Analisis Bakteri Coliform Pada Air Minum Dengan Menggunakan Metode Most Probable Number (Mpn)

(1)

ANALISIS BAKTERI COLIFORM PADA AIR MINUM

DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE

NUMBER (MPN)

TUGAS AKHIR

OLEH:

SELVY WARDHANY NIM 122410117

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Puji dan syukur atas hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ANALISIS BAKTERI COLIFORM PADA AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)” Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt.,selaku Dosen Pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh perhatian hingga tugas akhir ini selesai.

5. Ibu Hj. Ernawati, Apt selaku Kepala Koordinator Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera.


(4)

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Terima kasih kepada sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka, khususnya untuk Bang Aristo Setiawan, Bang Muamar Alfarouq, Rachma, Fanny, Hindri, Selly, Linda dan Wilda. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2012.

Secara khusus dan yang teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Marwan dan Ibunda tersayang Triyuliarti yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dukungan baik moril maupun materil yang tidak tergantikan dan cinta kasih yang selalu memberikan motivasi dan restu yang tidak ternilai harganya dengan apapun.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari tugas akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan tugas akhir yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2015 Penulis,

Selvy Wardhany 122410117


(5)

ANALISIS BAKTERI COLIFORM PADA AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)

ABSTRAK

Air minum merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Kebersihan air minum adalah salah satu syarat utama bagi kesehatan. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui kadar bakteri patogen yang terdapat pada air minum dan mengetahui kualitas serta kelayakan air minum pada sampel dari Laboratorium Kesehatan Daerah. Bakteri patogen yang dianalisis adalah bakteri coliform.

Analisis bakteri coliform dilakukan dengan beberapa tahap pengujian antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test) dan dilihat dengan indeks angka paling mungkin menggunakan Tabel Most Probable Number (MPN). Pada hasil pengujian, terdapat bakteri coliform di dalam sampel melebihi batas normal yaitu 39 yang dilihat dari Tabel MPN seri tiga. Hasil ini tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter coliform pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml.


(6)

THE ANALYSIS OF COLIFORM BACTERIA IN DRINKING WATER USING MOST PROBABLE NUMBER(MPN) METHOD

ABSTRACT

Water is a vital need for mankind’s continuing life. The cleanliness of drinking water is considered the main requirement for a good health. The objective of the writing of this end paper was to observe the content of pathogenic bacteria in drinking water and to know the quality and drink-worthiness of drinking water sample in the Regional Health Laboratory (Laboratorium Kesehatan Daerah). The analyzed pathogenic bacteria was the coliform bacteria.

The analysis of coliform bacteria was done with several phases of tests, which were the presumptive test and the confirmed test and was valued and quantified using the Most Probable Number (MPN) index table. From the test results, there was coliform bacteria inside the sample above the normal limit, which was 39, as seen from the MPN table third series. The result failed to fulfill the requirements regulated in the Health Minister Regulation Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 which states that the maximum content allowed for coliform parameter in drinking water was zero colony per 100 milliliters.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Persyaratan Dalam penyediaan Air Minum ... 8

2.1.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia ... 8

2.1.3 Sumber air Besih ... 10

2.2 Bakteri Koliform ... 11


(8)

ix

BAB III METODOLOGI ... 17

3.1 Tempat ... 17

3.2 Sampel, Alat dan Bahan ... 17

3.2.1 Sampel ... 17

3.2.2 Alat ... 17

3.2.3 Bahan ... 18

3.3 Prosedur ... 18

3.3.1 Pembuatan Media ... 18

3.3.1.1 Media Lactose Broth ... 18

3.3.1.2 Media Brilliant Green lactose Broth ... 19

3.3.2 Uji Perkiraan ... 19

3.3.3 Uji Penegasan ... 20

3.4 Persyaratan ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian ... 21


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabel Hasil Pengujian ... 25

Lampiran 2. Tabel Perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) ... 26

Lampiran 3. Gambar Media Lactose Broth ... 27

Lampiran 4. Gambar Media Lactose Broth Single (LB)... 28

Lampiran 5. Gambar Media Lactose Broth Double (LB) ... 29

Lampiran 6. Gambar Tabung Durham Yang Mengandung Bakteri ... 30

Lampiran 6. Gambar Media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)…….. 31

Lampiran 7. Gambar Sampel Air Minum ... 32


(11)

ANALISIS BAKTERI COLIFORM PADA AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)

ABSTRAK

Air minum merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Kebersihan air minum adalah salah satu syarat utama bagi kesehatan. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui kadar bakteri patogen yang terdapat pada air minum dan mengetahui kualitas serta kelayakan air minum pada sampel dari Laboratorium Kesehatan Daerah. Bakteri patogen yang dianalisis adalah bakteri coliform.

Analisis bakteri coliform dilakukan dengan beberapa tahap pengujian antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test) dan dilihat dengan indeks angka paling mungkin menggunakan Tabel Most Probable Number (MPN). Pada hasil pengujian, terdapat bakteri coliform di dalam sampel melebihi batas normal yaitu 39 yang dilihat dari Tabel MPN seri tiga. Hasil ini tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter coliform pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml.


(12)

THE ANALYSIS OF COLIFORM BACTERIA IN DRINKING WATER USING MOST PROBABLE NUMBER(MPN) METHOD

ABSTRACT

Water is a vital need for mankind’s continuing life. The cleanliness of drinking water is considered the main requirement for a good health. The objective of the writing of this end paper was to observe the content of pathogenic bacteria in drinking water and to know the quality and drink-worthiness of drinking water sample in the Regional Health Laboratory (Laboratorium Kesehatan Daerah). The analyzed pathogenic bacteria was the coliform bacteria.

The analysis of coliform bacteria was done with several phases of tests, which were the presumptive test and the confirmed test and was valued and quantified using the Most Probable Number (MPN) index table. From the test results, there was coliform bacteria inside the sample above the normal limit, which was 39, as seen from the MPN table third series. The result failed to fulfill the requirements regulated in the Health Minister Regulation Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 which states that the maximum content allowed for coliform parameter in drinking water was zero colony per 100 milliliters.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup. Semua makhluk hidup di bumi ini baik tumbuhan, hewan, maupun manusia sangatlah membutuhkan air. Lebih dari 75% isi sel tumbuh–tumbuhan mengandung air, pada tanaman setahun (semusim) terdapat air sampai 90%, lebih dari 67% isi sel hewan tersusun oleh air dan pada tubuh manusia mencapai 68% kadar air dalam tubuh. Manusia sebelum lahir sudah berada di lingkungan yang terdapat air yaitu di dalam kandungan seorang ibu, dan untuk tetap hidup kadar air dalam tubuh harus tetap di pertahankan. Apabila sesorang kehilangan air sebanyak 12 % dari tubuhnya, maka seseorang tersebut akan meninggal dunia (Eddy, 2003). Air banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, industri, sumber energi, sarana transportasi, dan tempat rekreasi. Kebutuhan air tiap orang ditentukan oleh tingkat kemajuan peradaban manusia. Pada masa mendatang berbagai kegiatan pembangunan dan kemajuan di dunia semakin memerlukan lebih banyak air dengan kualitas tertentu, seperti pertumbuhan penduduk, perkembangan industri, kebutuhan pangan, usaha perikanan air tawar dan pertambakan, serta kemajuan dan perkembangan teknologi semuanya memerlukan air (Eddy, 2003).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di


(14)

minum. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat seperti arsen (As), timbal (Pb), seng (Zn), kadnium (Cd), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan nikel (Ni). Kebutuhan air minum pada setiap orang bervariasi mulai dari 2,1 liter hingga 2,8 liter perhari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia maupun bakteriologis (Menkes RI, 2010, Waluyo, 2009).

Masalah utama pada air adalah tingginya pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga hingga limbah industri. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mendapatkan sumber air yang baik khususnya pada air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Dalam pengelolaannya, air minum isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri coliform (Anonim¹, 2014).

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula kehadiran bakteri patogen lainnya yang bisa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi oleh kotoran manusia atau hewan adalah Escerichia coli, yaitu mikroba penyebab terjadinya diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Anonim¹, 2014).

Oleh karena itu, penting dilakukan analisis untuk mengetahui mutu air minum. Ada beberapa metode untuk mengukur jumlah bakteri koliform seperti


(15)

metode hitung cawan, tetapi metode Most Probable Number (MPN) lebih baik digunakan bila dibandingkan dengan metode hitung cawan, karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam sampel. Berdasarkan hal di atas maka dipilihlah judul tentang ”Analisis bakteri kolifom pada air minum dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN)” karena analisis tersebut sangat penting dan merupakan salah satu cara untuk menentukan kualitas air minum yang kita konsumsi.

1.1 Tujuan

Untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform di dalam sampel air minum dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan menteri kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010.

1.2 Manfaat

Sebagai sumber informasi apakah air minum tersebut layak atau tidak untuk dikonsumsi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Air

Air merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu beberapa orang senantiasa mencari tempat tinggal dekat dengan air, dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya kemajuan dibidang industri, maka semakin meningkat pula masalah pencemaran kualitas air. Pencemaran air menyebabkan dampak lingkungan yang buruk seperti bau yang tidak sedap, menurunkan keanekaragaman makhluk hidup, dan berdampak negatif pada kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar mengandung mikroorganisme petogen dan mengandung banyak zat-zat beracun. Pencemaran juga terjadi karena aktivitas manusia yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan bahaya bagi kesehatan masyarakat atau merugikan bagi pengguna air lainnya. (Nugroho, 2006).

Air seharusnya dimanfaatkan dengan baik, dan dijaga agar tidak tercemar. Menurut World Health Organisation (WHO), dua miliar penduduk saat ini terindikasi resiko menderita penyakit diare yang disebabkan oleh air. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari lima juta anak setiap tahunnya (Sanim, 2011).

Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih. Air bersih merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan


(17)

dapat diminum apabila telah dimasak, sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat langsung diminum (Waluyo, 2009).

Kualitas air bersih ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK Dirjen PPM dan PLP No.1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut:

1) Air bersih kelas A kategori baik mengandung total koliform kurang dari 50/ml.

2) Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51 – 100/ml.

3) Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101 – 1000/ml. 4) Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001 –

2400/ml.

5) Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih

2400/ml (Undari, 2014).

Air digunakan untuk bermacam-macam kebutuhan. Kualitas air untuk keperluan sebagai air minum dapat di bedakan ke dalam 5 golongan sebagai berikut:

1) Golongan I yaitu air yang dapat digunakan langsung tanpa pengolahan 2) Golongan II yaitu air minum untuk rumah tangga dan keperluan lainnya

tetapi tidak untuk golongan I

3) Golongan III yaitu air untuk keperluan perikanan, perternakan, dan keperluanlainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan I dan II


(18)

4) Golongan IV yaitu air untuk keperluan pertanian, usaha industrilistrik tenaga air, lalu lintas air dan keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan I, II, dan III

5) Golongan V yaitu air yang tidak sesuai untuk golongan I, II, III, dan IV (Perdana, 1992).

Air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standard yang ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk kesehatan. Perlindungan terhadap sumber air merupakan hal penting dalam memperoleh air minum yang aman, karena mencegah air dari pencemaran. Selain sumber-sumber air yang harus dilindungi, sarana untuk air bersih juga harus dilindungi. Sarana air bersih adalah sarana yang dapat menghasilkan air bersih seperti sumur gali, penampungan air hujan, perlindungan mata air, dan sistem perpipaan. Bila sarana air bersih dibuat sesuai persyaratan kesehatan, maka diharapkan pencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas air yang diperoleh menjadi lebih baik (Waluyo, 2009).

Pencemaran air dapat menyebabkan bahaya bagi organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem. Tingkatan pengaruh pencemaran air terhadap manusia dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kelas 1 yaitu gangguan estetika (bau, rasa, pemandangan) 2. Kelas 2 yaitu gangguan atau kerusakan terhadap harta benda 3. Kelas 3 yaitu gangguan terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan 4. Kelas 4 yaitu gangguan terhadap kesehatan manusia


(19)

6. Kelas 6 yaitu kerusakan ekosistem utama (Soegianto, 2005).

Perbaikan kualitas air dengan cara memperbaiki lingkungan juga merupakan salah satu cara untuk melindungi pencemaran air yang berasal dari air buangan, air jamban, pembuangan sampah dan perbaikan tingkah laku dan kebiasaan.

a. Pengendalian pencemaran air dari jamban

Jamban merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk membuang kotoran manusia sehingga tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air di sekitarnya. Adapun cara untuk mengurangi pengaruh jamban dalam pengendalian pencemaran air salah satunya adalah membuat jarak antara lubang penampung dengan sumber air minimal 11 meter.

b. Pengendalian pencemaran air dari sampah

Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat dari aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak diinginkan lagi sehingga dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh sampah terhadap pencemaran air adalah dengan membuang sampah pada tempatnya.

c. Pengendalian pencemaran air dengan perbaikan tingkah laku dan kebiasaan.

Air bersih yang tersedia dari sarana air bersih sampai akhirnya menjadi air minum melalui beberapa tahap. Masing-masing tahap memiliki resiko pencemaran, tergantung pada tingkah laku dan kebiasaan masyarakat tersebut (Waluyo, 2009).


(20)

2.1.1 Persyaratan dalam penyediaan air minum

Sistem penyediaan air minum harus memenuhi beberapa persyaratan utama. Salah satunya adalah persyaratan bakteriologik. Syarat-syarat bekteriologik adalah air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologi ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E.Coli atau Fecal dalam air (Sutrisno, 2004).

Air mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran (tinja) manusia. Tinja dari penderita sangat potensial menularkan penyakit. Ada parameter biologi atau mikrobiologi lain yang dipakai untuk menentukan kualitas air yaitu dengan menghitung koloni sebelum disinfeksi (penghambatan mikrobiologi) harus mencapai < 100 ml atau setelah disinfeksi mencapai < 20 ml pada suhu inkubasi 20 °C dan 36 °C (Waluyo, 2009).

Air minum untuk konsumsi manusia menurut departemen kesehatan memiliki persyaratan yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung logam berat dan tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat langsung diminum (Menkes, 2010).

2.1.2 Kegunaan air bagi tubuh manusia

Tubuh manusia mengandung air antara 60-70% dari berat badan. Agar tetap hidup manusia harus memenuhi kebutuhan air terhadap tubuhnya. Pada


(21)

orang dewasa, mereka membutuhkan air kira-kira 2.200 gram setiap harinya (Sutrisno, 1997).

Air digunakan oleh tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme tubuh, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga agar tubuh tidak dehidrasi. Apabila tubuh kehilangan banyak air maka seseorang tersebut akan mati, karena manusia mampu bertahan hidup tanpa makan beberapa minggu namun tanpa air manusia akan mati dalam beberapa hari saja (Sutrisno, 1997, Sanim 2011).

Air juga digunakan untuk kebersihan tubuh manusia, seperti mencuci, memasak, mandi dua kali sehari, minum dan sebagainya, sehingga diharapkan manusia dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik dan seimbang (Sutrisno, 1997).

2.1.3 Sumber air bersih

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibedakan menjadi berbagai jenis seperti air angkasa atau air hujan, air permukaan, air tanah, air sumur dan air mata air.

1. Air tahan

Air tahan (Ground water) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar 10−10

sampai 10−3 m

³

/detik dan dipengaruhi oleh porositas (kemampuan tanah

dalam menyerap air), permeabilitas (kecepatan air merembes ke dalam tanah) dari lapisan tanah, dan pengisian air kembali. Karena pergerakan


(22)

yang sangat lambat, air tanah akan sulit untuk pulih jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).

2. Air sumur

Air sumur merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Untuk memperoleh sumber air tersebut umumnya manusia membuat sumur gali atau sumur bor. Sumur gali adalah satu konstruksi bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi, yang mempunyai kedalaman 12-40 meter (Gabriel, 2001).

3. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Air ini umumnya mendapatkan pengotoran selama pengalirannya. Pengotoran tersebut misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri, dan lain sebagainya. Dengan adanya pengotoran ini menyebabkan kualitas air berbeda-beda. Secara umum air permukaan dibagi menjadi air sungai dan air rawa atau danau. Air sungai umumnya mempunyai derajat pengotoran yang sangat tinggi sehingga dalam penggunaannya sebagai air minum harus melalui proses yang panjang (Waluyo, 2009).


(23)

Air mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan air sumur (Waluyo, 2009). 5. Air hujan

Air hujan atau air angkasa atau air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih, namun sering terjadi pengotoran karena debu, asap industri dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran (Waluyo, 2009).

2.2Bakteri Koliform

Bakteri koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator pencemaran terhadap air. Adanya bakteri coliform di dalam air menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik (bakteri penyebab diare) atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1993).

Bakteri koliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri koliform merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang sering digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun


(24)

seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena berbanding lurus dengan pencemaran air, makin sedikit kandungan koliform artinya kualitas air semakin baik. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada bakteri patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Undari, 2014).

Bakteri koliform merupakan campuran antara bakteri fekal dan non-fecal. Prinsip penentuan angka bakteri koliform dengan ditandai terbentuknya gas pada tabung durham setelah diinkubasi dengan media yang sesuai (Anonim¹, 2014).

Bakteri koliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media agar sederhana, koloni sirkuler berdiameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan koloni halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih (Undari, 2014).

Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu: 1. Coliform fekal, misalnya Escherichia coli

2. Coliform non-fekal, misalnya Enterobacter aerogenes. E.Coli. Merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia, sedangkan E. aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman – tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993).

Bakteri koliform memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen


(25)

b. mempunyai sifat dapat mensistesa vitamin

c. mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,5oC d. mampu menghasilkan asam dan gas pada gula

e. dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan

(Suriawiria, 1996). Bakteri koliform memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. bakteri kolifor berbentuk batang b. kelompok dari bakteri gram negatif c. tidak membentuk spora

d. bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan pada suhu 35°C (Lay, 1994).

2.3Metode Most Probable Number (MPN)

Metode MPN biasanya digunakan untuk uji kualitas mikrobiologi air, dalam percobaan tersebut digunakan kelompok koliform sebagai indikator. Koliform dapat memfermentasi laktosa dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 °C (Lay, 1994).

Metode MPN menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya


(26)

kekeruhan atau terbentuknya gas yang dihasilkan pada tabung durham yang diletakkan pada posisi terbalik oleh mikroba pembentuk gas (Fardiaz, 1993).

Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Jumlah koliform ini bukan merupakan perhitungan yang tepat namun merupakan angka yang mendekati jumlah yang sebenarnya. Uji ini terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Uji pendugaan (Presumptive test)

Merupaka test pendahuluan tentang ada atau tidaknya kehadiran bakteri coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya gas dapat dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Banyaknya kandungan bakteri golongan coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel berbentuk cair. Bila inkubasi 1x24 jam pada suhu 35°C. Jika dalam waktu 2x24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.


(27)

Uji penegasan dilakukan untuk menegaskan bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh bakteri koliform. Uji positif pada uji penegasan menghasilkan angka indeks, angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel (Lay, 1994).

3. Uji lengkap (Completed test)

Bila diperlukan uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan media yang menunjukkan hasil positif pada uji penegasan. Uji koliform tidak harus selalu dilakukan secara lengkap, tergantung dari berbagai faktor seperti waktu, mutu contoh yang diuji, biaya, dan faktor-faktor lainnya ((Lay, 1994, Irianto, 2013).

Adapun persyaratan yang telah ditetapkan dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN koliform per 100 ml air dinyatakan dengan 0 Colony Forming Units (CFU)/100 ml sampel, sedangkan persyaratan mutu air bersih menurut permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk air bersih adalah MPN perkoliform per 100 ml air adalah 50 (Menkes, 2010).

Tabel yang digunakan untuk menentukan nilai MPN dari 3 seri tabung berbeda dengan tabel untuk 5 seri tabung. Kombinasi dipilih dimulai dari pengenceran tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung posistif, sedang pada pengenceran yang berikutnya ada tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari 3 pengenceran. Jika pada pengenceran yang keempat atau seterusnya masih ditemukan tabung yang hasil positif, maka jumlah tabung yang positif tersebut ditambahkan pada angka kombinasi ketiga sampai mencapai jumlah maksimum (Fardiaz, 1993).


(28)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisis Kualitatif bakteri Coliform pada air minum, dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jalan Williem Iskandar Pasar V No. 15 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

Organoleptis sampel:

Bentuk: air minum dengan kode 0388. Warna: Sampel tidak berwarna

Rasa: tidak berasa Bau: tidak berbau.

3.2.2 Alat

1. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media terdiri dari autoklaf, oven, beaker glass, hot plate, magnetic stirrer, neraca analitis dan pipet volume.

2. Peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari bola karet, inkubator 350C, inkubator 440C, jarum ose, bunsen, pipet volume, rak tabung, kapas, tabung durham dan tabung reaksi.


(29)

3.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari Media Lactose Broth dan Brilliant Green Lactose Broth.

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan Media 3.3.1.1Media Lactose Broth

a. Pembuatan Media Lactose Broth Single

Ditimbang seksama media Lactose Broth sebanyak 13 gram. Dimasukkan ke dalam beker gelas, dilarutkan dalam 1 liter akuades. Dimasukkan Magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham masing-masing 10 ml dalam 10 tabung. Disterilkan di dalam oven dengan tekanan 1 atm pada suhu 121˚C selama 15 menit, setelah dingin di simpan di tempat yang bersih dan kering.

b. Pembuatan Media Lactose Broth Double

Ditimbang seksama media Lactose Broth sebanyak 52 gram. Dimasukkan ke dalam beker gelas, dilarutkan dalam 1 liter akuades. Dimasukkan Magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham masing-masing 5 ml dalam 5 tabung. Disterilkan di dalam oven dengan tekanan 1 atm pada suhu 121˚ C selama 15 menit, setelah dingin di simpan di tempat yang bersih dan kering.


(30)

3.3.1.2Media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)

Ditimbang seksama media Brilliant Green Lactose Broth sebanyak 40 gram. Dimasukkan ke dalam beker gelas, dilarutkan dalam 1 liter akuades. Dimasukkan Magnetic stirer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham masing-masing 10 ml. Disterilkan di dalam oven dengan tekanan 1 atm pada suhu 121˚C sel ama 15 menit, setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

3.3.2 Uji Perkiraan

a) Siapkan 9 tabung reaksi, dibuat sebanyak tiga seri yang berisi media Lactose Broth siap pakai, yang terdiri dari tiga tabung berisi Lactose Broth Doble dan enam tabung Lactose Broth Single dalam keadaan steril dan dimasukkan durham ke masing-masing tabung. Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda sebagai berikut:

 Nomor sampel

 Volume sampel

 Tanggal penanganan

b) Sampel dikocok terlebih dahulu agar homogen

c) Dimasukkan sampel dengan menggunakan pipet volume, tiga tabung reaksi yang berisi Lactose Broth Doble (LBD) dimasukkan sample sebanyak 10 ml, tiga tabung yang berisi Lactose Broth Single (LBS) dimasukkan sample sebanyak 1 ml dan tiga tabung reaksi yang berisi Lactose Broth Single (LBS) sebanyak 0,1 ml.


(31)

d) Masukkan seluruhnya ke dalam tabung inkubator pada suhu 37oC selama 24-48 jam.

e) Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi di dalam tabung durham.

f) Catat tabung yang dinyatakan positif dengan dilihatnya tabung tersebut terlihat mengkeruh dan terdapat gelembung gas pada tabung durham. Selanjutnya dilakukan uji penegasan.

3.3.3 Uji Penegasan A.Total Coliform

1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji perkiraan, diinokulasikan kedalam tabung yang berisi media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) sebanyak 5 ml, masing-masing diisi satu sampai dua ose yang pengerjaanya dilakukan secara aseptis.

2. Diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 - 48 jam.

3. Selanjutnya, dilakukan pengamatan dengan melihat tabung yang menunjukkan terbentuk gelembung gas pada tabung durham. Jika terdapat gelembung gas pada tabung durham dan warna pada tabung reaksi terlihat mengkeruh maka uji penegasan dinyatakan positif.

4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN.


(32)

3.4Persyaratan

Sesuai Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter coliform air minum yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari adalah 0.


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap sampel air minum yang terdapat di Laboratorium Kesehatan Daerah maka diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1 Hasil pemeriksaan bakteri koliform dengan metode MPN

Jenis sampel

Kode sampel

Uji perkiraa Uji penegasan

Nilai MPN

LB 37OC

LB 37OC

LB 37OC

BGLB 37OC

BGLB 37OC

BGLB 37OC 10 ml 1 ml 0,1 ml 10 ml 1 ml 0,1 ml Air

Minum

0388 3/3 3/3 3/3 3/3 0/3 1/3 39

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis bakteri coliform pada air minum didapatkan hasil positif pada tabung durham 3-0-1 dengan jumlah coliform 39 dilihat pada tabel MPN seri 3. Dari hasil diatas diketahui bahwa air minum telah mengalami pencemaran bakteri Coliform dan membuktikan bahwa air tidak memenuhi persyaratan sebagai air minum.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV /2010 angka MPN untuk bakteri Coliform adalah 0. Pencemaran yang terjadi kemungkinan karena air minum tersebut berasal dari lingkungan yang kurang bersih dan tidak terjaga kualitasnya.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh jumlah bakteri koliform pada sampel air minum adalah 39. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak memenuhi persyaratan peraturan menteri kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 karena hasil yang didapat melebihi batas maksimum yang diperbolehkan yaitu 0.

5.2 Saran

Sebaiknya pada analisis bakteri koliform pada air minum digunakan metode lain seperti metode hitung cawan atau metode Milipore Membran-Filter (MF) agar menjadi perbandingan dan untuk membuktikan bahwa hasil yang didapat oleh metode MPN lebih akurat.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Andrian G. Bambang, Fatimawali dan Novel S. Kojong. (2014). Analisis

Cemaran Bakteri Coliform Dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Air Isi Ulang Dari Depot Di Kota Manado. Tanggal diakses 7 April 2015.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Peraturan Mentri Kesehatan No. 492 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang.UMM Press. Hal 100.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal 61-62.

Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 68,69, 70,73.

Gabriel, F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal 50.

Sutrisno, T dan Suciastuti, Eni. (1997). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 10-11.

Gintings, P. (1992). Mencegahan dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal 38.

Irianto, K. (2013). Mikrobiologi Medis. Bandung: Alfabeta. Hal 416.

Lay, W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 123-124.

Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Hal 9-10.

Eddy, K. (2003). Penggelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Hal 131, 133.

Sanim, B. (2011). Sumber Daya Air dan Kesejahteraan Publik. Bogor: PT. Penerbit IPB Press. Hal 1-3.


(36)

Undari, C. (2014). Pemeriksaan Bakteri Koliform Pada Air Sumur Masyarakat Persawahan Di Desa Sungai Kuning Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi. Pekanbaru: Fakultas Mipa Dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah Riau.

Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang. UMM Press. Hal 2,116, 118, 119, 136, 142.


(37)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tabel 1. Hasil Analisis Bakteri Coliform dengan Metode MPN

Jenis sampel

Kode sampel

Uji perkiraa Uji penegasan

Nilai MPN

LB 37OC

LB 37OC

LB 37OC

BGLB 37OC

BGLB 37OC

BGLB 37OC 10 ml 1 ml 0,1

ml 10 ml 1 ml

0,1 ml Air

Minum


(38)

Lampiran 2

Tabel 2. Perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) Koliform Untuk Kombinasi Porsi: 3 x 10 ml; 3 x 1 ml; 3 x 0,1 ml dengan 95% batas kepercayaan

Jumlah tabung yang positif MPN / 100 ml

95% batas kepercayaan 3 tabung 10 ml 3 tabung 1 ml 3 tabung 0,1 ml

Lebih rendah Lebih tinggi

0 0 1 3 0,5 9

0 1 0 3 0,5 13

1 0 0 4 0,5 20

1 0 1 7 1 21

1 1 0 7 1 23

1 1 1 11 3 36

1 2 0 11 3 36

2 0 0 9 1 36

2 0 1 14 3 37

2 1 0 18 3 44

2 1 1 20 7 89

2 2 0 21 4 47

2 2 1 28 10 149

3 0 0 23 4 120

3 0 1 39 7 130

3 0 2 64 15 379

3 1 0 43 7 210

3 1 1 75 14 230

3 1 2 120 30 380

3 2 0 93 15 380

3 2 1 150 30 440

3 2 2 210 36 470

3 3 0 240 36 1300

3 3 1 460 71 2400


(39)

Lampiran 3

Media Lactose broth (LB)


(40)

Lampiran 4


(41)

Lampiran 5


(42)

Lampiran 6


(43)

Lampiran 7


(44)

Lampiran 8

Sampel Air Minum


(45)

Lampiran 9

Autoclave


(1)

Lampiran 4


(2)

Lampiran 5


(3)

Lampiran 6


(4)

Lampiran 7


(5)

Lampiran 8

Sampel Air Minum


(6)

Lampiran 9

Autoclave