Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin

perkataanku peraturan, tarekat itu perbuatanku cara pelaksanaannya, hakikat itu akhlakku kenyataannya. 14 Dikatakan juga bahwa tarekat itu adalah pelaksanaan ilmu tasawuf yang bersumber dari pokok pangkal tarekat nabi besar Muhammad SAW yakni amal ibadah yang kita lakukan tarekat yang kita lakukan adalah petunjuk yang kita terima dari guru kita dan guru kita menerima dari ulama pendahulunya kemudian para ulama menerima dari para tabi‘ attabi‘iin dan beliau menerima dari para sahabat yang menerima dari Rasulullah SAW dan junjungan kita menerima dari sayyidina Jibril AS dari AllahSWT. Maka dari itu mempelajari ilmu tarekat mestilah dengan adanya bimbingan guru yang jelas-jelas silsilah nasabnya dan tidak boleh mengambil dari membaca buku-buku atau kitab-kitab karangan saja, melainkan harus ada gurunya. 15

B. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin

1. Riwayat Hidup Tokoh Tarekat Naqthujamin Keberadaan Tarekat Naqthujamin berdomisili di jalan Perintis, Cipinang Muara, Jakarta Timur dan dipimpin oleh seorang mursyid yaitu Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya Amung Hasan Sufartawidjaja. 16 Lahir di Sumedang, 27 Juni 1925 dan beliau wafat di Jakarta, 2 Juli 2003, didalam perjalanan lahiriyahnya, beliau sangat aktif di berbagai bidang 14 Pernyataan tersebut merupakan aplikasi dari sabda Rasulullah ketika sayyidina ‘Ali bertanya kepada beliau untuk diberi petunjuk tentang jalan thuruk menuju Allah. 15 Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr: Manusia dan Keelokannya Jakarta: Majlis Naqthujamin, 1984, hal. 17. 16 Dalam Silsilah tarekat disebut Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya khususnya di dunia pemeritahan. Adapun pendidikan yang beliau terima selama hidupnya yaitu dimulai dari : 1. Madrasah Agama : Madrasah Assalafiyah : 3 tahun 2. Nahdathul Wathon : Habib Umar Pesantren : 3 tahun Ijazah-ijazah yang beliau terima yaitu Gouv. Schakelschool, 17 Sumedang, 1939 dan RPUBN : Aplikasi Tata Buku dan Administrasi Perusahan cumlaude 1964. Adapun pengalaman kerja beliau dimulai dari tahun : 1939-1942 : Ass.Beheerder 18 Rumah Obat KARUHUN, Pekalongan. 1942-1943 : Kep. Kantor “Pemalang Ken Shoko Kumiai” dan penata usaha “ Komite Perekonomian Indonesia” KOPI, Pemalang. 1943-1948 : Pada “MODASCO” Trading Co, Jakarta. Tahun 1943 menjabat sebagai Ass. Boekhouder 19 Tahun 1944 menjabat sebagai Kep. Tata Usaha Tahun 1945-1947 menjabat sebagai Kuasa Usaha, Garut Tahun 1945 menjabat sebagai wakil pemimpin umum 1948-1965 Pada N.V Ned Aanne Ming My sekarang menjadi P. N NINDIYA KARYA dengan jabatan sebagai berikut: 17 Gouv. Schakelschool artinya sebuah sekolah tingkat dasar pada zaman dahulu dikenal dengan Sekola Rakyat SR. 18 Ass.Beheerder artinya Asisten pastur laki-laki. 19 Ass. Boekhouder artinya Asisten tata buku. Tahun 1948 menjabat sebagai ass. Boekhouder Tahun 1949 menjabat sebagai boekhoudernacalculator Tahun 1950-1957 menjabat sebagai houfboekhouder 20 merangkap suvervisor administrasi proyek, dan urusan personalia Tahun 1958-1960 menjabat sebagai kepala bagian keuanganpembukuanpenelitian biaya. Tahun 1961-1965 menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan merangkap Wakil Kepala Staf Administrasikeuangan, merangkap sebagai Kepala Bagian Penelitian dan pengawasan intern. Pengalaman organisasi beliau dimulai dari tahun: 1940-1942 menjabat anggota pengurus “Voor Onze Jeugd” 21 dan Perhimpunan Sosial “ Mitra Sunda”, Pekalongan. 1945-1947 menjabat anggota Dewan Pimpinan Cabang “PEMUDA SOSIALIS IDONESIA” Pesindo,Garut. 1947-1948 menjabat anggota Pengurus GERAKAN REBLISIT REPUBLIK INDONESIA, ranting Petojo, Jakarta. 20 Houfboekhouder artinya Sekolah Menengah. 21 Voor Onze Jeugd artinya Sekolah Hukum 1948-1949 turut mendirikan GERAKAN RAKYAT INDONESIA MERDEKA GERIM dan mendapat kepercayaan sebagai ketua III Presidium merangkap ketua Badan Pekerja. 1949-1953 menjabat Ketua Panitia Rakyat Kp Johar Baru, Kelurahan Rawasari, memperjuangkan legalisai pendudukan rakyat atas tanah-tanah ex milik tuan tanah Van Heusden. 1950-1953 pendiri “ Angkatan Buruh Bangunan Indonesia” yang kemudian dirubah menjadi “ Serikat Buruh Bangunan di Indonesia”SERBUBADI. 1953-1960 menjadi pimpinan Serikat kerja NV Nedam. 1960-1965 menjadi ketua pada persatuan karyawan P.N Nindiya Karya. 1965-1967 beliau berperan aktif dalam pemberantasan komunis, sebagai ketua DPP maupun di pemerintahABRI didudukan di Badan Keamanan Strategi Negara yaitu KOTI Komando Operasi Tertorial Intelijen, beliau dengan kemampuan mukasyafah telah membongkar seluruh barang simpanan dokumen maupun senjata dan lokasi pembunuhan tujuh jenderal. 1967-1968 beliau diangkat sebagai anggota DPRGRMPRS berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 58 tahun 1968 mewakili kesatuan- kesatuan aksi kemudian berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 38Pens tahun 1971 menimbangmengingatmemutuskan bahwa telah selesai Ma‘mur Suhartawidjaya sebagai anggota MPRSDPRGR dengan begitu Abah Syaikh panggilan Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya tidak aktif lagi di dunia pemerintahan. 22 Pada satu kesempatan Presiden mengutus Amir Mahmud supaya Abah Syaikh aktif lagi dan mendapatkan formasi pada kabinet Soeharto sebagai menteri Sosial dan ditolaknya kemudian ditawarkan kembali pada formasi yang lebih di tinggi yaitu di DPA Dewan Pertimbangan Agung dan ditolaknya pula dengan alasan beliau bahwa semenjak tahun 1970 mereka- mereka bukan sebagai kawan lagi. Beliau konsekuen dan mengundurkan diri dari fasilitas dan referensi di pemerintah dan swasta ditinggalkan dan kehidupan selanjutnya beliau ingin melaksanakan kewajiban tarekat dan pada saat itu kehidupan beliau sangat memprihatinkan walaupun demikian beliau sangat istiqomah dengan keputusannya dan hal ini terbukti, beliau menolak sumbangan dari Golkar dalam jumlah besar untuk membuat Islamic Center. 23 2. Karya-karya Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya Beberapa karya tulis beliau yang berisi tentang ajaran tarekat ditulis dalam bentuk makalah dan buku meliputi bidang Tasawuf, Akhlak, Tauhid, dan Fiqih. Adapun karya beliau yang membahas tasawuf yaitu Buku Ratib 22 N.N., Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mu: Dalam Tarekat Naqthujamin di Babad Jawa, hal. 4 23 N.N., Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mu: Dalam Tarekat Naqthujamin di Babad Jawa, hal. 5 yang berjumlah 10 ratib yaitu ratib al Hadad, ratib Thaha, ratib Assiyadah, ratib Shalawat, ratib al Hurriyah, ratib Kasib, ratib Saman, ratib Istigfar, ratib al Mubarok, ratib Tasbih, dan ratib Taqwa. 24 Buku al Basyar wal Bahâr yang terdiri dari 21 bab dan membahas tentang bab tarekat, bab pembinaan pribadi, bab membina akhlak kesopanan zahir, bab takhalli, bab tahalli, bab tajalli, bab mandi taubat dan dzikir al maut, bab berdzikir pada tingkat dasar, bab martabat yang tujuh, bab tujuh lathaif, bab mengenal diri, bab ajal kesempurnaan manusia, bab keterangan perihal nama-nama hati, bab ibtidaiyah dzikir lathaif, bab waratsatu al anbiyâ’i, bab ma‘rifat dan masalah melihat Tuhan, bab ma‘rifat sebagai tujuan kita, bab nûr ma‘rifat Allah dan nûr ilahi, bab muqarabah, muraqabah, musyahadah, bab tarekat dzikir. 25 Buku ‘Araftu, Ra’aitu, Sami‘tu Rabbi bi Rabbi menjelaskan tentang mencari kenyataan sebenarnya, teka-teki memenuhi segala alam, al Wujûd fî al‘Adami tampak wujud dalam ‘adam, rahasia cahaya-cahaya Ilahi, cahaya sebagai cahaya kepada cahaya, hakekatnya segala hakekat, permisalan di dalam al Qur’an, hadirat rabûbiyyah dan citra insan, mukaddimah, hijab Allah kepada makhluknya, bukannya Allah terhijab, menembus kegelapan dan kebutaan hati, zat- sifat – af‘âl- asmâ’, penglihatan ﺮﻈ ا, perhentian ﻪ ﻮ ا sampai pada 24 N.N., Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mu: Dalam Tarekat Naqthujamin di Babad Jawa, hal. 16. 25 Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Indek Kitab Jakarta : Majlis Naqthujamin, 1999 hal. 7. “kun”, tiada penglihatan melainkan af’âl Allah, mukaddimah, pendengaran, kalam Allah, sumber segala hakekat, kalam Allah itu maujud pada-di- dengan beserta segala sesuatu, sabda-sabda yang diserukan Allah kepada hambaNya, landasan tertibnya syahadat. 26 Kitab al Insân bi Nafsih berisi tentang pada menyatakan batin manusia, perihal akal, meneliti dan mengenal diri, kekhususan hati insane, hati bagai ilmu, kasyaf artinya terbuka pemahaman, masalah was-was hati, masuk syaitan ke dalam hati, bisikan cit-cita hati, terputusnya goresan-goresan keji dari hati, berbolak- baliknya hati dan terbaginya di dalam perubahan dan ketetapan, kebagusan dan keburukan akhlak, latihan memperbagus akhlak, sebab-sebab yang mengarah kepada kebagusan akhlak, penyakit hati dan kekurangan pada diri manusia, anasir penyakit hati, nafsu keinginan, tanda-tanda kebagusan akhlak, dengan mujahadah berangsur-angsur menempuh jalan riyadhah, menjinakan nafsu sahwat perut, jalannya latihan menjinakkan nafsu sahwat perut, menjinakkan nafsu sahwat kemaluan, pemeliharaan lidah, dua puluh bahaya lidah, penyakit marah, sebab-sebab marah dan pengobatnya, dendam dan dengki sebagai tembusan marah, ﺎ ﻮه- –pemaaf, dan belas kasih, shalat gerhana. 27 Buku Falsafah Tauhid, Buku Fiqih. Selain buku yang membahas tentang ilmu tarekat, beliau juga mempunyai tulisan di bidang sejarah yaitu, Kian Santang, Kisunda Cumarita 26 Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Indek Kitab, hal. 9. 27 Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Indek Kitab, hal. 5. Tereuh Sumedang, Para cacandran, Sunda, sang Hyang Sapu Jagat, Uga Siliwangi, Aturan Hidup Manusia dan Kemanusiaannya. 28 Jika dilihat karya-karya beliau dapat dikatakan kalau mursyid dari tarekat ini termasuk kategori sufi amali, ini terlihat dari ajaran-ajaran beliau menganjurkan manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bedzikir dan mujahadah. 3. Lahir dan Berkembangnya Tarekat Naqthujamin dari Masa ke Masa Pada zaman Rasulullah ilmu tarekat ini dinisbatkan kepada ilmu al Asrâriyyah yaitu ilmu yang bersifat rahasia oleh karena itu disifatkan orang yang mengamalkan ilmu ini sebagai Asrâr Rabbâniyyah atau rahasia ketuhanan artinya ilmu ini hanya diberikan kepada orang-orang pilihan agar tidak terjadi penyimpangan akidah. Adapun orang yang mendapatkan Asrâr Rabbâniyyah dari zaman ke zaman yaitu: 1. Pada zaman pertama bahwa ilmu ini dipimpin serta di ajarkan oleh yang mulia Sayyidinâ Rasulullah SAW kepada sahabat pilihannya yang mampu dan bersungguh-sungguh menerima rahasia yang halus-halus yaitulah Sayyidinâ Abdullah bin Abi Qahafah yang masyhurnya dengan nama dan gelar Abu Bakar Shidik RA. 2. Pada zaman kedua, ilmu ini disebut dengan sebutan Tarekat ash Shîddîqiyyah diambil dari nama Sayyidinâ Abu Bakar Shidik RA. 28 N.N., Mengenang Perjalanan Syechuna Syech Ma’mur : Dalam tarekat Naqthujamin di Babad Jawa Jakarta : Majlis Naqthujamin, tt., hal.16. 3. Pada zaman ketiga, ilmu ini disebut dengan Tarekat Thaifûriyyah yakni diambil dari nama pemimpinya yaitu Sayyidinâ Syaikh Abu Yazid al Busthami dan disebut juga nama beliau dengan sebutan Thaifur bin ‘Isâ. 4. Pada zaman keempat, dinamakan Tarekat Khaijakâniyyah yang mengambil dari nama pemimpinnya yaitu Sayyidinâ Syaikh ‘Abdul al Khâliq al Fajduwanî al Haujakanî. 5. Pada zaman kelima dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah yaitu mengambil nama kepada pemimpinnya yaitu Sayyidinâ Syaikh Bah ấ ad Dîn an Naqsabandiyyah. 6. Pada zaman keenam dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah al Ahrâriyyah yaitu mengambil kepada nama pemimpinnya yang bernama Sayyidinâ Syaikh ‘Abdullah al Ahrâr as Samarqandî . 7. Pada zaman ketujuh, dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah al Ahrâriyyah al Mujaddid diambil dari nama pemimpinnya Sayyidinâ Syaikh al Imam ar Rabbânî al Mujaddid Alif ats Tsanî Beliau dilahirkan dalam tahun 971 H dan Beliau inilah yang melakukan pembaharuan pengamalan bersama para sahabatnya tahun1002 H, maka dari itu disebut dengan Alif ats Tsanî 8. Zaman kedelapan, dinamakan Tarekat an Naqsabadiyyah al Mazhhuriyyah ketika itu mengambil nama dari pemimpinnya yaitu Sayyidinâ Syaikh Syamsuddin Habibullah Jânû Janâ al Mazhhuriyyah. 9. Pada zaman kesembilan ini dinamakan Tarekat an Naqsabandiyyah al Khâlidiyyah yang diambil dari pemimpin tarekat ini yaitu Maulanâ Khâlid an Naqsabandî Beliau dilahirkan pada tahun 1123 H dan wafat pada tahun 1242 H = 119 tahun. Maka selanjutnya terekat ini tetap digelarkan dengan nama Tarekat an Naqsabandiyyah al Khâlidiyyah hingga sampai kemudian zaman al Imâm Mahdi . 10. Pada zaman kesepuluh, dengan tetap dinisbahkan sebagimana pada zaman sebelumnya maka tarekat yang dipimpin oleh al Kâmil al Mukammil Sayyidinâ Syaikh Al Habîb Hamzah As Suthuh bertempat di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, hingga akhir masanya 1756 H 1936 M. 11. Zaman Kesebelas tarekat ini dipimpin al ‘Alim al ‘Amil Sayyidinâ Syaikh Muhammad Izi berkedudukan di Palembang dan Jakarta pada akhir masanya beliau menetap dan dimakamkan di Jakarta. pada tanggal 11 Syawal 1389 H. Maka serah terima dilakukan pada tanggal 24 Ramadhan 1389 H kepada penerusnya yaitu al Faqîr al Haqir ilâ rabbihi al Qadîr Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya. 29 Telah berkata yang mempunyai tarekat, ” فﺮ دﺪ ﻰ ﺎ ﺮ ” ”Artinya tarekat kami ini atas bilangan huruf م ج ط ق ن – maka barangsiapa tidak mendatangi pada kami dan tidak pula mengambil pada 29 Syeikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr: Manusia dan Keelokannya, hal. 5-7. masa kami, tidak bisa tidak tentu menyesal. Adapun hikmah Tarekat Naqthujamin itu banyak sekali bagi barang siapa yang memegang ta’rif pada Tarekat Naqthujamin yaitu, ﷲ ا ب ا ر ﻮﺿ واد ا ﻃ ا و اﺮه اظ ﺔ ﺪ ﻮ ا او ﺪ. Artinya berkekalan senantiasa berkepanjangan tiada berkeputusan memperhambakan diri zahir dan batin beserta berkekalan tiada berkeputusan hudhur hati serta Allah. Hikmah dari ta’rif ini yaitu membuahkan tentram hati, bersih hati,terbuka hati, untuk menerima limpahan karunia Allah SWT tiada terlepas dari petunjuk Allah SWT maka mendapatkan mukasyafah dalam arti yang luas dan barangsiapa yang mendapatkan hikmah tarekat Naqthujamin dia tentu mendapat keberuntungan yang besar sekali. 30 Naqthujamin adalah sebuah singkatan dari beberapa huruf yang tersusun hingga menjadi kata tersebut dan huruf itu mempunyai arti yang terkandung didalamya seperti: 1. ن diambil dari surat ا ayat 1-3 نوﺮ ﺴ ﺎ و او ن . نﻮ ﲟ ﻚ ر ﺔ ا ﺎ artinya, demi kalam dan apa yang mereka tulis berkat nikmat Tuhanmu lah kamu bukan orang gila 2. ق diambil dari surat ق ayat 1- 2 30 Syeikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr: Manusia dan Keelokannya, hal. 13-14. ﻬ ر ﺬ هﺎ نا اﻮ ﺪ ﺠا ناﺮ و ق ﺊ ﺷ اﺬه نوﺮ ﻜ ا Artinya, ق demi al Qur’an yang sangat mulia mereka tidak menerimanya bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari lingkungan mereka sendiri. Maka berkatalah orang- orang kafir,”ini adalah sesuatu yang amat ajaib 3 ط diambil dari surat ﻪﻃ ayat 1-3 ﻪ . ﻰ ﺴ ناﺮ ا ﻚ ﺎ ﺰ ا ﺎ و . ﺴﳜ ةﺮآﺬ ﻻا artinya, ﻪﻃ kami tidak menurunkan al Quran ini kepada mu agar kamu mendapat kesusahan. Tetapi sebagai peringatan kepada orang-orang yang takut kepada Allah. 4. ج diambil dari ﺠ ا ayat 1-4 ى ﻮه اذا او . اﻮﻏ ﺎ و ﻜ ﺻ ﺿ ﺎ . ﺎ و ىﻮ ا . ﻰ ﻮ و ﻻا ﻮه نا artinya, demi bintang ketika terbenam, kawanmu tiada sekali-sekali sesat dan tidak pula keliru dan dia tidak bicara menurut kemauan hawa nafsunya sendiri. Perkataannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. 5. م diambil dari surat al Baqarah ayat 1-2 ﱂا . ﲔ اﺪه ﻪ ر ﻻ ﻜ ا ﻚ ذ artinya, ا . Kitab al Qur’an tidak ada keraguan padanya. Itu adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa kepada Allah. 31 Berdasarkan ayat-ayat diatas dapat disimpulkan, ayat tersebut menjelaskan tentang perintah agar kita selalu mengingat Allah dan bertaqwa kepadaNya yaitu dengan cara berdzikir menyebut namaNya, dan untuk melakukan hal tersebut harus dimulai dari dasar maksudnya berlatih secara bertahap dan ilmu yang mengatur tentang hal tersebut yaitu tarekat dimana setiap tarekat mempunyai cara masing-masing. Menurut syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya tarekat yang mengajarkan bermacam-macam dzikir secara garis besarnya ada lima yang merupakan tarekat induk yaitu huruf “Nun“ “ ن kepanjangan dari tarekat an Naqsabandiyyah, 32 huruf “Qaf” “ ق”kepanjangan dari tarekat al Qadiriyah, 33 huruf “Tha” “ ﻃ” kepanjangan dari tarekat al Anfasiyah, 34 huruf “ Jim” “ ج” kepanjangan dari tarekat al Junaidi al Baghdadiyyah, huruf “ Mim “ “ م” kepanjangan dari tarekat al Mawafaqah awil Ma’iyyah disebut juga as Samaniyyah atau al Muhammadiyyah. 35 Dengan demikian maka tarekat ini dinamakan Tarekat 31 Syaikh Ma’mur bin Hasan Sufartawidjaya, Al Basyar wal Bahâr, hal. 145. 32 Pendiri Naqsabandiyyah adalah Muhammad Baha ‘al Din an Naqsabandiyyah dan amalan dzikirnya yang terkenal yaitu tentang 7 lathaif. 33 Qadiriyyah didirikan oleh ‘Abdul Q ậdir jîlânî yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abdul Q ậdir jîlânî al ghawts atau qutb al awliya. Tharikat ini sangat menekankan kepada tauhid sedangkan pelaksanaanya tetap memakai jalur syariat lahir dan batin. Lihat: Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat Muktabarah di Indonesia, hal. 36. 34 Amalan tarekat ini lebih didasarkan pada hitungan nafas yang banyak dalam 24 jam dalam sehari semalam ada 28000 dengan metode nafas turun naik dan keluar masuk adapun kalimat zikirnya yaitu lafaz ﻮه.. Lihat: Syeikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, Al Basyaru wal Bahâruk, hal. 149. 35 Tarekat Samaniyyah didirikan oleh ‘Abdul Karim al Madani as Syafi’i as Samman. Naqthujamin. Berdasarkan keterangan diatas Naqthujamin adalah bukan ajaran tarekat baru, Naqthujamin adalah penggabungan lima ajaran tarekat sekaligus. Keberadaan Naqthujamin di Jakarta dipimpin oleh seorang Syaikh yang bernama Ma‘mur Suhartawidjaya pada tahun 1970, 36 ia mendapatkan amanat ini dari Syaikh Muhammad ‘Izi yang pada waktu itu sebagai mursid dan perumus Tarekat Naqthujamin. 37 Berdasarkan data dalam silsilah tarekat menerangkan bahwa Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya merupakan keturunan terakhir yang mengajarkan dan menyampaikan ajaran tarekat, oleh karena itu pada masa beliau ini, ia mendapat tugas untuk mengajarkan dan menyampaikan lima ajaran tarekat sekaligus yang merupakan tarekat induk yang ada di dunia. Amalan ratib yang dimiliki tarekat inipun berjumlah lebih dari satu yaitu, ratib al Hadad, ratib Thaha, ratib Assiyadah, ratib Shalawat, ratib al Hurriyah, ratib Kasib, ratib Saman, ratib Istigfar, ratib al Mubarok, ratib Tasbih, dan ratib Taqwa. Adapun silsilah tarekat Naqthujamin melalui garis Sayyidinâ Abu Bakar Siddik dan Sayyidinâ Ali RA.: 36 Wawancara dengan H. ‘Umar Kaswara salah satu putra syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya pada hari kamis, tanggal 4 Januari 2007. 37 Wawancara dengan pengikut Naqthujamin. Silsilah melalui garis Sayyidinâ Abu Bakar Siddik 1. Allah swt. 2. Malaikat Jibril 3. Muhammad saw.

