menjadi dua golongan yaitu satu golongan orang yang mempercayai mimpi dan menjadikan mimpi sebagai rujukan ajaran, kedua golongan yang masih menjalankan
ajaran tarekat secara murni.
3
Pengikut Naqthujamin saat ini sedang mengalami krisis pengetahuan, hal ini terlihat dari ketidaktahuan dan ketidakmengertian mereka tentang ajaran-ajaran
Tarekat Naqthujamin sehingga tidak tahu dan mengerti langkah apa yang harus mereka lakukan setelah syaikh dari tarekat ini wafat, dengan dalih taslim dan ilmu
Asrar menyebabkan tarekat ini berkurang aktivitasnya dan berhenti penyebarannya. Kata taslim dan Asrar dijadikan alat untuk membungkus ketidaktahuan dan
ketidakmengertian mereka tentang ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin sehingga penulis tertarik untuk membahas penelitian ini guna menacari tahu ajaran-ajaran
tarekat Naqthujamin yang sebenarnya dan sejauh mana pengaruh ajarannya terhadap pengikutnya terutama di daerah Sukapura.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mendapat sebuah hasil yang sistematis dan agar masalah tidak melebar dalam pembahasannya penulis merasa perlu memberikan batasan dan perumusan
masalah terhadap objek yang dikaji. Adapun batasannya adalah mengenai pengaruh ajaran Tarekat Naqthujamin terhadap pengikutnya di Sukapura. Disamping itu
rumusan masalahnya yaitu tentang ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin.
3
Hasil wawancara dengan pengikut Naqthujamin. Minggu, 6 mei 2006
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, penulis dapat mengetahui dan memahami ajaran tarekat khususnya tarekat Naqthujamin tidak hanya pada tataran teoretis saja
namun pada tataran praktis. Selain itu penulis ingin mengetahui sejauh mana ajaran tersebut mempengaruhi kehidupan pengikutnya khususnya masyarakat Sukapura.
Tujuan selanjutnya yaitu untuk melengkapi gelar akademik dalam meraih gelar sarjana strata satu.
D. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data dalam skripsi ini melalui wawancara
4
dan observasi lapangan serta buku-buku karya majlis taklim Naqthujamin yang dijadikan sebagai
sumber primer yaitu dari kitab al-Basyar wal Bah ār, al-Insān bi Nafsi: Asrār Syarî’at
fî haqîqat al Islâmi, Tauhid as Sattariyyah dan Tashawwuf dan buku –buku tasawwuf yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai sumber sekunder.
Adapun metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis. Secara deskripsi skripsi ini menggambarkan tentang ajaran tarekat
Naqthujamin, kemudian secara analitis skripsi ini, menganalisa pengaruh ajaran terhadap pengikutnya yang berada di Sukapura ditinjau dari keagamaan, sosial dan
ekonomi.
4
Sebagian orang yang diwawancarai tidak mau disebutkan namanya dengan alasan mereka takut salah memberikan keterangan karena mereka beranggapan kalau tarekat ini tidak terbuka untuk
umum dan masih rahasia selain itu alasan lainnya yaitu karena ketasliman mereka terhadap ajaran ini yang menuntut mereka untuk seperti itu.
Sedangkan teknis penulisannya berdasarkan pada Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi, UIN Jakarta Press 2002 E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara garis besar dari seluruh permasalahan yang akan dibahas serta memudahkan dalam menelaahnya, maka penulis membagi
skripsi ini menjadi lima bab sebagai berikut: Bab
I Pendahuluan, yang berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Gambaran Tarekat Naqthujamin, yang membahas tentang Pengertian
Tarekat secara Umum dan Pengertian Tarekat Naqthujamin meliputi Biografi Pendiri dan karya-karya beliau serta Ajaran-ajaran Tarekat
Naqthujamin yaitu tentang Tauhid, Dzikir, Pengobatan, dan Sosial. Bab
III Pengaruh Ajaran Tarekat Naqthujamin terhadap Masyarakat di
Sukapura ditinjau dari Segi Keagamaan, Segi Sosial dan Segi Ekonomi.
Bab IV Penutup, yang berisi tentang Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II TAREKAT NAQTHUJAMIN
A. Pengertian Tarekat Menurut Ulama Tasawwuf
Tasawwuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat
Tuhan. Intisari dari mistisisme, termasuk didalamnya sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan mengasingkan
diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat megambil bentuk ittihad
دﺎﲢﻻا
5
, bersatu dengan Tuhan.Tasawwuf merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tasawwuf atau sufisme mempelajari cara
dan jalan bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.
6
Tasawwuf muncul pada abad kedua Hijriyah kemudian berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat
Yunani, India, maupun Persia, untuk menjaga kemurniaan ajaran tasawwuf dari pengaruh luar maka sesudah abad kedua Hijriyah muncullah golongan sufi yang
mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah.
7
Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syarîah, tharîqat,
5
Ittihad yaitu satu tingkatan dalam tasawwuf ketika seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan; suatu tingkatan ketika yang mencintai dan cintai telah menjadi satu sehingga salah satu
dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata : hai aku. Lihat: Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1999, hal. 81.
6
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, hal. 5.
7
H. A Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah Jakarta: Al Husna Zikra, 1992, hal. 10.
haqîqat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan- amalan lahir, sementara tarekat lahir untuk memperbaiki amalan-amalan batin hati,
hakikat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya.
8
Dalam tarekat dikenal dengan konsep ﻰ ﺮ ﺖ ﺮ yaitu mencari kenyataan yang
sebenarnya alam Filsafat bahwasanya memasuki alam filsafat yaitu berfikir dan berhasrat kuat untuk memperoleh pengetahuan yang paling sempurna dapat dicapai
dengan pemikiran yang teliti dan dengan berfikir yang sedalam-dalamnya tentang kenyataan yang sebenar-benarnya dan adapun kenyataan yang sebenarnya yaitu yang
dinamakan hakikat, bahwasanya hasrat kuat yang mendorong kita memasuki alam filsafat itulah adalah kegiatan batin kita sendiri yakni berfikir dengan semangat
mencari hakikat atau dengan kata lain berfikir atas dasar yang benar.
9
Kemudian untuk sampai kepada hakikat itu manakala dilandasi dengan semangat mencari hakikatkenyataan yang sebenarnya yang dibangkitkan dengan
kegiatan batin, selanjutnya kegiatan batin yaitu yang berpusat pada berfikir atas dasar yang benar itulah memerlukan tata cara yakni tarekat.
10
Pada abad kelima Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kegiatan kaum sufi sebelumnya dan sufi yang terkenal pada abad ini adalah Imam
Ghazali . Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan
8
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabaroh di Indonesia Jakarta: Kencana, 2006, hal. 6.
9
Syeikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, ‘Araftu Ra aitu Sam’itu Rabbi biRabbi Jakarta:
Majlis Naqthujamin, 1984, hal. 2-3.
10
Syeikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, ‘Araftu Ra aitu Sam’itu Rabbi biRabbi, hal. 3.
nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu yang setiap tarekat mempunyai syaikhnya sendiri, kaifiyat zikir, dan upacara-upacara ritual masing-
masing. Biasanya Syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan rohani yang dinamakan rumah sulûk atau ribâth.
11
“ Tarekat” ﺔ رﻃ menurut bahasa artinya “jalan”, “cara”, “garis”, “kedudukan” ,
“keyakinan”, dan “agama”
.
Selain itu tarekat ﺮﻃ
jamaknya قﺮﻃ
atau “ ﺔ رط ا
”jamaknya “ قﺋ ﺁرط” yang berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis pada sesuatu, kata
tarekat ini telah dibakukan dalam bahasa Indonesia, terkadang disebut dengan “tarekat”.
12
Menurut al Hadad Bâ ‘Alawi tokoh dari Tarekat Alawiyah, tareakat dipahami sebagai suatu bentuk sulûk cara ibadah yang dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai kredibilitas sebagai seorang tokoh. Para ulama tasawuf dalam mengartikan kata tarekat bahwa tarekat adalah jalan kepada Allah dengan
mengamalkan ilmu Tauhid, Fiqih, dan Tasawuf, kemudian dikatakannya pula bahwa tarekat adalah cara atau kaifiyat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai sesuatu
tujuan. Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut diatas, jelaslah bahwa tarekat
adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fiqih, dan Tasawuf.
13
Sementara itu pengertian tarekat menurut Syaikh Ma‘mur alm tarekat yaitu sebagaimana dimaksud di dalam sabda nabi Muhammad SAW “ Syari‘at itu
11
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabaroh di Indonesia, hal. 6.
12
Abdul Khamid Zahwan, Kamus al Kamil Semarang: PT Makmur Graha, 1989, hal. 320.
13
H. A Fuad Said, Hakikat Tharikat Naqsabandiyah, h. 12.
perkataanku peraturan, tarekat itu perbuatanku cara pelaksanaannya, hakikat itu akhlakku kenyataannya.
14
Dikatakan juga bahwa tarekat itu adalah pelaksanaan ilmu tasawuf yang bersumber dari pokok pangkal tarekat nabi besar Muhammad
SAW yakni amal ibadah yang kita lakukan tarekat yang kita lakukan adalah petunjuk yang kita terima dari guru kita dan guru kita menerima dari ulama
pendahulunya kemudian para ulama menerima dari para tabi‘ attabi‘iin dan beliau menerima dari para sahabat yang menerima dari Rasulullah SAW dan junjungan kita
menerima dari sayyidina Jibril AS dari AllahSWT. Maka dari itu mempelajari ilmu tarekat mestilah dengan adanya bimbingan guru yang jelas-jelas silsilah nasabnya dan
tidak boleh mengambil dari membaca buku-buku atau kitab-kitab karangan saja, melainkan harus ada gurunya.
15
B. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin