1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan konsumsi
terhadap soft drink?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan konsumsi terhadap soft drink pada siswa kelas XI SMA Sutomo 1 Medan tahun 2010.
1.3.2 Tujuan khusus:
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa kelas XI SMA Sutomo
1 Medan terhadap soft drink pada tahun 2010. 2. Untuk mengetahui gambaran konsumsi soft drink siswa kelas XI SMA Sutomo
1 Medan pada tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Menambah kemampuan dalam mengerjakan KTI bagi peneliti.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai soft drink bagi para pembaca.
3. Sebagai sumber bacaan bagi penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Soft Drink
2.1.1 Pengertian Soft Drink
Soft drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari sugar-sweetened soft drink
dan non-sugar soft drink. Sugar-sweetened soft drink merupakan soft drink dengan zat pemanis yang berasal dari gula, sedangkan non-sugar soft drink merupakan soft
drink dengan zat pemanis yang berasal dari pemanis buatan Australian Beverages Council, 2004.
2.1.2 Kandungan Soft Drink
Jenis-jenis kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian Beverages Council 2004, meliputi antara lain:
1. Carbonated water air soda Air soda merupakan kandungan utama yang terdapat dalam soft drink
yaitu sekitar 86. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh manusia. Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida
CO
2
. 2. Bahan pemanis
Rasa manis yang terdapat dalam soft drink dapat berasal dari sukrosa atau pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa
yang termasuk dalam karbohidrat. Jumlah sukrosa yang terdapat dalam soft drink sekitar 10. Pemanis buatan yang sering dipakai dalam soft drink ialah
aspartam. Aspartam dibentuk dari perpaduan asam aspartat dengan fenilalanin dan bersifat 200 kali lebih manis dari gula sehingga hanya sedikit jumlah
aspartam yang terkandung dalam soft drink.
Universitas Sumatera Utara
3. Bahan perasa Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan.
Bahan perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft
drink memberi rasa yang lebih baik. 4. Asam
Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink. Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor.
5. Kafein Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft
drink. Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah ¼ sampai ⅓ dari
jumlah kafein yang terkandung dalam kopi. 6. Pewarna
Pewarna bersamaan dengan gas CO
2
merupakan bagian dari karakteristik soft drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat
digunakan.
2.1.3 Konsumsi Soft Drink
Soft drink dikonsumsi dalam bentuk kemasan seperti gelas, kaleng, dan botol. Jumlah konsumsi pada setiap kemasan menggunakan aturan Dutch standard
serving sizes Horst, 2009 sebagai berikut: 1. Gelas 200 ml
2. Kaleng 330 ml 3. Botol 500 ml
Hampir separuh anak-anak dengan rentang usia 6 sampai 11 tahun mengkonsumsi soft drink dengan jumlah rata-rata 2 gelas per hari. Rata-rata jumlah
konsumsi soft drink pada lelaki dari usia 12 sampai 19 tahun sekitar 4 gelas per hari, sedangkan perempuan sekitar 1,7 gelas soft drink per hari. Berikut ini
dilampirkan tabel jumlah konsumsi soft drink sebagai berikut Jacobson, 2008:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Konsumsi soft drink regular dan diet pada usia 12 sampai 19 tahun di Amerika Serikat tidak termasuk bukan peminum
Tahun Gelas per hari
Laki-laki Perempuan
1977-1978 2,3
2,1 1987-1988
3,3 2,6
1994-1996 4,0
3,0 Sumber: Diet and Diabetes Homepage
He et al 2010 memperoleh gambaran mengenai jumlah konsumsi cairan pada anak-anak dan remaja yang tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Konsumsi cairan dan proporsi dari komponen asupan cairan pada anak dan remaja di London, Inggris
Usia tahun
n Susu
Jus buah Beverage
Kopi dan Teh Air
Soft Drink, sugar-sweetened
Soft Drink, Kalori Rendah
Konsumsi cairan total
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Mean SD, gelashari
Remaja putra 11
127 1,06±0,79
18 0,28±0,48
5 0,12±0,42
2 0,52±0,83 9
0,39±0,72 7
1,91±1,70 33
1,62±2,43 28
5,90±2,72 100
13 106
1,15±0,82 19
0,30±0,52 5
0,09±0,24 1 0,54±0,95
9 0,57±0,76
10 1,94±1,92
33 1,34±1,56
23 5,93±2,73
100 15
101 1,04±0,81
15 0,32±0,64
5 0,08±0,24
1 1,18±1,98 17
0,58±0,92 8
2,47±2,72 36
1,20±2,16 18
6,87±3,75 100
17 78
1,11±0,85 15
0,34±0,57 5
0,04±0,12 1 1,62±1,67
23 1,03±1,78
14 2,41±2,75
34 0,61±1,11
9 7,16±3,23
100 Remaja putri
11 123
0,69±0,62 14
0,28±0,48 6
0,07±0,19 1 0,50±0,85
10 0,45±0,69
9 1,45±1,24
29 1,48±2,06
30 4,92±2,25
100 13
111 0,81±0,71
16 0,31±0,53
6 0,05±0,16
1 0,69±1,00 14
0,68±1,03 13
1,58±1,59 31
0,92±1,14 18
5,04±2,06 100
15 109
0,69±0,57 12
0,35±0,59 6
0,09±0,23 2 1,17±1,62
21 0,66±0,90
12 1,63±1,85
30 0,94±1,59
17 5,53±2,37
100 17
98 0,70±0,65
12 0,26±0,41
5 0,07±0,33
1 1,82±1,84 32
0,66±0,83 12
1,35±1,44 24
0,82±1,75 14
5,68±2,88 100
Sumber: Hypertension JAHA
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 2.2, konsumsi minuman terbanyak pada remaja adalah sugar-sweetened soft drink. Konsumsi terbanyak minuman ini terdapat pada remaja
berusia 15 tahun dengan persentase terhadap total konsumsi cairan sebesar 33. Persentase konsumsi rata-rata sugar-sweetened soft drink pada remaja putra sekitar
34 dan remaja putri sekitar 29 He et al, 2010.
2.1.4 Dampak Konsumsi Soft Drink
2.1.4.1 Kelebihan Berat Badan Overweight dan Obesitas
Overweight merupakan keadaan gizi lebih, dinyatakan dengan Indeks Massa Tubuh IMT lebih besar dari 23 di daerah Asia Pasifik. Suatu keadaan yang
melebihi overweight dinamakan obesitas WHO, 2000. Obesitas ialah peningkatan berat badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh
yang melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik Dorland, 2002. Pada anak-anak dan remaja, obesitas berkaitan dengan intoleransi glukosa,
hipertensi, dan dislipidemia. Konsumsi sugar-sweetened soft drink dapat menjadi faktor penting terhadap kejadian obesitas remaja Giammattei et al, 2003. He et
al 2010 melakukan studi intervensi berupa pengurangan 1,5 kaleng konsumsi soft drink setiap minggu selama satu tahun dan didapati hasil bahwa anak
mengalami penurunan terhadap berat badan dan obesitas sekitar 7,7.
2.1.4.2 Karies Gigi
Konsumsi soft drink memiliki banyak potensi untuk masalah kesehatan. Kandungan asam dan gula dalam soft drink memiliki potensi untuk menimbulkan
karies gigi dan erosi lapisan enamel Cheng et al, 2008. Karies gigi ialah suatu penyakit dari jaringan kapur atau kalsium pada gigi yang ditandai adanya
kerusakan jaringan gigi Dalimunthe et al, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Asam terutama asam fosfor sebagai penyebab kehilangan total enamel gigi. Asam fosfor menurunkan pH saliva dari 7,4 menjadi suasana asam. Agar dapat
meningkatkan level pH kembali di atas 7, tubuh akan berusaha menarik ion kalsium dari gigi sehingga lapisan enamel gigi menjadi sangat berkurang, ditandai
dengan gigi yang terlihat berwarna kekuningan Valentine, 2002.
2.1.4.3 Diabetes
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian
hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired glucose tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasilgliserolemia, dan hipertensi
Wolff dan Dansinger, 2008. Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes. Diabetes ialah suatu sindrom kronik terjadinya gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang dituju Dorland, 2002.
Dalam suatu studi yang melibatkan 91249 wanita dan dilakukan selama delapan tahun, terjadi peningkatan dua kali lipat penyakit diabetes pada mereka
yang mengonsumsi satu atau lebih soft drink per hari dibandingkan dengan yang mengonsumsi kurang dari satu soft drink per bulan Vartanian et al, 2007.
2.1.4.4 Osteoporosis dan Fraktur Tulang
Konsumsi soft drink telah menggantikan konsumsi susu, dengan jumlah konsumsi susu menjadi 1½ gelas susu per hari pada remaja putra dan kurang dari
satu gelas per hari pada remaja putri Robert dan William, 2000. Akibatnya, konsumsi soft drink meningkat yang diikuti dengan penurunan konsumsi susu
menyebabkan seseorang dapat mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah
pada kejadian fraktur tulang Jacobson, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Osteoporosis ialah massa tulang yang berkurang dan dengan trauma minimal dapat menyebabkan fraktur. Fraktur ialah suatu kerusakan berupa
pemecahan pada daerah tulang Dorland, 2002. Jacobson 2008 menyampaikan bahwa resiko osteoporosis bergantung pada pembentukan awal massa tulang.
Seorang ahli merekomendasikan asupan kalsium yang tinggi pada kalangan usia 9 sampai 18 tahun daripada kalangan usia 19 sampai 50 tahun oleh karena bila
asupan kalsium tidak tercukupi, maka pembentukan massa tulang akan terganggu. Jacobson 2008 menjelaskan bahwa ada suatu penelitian yang menyatakan
konsumsi soft drink dapat menyebabkan kejadian fraktur tulang pada anak. Studi yang dilakukan pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan fraktur tulang hebat
memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium yang rendah.
2.2 Tingkat Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek. Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan berupa obyek
dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat memperoleh pengetahuan
baru tentang suatu obyek. Dalam teori kognitif, pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan lingkungan sosial yang
menghasilkan pengalaman tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tingkatan Pengetahuan
Notoadmodjo 2007 menyatakan tingkatan pengetahuan terbagi enam antara lain:
1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari.
2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar.
3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain.
5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru.
6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengetahuan sebagai intermediate impact atau hasil jangka menengah memiliki pengaruh pada perkembangan perilaku. Perilaku ialah kegiatan atau
aktivitas dari makhluk hidup terhadap stimulus atau rangsangan baik dapat diamati secara langsung, maupun tidak langsung. Perilaku manusia meliputi hal-hal seperti
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga emosi Notoatmodjo, 2007. Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat Benyamin
Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, perilaku seseorang akan baik dan dapat berlangsung lama. Sebaliknya, bila perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak bertahan lama Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Tingkat Pengetahuan
Soft Drink
Tingkat pengetahuan soft drink yaitu sesuatu hal yang diketahui tentang dampak konsumsi soft drink.
Cara ukur melalui wawancara. Alat ukur berdasarkan kuesioner, yang terdiri dari 12 pernyataan dengan tiga
pilihan jawaban, yaitu: o
Benar o
Salah o
Tidak tahu Jawaban yang tepat diberi nilai 4, jawaban yang tidak tepat diberi nilai 1, dan
jawaban tidak tahu diberi nilai 0. Selanjutnya, Arikunto 2007 menjelaskan bahwa penilaian dibagi sama rata sesuai dengan jumlah kategori sehingga dikategorikan
sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan baik total skor 33-48.
2. Tingkat pengetahuan sedang total skor 17-32. 3. Tingkat pengetahuan kurang total nilai 0-16.
Skala pengukuran berupa ordinal. Konsumsi Soft Drink
1. Jumlah Tingkat Pengetahuan Soft Drink
1. Dampak konsumsi
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Konsumsi Soft Drink
Konsumsi soft drink yaitu jumlah konsumsi soft drink yang dinilai dalam satu minggu terakhir.
Cara ukur melalui wawancara. Alat ukur berdasarkan kuesioner, yang terdiri dari tujuh pertanyaan isian
dengan tiga pilihan isian, yaitu: − … gelas
− … kaleng − … botol
Kategori penilaian antara lain Rahayu, 2008: 1. Konsumsi tinggi lebih dari 3000 ml.
2. Konsumsi sedang 1500-3000 ml. 3. Konsumsi rendah kurang dari 1500 ml.
Skala pengukuran berupa ordinal.
3.2.3 Soft Drink
Soft drink berupa segala jenis minuman berkarbonasi.
3.3 Hipotesis
Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan konsumsi terhadap soft drink pada siswa kelas XI di SMA Sutomo 1 Medan Tahun
2010. Ha: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan konsumsi
terhadap soft drink pada siswa kelas XI di SMA Sutomo 1 Medan Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Alasan digunakan pendekatan ini, setiap sampel penelitian
diobservasi satu kali dan pengukuran pengetahuan dan konsumsi soft drink dilakukan pada saat itu.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2010.
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Sutomo 1 Medan berdasarkan survei pendahuluan dengan beberapa alasan antara lain:
1. Terdapat banyak penjualpedagang soft drink di dalam sekolah maupun di luar sekolah atau banyak soft drink yang tersedia di tempat penjualan yang
memungkinkan siswa SMA ini untuk membelinya. 2. Rata-rata siswa SMA ini berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke
atas, diasumsikan mereka mampu untuk membeli dan mengkonsumsi soft drink.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Sutomo 1 Medan tahun ajaran 20102011 yaitu 1003 orang.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Sampel Penelitian
Penarikan sampel penelitian sering dilakukan dalam suatu penelitian oleh beberapa alasan seperti jumlah populasi yang sangat besar sehingga seluruh
populasi tidak mungkin diperiksa karena memakai waktu yang lama, adanya homogenitas atau sifat kesamaan dalam populasi, dan ketelitian terhadap
pengukuran sampel akan lebih baik dibandingkan populasi. Alasan lain berupa lebih murah, lebih mudah, lebih cepat, lebih akurat, lebih spesifik, dan mewakili
populasi Wahyuni, 2007. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik randomisasi sederhana
Simple Random Sampling. Metode ini mengambil sampel dari semua siswa kelas XI tanpa mempedulikan cirikarakteristik responden sampai jumlah sampel
terpenuhi Wahyuni, 2007. Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus menurut Wahyuni
2007 sebagai berikut: N . Z
2
1- α2 p. 1-p
N-1 d
2
+ Z
2
1- α2 p. 1-p
Keterangan n
= Besar sampel minimum. Z1-
α2 = Nilai distribusi normal baku tabel Z pada α tertentu 1,96. p
= Harga proporsi di populasi 0,5. d
= Kesalahan absolut yang dapat ditolerir 10 = 0,1. n
= Jumlah populasi 1003. 1003. 1,96
2
0,5. 1-0,5 1003-1 0,1
2
+ 1,96
2
0,5. 1-0,5 n =
n = = 88
Universitas Sumatera Utara
Maka besar sampel minimal yang diperlukan adalah 88 orang. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, besar sampel minimal ditambahkan 10 yaitu 9
orang dan dijumlahkan menjadi 97 orang lalu dibulatkan sampai 100 orang.
4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak memiliki kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi: a. Bersedia melakukan dan menyelesaikan pengisian kuesioner.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan terdiri dari data primer diperoleh melalui kuesioner yang memuat daftar pertanyaan dan disusun sesuai dengan masalah penelitian. Data ini
langsung diperoleh saat penelitian berlangsung seperti identitas responden, tingkat pengetahuan terhadap soft drink, dan konsumsi terhadap soft drink. Selain itu, data
primer juga memuat data gambaran umum dari sekolah untuk jumlah keseluruhan siswa kelas XI, berdasarkan jenis kelamin dan jurusan. Kuesioner yang digunakan
telah melalui tahap uji validitas konten oleh expert bidang yang bersangkutan yaitu dr. Dina Keumala Sari, MGizi, Sp.GK dari Departemen Gizi.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah dan dianalisis secara komputerisasi menggunakan program Statistical Product and Service Solution SPSS versi 17 yang meliputi langkah-
langkah sebagai berikut Wahyuni, 2007 : 1. Editing
Memeriksa kembali kelengkapan setiap lembar kuesioner yaitu kelengkapan jawaban, keseragaman jawaban, dan kejelasan penulisan identitas.
Universitas Sumatera Utara
2. Coding Setelah data terkumpul dan dikoreksi, selanjutnya diberi kode oleh peneliti secara
manual dimulai dari kode sampel, jenis kelamin, jurusan, skor penilaian tingkat pengetahuan, tingkat pengetahuan soft drink, dan konsumsi soft drink.
3. Entry Data yang telah melewati proses coding lalu dimasukkan ke dalam program
komputer. 4. Cleaning data
Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali apakah sudah sesuai dengan data penelitian.
5. Saving Data dalam komputer lalu disimpan untuk dianalisis.
6. Analisis data Identitas responden telah ditabulasi sederhana dan dilakukan perhitungan besar
sampel dan persentase terhadap keseluruhan sampel, berdasarkan jenis kelamin dan jurusan. Data tingkat pengetahuan dikategorikan berdasarkan baik, sedang,
dan kurang. Sedangkan, data konsumsi soft drink dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang, dan rendah. Besar sampel dan persentase terhadap kedua data
tersebut dihitung dan selanjutnya, data tingkat pengetahuan dan konsumsi soft drink telah dilakukan uji hipotesis, dengan menggunakan uji chi square x
2
pada analisis bivariat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian