 Strategi Pengembangan Wilayah Studi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka arah kebijakan dan strategi yang dilakukan untuk mencapai percepatan dan pemerataan pembangunan dapat dirumuskan melalui kombinasi sejumlah pendekatan pembangunan yaitu dengan integrasi keterpaduan kebijakan pemanfaatan ruang dengan kebijakan sektoral. Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi potensi wilayah yang menunjukkan kontribusi sektor terhadap PDRB berbeda-beda diantara empat kecamatan serta dari hasil intergrasi potensi wilayah kecamatan dengan wilayah kabupaten, maka upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi yang didukung oleh adanya sinergi kebijakan sektoral adalah dengan kebijakan pengembangan ekonomi basis terhadap sektor-sektor unggulan yang telah terintegrasi pada masing-masing subwilayah pengembangan, yakni sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dengan demikian strategi pengembangan yang tepat dilakukan dalam meningkatkan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi diprioritaskan pada tiga sektor tersebut, karena ketiga sektor ini sangat berperan penting dalam menghasilkan nilai tambah. Khusus untuk sektor pertanian sebagai sektor basis utama serta sektor paling dominan dalam struktur perekonomian di Kabupaten Banyuwangi, maka kebijakan pembangunan daerah perlu diarahkan untuk meningkatkan produktivitas produksi dan faktor-faktor penunjangnya seperti mengembangkan sektor-sektor lain yang pada masa sekarang bukan basis menjadi sektor basis di masa yang akan datang. Fokus strategi pengembangan ini adalah wilayah kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan yaitu Kecamatan Bangorejo. Perlu adanya pengembangan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan usaha pertanian yang berwawasan bisnis, dengan dikembangkannya agribisnis dan agrowisata di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu juga agroindustri sebagai subsistem agribisnis yang mempunyai potensi sebagai pendorong pasar yang lebih luas dan nilai tambah value added yang besar. Hal ini seperti yang diungkapakan oleh Friedman dalam Adisasmita, 2006:141 mengenai kota pertanian atau agropolitan, bahwa di agropolitan terdapat kegiatan 56 pelayanan pemasaran komoditas hasil pertanian agrobisnis dan terdapat pula kegiatan pengolahan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah agroindustri. Berdasarkan hasil analisis dari metode gravitasi dan skalogram, interaksi yang terjadi antara wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah sekitarnya secara keseluruhan memiliki interaksi atau keterkaitan sangat kuat, namun dalam penyebaran fasilitas atau sarana dan prasarana pembangunan wilayah dalam mendukung perekonomian Kabupaten Banyuwangi dapat disimpulkan belum mengalami pemerataan. Hal ini bisa dilihat pada keberadaan fasilitas pelayanan di Kabupaten Banyuwangi masih terakumulasi di daerah perkotaan. Implikasi kebijakan yang dapat direkomendasikan dengan berpedoman pada perencanaan pembangunan terpadu antar sektor. Sektor ekonomi yang tergolong basis harus mendapat prioritas utama. Pembangunan dapat berjalan dengan lancar apabila sarana dan prasarana fasilitas pendukung pembangunan lengkap. Perlu adanya perhatian terhadap wilayah yang sarana prasarananya kurang lengkap seperti Kecamatan Bangorejo yang memiliki potensi sektor unggulan yang baik, tetapi penyebaran sarana dan ketersediaan sarana dan prasarananya belum memadai. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, maka kecamatan yang terpilih menjadi kota strategis dan diprioritaskan bagi Kabupaten Banyuwangi adalah Kecamatan Rogojampi. Kecamatan Rogojampi terpilih karena dilihat dari tingkat perekonomian dan penyediaan fasilitas pembangunan yang dimiliki oleh wilayah tersebut cukup memadai. Selain itu secara geografis, letaknya termasuk kategori strategis yakni berada di tengah atau di jalur jalan utama wilayah Kabupaten Banyuwangi. Dalam RTRW Kabupaten Banyuwangi, Rogojampi merupakan kawasan pengembangan Bandara Blimbingsari, dengan harapan dapat mendukung tingkat daya hubung aksesibilitas dalam perekonomian. Dengan demikian strategi pengembangan yang tepat untuk dilakukan adalah pembentukan pusat pengembangan baru yang berpusat di Kecamatan Rogojampi dengan mengembangkan dan mengutamakan pada kekuatan potensi sumberdaya lokal yang telah ada dan memperbaiki serta melengkapi sarana prasaranannya. 57 Kawasan pengembangan selanjutnya adalah, Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng. Secara keseluruhan kedua kecamatan ini memiliki sektor basis yang hampir sama satu sama lain dan memiliki lokasi pasar yang cukup strategis. Dengan demikian implikasi kebijakannya adalah dengan mengarahkan kecamatan- kecamatan tersebut menjadi sentra pengembangan usaha perdagangan pusat grosir serta sebagai sentra pemasaran komoditas pertanian agrobisnis dan pengolahannya agroindustri untuk mendukung produktivitas produksi kecamatan lainnya. Adanya penataan ruang dan pembangunan fasilitas umum dan sarana prasarana yang lebih memadai untuk memenuhi kebutuhan wilayah kecamatan pusat pertumbuhan hingga kecamatan hinterlandnya untuk mendorong pemerataan pembangunan, percepatan dan pertumbuhan ekonomi daerah, maka implikasi kebijakan dalam penyebaran fasilitas atau sarana dan prasarana wilayah di setiap kecamatan Kabupaten Banyuwangi yang belum sepenuhnya mengalami pemerataan, diharapkan kepada pemerintah daerah agar dapat memperhatikan dan menindaklanjuti keadaan sarana dan prasarana wilayah kecamatan yang kurang merata untuk mendukung perekonomian Kabupaten Banyuwangi, terutama bagi daerah kecamatan yang jauh dari ibukota kabupaten, seperti Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Siliragung, Kecamatan Singojuruh dan kecamatan lain yang belum ada sarana dan prasarana pendukung dari sektor unggulan yang diprioritaskan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi dalam meningkatkan perekonomian dan pembangunan wilayahnya. Adanya subwilayahkecamatan sebagai wilayah pengembangan, maka diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat lebih terarah sehingga upaya peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai secara optimal. 58

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN