pada suku Myrtaceae, Pinaceae dan Rutaceae di dalam saluran minyak pada suku Umbelliferae, dan terkandung di dalam semua jaringan pada suku
Coniferae Gunawan dan Mulyani, 2004.
2.2.2 Komposisi kimia minyak atsiri
Perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi
yang digunakan dan cara penyimpanan minyak Vigan, 2010. Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon C, Hidrogen H dan Oksigen O serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen N dan
Belerang S. Komponen kimia minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Golongan hidrokarbon terpen
Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpena, yaitu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isoprene.
Selama proses biosintesis, satuan isoprene saling bergabung membentuk rantai yang lebih panjang dengan cara menggandeng kepala ke ekor Guenther, 1987.
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon C dan Hidrogen H. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri
sebagian besar terdiri dari monoterpen 2 unit isopren dan sesquiterpen 3 unit isopren. Terpena yang paling sering terdapat dalam komponen minyak atsiri
adalah monoterpena dan sesquiterpen. Monoterpena banyak ditemui dalam bentuk asiklik, monosiklis, serta bisiklis Guenther, 1987; Juarez, et al., 2012.
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi terpenoid
Universitas Sumatera Utara
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon C, Hidrogen H dan Oksigen O. Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan peroksid. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena
umumnya mempunyai aroma yang lebih wangi Guenther, 1987; Antara, 2012.
2.3 Sifat Fisikokimia Minyak Atsiri
Analisis sifat fisikokimia dilakukan untuk mendeteksi pemalsuan, mengevaluasi mutu dan kemurnian minyak serta mengidentifikasi jenis dan
kegunaan minyak atsiri.
2.3.1 Sifat fisika minyak atsiri
Minyak atsiri mempunyai konstituen kimia yang berbeda, tetapi dari segi fisikanya banyak yang sama. Minyak atsiri yang baru diekstraksi masih segar
umumnya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan. Sifat- sifat fisika minyak atsiri, yaitu: 1 bau yang karakteristik, 2 mempunyai indeks bias yang
tinggi, 3 bersifat optis aktif dan 4 mempunyai sudut putar optik optical rotation yang spesifik. Parameter yang dapat digunakan untuk tetapan fisika
minyak atsiri antara lain:
a. Bau yang khas
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris essential oil, volatile oil yang dihasilkan oleh tumbuhan dan berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan
penghasilnya Antara, 2012.
Universitas Sumatera Utara
b. Bobot jenis
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-
1,188 dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1,000. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer dan alat ini praktis dan tepat digunakan Guenther, 1987.
c. Indeks bias