4. Sayyidi Abu Bakar Siddik

5. Sayyidi Salman al Farissi 6. Sayyidi Qosim bin Muhammad bin abi Bakir 7. Imam Ja’far Shadik 8. Sayyidi Abi Yazid al Bustami 9. Sayyidi ‘Ali al Harqoni 10. Sayyidi Abi ‘Ali al Fadli 11. Sayyidi Yusuf al Hamadani 12. Sayyidi ‘Abdul Khalik al Gujdawani 13. Sayyidi Arif Raiwakari 14. Sayyidi Mahmud 15. Sayyidi ‘Ali an Nasaji 16. Sayyidi Muhammad as Samasi 17. Sayyidi Amirul Kulal 18. Muhammad Bahauddin an Naqsabandiyyah 19. Sayyidi Muhammad Hatir 20. Sayyidi Ya’kub al Harji 21. Sayyidi Nasruddin 22. Sayyidi Muhammad az Zuhdi 23. Sayyidi Muhammad Darwin 24. Sayyidi Muhammad al Haujakani 25. Sayyidi Muhammad Baqibillah 26. Sayyidi Imam Ahmad 27. Sayyidi Muhammad Ma’sum 28. Sayyidi Muhammad Saifuddin 29. Sayyidi Syamsuddin Habibullah 30. Sayyidi ‘Abdullah ad Dahlawi 31. Sayyidi ‘Abi Sa’id Ahmadi 32. Sayyidi Musa 33. Sayyidi Maulana Khalid an Naqsabandi 34. Sayyidi Habib Hamzah as Suthu Surabaya 35. Sayyidi Muhammad ‘Izi Jakarta 36. Ma‘mur Hasan Suhartawidjaya Jakarta Silsilah melalui garis Sayyidinâ Ali RA 1. Allah swt. 2. Malaikat Jibril 3. Muhammad Saw

4. Sayyidina ‘Ali RA

5. Imam Husain bin ‘Ali 6. Imam Zainal ‘Abidin 7. Imam Muhammad Bakir 8. Imam Ja’far Shadik 9. Imam Musa al Kazim 10. Imam ‘Ali bin Musa ar Ridho 11. Sayyidi Ma’ruf al Karhi 12. Sayyidi Sirri Siqti 13. Sayyidi Junaidil al Baghdadi 14. Sayyidi Abi Bakri as Sibli 15. Sayyidi ‘Abdul Wahid at Tamami 16. Sayyidi Abi al Faraj at Thusi 17. Sayyidi Husen al Haikari 18. Sayyidi Said al Mahzumi 19. Sayyidi ‘Abdul Qadir Jailani 20. Sayyidi ‘Abdul Aziz 21. Sayyidi Muhammad Al Hitak 22. Sayyidi Syamsuddin 23. Sayyidi Syarifuddin 24. Sayyidi Nuruddin 25. Sayyidi Waliyuddin 26. Sayyidi Hisamuddin 27. Sayyidi Yuhyi 28. Sayyidi Abi Bakar 29. Sayyidi ‘Abdu arRahim 30. Sayyidi Utsman 31. Sayyidi ‘Abdul Fatah 32. Sayyidi Muhammad Murad 33. Syamsuddin al Baghdadi 34. Sayyidi Ahmad Khatib as Sambasi 35. Sayyidi ‘Abdul Karim Banten 36. Muhammad Sanusi Sumedang 37. Hasan Sufartawidjaya 38.Ma‘mur bin Hasan Sufartawidjaya. 38 Berdasarkan data silsilah tarekat tersebut dapat disimpulkan bahwa Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya mempunyai keterkaitan satu sama lain diantara pemimpin-pemimpin tarekat besar dan shahih, Kemungkinan hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa beliau mengajarkan lima ajaran tarekat sekaligus yaitu ajaran Tarekat Naqsabandiyyah, Qadiriyah, Anfasiyah, Junaid al Baghdadiyyah, dan Mawafaqah aw il Ma‘iyyah atau Samaniyyah atau Muhammadiyyah. yang kemudian beliau singkat menjadi Naqthujamin. Jika kita ingin mengembalikan sejarah Tarekat Naqthujamin kepada sejarah Islam, sejarah keberadaan tarekat ini menyerupai dengan kedatangan Islam yang dibawa 38 Silsilah Tarekat Naqthujamin selengkapnya lihat pada lampiran yang berbentuk hati. oleh Nabi Muhammad saw yang isinya merupakan perintah dan ajaran yang pernah disampaikan oleh para nabi sebelumnya.. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir atau khatam al Anbiyâi’ dan rahmatan lil ‘Alamîn oleh sebab itu nabi Muhammad ketika hendak wafat tidak berwasiat tentang siapa pengganti beliau untuk melanjutkan tugasnya, beliau hanya meninggalkan al Qur’an dan sunnahnya dan barang siapa yang berpegang teguh kepada kedua hal itu niscaya akan selamat. Namun yang terjadi diantara pengikutnya, adanya nabi palsu, golongan yang murtad dan banyak macam versi tentang ajaran Islam atau furu‘iyah. Nampaknya ini terjadi pula pada perkembangan Tarekat Naqthujamin belakangan ini, sama halnya nabi Muhammad yang merupakan Khatam al Anbiyâ’i Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya ini pun merupakan keturunan terakhir dalam garis silsilah tarekat, ini menjadi bukti ketika beliau meninggal dunia, beliau pun tidak meninggalkan wasiat seorang pengganti pemimpin dalam tarekat ini, tidak seperti Syaikh Muhammad ‘Izi yang memberikan amanat ini kepada Syaikh Ma‘mur bin Hasan Suhartawidjaya untuk menjalankan kewajiban tarekat. Peristiwa meninggalnya beliau menjadi awal dilema dalam Tarekat Naqthujamin, seperti adanya pengakuan diantara pengikutnya bahwa dialah pengganti Beliau berdasarkan mimpi, adanya kelompok-kelompok yang mengklaim bahwa kelompok merekalah yang mengamalkan ajaran murni. Di samping dilema yang terjadi pada tarekat ini, tidak mempengaruhi semangat pengikut Naqthujamin dalam melaksanakan kegiatan tarekat. Beliau-beliau inilah yang mengikuti tarekat pada masa Syaikh Muhammad ‘Izi hingga Syaikh Ma‘mur dan dipimpin oleh ketua kelompok Sukapura yaitu H. Muhammad Zaini Maliki Alm yang masih mengamalkan ajaran tarekat sesuai dengan apa yang mereka baca, dengar, dan lihat, hal ini dipengaruhi oleh ketasliman mereka di dalam menuntut ilmu dan adab kesopanan yang mereka terapkan dalam berprilaku. Adapun kegiatan tarekat yang biasa mereka laksanakan yaitu membaca Shalawat sebanyak 500 kali yang dilaksanakan oleh kaum perempuan pada malam Jum‘at dan bertempat di TK Islam Tarbiatun Nasyiin pada awalnya pembacaan shalawat ini dibaca sebanyak 1000 kali namun keterbatsan fisik dan jumlah jama‘ah yang mengikuti kegiatan tersebut sedikit menjadi suatu alasan bagi mereka mengurangi jumlah pembacaan shalawat dari 1000 kali menjadi 500 kali , sementara bagi laki-laki melaksanakan kegiatan tarekat seperti ratib dan riyadhah dan bertempat di masjid al Mubarak. Pada awalnya kegiatan ini rutin dilaksanakan di masjid al Mubarak namun sejak bergabungnya antara kelompok yang diketuai oleh H. Muhammad Zaini Maliki Alm dan kelompok yang diketuai oleh salah satu dari pengikut Naqthujamin H. Ahmad Hadi- Said- H. Wahid kegiatan ini tidak tentu tempatnya bahkan lambat laun ditinggalkan oleh pengikutnya di Sukapura. Pemicu dari ketidakharmonisan kedua bela pihak ini dipicu oleh kelompok yang diketuai oleh salah satu pengikut Naqthujamin ini yang ingin memimpin seniormya dan bereksistensi dalam setiap kesempatan dalam pengertian kelompok ini kurang menghormati dan berprilaku baik terhadap pengikut sebelumnya. 39 Setelah mursyid Tarekat Naqthujamin meninggal, kegiatan tarekat Naqthujamin hanya berpusat di Majlis Naqthujamin Cipinang Muara, Jakarta Timur. Belakangan ini ada salah satu dari pengikut Naqthujamin yang mengadakan kegiatan tarekat di rumah beliau adapun kegiatannya yaitu Ta’lim, Ratib, Riyadha dan Perayaan hari besar agama Islam bahkan beliau menyediakan tempat yang dikhususkan bagi anggotanya yang ingin khalwat. 40 Perjalanan tarekat ini sampai ke wilayah Sukapura yaitu melalui H. Muhammad Zaini Maliki Alm sekitar tahun 1960-an yang pada waktu itu sebagai guru mengaji di wilayah tersebut. Tarekat Naqthujamin pada saat itu sangat berkembang pesat dan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan keberagamaan masyarakat Sukapura, kegiatan tarekat untuk wilayah ini berpusat di Masjid al Mubarak, tempat kediaman H. Muhammad Zaini Maliki Alm. 39 Hasil wawancara dengan pengikut Naqthujamin. 40 Hasil wawancara dengan pengikut Naqthujamin. Perkenalan H. Muhammad Zaini Maliki Alm dengan Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya melalui Syaikh Muhammad ‘Izi yang pada waktu itu sebagai guru tarekat beliau namun setelah Syaikh Muhammad ‘Izi menemukan penggatinya yaitu Ma‘mur Suhartawidjaya maka kewajiban tarekat diserahkan kepadanya. Pertemuan beliau yang singkat dengan Syaikh Muhammad ‘Izi menimbulkan kecemburuan sosial diantara para murid Syaikh Muhammad ‘Izi, karena tanpa disangka dan diduga beliaulah yang ditunjuk untuk menggantikan Syaikh Muhammad ‘Izi sebagai guru dalam ilmu tarekat. Setelah resmi mendapat tugas yang mulia ini beliau bersumpah tepatnya pada tanggal 1 Rabu’ul Awwal 1407 H di Jakarta yang intinya adalah bahwa beliau siap menjalankan dan menyampaikan kewajiban tarekat atas wasiat Syaikh Muhammad ‘Izi. Perkembangan tarekat pada masa ini sangat pesat, mulai dari remaja hingga dewasa mereka bergabung dalam satu tarekat yaitu Naqthujamin, pengikut tarekat ini tersebar luas di daerah pinggiran kota Jakarta seperti Sukapura Jakarta Utara, kampung Baru Jakarta Timur Tambun Bekasi, Rawa Bebek, Cipinang Muara, Rawa Mangun, Rawa Sari dan Pulogadung. Perkembangan tarekat Naqthujamin diawali dengan bergabungnya murid- murid Syaikh Muhammad Izi kedalam Naqthujamin atas perintah mursyid mereka. Perkenalan masyarakat dengan tarekat Naqthujamin melalui berbagai macam cara, biasanya melalui cara pengobatan, kosultasi tentang kehidupan, dan ajaran-ajaran Naqthujamin yang menarik perhatian seperti riyadhah dan ratib-ratib yang dilaksanakan dan telah ditentukan waktunya. Namun pesatnya perkembangan ini tidak diikuti oleh kualitas pengetahuan mereka tentang ilmu tarekat dan tidak disertai oleh perubahan akhlak ke arah yang lebih baik, keterbelakangan pengetahuan mereka ini disebabkan oleh minimnya ilmu yang mereka miliki sebagai pengantar ilmu tarekat seperti ilmu Fiqih, Tauhid, tasawwuf yang ketiganya itu bersifat fardu ‘ain. 41 Ada perbedaan syarat untuk memasuki ilmu tarekat antara masa Syaikh Muhammad ‘Izi dengan Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya. pada masa Syaikh Muhammad ‘Izi syarat untuk memasuki ilmu tarekat selain syarat umum yang harus di penuhi yaitu mengetahui ilmu Fiqih, Tauhid, tasawwuf yang ketiganya itu bersifat fardu‘ain. Kemudian beritikad benar niat dan tujuan yang baik, taqwa rela menerima dan menjalankan tugas agama , taslim dan rabithah terhadap guru, kemudian beliau menambahkan bahwa jika seorang ingin memasuki tarekat maka orang yang bersangkutan harus paham dengan benar tentang syariat, berusia empat puluh tahun. Hal ini merujuk kepada umur nabi Muhammad SAW yang diangkat menjadi rasul pada saat beliau berusia empat puluh tahun, 41 Hasil wawancara dengan pengikut Naqthujamin Minggu. mengikuti ratib thâhâ yaitu setiap tanggal 14 selama satu tahun tidak boleh putus, bai’at kemudian ijazah. 42 Sementara pada masa Syaikh Ma‘mur Suhartawidjaya ini, syaratnya dipermudah dengan kata lain diberikan rukhshah untuk memasuki tarekat ini selain syarat utama, bagi beliau umur tidak lagi diperhitungkan, bersyariat tidak perlu mahir dan yang terpenting adalah taslim.

C. Ajaran-ajaran Tarekat Naqthujamin 1.