Evaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Sebagai Penunjang Perencanaan dan Pengembangan Pemanfaatan Lahan (Studi Kasus : Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

(1)

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN JALAN SEBAGAI

PENUNJANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

PEMANFAATAN LAHAN

STUDI KASUS: JALAN KOLONEL YOS SUDARSO KELURAHAN

PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG

KOTA TANJUNGBALAI

T E S I S

OLEH

MUHAMMAD IKHWAN LUBIS

057020005/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 7


(2)

STUDI KASUS: JALAN KOLONEL YOS SUDARSO KELURAHAN

PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA

TANJUNGBALAI

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD IKHWAN LUBIS

057020005/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 7


(3)

Judul Tesis : EVALUASI TINGKAT PELAYANAN JALAN SEBAGAI PENUNJANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN LAHAN

STUDI KASUS: JALAN KOLONEL YOS SUDARSO KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD IKHWAN LUBIS Nomor Pokok : 057020005

Program Studi : ARSITEKTUR

Menyetujui Komisi Pembimbing

(A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD) Ketua

(Ir. Rahmad Dian, MT) Anggota

Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur USU,

(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc)

Direktur

Sekolah Pascasarjana USU,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B, M.Sc)


(4)

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD Anggota Komisi Penguji : Ir. Rahmad Dian, MT

Achmad Delianur Nasution, ST, MT Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc


(5)

ABSTRACT

MUHAMMAD IKHWAN LUBIS, EVALUATING ROAD SERVICE RATE AS ONE OF THE SUPPORTING FACTORS FOR PLANNING AND DEVELOPING LAND USE, CASE STUDY ON JALAN KOLONEL YOS SUDARSO SUB DISTRICT PEMATANG PASIR DISTRICT TELUK NIBUNG MUNICIPALITY OF TANJUNGBALAI, under supervision by Prof. Abdul Majid Ismail, BA, B.Arch, PhD, as the head of examiners and Ir. Rahmad Dian, MT. as the member of examiners.

As the rapid development of Tanjungbalai municipality and the high growth of population on urban resulting in high urban activities and well planned infrastructure is needed. One of the mine factors of infrastructure is transportation sector and road service rate is one part of it. For that reason well planned and organized planning of inter sector in needed including transportation sector planning..

In developing urban area, land management is needed to be understood first by understanding the pattern of population distribution and its infrastructure. Hence land management is in connection to the usage of land and spatial organization through interaction of or media which urban transportation is one of them.

As aforementioned introduction, the objective of this study is to seek the dominant factors influencing road service rate as one of the supporting factors in planning and developing land use in urban area.

From the objective study evaluating the impact of road service rate on the factors influencing the space or land requirement on Jalan Kolonel Yos Sudarso founded through observation method by distributing questioners to each and every segment of the road influences the road service rate along with its social and environmental condition as the subject and user of the road.


(6)

SEBAGAI PENUNJANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN LAHAN STUDI KASUS JALAN KOLONEL YOS SUDARSO KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI, dibawah bimbingan Prof. Abdul Majid Ismail, BA, B.Arch, PhD sebagai ketua dan Ir. Rahmad Dian, MT. sebagai anggota.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan Kota Tanjungbalai dan tingginya laju pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan, akan mengakibatkan bertambah tingginya aktifitas perkotaan tersebut dimana dibutuhkan sarana dan prasarananya. Sala satu prasarana utama adalah sektor transportasi salah satu bahagiannya adalah tingkat pelayanan jalan itu sendiri. Untuk itu tentunya dibutuhkan perencanaan yang tepat dan terpadu antar sektor termasuk perencanaan sektor transportasi.

Untuk mengetahui perkembangan suatu ruang kota pemahaman akan organisasi ruang itu sendiri diperlukan terlebih dahulu. Dimana organisasi ruang itu merupakan pola penyebaran penduduk dan fisik (infrastruktur) ruang itu sendiri. Sehingga pengaturan ruang berhubungan erat dengan penggunaan lahan dan organisasi spasial melalu interaksi atau pun media yang salah satunya adalah transportasi kawasan perkotaan (tingkat pelayanan jalan).

Melihat latar belakang di atas, permasalahan yang menjadi pada kajian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor-faktor apa saja yang dominan dapat mempengaruhi tingkat pelayanan jalan seabagai salah satu penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan di perkotaan.

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi tingkat pelayanan jalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jalan tersebut yang secara langsung mempengaruhi kebutuhan ruang maupun lahan di jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai sehingga didapat kesimpulan melalui metode observasi lapangan dengan penyebaran kuisioner ke masing-masing segmen jalan bahwa karakteristik dan peruntukan lahan di jalan tersebut sangat mempengaruhi tingkat pelayanan jalan selain kondisi sosial lingkungan yang tak lepas pengaruhnya sebagai pelaku dan pengguna jalan tersebut.


(7)

KATA PENGANTAR

リΒヨヤバャ

ギヨエャ

...

ヶェ

ゲャや

リヨェゲャや

ぶぺ

ユジよ

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa penulis sampaikan atas segala Ridho dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Magister Teknik Arsitektur dalam Bidang Manajemen Pembangunan Kota pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Abdul Majid Ismail, BA., B.Arch., PhD. sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Rahmad Dian, MT. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah mencurahkan perhatian dan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan literatur yang sangat membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dorongan dan arahan selama ini kepada :

1. Prof. Dr. dr. H. Chairuddin P. Lubis, D.Sp.AK, sebagai rektor Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan

2. Prof. DR. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti


(8)

Kota yang telah menyetujui judul dan membimbing selama mengikuti pendidikan 4. Para Kedua Orang Tua Tercinta H. Nurdin Latif Lubis, BA dan Hj. Rohani

Hutasuhut yang telah banyak mendorong dan membantu selama perkuliahan 5. Walikota Tanjungbalai Dr. H. Sutrisno Hadi SpOG dan Ir. Darwin Zulad, M.Si.

selaku Kepala Bappeda Kota Tanjungbalai beserta jajarannya yang telah memberikan izin belajar dan semangat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

6. Rekan-rekan sesama mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Bidang Manajemen Pembangunan Kota.

Akhirnya ucapan terima kasih ini disampaikan kepada Istri tercinta Dahmilawaty Marpaung, S.Psi, ananda Putra dan Putri serta kedua orang tua di Rantauprapat yang telah banyak memberikan dorongan dan membantu selama mengikuti sampai menyelesaikan studi ini.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya sebagai bahan pembanding bagi penelitian lain yang saling terkait, walaupun penulis menyadari bahwa apa yang ditulis pada penelitian ini jauh dari sempurna.

Tanjungbalai, Nopember 2007 Terima Kasih


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1972 di Aek Kota Batu. Anak dari H. Nurdin Latief Lubis, BA. dan Hj. Rohani Hutasuhut, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Menjalani masa pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas di Rantauperapat pada tahun 1991, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Rantauprapat, dan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung Jurusan Planologi dan lulus serjana pada tahun 1997.

Menikah pada tahun 1999 dengan Dahmilawaty Marpaung S.Psi. dan telah dikaruniai dua orang putra/i : Muhammad Akbar Halomoan Lubis dan Nur Davina Mahya Izni Lubis. Saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tanjungbalai.

Mulai Februari 2005 penulis mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Arsitektur dalam Bidang Manajemen Pembangunan Kota pada Universitas Sumatera Utara di Medan.


(10)

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesa ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

1.6. Kerangka Berfikir ... 7

1.7. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengertian dan Struktur Pemanfaatan Lahan dengan Transportasi... 10

2.2. Organisasi Peningkatan Pelayanan Jalan terhadap Pemanfaatan Lahan ... 18


(11)

2.4. Pengembangan Jalan Perkotaan ... 24

2.3. Pola Tingkat Pelayanan Jalan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1. Jenis Penelitian... 30

3.2. Variabel Penelitian ... 31

3.3. Populasi/Sampel... 31

3.4. Metoda Pengumpulan Data ... 32

3.5. Kawasan Penelitian ... 32

3.6. Metoda Analisa Data... 33

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Tanjungbalai... 35

4.2 Letak Geografis... 37

4.3 Topografi... 42

4.4 Kepadatan Penduduk ... 44

4.5 Pola Penggunaan Lahan ... 46

4.6 Tinjauan Sarana Pelayanan Dasar Umum... 48

4.6.1 Fasilitas Pendidikan ... 48

4.6.2 Fasilitas Peribadatan... 49

4.6.3 Fasilitas Kesehatan... 50

4.6.4 Fasilitas Jalan ... 51

4.6.5 Jenis Kenderaan ... 52

4.6.6 Jalur Kereta Api ... 53


(12)

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 78

5.1 Jenis Kelamin ... 78

5.2 Agama ... 79

5.3 Pekerjaan ... 79

5.4 Pendidikan... 81

5.5 Luas dan Bentuk Bangunan ... 82

5.6 Pendapatan ... 83

BAB VI HASIL EVALUASI TINGKAT PELAYANAN JALAN SEBAGAI PENUNJANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN LAHAN ... 85

6.1 Evaluasi Karakteristik Jalan Kolonel Yos Sudarso... 86

6.2 Evaluasi Perbandingan Penggunaan Lahan dengan Karakteristik Jalan Kolonel Yos Sudarso ... 94

6.3 Evaluasi Perubahan Lahan Jalan Kolonel Yos Sudarso... 100

6.4 Evaluasi Peruntukan Lahan Jalan Kolonel Yos Sudarso ... 106

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

7.1 Kesimpulan ... 110

7.2 Saran... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service) ... 28 Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

Tahun 2006 ... 45 Tabel 4.2 Jumlah Bangunan Tiap Segmen Pada Jalan Kolonel Yos Sudarso... 57


(14)

Halaman

Gambar 1.1 Bagan Alir Pemikiran Penelitian... 7

Gambar 2.1 Hubungan Transportasi, Guna Lahan dan Demografi ... 17

Gambar 4.1 Peta Kota Tanjungbalai Dalam Konteks Regional... 36

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kota Tanjungbalai ... 38

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kecamatan Teluk Nibung... 40

Gambar 4.4 Lokasi Penelitian Kelurahan Pematang Pasir ... 41

Gambar 4.5 Luas Kelurahan Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006... 43

Gambar 4.6 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Teluk Nibung 2006 ... 46

Gambar 4.7 Penggunaan Lahan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006 ... 47

Gambar 4.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006 ... 49

Gambar 4.9 Jumlah Panjang Jalan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006 ... 51

Gambar 4.10 Jumlah Kenderaan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006 ... 52

Gambar 4.11 Jalur Kereta Api di Lokasi Penelitian Jalan Kolonel Yos Sudarso... 54

Gambar 4.12 Kondisi Eksisting Jalur Kereta Api... 54

Gambar 4.13 Peruntukkan Lahan Jalan Kolonel Yos Sudarso ... 56

Gambar 4.14 Karakteristik Pembagian Segmen Jalan Kolonel Yos Sudarso... 60


(15)

Gambar 4.16 Tampak Sisi Kanan Segmen 1 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 63

Gambar 4.17 Tampak Sisi Kiri Segmen 1 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 63

Gambar 4.18 Penampang Eksisting dan Rencana Segmen 1 Jalan Kolonel Yos Sudarso ... 64

Gambar 4.19 Karakteristik Segmen 2 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 65

Gambar 4.20 Tampak Sisi Kanan Segmen 2 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 68

Gambar 4.21 Tampak Sisi Kiri Segmen 2 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 68

Gambar 4.22 Penampang Eksisting dan Rencana Segmen 2 Jalan Kolonel Yos Sudarso ... 69

Gambar 4.23 Karakteristik Segmen 3 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 71

Gambar 4.24 Tampak Sisi Kanan Segmen 3 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 72

Gambar 4.25 Tampak Sisi Kiri Segmen 3 Jalan Kolonel Yos Sudarso... 72

Gambar 4.26 Penampang Eksisting dan Rencana Segmen 1 Jalan Kolonel Yos Sudarso ... 73

Gambar 5.1 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 78

Gambar 5.2 Karakteristik Responden Menurut Agama... 79

Gambar 5.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan... 80

Gambar 5.4 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan ... 81

Gambar 5.5 Karakteristik Responden Menurut Luas dan Bentuk Bangunan ... 82

Gambar 5.6 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan... 84

Gambar 6.1 Evaluasi Karakteristik Segmen 1 di Jalan Kolonel Yos Sudarso... 88

Gambar 6.2 Evaluasi Karakteristik Segmen 2 di Jalan Kolonel Yos Sudarso... 90

Gambar 6.3 Evaluasi Karakteristik Segmen 3 di Jalan Kolonel Yos Sudarso... 92

Gambar 6.5 Tingkat Pelayanan Jalan... 95 xi


(16)

Gambar 6.7 Evaluasi Perbandingan Penggunaan Lahan dengan Karakteristik

Jalan Pada Segmen 3... 100

Gambar 6.8 Evaluasi Perubahan Lahan Pada Segmen 1 ... 102

Gambar 6.9 Evaluasi Perubahan Lahan Pada Segmen 2 ... 103

Gambar 6.10 Evaluasi Perubahan Lahan Pada Segmen 3 ... 104


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaturan dan pemanfaatan ruang pada dasarnya merupakan tanggungjawab kita bersama, mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah. Dengan demikian jelas bahwa proses perencanaan dan pengaturan ruang ini dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan menyeluruh, tidak terpilah-pilah, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang dikehendaki sebagaimana telah digariskan dalam kebijaksanaan pemerintah (UU No. 25, Simrenas : 2004).

Penataan ruang merupakan salah satu aspek yang semakin banyak mendapat perhatian baik itu dari pemerintah maupun dunia usaha serta masyarakat luas sejak beberapa tahun belakangan ini. Hal ini, dilakukan mengingat banyaknya permasalahan yang timbul di daerah yang menuntut penyelesaian dari segi pengorganisasian ruang yang juga mengaitkan seluruh sektor. Selain itu, semakin disadari bahwa pembangunan yang terarah dan sinergi akan memberikan hasil yang lebih besar secara keseluruhan.

Untuk mengetahui kesenjangan struktur perkembangan ruang suatu kota kita harus memahami organisasi struktur keruangan kota itu sendiri. Dalam mengetahui organisasi struktur keruangan kota pola penyebaran penduduk dan pola penyebaran


(18)

pembangunan merupakan dampak akibat yang timbul oleh kebutuhan ruang kota. Selain dari itu dinamika pembangunan kota dapat juga diilustrasikan dalam sebaran prasarana kota yang dikaitkan dengan distribusi penduduk dan pemukiman. Oleh karena itu, pola penyebaran pemukiman merupakan salah satu indikasi penyebaran konsentrasi penduduk, sedangkan manusia sebagai pemegang peran penting dalam perubahan dimensi ruang kota (fisik). Dimana pola penyebaran secara langsung maupun tidak langsung berakibat juga kepada pembangunan ekonomi kota.

Pola penyebaran tersebut juga mempengaruhi perkembangan kota yang selalu ditandai oleh perkembangan perubahan fungsi guna lahannya yang sesuai dengan sifatnya yang dinamis, sehingga menggambarkan kondisi sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri. Contoh dari kenyataan ini adalah perubahan guna lahan non-komersial menjadi guna lahan non-komersial. Berkembangnya guna lahan merupakan hal yang wajar bagi suatu kota tapi harus disertai dengan manajemen guna lahan yang mempertimbangkan berbagai macam aspek kehidupan agar terwujud keserasian guna lahan dengan penduduknya. Artinya guna lahan yang diwujudkan memberikan pengaruh positif terhadap penduduk dan lingkungannya.

Manajemen guna lahan yang penting diwujudkan bagi kota-kota, terutama kota besar adalah manajemen guna lahan berkelanjutan. Manajemen guna lahan ini mempertimbangkan berbagai macam aspek kehidupan, yaitu nilai-nilai guna lahan dan aspek transportasi. Prinsip utama manajemen guna lahan ini adalah memberikan manfaat seoptimal mungkin kepada penduduk pada saat ini dan di masa akan datang.


(19)

3

Perkembangan kota yang pesat dan peningkatan status administrasi Kota Tanjungbalai menjadi kota otonom yang mandiri telah memacu perkembangan ekonomi kota. Seiring dengan munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru terutama di sektor perdagangan dan jasa akan memerlukan ruang yang memadai serta dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut dengan baik. Dampak langsung yang dapat dilihat adalah tumbuhnya ruang-ruang ekonomi baru di perkotaan. Namun pertumbuhan tersebut nampaknya kurang memperhatikan aspek-aspek lingkungan sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang berkaitan dengan penurunan kualitas ruang-ruang kota yang tidak menguntungkan bagi penataan ruang kota secara keseluruhan. Serta terjadi degradasi fungsi, peranan, fisik dan kualitas visual, khususnya di Kota Tanjungbalai.

Gambaran permasalahan ruang-ruang ekonomi kota nampak jelas di beberapa kawasan Kota Tanjungbalai. Di dalam kawasan ini berkembang kegiatan perdagangan, transportasi dan permukiman yang kurang tertata akibat tidak seimbangnya penyediaan sarana dan prasarana. Dampak yang mulai terlihat adalah adanya masalah transportasi seperti kemacetan lalu lintas, kurangnya ruang parkir, serta peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana dan utilitas lingkungan.

Kota Tanjungbalai salah satu kota yang berada di kawasan pinggir pantai Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah lebih kurang 6.052 Ha, dengan populasi penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan suatu kegiatan pembangunan yang sangat pesat juga. Konsekwensi dari perkembangan tersebut tentunya akan menyebabkan permintaan terhadap pemanfaatan lahan dan transportasi akan terus


(20)

meningkat dan secara langsung tentunya akan memerlukan cara penanganan yang tepat khususnya di dalam perencanaannya.

Adanya perubahan-perubahan sebagai akibat perkembangan kegiatan sosial ekonomi Kota Tanjungbalai yang pesat dapat menimbulkan deviasi atau penyimpangan dari kondisi yang direncanakan. Hal ini terutama yang menyangkut perkembangan penduduk, pemanfatan ruang, struktur pelayanan kegiatan kota serta sistem transportasi kota baik itu pelayanan maupun jaringannya yang dapat diamati secara fisik. Di lihat dari struktur perekonomian Kota Tanjungbalai ditunjukkan dari distribusi perkembangan lapangan usaha yang dominan terhadap PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Kota Tanjungbalai dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,03 %. Dari kontek tersebut bahwa penataan struktur ruang kota perlu penataan yang seimbangan sejauh mana deviasi yang telah terjadi, diperlukan suatu evaluasi yang ditimbulkan oleh adanya ketimpangan tidak sesuai dengan rencana ruang yang telah ada.

Seiring dengan peningkatan pergerakan orang dan barang, di Kota Tanjungbalai sebagai akibat dari perkembangan kota yang sangat pesat tersebut, maka tuntutan dalam penyediaan jaringan jalan semakin meningkat pula, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Peningkatan jaringan jalan tersebut tentunya harus mampu mengimbangi peningkatan jumlah kenderaan bermotor yang relatif lebih cepat. Sehingga masalah lalu lintas kota seperti di Kota Tanjungbalai pada umumnya terjadi akibat ketimpangan antara kepesatan peningkatan kebutuhan transportasi dan rendahnya kemampuan pengelolaan manajemen transportasi. Dimana pada akhirnya


(21)

5

masalah transportasi seperti kemacetan lalu lintas, perubahan fungsi jalan di atasnya, penundaan (delay) dan polusi lingkungan akan menimbulkan kerugian besar bagi penggunaan jalan raya, seperti pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu, pemborosan tenaga maupun rendahnya tingkat kenyamanan berlalu lintas dalam situasi kemacetan yang semakin rutin.

Dalam rangka peningkatan aksesibilitas pelayanan transportasi baik itu regional maupun lokal di ruas jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung perlu di evaluasi tingkat pelayanan jalan dalam skala pelayanan sehingga nantinya dapat memberikan pengaruh ganda terhadap perkembangan kawasan perkotaan, mengingat posisi jalur jalan tersebut telah mengalami perubahan fungsi di atasnya dari sarana transportasi menjadi aktifitas kegiatan perdagangan. Dari latar belakang ini maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang evaluasi tingkat pelayanan jalan sebagai penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan di sekitar kawasan Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.

1.2 Perumusan Masalah

Melihat latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dominan dapat mempengaruhi tingkat pelayanan jalan pada satu ruas jalan sebagai salah satu penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan di perkotaan.


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk :

a. Mengevaluasi faktor-faktor apa saja mempengaruhi tingkat pelayanan jalan terhadap pemanfaatan lahan.

b. Memberikan gambaran kondisi pemanfaatan lahan yang mempengaruhi tingkat pelayanan jalan secara langsung terhadap perencanaan dan pengembangannya.

1.4 Hipotesa

Secara garis besar hipotesa yang dikemukakan terhadap tingkat pelayanan jalan adalah:

a. Tingkat Pelayanan Jalan pada saat ini berada dibawah kecepatan jalan rencana, khususnya pada saat jam-jam tertentu.

b. Tingkat pelayanan jalan belum mewujudkan suatu jalan yang efisiensi dan ideal sebagai penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan kita peroleh khususnya untuk penulis sebagai bahan masukan dari studi pemanfaatan ruang di masa sekarang serta dimasa yang akan datang, juga lebih difokuskan kepada beberapa alternatif pemanfaatan kawasan sebagai objek penelitian, seperti :


(23)

7

1. Untuk mengetahui interaksi dari peningkatan intensitas pemanfaatan lahan pada masing-masing segmen Jalan Kolonel Yos Sudarso.

2. Memberikan masukan kepada instansi terkait dalam perencanaan dan pengembangan wilayah perkotaan terhadap peningkatan pelayanan suatu jalan sesuai dengan fungsinya.

1.6 Kerangka Berfikir

Identifikasi Analisis Evaluasi

o Karakteristik responden

o Evaluasi Karakteristik Jalan Kolonel Yos Sudarso

o Evaluasi Perubahan Lahan di Jalan Kolonel Yos Sudarso melalui perbandingan Karakteristik dengan pemanfaatan lahan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dari masing-masing segmen.

Kesimpulan dan Saran Hasil evaluasi yang

diharapkan dalam penelitian

Latar Belakang

o Adanya kebutuhan ruang atau perubahan fungsi ruang yang meningkat.

o Pola penyebaran penduduk yang tidak merata

o Rendahnya pengelolaan transportasi

Perumusan Masalah

Faktor-faktor apa saja yang dominan dapat mempengaruhi tingkat pelayanan jalan sebagai penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan di perkotaan.

Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui faktor selanjutnya menguji ada tidaknya hubungan faktor tersebut terhadap perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan di perkotaan.

Gambar. 1.1 Bagan Alir Pemikiran Penelitian


(24)

1.7 Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan dan proses penyusunan tugas akhir ini, disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang mengapa perlunya perencanaan pemanfaatan lahan dengan melihat peranan transportasi, permasalahan, tujuan yang hendak dicapai, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menggambarkan secara umum teori yang berkaitan dengan judul tesis ini seperti Pengertian dan Struktur Pemanfaatan Lahan dengan Transportasi, Organisasi Peningkatan Pelayanan Jalan terhadap Pemanfaatan Lahan, Pengembangan Jalan Perkotaan dan Pola Tingkat Pelayanan Jalan itu sendiri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Merupakan penjelasan mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, populasi atau sampel yang di teliti, metode pengumpulan data dan kawasan penelitian serta metode analisis penelitian yang dilakukan.

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Menguraikan beberapa gambaran umum wilayah studi yang diperoleh dari observasi literatur dikaitkan dengan observasi lapangan sehingga dapat


(25)

9

melihat kepadatan penduduk, ketersediaan sarana pelayanan dasar umum, pola penggunaan lahan, peruntukan lahan dan karaktersitik Jalan Kolonel Yos Sudarso per segmen.

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

Merupakan uraian karakteristik respondan yang menjawab dari hasil sebaran kuesioner kepada beberapa penduduk lokasi penelitian.

BAB VI HASIL EVALUASI TINGKAT PELAYANAN JALAN SEBAGAI PENUNJANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN LAHAN

Dalam bab ini merupakan hasil evaluasi tabulasi silang yang dilakukan dari hasil tabulasi uji ketergantungan hubungan keterkaitan tingkat pelayanan jalan dengan beberapa faktor variabel karakteristik jalan Kolonel Yos Sudarso secara per segmen.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran ini menguraikan dari hasil pembahasan evaluasi tingkat pelayanan jalan sebagai penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Struktur Pemanfaatan Lahan dengan Transportasi

Perencanaan dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada untuk mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif. Tujuan perencanaan akan dirumuskan pada suatu keinginan dan sasaran yang akan dicapai sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dimensi waktu akan mencakup penentuan waktu untuk mencapai keinginan dan sasaran tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan masa mendatang.

Penataan ruang ialah usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan lahan pada keperluan tertentu dan tempat yang tepat, termasuk di dalamnya mengatur hubungan antara permukiman dengan tempat bekerja, tempat sekolah, tempat berbelanja, tempat hiburan dan lain-lain yang semuanya juga sangat tergantung pada rencana jaringan jalan di kota dan pemilihan rencana penggunaan lahan (Budi D. Sinulingga, 2005). Oleh karena itu, penataan ruang kota merupakan suatu upaya untuk mempertahankan konsistensi dari tujuan-tujuan yang diharapkan berkaitan dengan optimasi pemanfaatan ruang dan kegiatan yang ada dalam suatu perkotaan.


(27)

11

Dengan demikian segala usaha pembangunan yang dilakukan mengikuti acuan pada pola dan struktur ruang fisik yang telah tertuang dalam suatu dokumen perencanaan.

Penataan struktur kota pada hakekatnya merupakan wadah/ruang untuk mengakomodasikan kegiatan perkotaan yang selalu berkembang. Kegiatan-kegiatan ini mencakup permukiman, perdagangan, pemerintahan, jasa, industri, pendidikan, pelabuhan dan lain sebagainya. Seluruh kegiatan perkotaan yang berkembang secara terus menerus itu bersifat kompetitif dalam penggunaan ruang yang ada, sehingga sering terjadi konversi tata guna lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Oleh dari kegiatan ini timbul suatu permasalahan dimana kondisi lingkungan permukiman yang mengalami perubahan dan tingkat kualitas penurunan.

Jadi persoalannya adalah perubahan kebijakan secara langsung dapat menguntungkan masyarakat atau menguntungkan segelintir pengusaha saja dengan perubahan kebijakan tata ruang yang terjadi. Oleh karena itu, perubahan itu difokuskan kepada empat tujuan mendasar, yaitu berupa :

a. Menjelaskan terjadinya perubahan kebijakan tata ruang di wilayah.

b. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang mengalami perubahan sekaligus menggambarkan peruntukkan lahan yang baru.

c. Mengidentifikasi pihak-pihak yang diuntungkan dan dirugikan ketika terjadi perubahan kebijakan tata ruang kota.

d. Menggambarkan pihak-pihak yang terlibat dan menentukan dalam proses perubahan tata ruang kota.


(28)

Ditinjau terhadap organisasi spasial perkotaan di kota yang terencana dengan baik akan sesuai dengan fungsi kota. Fungsi kota meliputi kebutuhan untuk pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan industri sentra jasa. Ini dikaitkan dengan tinjauan struktur/organisasi perkotaan, pada umumnya dimungkinkan untuk membedakan kelompok-kelompok bangunan dalam kota berdasarkan fungsi tata guna tanahnya.

Jadi bila kita tinjau dari struktur dalam kota itu sendiri yang dipengaruhi oleh fungsi kota dan dinamika penduduknya, maka percepatan pertumbuhan akan menampakan perubahan pada fisik kekotaan yang tidak sama di tinjau dari bagian terluar kota sedangkan bentuk morfologi kota sangat bervariasi adanya. Dari waktu ke waktu bentuk fisik kota selalu mengalami perubahan, sementara itu batas administrasi kota relatif sama.

Adanya organisasi spasial dapat dibedakan dengan penggunaan lahan pada suatu kota itu sendiri walaupun keduanya sangat berperan dalam perencanaan dan pengembangan wilayah. Tata guna tanah salah satunya, dimana pengaturan penggunaan lahan sangat berperan dalam pembentukan struktur ruang kota itu sendiri yang membentu suatu organisasi spasial atau organisasi keruangan sehingga menyusun ruang-ruang atau sektor-sektor menjadi suatu kesatuan ruang yang teratur.

Sehingga Guna lahan (land use) merupakan istilah yang berasal dari ekonomi pertanian, yang arti aslinya adalah sebidang tanah dan penggunaan ekonomisnya (seperti untuk tanaman basah, tanaman kering). Istilah guna lahan kemudian diadopsi ke dalam perencanaan wilayah kota dengan arti yang bergeser dari aslinya. Secara


(29)

13

umum, ”guna lahan perkotaan’ diartikan sebagai distribusi keruangan (spatial

distribution) atau pola geografis dari fungsi-fungso perkotaan, seperti perumahan,

perdagangan, perkantoran, rekreasi, industri dan lain-lain (Djunaedi, 2003)

Perbedaan dalam konsep tata guna tanah dan organisasi keruangan adalah terletak pada unsur fungsinya. Pada tata guna tanah lebih menekankan pada pengaturan dan pengendalian penggunaan fungsi tanah berdasarkan kelas; sedangkan dalam organisasi keruangan tidak terkandung unsur pengaturan. Selain itu, dalam organisasi spasial tampak adanya hierarki ruang, dalam arti terdapat urutan tinggi rendah nilai atau status ruang. Dalam organisasi spasial perkotaan yang menjadi objek adalah ruang-ruang di perkotaan (Yunus, 2002).

Guna lahan berkaitan erat dengan kegiatan (aktivitas) manusia. Jadi, sebenarnya guna lahan dibentuk oleh tiga unsur, yaitu manusia, aktivitas dan lokasi yang saling berinteraksi satu sama lain. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki sifat yang dinamis yang diperlihatkan dari berbagai macam aktivitas yang dilakukannya. Manusia membutuhkan wadah atau ruang atau tempat untuk melakukan aktivitasnya. Tempat inilah disebut lokasi. Lokasi tempat aktivitas manusia inilah kemudian disebut juga guna lahan. Sebagai contoh, aktivitas pengolahan menimbulkan guna lahan industri, aktivitas transportasi menimbulkan guna lahan jaringan jalan, dan aktivitas jasa menimbulkan guna lahan penginapan. Tiap-tiap aktivitas memiliki karakteristik yang berbeda-beda termasuk dalam hal pemilihan lokasi. Akibat perbedaan lokasi tiap-tiap aktivitas, terjadilah pergerakan


(30)

penduduk dari satu lokasi aktivitas menuju lokasi aktivitas lainnya. Pergerakan merupakan bagian dari transportasi.

Berdasarkan kondisi di atas, manajemen guna lahan dapat diibaratkan sebagai bangku berkaki empat yang tiap-tiap kaki menggambarkan masing-masing aspek, yaitu nilai sosial, nilai ekologi, nilai pasar dan transportasi. Agar bangku dapat berdiri kokoh, tiap-tiap kaki harus berada pada tempatnya dengan proporsi dan posisi yang tepat. Tiap-tiap kaki sama pentingnya, jika struktur keempat kaki tidak terintegrasi, bangku tersebut tidak dapat berdiri kokoh.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, dalam manajemen guna lahan, jika nilai sosial diabaikan akan menimbulkan masalah sosial, seperti kejahatan. Jika nilai ekologi diabaikan akan menimbulkan masalah ketidakseimbangan lingkungan alami, seperti banjir dan longsor. Jika nilai pasar diabaikan akan menimbulkan kemacetan pembangunan karena pihak pembangun tidak memperoleh keuntungan finansial. Jika aspek transportasi diabaikan akan menimbulkan berbagai macam masalah, seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan polusi suara. Karena itu, keempat aspek ini harus sama-sama dipertimbangkan, dengan prioritas yang sama, dalam manajemen perubahan guna lahan.

Aspek transportasi tidak dapat dipisahkan dari guna lahan karena guna lahan memiliki hubungan saling mempengaruhi dengan aspek transportasi. Guna lahan tidak bisa dilepaskan dari lalu lintas karena lalu lintas merupakan fungsi dari guna lahan. Guna lahan merupakan faktor penentu utama bangkitan pergerakan (trip


(31)

15

generation). Besarnya bangkitan pergerakan suatu kegiatan dan orientasi pergerakan

tersebut akan menentukan kebutuhan akan fasilitas transportasi (Johara T. : 1999). Analisa lain mengatakan bahwa ada faktor pengaruh yang membagi kawasan perdagangan pusat kota atas faktor aksesibilitas dan keterkaitan spasial. Aksesibilitas berkaitan dengan faktor kemudahan terjadinya kegiatan pada suatu lokasi sedangkan keterkaitan spasial berkaitan dengan pengaruh suatu kegiatan terhadap kegiatan lain.

Aksesibilitas yang dimaksudkan adalah berasal dari kata acces yang berarti jalan masuk, memberikan jalan yang mudah, M. Echols John dan Shadily Hasan (1993), bahwa aksesibilitas atau daya dukung adalah tingkat kemudahan berhubungan dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila dari satu tempat ”A” orang dapat dengan mudah berhubungan dengan mendatangi tempat ”B” atau sebaliknya, apabila hubungan dapat dilakukan dengan berbagai cara atau alat penghubung dengan baik dan lancar, maka dapat dikatakan akses ”A”-”B” adalah tinggi.

Dalam kaitan dengan perkembangan kawasan perdagangan kota, faktor aksesibilitas tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur jaringan jalan dan ketersediaan fasilitas pendukung lainnya akan memberikan kemudahan (akses) bagi setiap pembeli atau pedagang untuk menentukan karakter dalam memilih suatu lokasi dan sekaligus dapat menyebabkan kawasan tersebut terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih maju.

Faktor infrastruktur jaringan jalan sangat berpengaruh terhadap penguatan dan peningkatan ekonomi suatu wilayah, dimana ekonomi suatu wilayah akan menjadi kuat sangat didukung pula oleh berkembangnya tidaknya perdagangan yang ada pada


(32)

wilayah tersebut. Ini menggambarkan bahwa pembangunan ekonomi suatu wilayah tergantung pada penyediaan sarana dan prasarana transportasi khususnya dalam menghubungi daerah hinterland sebagai kantong produksi dengan daerah sebagai pusat pembangunan wilayah maupun kota yang memiliki potensi dalam jangkauan daerah sekitarnya, dan salah satu aspek yang mendukung pembangunan sistem transportasi adalah pembangunan prasarana jalan raya (Johara T. : 1999).

Oleh karenanya, Morlok (1998), mengatakan; pembangunan prasarana dan sarana transportasi dalam hal ini transportasi darat adalah suatu bagian integral dari fungsi yang menunjukkan hubungan sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan lokasi dari aktivitas produksi, hiburan, barang-barang yang tersedia untuk konsumsi. Jelaslah bahwa dengan sarana transportasi yang lancar dan memudahkan orang untuk melakukan gerak atau mobilitas geografis dan sosial sesuai dengan kemampuannya guna memperluas wawasan maupun usaha untuk mencapai peningkatan taraf hidup dalam berbagai interaksi aktivitasnya.

Sistem transportasi secara menyeluruh merupakan suatu sistem (makro) yang terdiri dari beberapa sistem yang lebih kecil (mikro). Sistem transportasi mikro ini adalah sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan (Tamin : 2000).

Pergerakan sendiri merupakan sistem mikro yang kedua dalam sistem transportasi. Pergerakan ini dapat berupa pergerakan manusia maupun barang. Pergerakan membutuhkan wadah tempat bergerak berupa prasarana transportasi. Prasarana transportasi merupakan sistem makro yang ketiga dalam sistem transportasi


(33)

17

yang disebut dengan sistem jaringan, meliputi jaringan pergerakan darat, air, dan udara.

Bila dalam suatu sistem kota, seperti gambar di bawah ini diperlihatkan adanya hubungan antara guna lahan, demografi dan transportasi. Transportasi sendiri dapat dilihat sebagai fungsi dari beberapa sub sistem, seperti transportasi pribadi, transportasi umum (public) dan transportasi barang (Orn, dalam Heriansyah: 2002). Keseluruhan elemen tersebut merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pembangunan kota. Penambahan arus lalulintas tidak dapat dimengerti dengan baik tanpa mempelajari guna lahan dan demografi. Pada sisi lain, sistem transportasi dan pengembangan prasarana jalan dapat mempengaruhi dan memegang peranan dalam menentukan nilai jual tanah.

Transportasi

Pub Prib

Demografi

Barg

Guna Lahan

Gambar 2.1 Hubungan Transportasi, Guna Lahan dan Demografi


(34)

Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, manusia melakukan berbagai macam kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini sangat beraneka ragam jenisnya, seperti kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, dan kegiatan kesenian. Karena itu, kegiatan manusia membentuk sutu sistem sendiri di dalam sistem transportasi. Mengapa kegiatan merupakan bagian dari sistem transportasi ? Karena kegiatan mampu membangkitkan pergerakan (generate). Kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan pada lokasi yang sama, atau dengan kata lain harus dilakukan pada lokasi yang berbeda. Konsekuensinya, kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan pergerakan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Jadi, kegiatan manusia memiliki sifat membangkitkan pergerakan, baik berupa tarikan (attraction) maupun produksi (production). Besarnya pergerakan ini tergantung pada jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

2.2 Organisasi Peningkatan Pelayanan Jalan terhadap Pemanfaatan Lahan Timbulnya problem transportasi di perkotaan merupakan konsekuensi logis dari pesatnya pertumbuhan ekonomi kota, urbanisasi yang tak terkendali, perluasan kota dan fenomena-fenomena pembangunan lainnya di era pra-krisis. Sebagai dampaknya, di kota-kota tersebut terjadi pembengkakan permintaan perjalanan, yang ada kenyataanya sampai saat ini belum dapat diimbangi oleh penyediaan sistem transportasi yang baik.


(35)

19

Tidak optimalnya pengelolaan sistem transportasi kota di Indonesia merupakan resultan dari mis-manajemen dan mis-koordinasi dari aktor-aktor yang terlibat dalam penanganan pengelolaan prasarana dan sarana transportasi kota yang ada. Terlepas dari buruknya kondisi perekonomian kita, langkah optimalisasi dan efisiensi kinerja sistem transportasi kota merupakan suatu keharusan dan tetap

up-to-date di masa pasca reformasi.

Jadi transportasi perlu meningkatkan interaksi antar aktifitas atau guna lahan. Interaksi tersebut diukur melalui aksesibilitas, yang meliputi daya tarik suatu tempat sebagai asal dan tujuan. Pola guna lahan adalah hal yang penting karena akan menentukan peluang ataupun aktifitas yang andal dalam jangkauan suatu tempat. Potensi antara dua tempat untuk berinteraksi akan bergantung pada biaya dari pergerakan antara keduanya, baik dalam terminologi uang ataupun waktu. Sebagai konsekuensinya, struktur dan kapasitas dari jaringan transportasi akan mempengaruhi tingkat aksesibilitas.

Sementara itu Creighton (1970), berpendapat jaringan jalan merupakan gambaran dari fasilitas transportasi yang memiliki kedudukan penting, terutama jika dihubungkan dengan penggunaan lahan akan dapat membentuk suatu pola tata guna lahan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi rencana fisik ruang kota, serta peranannya sebagai suatu sistem transportasi yaitu untuk menampung pergerakan manusia dan kenderaan.

Dari uraian di atas, jelas memberi petunjuk bahwa kegiatan transportasi tidaklah berdiri sendiri, melainkan terjadi karena ada unsur pembentuknya. Prilaku


(36)

penduduk dan kegiatan sosial ekonomi kota ikut andil di dalam terbentuknya kegiatan transportasi kota.

Dalam merencanakan transportasi kota, penduduk merupakan pelaku utama yang melakukan gerak dan membangkitkan lalu lintas sesuai dengan kebutuhan penduduk itu masing-masing, dengan kata lain kualitas penduduk akan turut menentukan kebutuhan gerak yang pada gilirannya dapat tercermin dalam volum lalu-lintas. Selain itu, volume lalu-lintas juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang melakukan gerak/perjalanan (Warpani : 1990).

Di dalam melakukan berbagai kegiatan sosial ekonomi, penduduk memerlukan sarana dan prasarana transportasi untuk mencapai tempat tujuan yang dikehendaki. Untuk itu dituntut adanya pelayanan jasa transportasi yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan tersebut, dan disain sistem transportasi perkotaan haruslah dapat memberikan kemudahan untuk melakukan perjalanan. Suatu sistem transportasi perkotaan di sini merupakan suatu hubungan-hubungan (links) antara pusat-pusat pengembangan dan pelayanan wilayah (kota-kota berstruktur dan berjenjang) baik keluar maupun ke dalam wilayah yang merupakan komponen dasar dari struktur fisik, sosial ekonomi dalam suatu wilayah (Mayer dan Miller : 1984). Adapun kemudahan dalam melakukan perjalanan dari kegiatan sosial ekonomi tersebut tergantung dari kualitas pelayanan sistem transportasi yang tersedia pada suatu kota (Thomson : 1977).

Secara ideal perkembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang membutuhkan ruang tersebut perlu diarahkan pada optimasi tata ruang kota dalam interaksi antar


(37)

21

elemen-elemen pengisi ruang kota. Lebih dari itu pembangunan perkotaan perlu diarahkan untuk mencapai sinkronisasi dan integrasi antar program-program dan sektor-sektor pembangunan sehingga dapat dicegah adanya benturan-benturan dan overlapping dalam pembangunan maupun hasil-hasilnya yang berimplikasi pada dalamnya efisiensi alokasi sumber daya. Sinkronisasi dan integrasi antar program pembangunan fisik kota diperlukan, antara lain agar tercapainya :

• Efisiensi pembangunan perkotaan;

• Peningkatan produktivitas ekonomi kota yang optimal;

• Pemerataan dan perluasan manfaat pembangunan kota bagi seluruh golongan dan lapisan masyarakat;

• Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat/penduduk kota;

• Pelestarian budaya dan sejarah perkotaan;

• Perbaikan kondisi lingkungan hidup di perkotaan; dan

• Tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam perkotaan. Selain dari itu, perencanaan tata guna lahan juga mengalami krisis dengan menunjukkan bahwa percepatan perubahan tata guna lahan terjadi lebih cepat ketimbang (modifikasi) rencana. Dimana rencana tata ruang yang telah dipersiapkan hampir semua kota besar, tidak bisa mengantisipasi bahwa kotanya sebenarnya telah berkembang menjadi kota metropolitan.

Kebutuhan akan transportasi merupakan resultan dari tersebarnya pola tata guna lahan, karena seseorang tidak akan dapat memenuhi semua kebutuhannya hanya


(38)

di satu lokasi saja. Perubahan pola tata ruang akan mempengaruhi sistem transportasi, demikian juga sebaliknya. Jadi dalam perencanaan sistem transportasi makro di perkotaan, strategi penyediaan jasa transportasi harus mempertimbangkan hubungan timbal-balik sistem transportasi tata guna lahan juga.

Dalam institusi penangan sektor transportasi diketahui sangat lambat, dimana keterlambatan penanganan problem transportasi kota boleh jadi disebabkan karena institusi yang menangani tidak memiliki otoritas/independensi yang cukup untuk menangani besarnya persoalan yang dihadapi. Selain adanya juga tumpang tindih wewenang dalam mengelola sistem transportasi kota juga menghambat gerak menuju efisiensi.

Sejauh ini, pihak pemerintah telah melancarkan berbagai upaya dalam menanggulangi masalah lalu lintas di perkotaan. Peningkatan kapasitas jaringan jalan salah satu penyebab permasalahan lalu lintas sehingga menimbulkan pembangunan jaringan jalan baru, juga ditempuh rekayasa dan pengelolaan lalu lintas (traffic

engineering and management), khususnya menyangkut pelayanan angkutan umum.

Namun kenyataan menunjukkan, bahwa masalah lalu lintas berkembang semakin kompleks, akibat ketimpangan antara kepesatan peningkatan kebutuhan transportasi dan rendahnya kemampuan penyediaan fasilitas transportasi. Pada gilirannya, persoalan lalu lintas seperti kemacetan, delay serta polusi lingkungan menimbulkan kerugian besar bagi pengguna jalan raya. Betapa besar kerugian besar yang timbul akibat pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu, pemborosan tenaga


(39)

23

maupun rendahnya tingkat kenyamanan barlalu lintas dalam situasi kemacetan yang semakin rutin dan kian meluas di kota-kota besar.

Perencanaan sistem transportasi di atas sudah barang tentu berdampak terhadap penataan ruang perkotaan, terutama terhadap prasarana perkotaan. Untuk menghindarkan dampak yang bersifat negatif, maka perlu diterapkan sistem perencanaan yang memadai serta sistem koordinasi interaktif dengan melibatkan berbagai pihak terkait.

Beberapa hal yang menjadi penghambat dalam meningkatkan prasarana transportasi serta berdampak terhadap penataan ruang perkotaan, terutama prasarana perkotaan, adalah sebagai berikut :

• Pembuatan jalan baru berupa jalan tol maupun jalan lingkar.

• Pelebaran jalan guna meningkatkan kapasitas jalan maupun perbaikan persimpangan dihadapkan pada persoalan berkenaan dengan jaringan utilitas. Telah dibahas pula, bahwa pada dasarnya masalah kemacetan timbul akibat tingkat pertumbuhan kebutuhan transportasi jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan penyediaan prasarana transportasi. Disamping itu, kenyataan menunjukkan pula adanya sejumlah prasarana yang tidak berfungsi semestinya.

Kemudian kegiatan sosial ekonomi secara fisik dapat dikenali melalui struktur pemanfaatan lahan. Setiap kawasan yang dicirikan oleh kegiatan sosial ekonomi relatif besar, akan terlihat dari intensitas guna lahan yang tinggi. Struktur guna lahan


(40)

inilah yang akan memegang peranan penting sebagai faktor penentu keberhasilan penataan sistem transportasi perkotaan (Borden dan Bennet : 1984)

Dengan demikian, guna menjaga kelangsungan tumbuh dan berkembangnya suatu kota antara lain ditentukan oleh keseimbangan antara unsur permintaan layanan yang dibentuk oleh sistem aktivitas kota dan unsur penyediaan layanan yang dibentuk oleh sistem transportasi perkotaan. Secara jelas ditunjukkan oleh keterkaitan antara sistem transportasi dan sistem aktivitas serta pengaruhnya terhadap pola pergerakan lalu-lintas. Di lain pihak pola pergerakan ini juga dipengaruhi oleh sistem kelembagaan kota, misalnya pengaturan pergerakan lalu-lintas regional, dan pengaturan pemanfaatan tata guna lahan perkotaan. Pengaturan ini akan mempengaruhi pola pergerakan penduduk dan pola pergerakan lalu-lintas. Sehingga hubungan antara sistem aktivitas, sistem transportasi dan pola pergerakan seperti di gambarkan di atas menunjukkan satu kesatuan yang tak bisa di pisahkan.

2.3 Pengembangan Jalan Perkotaan

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka tersebut, jalan mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (UU No. 38, Jalan : 2004).


(41)

25

Dalam rangka mendukung perencanaan kota pengembangan jalan merupakan salah satu prioritas utama disamping perencanaan yang lain yaitu arahan penggunaan/peruntukan lahan, arah perkembangan kota dan rencana kawasan tertentu seperti industri (UU No. 26. Tata Ruang : 2007), oleh karena itu pengembangan jalan perkotaan tersebut perlu diselaraskan dengan rencana tata ruang kota.Untuk maksud tersebut upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah :

Penataan sistem jaringan jalan Penataan fungsi dan pelayanan jalan

Penetapan persyaratan teknis masing-masing jalan

Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan jalan kota meliputi seluruh prasarana jalan dan jembatan umum yang dapat dilalui oleh kenderaan yang terdapat diseluruh wilayah administratif tetapi dalam dokumen rencana tata ruang yang tercantum hanyalah jalan-jalan utama seperti jalan arteri.

Penanganan jalan kota diarahkan agar tercipta kondisi pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagi pengguna jasa prasarana dan sarana jalan tersebut.

Evaluasi tingkat pelayanan jalan dalam menunjang pengembangan jalan kota dilakukan dengan membuat kajian kondisi saat ini (eksisiting) dan menganalisis permasalahan yang menyebabkan beberapa faktor-faktor dominan penurunan tingkat pelayanan.

Evaluasi yang baik dan tepat dan dapat berfungsi secara efektif, harus didukung oleh data yang efektif pula sehingga dapat dievaluasi secara cermat untuk


(42)

dapat membantu pengembangan transportasi kota, dimana dari nilai tingkat pelayanan suatu jalan maka didapatlah diketahui gambaran kondisi pelayanan jalan tersebut dalam melayani lalu lintasnya, sehingga dapat dibuat usulan penanganan yang lebih cepat dan lebih terpadu.

2.4 Pola Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat pelayanan (level of service) merupakan ukuran kwalitatif pada suatu jalan, yang telah merangkum banyak faktor-faktor antara lain keamanan, kenyamanan dan geometirk jalan dan umumnya digunakan sebagai ukuran dari pengaruh untuk membatasi volume lalu lintas pada suatu jalan (Oglesby : 1988 dalam Irman : 1995).

Pelayanan yang handal adalah pelayanan jalan yang memenuhi standar pelayanan minimal, yang meliputi aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata sedangkan yang dimaksud prima adalah selalu memberikan pelayanan yang optimal (UU No. 38, Jalan : 2004).

Mengingat tingkat pelayanan dapat di interprestasikan secara meluas, karena banyaknya faktor-faktor yang harus dirangkum, kadang-kadang ada yang bersifat objektif, contohnya dalam penilaian terhadap keamanan dan kenyamanan. Maka faktor objektif yang biasanya dijadikan sebagai pegangan adalah perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas (Q/C).

Beberapa alternatif pemecahan dimungkinkan dari sisi kebutuhan transportasi, prasarana transportasi maupun rekayasa dan manajemen lalu lintas. Namun demikian,


(43)

27

mengingat transportasi merupakan tanggung jawab bersama, maka keterlibatan pemerintah, swasta serta masyarakat mutlak diperlukan guna menanggulangi berbagai persoalan transportasi.

Menurut Robert J. Kodoatie (2005) dalam Pengantar Manajemen Infrastruktur menyatakan bahwa karakteristik moda transportasi yang dikelompokkan menurut media atau tempat. Dari sisi ini mengindikasikan bahwa pergerakan untuk sampai tujuan lebih sering melibatkan satu dan dua atau bahkan lebih pemilihan moda transportasi yang digunakan sehingga tingkat pelayanan yang ditimbulkan di pengaruhi oleh beberapa aspek yaitu : aksesibilitas (ubiquity). Mobilitas (mobility), efisiensi (efficiency), jenis kenderaan (transport modes), dan pelayanan (service).

Mobilitas manusia dan barang secara efisien dan efektif, membutuhkan peranan transportasi adalah sangat penting. Peranan ini mencakup semua segi kegiatan manusia yang meliputi bidang ekonomi, sosial dan budaya. Pola aktifitas penduduk yang dicerminkan oleh adanya pola penggunaan lahan serta transportasi merupakan faktor yang mempengaruhi tata ruang kota, dengan kata lain tingkat perkembangan kota akan dipengaruhi oleh bangkitan lalu lintas dan perkembangan penggunaan lahan. Kelancaran pola pergerakan manusia dan barang sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana yang ada.

Dalam Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM) untuk menghitung dengan mudah Tingkat Pelayanan (Level of Service) dengan membandingkan volume dengan kapasitas jalan (V/C) dimana kapasitas suatu jalan.


(44)

Untuk melihat hasil tingkat pelayanan jalan diberikan suatu jalan di bagi dalam beberapa tingkatatan yaitu dari tingkat pelayanan tertinggi disebut tingkat pelayanan A dan berangsur-angsur turun dengan nama yang sesuai dengan alfabetik sampai dengan F yang merupakan tingkat pelayanan terendah. Ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service) No. Tingkat Pelayanan

(LOS) Keadaan Arus Lalu Lintas V/C

1. A Arus bebas bergerak < 0,6

2. B Arus stabil, tidak bebas 0,6 – 0,7

3. C Arus stabil kecepatan terbatas 0,7 – 0,8

4. D Arus Mulai tidak stabil 0,8 – 0,9

5. E Arus tidak stabil 0,9 – 1

6. F Macet > 1

Sumber : Highway Traffic Analysis

Penjelasan mengenai tingkat pelayanan jalan tersebut adalah sebagai berikut : a. Tingkat palayanan A (v/c < 0,6)

Tingkat pelayanan ini memberikan suatu gambaran kondisi volume lalu lintas yang rendah dan kecepatan kenderaan dapat dilakukan sekehendak pengemudi. b. Tingkat palayanan B (0,6 < v/c < 0,7)

Tingkat pelayanan ini memberikan gambaran arus yang stabil, kecepatan perjalanan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, dalam batas pengemudi masih mendapat kebebasan dalam memilih kecepatannya.


(45)

29

c. Tingkat palayanan C (0,7 < v/c < 0,8)

Tingkat pelayanan ini memberikan gambaran arus lalu lintas masih dalam keadaan stabil, tetapi kecepatan dan pergerakan lebih ditentukan oleh volume yang tinggi, sehingga kecepatan sudah terbatas dalam batas-batas kecepatan yang cukup memuaskan.

d. Tingkat palayanan D (0,8 < v/c < 0,9)

Tingkat pelayanan ini memberikan gambaran arus yang tidak stabil, kecepatan yang dikehendaki secara terbatas masih dapat dipertahankan oleh perubahan-perubahan dalam keadaan yang dapat menurunkan kecepatan perjalanan yang cukup besar.

e. Tingkat palayanan E (0,9 < v/c < 1)

Tingkat pelayanan ini memberikan gambaran arus yang tidak stabil, tidak dapat ditentukan hanya dari kecepatan perjalanan saja, sering terjadi macet (berhenti) untuk beberapa saat, volume lalu lintas dapat hampir sama dengan kapasitas jalan. f. Tingkat palayanan F (v/c > 1)

Tingkat pelayanan ini dapat memberikan gambaran arus tertahan, kecepatan rendah, sering terjadi kemacetan pada waktu cukup lama dalam keadaan ekstrim kecepatan dapat turun menjadi 0.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Evaluasi tingkat pelayanan jalan sebagai penunjang perencanaan dan pengembangan pemanfaatan lahan studi kasus kawasan Jalan Kolonel Yos. Sudarso Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai tidak dapat dilihat secara parsial, akan tetapi juga harus dilihat dalam lingkup regionalnya. Dengan demikian maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji konstelasi makro regional secara internal.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian terapan, dalam arti penelitian ini mengaplikasikan teori dengan terapan yang ada di masyarakat secara sistematis (Moh. Nazir :1983). Jadi penelitian yang dilakukan dengan berbagai tahapan antara lain : penyusunan proposal, persiapan, pelaksanaan survei lapangan dan instansional, pengumpulan data, kompilasi data (Primer dan Sekunder), analisa data, serta diakhiri dengan perumusan dan penyusunan tesis. Sebelum sampai kepada hal di atas perlu dijelaskan bahwa jenis-jenis data yang dibutuhkan dalam studi penelitian ini adalah data kualitatif maupun kuantitatif, yang didapat langsung dari hasil survey di lapangan maupun perkantoran.


(47)

31

3.2 Variabel Penelitian

Dalam ilmu-ilmu natura, variabel-variabel yang digunakan umumnya nyata dapat dimengerti, diraba dan dapat dilihat, sehingga kurang menimbulkan keragu-raguan akan maknanya. Di lain pihak, variabel atau konstrak yang dibangun dalam ilmu sosial memerlukan definisi yang terang, supaya tidak terdapat keragu-raguan, dan dapat memperterang arti ataupun untuk membuat variabel atau konstrak tersebut dapat digunakan secara operasional (Moh. Nazir: 1983).

Identifikasi kondisi tingkat pelayanan jalan pada kawasan penelitian dan pemanfaatan lahan yang dijadikan beberapa variabel penelitian. Dari variabel ini sebagai bahan masukan dalam pengelolaan analisis lanjutan yang dijadikan sebagai variabel bebas adalah tingkat pelayanan jalan yang ada sedangkan variabel terikatnya berupa kondisi dan karakteristik Jalan Kolonel Yos Sudarso yang dilihat per masing-masing segmen.

3.3 Populasi/Sampel

Populasi adalah sekumpulan obyek yang menjadi sasaran dari suatu penelitian. Sedangkan sampel penelitian adalah contoh yang diambil dari populasi. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat/penduduk dan pengguna jasa pergudangan sebagai pengguna lahan yang ada di sekitar Jalan Kolonel Yos Sudarso Kelurahan Pematang Pasir dan Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung dengan sampel 100 orang.


(48)

3.4 Metoda Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data seperti yang disebutkan di atas tergantung pada sumbernya masing-masing. Terhadap data yang merupakan data primer, pengumpulannya dapat dilakukan melalui kegiatan antara lain :

1. Observasi lapangan, merupakan pengamatan langsung di wilayah penelitian sehingga dapat menggambarkan keadaan saat ini.

2. Wawancara atau interview, dilakukan terutama kepada mereka sebagai responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Selain itu dilakukan juga wawancara terhadap informan yang terdiri dari aparat pemerintah serta tokoh-tokoh masyarakat, guna mendapatkan gambaran secara mendalam tentang permasalahan lokasi penelitian tersebut. Sedangkan terhadap data-data yang sifatnya sekunder, teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka melalui membaca dan menggali data-data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan materi penelitian.

3.5 Kawasan Penelitian

Dalam tahapan penyusunan ini, kawasan penelitian yang diambil sebagai ruang lingkup penelitian adalah kawasan sebagian Jalan Kolonel Yos Sudarso pada Kelurahan Pematang Pasir yang terletak dalam Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai. Untuk lebih sepesifiknya pembatasan ruang penelitian dilihat dari lokasi jalan dengan radius penelitian 50 meter sisi kiri dan kanan sepanjang jalan Kolonel Yos Sudarso.


(49)

33

3.6 Metoda Analisa Data

Data yang diperoleh, baik data sekunder maupun primer dianalisis dengan menggunakan metode evaluasi deskriptif statistis untuk memperoleh penelaahan yang dikehendaki atas berbagai fenomena yang ditemukan di lapangan. Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan uraian-uraian berdasarkan karakteristik data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Analisis senantiasa diacu dan dilandasi pada tinjauan pustaka (landasan teori), dengan demikian kesimpulan yang diambil diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya akan diterangkan beberapa tahapan analisis data yang di lakukan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan yang dilakukan antara laian :

a. Menginventarisasi atau pengumpulan data tentang objek penelitian dengan mencoba mengkaji kelayakan ruang dalam suatu keseimbangan tingkat pelayanan jalan yang ditimbulkan terhadap aktivitas pergerakan masyarakat sekitarnya melalui penyebaran kuesioner dan obeservasi lapangan.

b. Hasil kuesioner dilakukan tabulasi (indek value) yang melihat rata-rata variabel random yang dihasilkan dari peristiwa yang berulang (Sri Mulyono: 2004). Hasil tabulasi ini dilanjutkan melalui metode tabulasi silang dengan metode kuantitatif non parametrik yang perhitungannya untuk menguji ketergantungan hubungan tingkat pelayanan jalan dengan beberapa parameter antara lain karakteristik jalan, peruntukan jalan dan kondisi sosial lingkungan dari masing-masing segmen pada Jalan Kolonel Yos Sudarso. Alasan mempergunakan pengujian hipotesis tabulasi


(50)

silang adalah untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan antar beberapa faktor. Dalam kata lain untuk menguji dua atau lebih populasi mempunyai yang distribusi sama, sehingga dapat dicari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi.

c. Dalam pemeriksaan keakurasian data, dilakukan dengan membandingkan antara satu data dengan data yang lainnya serta membandingkan dengan sumber data lainnya, atau dikenal dengan teknik trianggulasi. Dalam arti lain membandingkan antara observasi lapangan dengan data sekunder, data sekunder dengan hasil wawancara, dan antara observasi lapangan dengan hasil wawancara.


(51)

35

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Tanjungbalai

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kota Tanjungbalai berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dengan sektor unggulan yang meliputi : sektor pertanian, perkebunan, industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Sehubungan dengan hal tersebut, kedudukan Kota Tanjungbalai mempunyai hubungan yang erat dengan struktur tata ruang, arah pengembangan, fungsi kawasan serta pusat-pusat pertumbuhan wilayah sekitarnya sesuai kedudukannya yang strategis.

Pertumbuhan Kota Tanjungbalai sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan wilayah-wilayah sekitarnya, sehingga sangat besar pengaruhnya pada peran dan fungsi Kota Tanjungbalai sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Utara. Disamping itu dengan kedudukan kota yang memiliki jaringan jalan Lintas Sumatera serta jaringan kereta api, maka Kota Tanjungbalai merupakan kota tempat berlabuhnya kegiatan bongkar muat hasil pertanian dan tempat jasa pengiriman (eksport) hasil perikanan dan perkebunan. Daerah belakangnya (hinterland) seperti Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Simalungun, Kota Karo dan daerah lainnya yang merupakan kawasan sentra-sentra produksi komoditas perkebunan dan hasil pertanian


(52)

sehingga Kota Tanjungbalai merupakan kota sebagai pusat akumulasi dan distribusi produksi komoditas perkebunan dan hasil pertanian.

Kota Tanjungbalai merupakan suatu kawasan jasa perdagangan yang berkembang relatif cepat oleh karena memiliki jaringan jalan regional yang menghubungkan beberapat pusat pertumbuhan ekonomi. Disamping itu adanya jaringan jalan kereta api yang menghubungkan Medan – Tanjungbalai dan sebaliknya serta transportasi sungai yang menghubungkan ke beberapa wilayah hingga internasional Negara Malaysia (Port Klang).

Gambar 4.1 Peta Kota Tanjungbalai Dalam Konteks Regional


(53)

37

Fasilitas penunjang Kota Tanjungbalai mengelompok membentuk pola liner, terutama fasilitas komersial (perdagangan dan jasa) dan pelayanan umum dengan orientasi pada simpul Jalan Asahan – Jalan Veteran – Jalan Kolonel Yos. Sudarso – Jalan Letjen Suprapto – Jalan Imam Bonjol – Jalan Tengku Umar – Jalan Sisingamangaraja. Pola linier ini berdampak pada inefisiensi penggunaan lahan dan pelayanan prasarana perkotaan dan banyak menimbulkan kantong-kantong kosong (enclave) yang mengakibatkan struktur ruang wilayah perencanaan tidak solid.

Dengan semakin tingginya intensitas perkembangan Kota Tanjungbalai, maka semakin memacu berkembangnya kegiatan permukiman, kegiatan perdagangan dan jasa, serta kegiatan lain. Keadaan ini apabila tidak diarahkan dapat menimbulkan permasalahan kota, khususnya menyangkut penggunaan lahan, menurunnya kualitas lingkungan (timbulnya kawasan permukiman kumuh) dan pada akhirnya berpengaruh pada tidak optimalnya pemanfaatan ruang di Kota Tanjungbalai.

4.2 Letak Geografis

Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di Kawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara (Kota Medan) yang dapat ditempuh melalui jalan darat (mobil atau kereta api) dan laut (perairan).

Secara geografis posisi Kota Tanjungbalai berada pada koordinat 990 48’ 00’’ BT dan berada pada posisi 20 58’ 00’’ LU. Dilihat dari struktur tata ruang provinsi, Kota Tanjungbalai terletak di bagian Timur Provinsi Sumatera Utara. Dengan posisi tersebut Kota Tanjungbalai merupakan kota yang strategis, karena dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan kotanya


(54)

maupun terhadap daerah sekitarnya. Dengan demikian Kota Tanjungbalai mempunyai arti penting dalam sistem pembangunan dan tata ruang wilayah provinsi dan nasional.

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kota Tanjungbalai


(55)

39

Secara administrasi Kota Tanjungbalai mempunyai luas wilayah 6.052 Ha yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan 31 kelurahan. Sedangkan batas-batas wilayah Kota Tanjungbalai berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan, yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Tanjungbalai Kab. Asahan Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang Empat Kab. Asahan Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Empat Kab. Asahan Sebelah Timur : Kecamatan Sei. Kepayang Kab. Asahan

Tinjauan lokasi penelitian secara administrasi terdapat pada Kecamatan Teluk Nibung Kelurahan Pematang Pasir dengan memiliki kawasan-kawasan potensial yang dapat dikembangkan menjadi beberapa kegiatan untuk mendukung dan menunjang fungsi kotanya sesuai dengan arah kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Beberapa kawasan potensial tersebut adalah Kawasan Pelabuhan Teluk Nibung, merupakan pelabuhan utama Kota Tanjungbalai yang memiliki sarana pendukungnya walaupun masih minim. Pelabuhan ini merupakan tempat bongkar muat barang dan penumpang sekaligus sebagai pusat pengumpul barang-barang, baik dari Kota Tanjungbalai maupun dari wilayah sekitarnya bahkan dari negara Malaysia, seperti hasil industri pengolahan perkebunan dan prikanan. Akan tetapi posisi kawasan tersebut hanya bisa di lalui oleh satu jaringan jalan yaitu Jalan Kolonel Yos. Sudarso, oleh sebab itu kita perlu melakukan beberapa penelitian yang lebih khusus untuk melihat dari beberapa titik simpul yang dilalui jalan tersebut.

Distribusi atau penempatan pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan tersebut, seluruhnya menyebar ke berbagai tempat di Kecamatan Teluk Nibung,


(56)

sehingga membentuk pola tata ruang kota yang multinuclei (banyak inti). Sehingga secara fungsional, dapat dikatakan bahwa Kecamatan Teluk Nibung tidak terbentuk dalam satu kawasan pusat kegiatan perkotaan, yang orientasinya cenderung lebih terfokus pada upaya pelayanan masyarakat kota, hal itu dapat dijelaskan dengan penempatan fasilitas-fasilitas pelayanan kegiatan utama berada atau berbaur dengan permukiman.

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kecamatan Teluk Nibung


(57)

41

Dengan adanya kebijakan pengembangan struktur sistem perkotaan dan prioritas pengembangan Wilayah Kota Tanjungbalai, maka Kecamatan Teluk Nibung diarahkan sebagai BWK IV yaitu berfungsi sebagai pengembangan kegiatan pelabuhan, industri, dan pergudangan, maka secara ruang, kebijakan regional perlu ditindak lanjuti atau diimbangi dengan arahan strategi pengembangan fungsi pemanfaatan ruang kawasan perkotaan, yang meliputi arahan pemanfaatan ruang fungsi regional, dan arahan pemanfaatan ruang fungsi kota.

Salah satu lokasi penelitian tersebut terdapat di Kelurahan Pematang Pasir dengan luas wilayah sebesar 420 Ha, terdapat di dalam Kecamatan Teluk Nibung merupakan kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai, dimana pada tahun 2006 Kecamatan Teluk Nibung memiliki wilayah seluas 12,55 Km2 dan terdiri dari 5 (lima) kelurahan.

Gambar 4.4 Lokasi Penelitian Kelurahan Pematang Pasir


(58)

Berdasarkan letak geografisnya Kelurahan Pematang Pasir berada di bagian Utara Kota Tanjungbalai dengan batas administrasi adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei. Merbau

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Perjuangan

Dilihat dari gambar di atas, perbandingan luas Kelurahan di Kecamatan Teluk Nibung sangat berpariasi dimana Kelurahan Pematang Pasir merupakan daerah terluas sebesar 33 % (4,20 Km2). Sedangkan Kelurahan Perjuangan merupakan kelurahan terkecil sebesar 10 % (1,28 Km2). Sehingga menunjukkan perbandingan luas kelurahan tersebut sangat mempengaruhi dari pengaturan ruang dan pemanfaatan lahan yang ada untuk memprioritaskan ketersediaan prasarana dan sarana perkotaan di masing-masing kelurahan.

4.3 Topografi

Topografi Kelurahan Pematang Pasir di Kecamatan Teluk Nibung dipengaruhi oleh letaknya yang berada di Sungai Asahan yang terdiri dari dataran rendah dengan kemiringan 0 – 2 % dan dengan ketinggian 0 – 3 m di atas permukaan laut. Kondisi tersebut menyebabkan adanya potensi pemandangan alam dan pola aliran yang jelas. Adapun permasalahan yang dapat timbul dari sifat permukaan tersebut antara lain potensi abrasi sungai, keterbatasan lahan potensial, pengembangan perkotaan, sistem pembuangan air, banjir dan genangan air.


(59)

43

Keterangan

Jl. Kolonel Yos Sudarso 33 % Kel. Pematang Pasir 25 % Kel. Kapias Pulau Buaya 21 % Kel. Beting Kuala Kapias 11 % Kel. Sei. Merbau 10 % Kel. Perjuangan

Gambar 4.5 Luas Kelurahan Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006

Sumber : Kecamatan Teluk Nibung Dalam Angka, 2006.

Geomorfologi kawasan Kelurahan Pematang Pasir relatif datar yang mengitari kawasan perkotaan (Kecamatan Teluk Nibung). Dalam hal ini pengembangan kawasan terbangun perkotaan, faktor kemiringan lahan juga perlu dijadikan dasar pertimbangan, dalam menentukan arah pengembangan kawasan lahan terbangun perkotaan dengan syarat sesuai arahan kesesuaian lahan yang berlaku.

Dengan memahami karakteristik geomorfologinya serta mengikuti pola distribusi pemanfaatan lahan kawasan terbangun kondisi eksisting, maka rencana


(60)

pengembangan kawasan perkotaan, dapat diarahkan pada daerah hingga ketinggian 3 (tiga) meter di atas permukaan laut.

Memahami karakteristik bentang lahan Kelurahan Pematang Pasir yang relatif datar, maka metoda pendekatan yang diarahkan untuk melakukan pengembangan dan penataan ruang kawasan Kelurahan Pematang Pasir di masa depan, adalah dengan pendekatan mengikuti karakteristik lingkungan alam. Dalam hal ini berarti pengembangan tata ruang Kelurahan Pematang Pasir di masa mendatang, diharapkan tidak banyak melakukan perubahan terhadap kondisi fisik (bentang lahan), yang nantinya dapat berdampak buruk terhadap kesetabilan lahan. Secara alamiah, kestabilan lahan dapat dipertahankan dengan cara memelihara kelestarian fungsi ruang terbuka hijau dan tanaman pelindung tanah. Secara keseluruhan kawasan Kelurahan Pematang Pasir dapat dikatakan layak bangun karena berdasarkan keadaan bentang alam yang relatif datar.

4.4 Kepadatan Penduduk

Pada tahun 2006 (BPS: 2006) komposisi kependudukan Kota Tanjungbalai secara keseluruhan berjumlah 154.631 jiwa dengan kepadatan rata-rata 2.555 jiwa/km2 dan menurut jenis kelamin lebih banyak laki-laki (77.607 jiwa) dibandingkan perempuan (77.024 jiwa). Komposisi masyarakat sangat heterogen yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Batak, Melayu, Karo, Minang, Jawa, WNI keturunan dan lain sebagainya, dengan agama yang dianut, mayoritas Islam (81,99 %), Budha (9,07 %), Kristen Protestan (7,78 %), Kristen Katolik (1,06 %), Hindu (0,08 %) dan lainnya (0,02 %).


(61)

45

Tabel 4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006

No. Kelurahan Luas Km2 Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk

1. Beting Kuala Kapias 2.60 9,584 3,686 2. Kapias Pulau Buaya 3.11 6,409 2,061 3. Sei Merbau 1.36 5,755 4,232 4. Pematang Pasir 4.20 7,342 1,748 5. Perjuangan 1.28 6,298 4,920

Jumlah 12.55 35,388 16,647

Sumber : Kecamatan Teluk Nibung Dalam Angka, 2006

Sedangkan komposisi penduduk di Kecamatan Teluk Nibung dengan kepadatan sebesar 2.820 jiwa/Km2. Untuk tingkat kelurahan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan Perjuangan sebesar 4.920 jiwa/Km2 dan Kelurahan Sei Merbau sebesar 4.232 jiwa/Km2. Sementara kelurahan dengan kepadatan terkecil terdapat di Kelurahan Pematang Pasir sebesar 1.748 jiwa/Km2. Sehingga menunjukkan pola penyebaran penduduk tidak merata untuk seluruh kelurahan. Keterangan tentang jumlah penduduk pada Kecamatan Teluk Nibung pada tahun 2005 dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Untuk Kelurahan Pematang Pasir jumlah penduduk sebesar 7.342 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.748 jiwa/Km2 (11 %), ini menunjukkan adanya faktor yang sangat penting dalam pemanfaatan lahan dimana jumlah penduduk sangat mempengaruhi banyaknya kebutuhan akan jumlah fasilitas umum yang di bangun di Kelurahan Pematang Pasir khususnya dan umumnya di Kecamatan Teluk Nibung.


(62)

22%

12%

25% 11%

30%

Beting Kuala Kapias Kapias Pulau Buaya Sei Merbau

Pematang Pasir Perjuangan

Gambar 4.6 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006

Sumber : Kecamatan Teluk Nibung Dalam Angka, 2006.

4.5 Pola Penggunaan Lahan

Perencanaan guna lahan merupakan inti dari suatu lokasi. Perencanaan dari semua aspek kehidupan, seperti sosial, fisik dan ekonomi, pada akhirnya diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan lahan. Karena itu, guna lahan merupakan aspek utama dalam usaha pengembangan suatu kawasan atau lokasi. Baik buruknya rencana guna lahan suatu kawasan akan menentukan tingkat perkembangan suatu kawasan itu sendiri.

Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Pematang Pasir relatif beragam dan belum sepenuhnya mencerminkan wilayah perkotaan, dimana masih terdapat jenis penggunaan lahan di peruntukkan untuk kegiatan non perkotaan seperti pertanian (tanah sawah 2 %). Sehingga nantinya pemanfaatan lahan akan mengalami perubahan yang berlangsung cepat bila aksesibilitas pelayanan yang diberikan sangat baik, untuk


(63)

47

itu manajemen perubahan guna lahan harus berkelanjutan dengan memperhitungkan nilai sosial, nilai ekologi dan nilai pasar.

Sementara untuk pola penggunaan lahan di Kelurahan Pematang Pasir tidak teratur dan bersifat menyebar, artinya setiap kawasan menyebar dibeberapa lokasi yang berbeda. Sementara untuk penggunaan lahan berupa untuk pendidikan dan pemerintahan yang menyebar dan tidak merata sedangkan perumahan mengikuti pola linier pada jalur jaringan jalan.

Dari luas Kelurahan Pematang Pasir sekitar 420 Ha, jenis penggunaan tanah dominan bangunan/perkarangan 315,1 Ha (75 %). Sedangkan jenis penggunaan lainnya seperti tanah sawah 8 Ha (2 %), tanah kering 91,9 Ha (22 %) dan penggunaan lainnya 5 Ha (1 %). Secara umum, jenis guna lahan yang dominan di lokasi penelitian ini yaitu untuk permukiman, kegiatan komersial dan industri serta jaringan transportasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2%

22%

75%

1%

Tanah Sawah Tanah Kering

Bangunan/Perkarangan Lainnya

Gambar 4.7 Penggunaan Lahan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006


(64)

Manajemen pemanfaatan guna lahan di Kelurahan Pematang Pasir yang tidak teratur

njauan Sarana Pelayanan Dasar Umum

a di Kelurahan Pematang Pasir melipu

merupakan data yang mengukur kinerja suatu kota, bilama

membuat ketidak seimbangan di atasnya menimbulkan berbagai macam dampak negatif, seperti kemacetan lalu lintas, kedangkalan karakter penduduk, kecemburan sosial, tindakan kriminal dan kota menjadi tempat tinggal yang pengap, tidak nyaman serta meresahkan, khususnya pada lokasi permukiman di pinggiran Jalan Kolonel Yos Sudarso yang merupakan daerah kumuh. Sehingga keuntungan yang diperoleh dari suatu manajemen perubahan guna lahan hanya dihitung berdasarkan keuntungan materi dan fisik semata. Lingkungan hidup serta lingkungan sosial yang sehat dan memberikan rasa nyaman dan rasa memiliki pada penduduknya belum dianggap sebagai suatu keuntungan dari kegiatan manajemen perubahan guna lahan.

4.6 Ti

Sarana perlayanan dasar umum yang ad

ti fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas jalan dan jenis kendaraan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

4.6.1 Fasilitas Pendidikan Sumber daya manusia

na suatu kota memiliki kualitas sumber daya manusia yang cukup baik maka jelas kota tersebut akan dapat membangun baik dari segi sosial maupun perekonomian. Dengan dasar tersebut maka Kelurahan Pematang Pasir dalam mengatasi peningkatan sumber daya manusia tersebut memiliki beberapa fasilitas


(65)

49

pendidikan pada tahun 2006 dimana jumlah Sekolah Dasar (SD) 4 Unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 2 unit dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 2 unit.

Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas pendidikan di Kelurahan Pematang Pasir telah menunjukkan suatu kondisi yang secara kuantitias memenuhi standar pelayanan terhadap pola penyebaran femanfaatan lahan yang secara menyebar ke seluruh Kelurahan Pematang Pasir. Sehingga daya jangkau ke fasilitas pendidikan mengalami kemudahan dalam jarak tempuh untuk sampai ke unit sekolah baik itu di kelurahan maupun ke daerah tetatangganya.

SD , 4

SLTP, 2 SLTA, 2

SD SLTP SLTA

Gambar 4.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006

Sumber : Kecamatan Teluk Nibung Dalam Angka, 2006.

4.6.2 asilitas Peribadatan

erupakan salah satu unsur penataan struktur ruang kota, yang mencerminkan kegiatan aktifitas masyarakat dalam mensosialisasikan

F


(66)

kehidu

dari 1 unit mesjid dan 5 unit mushola. Kebutuhan dan penyeb

akan fasilitas kesehatan yang alah peningkatan kualitas pelayanan termasuk dalam kemuda

as 1 (satu) u

pan beragama. Sehingga jumlah sarana fasilitas peribadatan yang tersedia telah menunjukkan Kelurahan Pematang Pasir memiliki tingkat sosial dalam menjalankan ibadah sangat tinggi.

Fasilitas Peribadatan di Kelurahan Pematang Pasir dilihat dari jumlah fasilitas yang tersedia terdiri

aran fasilitas peribadatan ini sudah ada dan terkesan sudah lengkap. Kelengkapan fasilitas ini membuat pergerakan penduduk untuk melakukan peribadatan mengalami kemudahan yang berdampak langsung dalam pemilihan moda transportasi untuk sampai ke lokasi fasilitas tersebut.

4.6.3 Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan kondisi eksisting dan kebutuhan menjadi perhatian hal ini ad

han untuk mencapai fasilitas kesehatan.

Pada saat ini pelayanan fasilitas kesehatan di Kelurahan Pematang Pasir masih menunjukkan angka yang sangat minim dimana fasilitas yang ada hanya Puskesm

nit dan BKIA 2 (dua) unit, sehingga jangkauan tingkat pelayanan kesehatan memerlukan jarak tempuh yang sangat jauh (ke pusat kota). Secara umum masyarakat Kelurahan Pematang Pasir untuk memenuhi kebutuhan akan tingkat pelayanan kesehatan di arahkan ke pusat kota atau kecamatan, ini menunjukkan masih kurangnya bahkan masih belum tersedianya jenis prasarana pendukung lainnya seperti rumah sakit (klinik), apotik dan praktek dokter spesialis di lokasi penelitian.


(67)

51

4.6.4 Fasilitas Jalan

Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk mendukung kegiatan ekonom bangan kota. Jaringan jalan yang baik dapat meningkatkan an orang dari berbagai bagian kota bahkan mempermudah interak

, jalan tanah sepanjang 3,4 Km da

i dan perkem mobilitas arus barang d

si dengan wilayah atau kota lainnya.

Fasilitas jalan yang ada di Kelurahan Pematang Pasir berdasarkan jenis permukaannya pada tahun 2006 sepanjang 10,74 Km yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 3,24 Km, jalan perkerasan sepanjang 1,9 Km

n jalan setapak sepanjang 2,2 Km. Untuk melihat perbandingan fasilitas jalan dari masing-masing jenisnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Series1

Aspal Perkerasan Jalan Tanah Jalan Setapak

Gambar 4.9 Jumlah Panjang Jalan di Kelurahan Pematang Pasir Tahun 2006


(1)

114

Surbakti (1994). Kebijaksanaan Tata Ruang Perkotaan: Siapa Membuat Keuntungan

dan Menguntungkan Siapa, Jurnal Prisma, XXIII (7).

Subagyo, Pangestu dan Marwan Asri 1988, Dasar-dasar Operation Research, BPFE,

Yogyakarta.

Tamin, O. Z 1990, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, ITB, Bandung.

Yunus, Hadi Safari 2002, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Warpani, Swarjoko 1994, Analisis Kota dan Daerah, ITB, Bandung.

Z. Tamin, Ofyar (1999). Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) sebagai

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Di DKI Jakarta,

Jurnal PWK, 10 (1), Hal. 10 – 22.

Z. Tamin, Ofyar (1992). Pemecahan Kemacetan Lalu Lintas Kota Besar, Jurnal


(2)

KUESIONER PENELITIAN

No. Responden

:

Petunjuk Pengisian : a. Isilah titik-titik di tempat yang tersedia atau memberi tanda √ pada pilihan yang benar

b. Memilih salah satu pilihan jalaban yang ada pada setiap pertanyaan dengan memberi tanda

lingkaran

A. I DENTI TAS/ KARAKTERI STI K RESPONDEN

1. Nama : ...

2. Alamat : Kelurahan : ...

Lingkungan : ...

3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Umur : a. < 30 tahun b. 30 – 40 tahun

c. 40 – 50 tahun d. > 50 Tahun

5. Agama : a. I slam b. Katholik

c. Protestan d. Hindu

e. Budha f. Lainnya

6. Pekerjaan : a. PNS b. Pegawai Swasta

c. Petani d. Pedagang

e. Nelayan f. Lain-lain ...

7. Pendidikan : a. SD b. SLTP

c. SLTA d. Akademi/ Perguruan

Tinggi

e. Lain-lain

8. Luas lahan yang anda tempati adalah :

a. < 100 m2 b. 100 - 150 m2


(3)

9. Bentuk bangunan yang anda tempati sekarang adalah :

a. Pergudangan

b. Rumah tunggal

c. Ruko/ Bertingkat

d. Kopel

e. Lain-lain ...

10. Pendapatan/ Bulan :

a. < Rp. 300.000

b. Rp. 300.001 – Rp. 600.000 c. Rp. 600.001 – Rp. 800.000 d. Rp. 800.001 – Rp. 1.000.000

e. > Rp. 1.000.000

B. KONDI SI LI NGKUNGAN

1. Apakah di wilayah rumah anda sekarang ini pernah mengalami banjir ?

a. Tidak pernah b. Jarang

c. Agak sering d. Sering

e. Sangat sering

2. Bagaimana kondisi/ kualitas air bersih di tempat anda ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan

e. Tidak memuaskan

3. Bagaimana tingkat kebersihan lingkungan rumah anda ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan

e. Tidak memuaskan

4. Menurut anda bagaimana kondisi penghijauan disekitar lokasi rumah anda ?

a. Sangat baik b. Agak baik

c. Baik d. Kurang baik

e. Buruk

5. Bagaimana kondisi/ kualitas listrik di tempat anda ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan


(4)

6. Bagaimana kondisi jalan yang ada di tempat anda ?

a. Sangat baik b. Agak baik

c. Baik d. Kurang baik

e. Buruk

7. Bagaimana kondisi saluran drainase di tempat anda ?

a. Sangat baik b. Agak baik

c. Baik d. Kurang baik

e. Buruk

8. Bagaimana kondisi keamanan lingkungan di tempat anda ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan

e. Tidak memuaskan

C. KETERSEDI AAN PRASARANA dan SARANA

No Pernyataan Bagaimana jarak tempuh < 2 km 2 – 5 km 5 – 10 km > 10 km

1. Pasar Regional Kota (I nduk)

2. Pasar Kecamatan

3. Sarana Pendidikan (SD/ SMP/ SMA dll)

4. Tempat peribadatan

5. Klinik

6. Rumah Sakit

7. Taman Bermain

8. Sarana Olahraga

D. TEMPAT KERJA

1. Bagaimana menurut anda mengenai lokasi rumah anda ditinjau dari segi ekonomi dalam melaksanakan tugas rutin sehari-hari ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan


(5)

2. Bagaimana menurut pendapat anda tentang jenis pekerjaan yang anda lakukan sekarang di lokasi ini ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan

e. Tidak memuaskan

3. Bagaimana menurut anda lokasi tempat kerja di lihat dari jarak tempuh yang dilalui anda?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan

e. Tidak memuaskan

4. Berapa jauh lokasi tempat kerja anda dengan rumah anda

a. < 2 km b. 2 – 5 km

c. 5 – 8 km d. 10 – 15 km

e. > 15 km

E. KONDI SI SOSI AL

1. Bagaiman hubungan sosial bertetangga dilingkungan sekarang ini ?

a. Sangat baik b. Baik

c. Sedang d. Buruk

e. Sangat Buruk

2. Bagaimana kondisi sosial keagamaan lingkungan rumah anda

a. Sangat baik b. Baik

c. Sedang d. Buruk

e. Sangat Buruk

3. Bagaimana menurut anda mengenai kondisi lingkungan yang anda tempati saat ini ?

a. Sangat memuaskan b. Agak memuaskan

c. Memuaskan d. Kurang memuaskan

e. Tidak memuaskan

4. Apakah anda memiliki kemauan untuk pindah dari lingkungan anda sekarang ini ?

a. Sangat tidak mau b. Tidak mau

c. Agak mau


(6)

5. Jika anda diharuskan untuk pindah, kondisi lingkungan yang bagaimanakah akan anda pilih

a. Sangat serupa dengan yang ada sekarang b. Serupa dengan yang ada sekarang

c. Agak serupa dengan ada yang sekarang d. Berbeda dengan yang ada sekarang

e. Sama sekali berbeda dengan yang ada sekarang

6. Jika anda diharuskan untuk pindah, ke lokasi mana yang anda akan pilih ? a. Masih berada dalam lokasi permukiman sekarang

b. Di sekitar lokasi permukiman yang sekarang c. Agak jauh dari lokasi permukiman yang sekarang d. Jauh dari lokasi permukiman yang sekarang e. Jauh sekali dari lokasi permukiman yang sekarang


Dokumen yang terkait

PERAN IBU SEBAGAI SINGLE MOTHER DALAM MENGANTISIPASI BAHAYA NARKOBA PADA ANAK (STUDI KASUS DI JLN KIRAB REMAJA KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI.

0 4 25

STRUKTUR SOSIAL PEREKONOMIAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNG BALAI

1 4 25

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 21

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 9

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 1 54

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012 Chapter III VI

1 1 49

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 5

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Kejadian Skabies Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2012

0 0 71

STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN TALISE KORIDOR JL. YOS SUDARSO KOTA PALU

0 2 9