Bahu Jalan Garis Marka Jalan

2.4.1 Bahu Jalan

1. Lebar minimum bahu jalan sebelah luarkiri Lebar minimum bahu jalan sebelah luarkiri dicantumkan pada table 2.2 kolom kedua bila tidak memiliki jalur pejalan kakisepeda atau seperti kolom ketiga bila memiliki jalur pejalan kakisepeda pada sebelah luar bahu jalan. Tabel 2.2 Lebar Minimum Bahu Jalan Klasifikasi Perencanaan Lebar bahu kiriluar m Tidak ada trotoar Ada Trotoar Standar minimum Pengecualian minimum Lebar yang diinginkan Tipe I Kelas I 2,0 1,75 3,25 Kelas II 2,0 1,75 2,5 Tipe II Kelas I 2,0 1,50 2,5 0,5 Kelas II 2,0 1,50 2,5 0,5 Kelas III 2,0 1,50 2,5 0,5 Kelas IV 0,5 0,50 0,5 0,5 Catatan : Pengecualian minimum sebaiknya hanya dipakai pada jembatan dengan bentang 50 m atau lebih, pada terowongan atau daerah dengan ROW terbatas Sumber : Standar Prencanaan Geometrik Jalan Perkotaan berdasarkan Bina Marga Maret 1992 1. Lebar minimum bahu jalan sebelah kanandalam Lebar minimum bahu jalan sebelah dalam sesuai Tabel 2.3 Tabel 2.3 Lebar Bahu DalamKanan Kelas perencanaan Lebar bahu jalan dalam m Tipe I Kelas 1 1,00 Kelas 2 0,75 Tipe II Kelas 1 0,5 Kelas 2 0,5 Kelas 3 0,5 Kelas 4 0,5 Sumber : Standar Prencanaan Geometrik Jalan Perkotaan berdasarkan Bina Marga Maret 1992 Adapun kriteria Penilaian bahu jalan sesuai dengan kondisi lapangan Tabel 2.4 Kriteria Kondisi Bahu Jalan Penilaian kriteria Bahu Jalan 1 Baik Kondisi dan lebar sesuai standar 2-3 Sedang- Cukup Kondisi dan lebar tidak sesuai standar 4 Rusak Tinggirendah 10 cm Datar tidak merata 5 Sangat rusak Tinggirendah 10 cm Tidak berbentuk Sumber : Standar Prencanaan Geometrik Jalan Perkotaan berdasarkan Bina Marga Maret 1992

2.4.2 Garis Marka Jalan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 60 Tahun 1993 Tentang Marka Jalan. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atautanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas

2.4.3 Pembatas Jalan

Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI Dan Kriteria Baku Di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

8 101 65

Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan Sebagai Dasar Penentuan Perbaikan Jalan.

32 182 124

Keterkaitan Sektor Pertanian, Agroindustri Dan Sektor Ekonomi Lain Dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan Studi Kasus :Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun

1 30 83

Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan (Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

2 55 139

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus: Jalan M.H. Thamrin, Ajung, Jember)

1 13 17

Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan Sebagai Dasar Penentuan Perbaikan Jalan Menggunakan Metode Pavement Condition Index (PCI)

0 10 1

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) SEBAGAI DASAR PENENTUAN PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS : JALAN SETURAN RAYA).

3 13 13

EVALUASI KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS JALAN DR WAHIDIN – KEBON AGUNG, SLEMAN) EVALUASI KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS JALAN DR WAHIDIN – KEBON AGUNG, SLEMAN).

0 3 14

viii Universitas Kristen Maranatha STUDI PENANGANAN KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PCI DAN PDI

0 1 10

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus : Jalan Purwokerto – Ajibarang Kabupaten Banyumas)

0 1 18