BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di “Herbarium Bogoriense” Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor terhadap jeruk jingga yang diteliti adalah
Citrus x jambhiri Lush, dari suku Rutaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 49.
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik 4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia kulit buah jeruk jingga adalah berbentuk kepingan, warna permukaan luar hijau kecoklatan, bagian dalam
berwarna coklat, berupa kepingan-kepingan kecil kulit buah yang telah dikeringkan. Gambar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 51.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia kulit buah jeruk jingga adalah terdapat fragmen rongga minyak skizolisigen, kristal kalsium oksalat
berbentuk prisma dan berkas pengangkut. Gambar selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 5 halaman 55. 4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia
Universitas Sumatera Utara
Hasil karakterisasi terhadap simplisia kulit buah jeruk jingga dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6-
11 halaman 56-62.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia kulit buah jeruk jingga
Kadar air simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan, hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia kulit buah
jeruk jingga 7,98. Kadar air simplisia berpengaruh pada proses enzimatik dan media pertumbuhan kapang dan jasad renik. Reaksi enzimatik tidak berlangsung
lagi bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10 BPOM RI, 2005. Penetapan kadar sari dilakukan terhadap 2 pengujian yaitu kadar sari larut
dalam etanol dan air. Penetapan kadar sari larut dalam air dan dalam etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air dan
etanol dari suatu simplisia. Kadar sari simplisia kulit buah jeruk jingga larut dalam air diperoleh lebih besar dari kadar sari larut dalam etanol karena dalam
kulit jeruk terdapat metabolit primer ataupun sekunder yang lebih banyak larut dalam air dibandingkan larut dalam etanol. Kulit jeruk mengandung senyawa
glikosida, flavonoid, coumarin, terpen, linalool dan lain-lain Kamal, et al., 2010. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral
No Karakteristik
Hasil pemeriksaan 1
Kadar air 7,98
2 Kadar sari larut air
20,15 3
Kadar sari larut etanol 10,91
4 Kadar abu total
3,66 5
Kadar abu tidak larut asam 0,85
6 Kadar minyak atsiri kulit buah jeruk jingga
segar 4,17
7 Kadar minyak atsiri kulit buah jeruk jingga
kering 7,97
Universitas Sumatera Utara
internal yang terdapat di dalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran. Abu total terbagi dua, pertama abu fisiologis adalah
abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan luar dan terdapat pada
permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam
asam klorida WHO, 2011. Penetapan kadar minyak atsiri dengan menggunakan alat Stahl diperoleh
kadar minyak atsiri kulit buah jeruk jingga segar sebesar 4,17 vb dan yang kering sebesar 7,97 vb. Hasil penetapan kadar minyak atsiri menunjukkan
bahwa kadar minyak atsiri pada sampel kering lebih banyak dari kadar minyak atsiri pada sampel segar. Proses pengeringan beserta adanya uap yang berdifusi
dapat merusak kulit jeruk sehingga dapat membuka pori-porinya. Semakin besar pori-pori terbuka tentunya semakin mudah minyak yang tersimpan di bawah
permukaan kulit jeruk menguap. Hal inilah yang menyebabkan pengeringan bahan baku dapat menghasilkan minyak lebih banyak dibandingkan dengan metode yang
sama tanpa pengeringan Fathur, dkk., 2013.
4.4 Penentuan Indeks Bias dan Bobot Jenis Minyak Atsiri Hasil Isolasi