2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 Tentang Tata Cara
Permintaan Pendafratan Merek Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 30 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3522; 3.
Putusan Pengadilan Nomor : 01Merek2013PN.NiagaMedan
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder berupa semua publiasi tentang Hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang Hukum meliputi
buku-buku teks, kamus-kamus Hukum dan jurnal-jurnal Hukum, dan komentar- komentar atas putusan pengadilan.
13
Bahan Hukum sekunder yang di gunakan dalam penulisan skripisi ini diantaranya menggunakan buku-buku teks Hukum
dan tulisan-tulisan tentang Hukum yang relevan dengan isi Hukum yang dihadapi.
c. Bahan Non Hukum
Bahan hukum tersier merupakan penunjang dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum tersier dapat berupa buku-buku
mengenai ilmu politik,ekonomi, sosiologi, filsafat, kebudayaan ataupun laporan- laporan penelitian non hukum dan jurnal-jurnal non hukum sepanjang mempunyai
relevansi dengan topik penelitian.
14
Bahan non hukum dapat berupa buku-buku di luar ilmu hukum, akan tetapi masih ada kaitannya isu hukum yang dibahas. Selain itu sumber bahan non
hukum juga dapat di peroleh melalui internet, kamus, atau pun buku pedoman penulisan karya ilmiah. Bahan non Hukum dimaksudkan untuk memperkaya
wawasan penulis.
1.4.4 Analisa Bahan Hukum
Analisa bahan Hukum merupakan suatu metode yang digunakan oeh penulis dalam menentukan jawaban atas permasalahan yang dibahas. Untuk dapat
menganalisis bahan yang telah diperoleh, maka penulis harus menggunakan
13
Loc cit. hal 180
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hal 35
beberapa langkah dalam penelitian Hukum agar menentukan hasil yang tepat untuk menjawab masalah yang ada. Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa
langkah-langkah yang harus dilakukan penulis dalam penelitian Hukum, yaitu:
15
1. Mengidentifikasi fakta Hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak
relevan untuk menetapkan isu Hukum yang hendak dipecahkan; 2.
Pengumpulan bahan-bahan Hukum dan sekiranya dipandang mempunyai relevansi juga bahan-bahan non Hukum;
3. Melakukan telaah atas isu Hukum yang diajukan berdasarkan
bahan-bahan yang telah dikumpulkan; 4.
Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu Hukum; dan
5. Memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah
dibangun di dalam kesimpulan. Berdasarkan langkah-langkah tersebut penulis akan melakukan telaah
atas isu Hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah untuk menarik kesimpulan berdasarkan bahan-bahan Hukum yang sudah terkumpul
menggunakan metode analisa bahan Hukum deduktif yaitu berpangkal dari suatu permasalahan yang secara umum sampai dengan hal-hal yang bersifat khusus.
16
Dengan demikian, maka dapat dicapai tujuan yang diinginkan dalam penulisan skripsi, yaitu untuk menjawab isu Hukum yang ada. Sehingga pada akhirnya
penulis dapat memberikan preskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan dapat diterapkan.
15
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, hal. 171.
16
Ibid hal. 171
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hak Kekayaan Intelektual HKI 2.1.1
Pengertian Hak Kekayaan Intelektual HKI
Hak Kekayaan Intelektual adalah Hak Kebendaan, hak atas suatu Benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan
rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda Inmateril. Benda tak berwujud. Kita ambil saja misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan
alunan nada irama diperlukan pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kanan berperan untuk menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian,
termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi ini disebut sebagai fungsi nonverbal, metaforik, intuitif, imajinatif dan
emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu memproses informasi secara simultan.
17
Begitulah, ketika irama lagu tadi tercipta berdasarkan hasil kerja otak, ia dirumuskan sebagai Hak Kekayaan Intelektual.
Berbeda misalnya dengan hasil kerja fisik, petani mencangkul, menanam, menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan tadi adalah
hak milik juga tapi hak milik materil. Hak milik atas benda berwujud. Demikian pula hasil kerja otak intelektualitas
manusia dalam bentuk penelitian atau temuan dalam bidang teknologi ia juga dirumuskan sebagai Hak Kekayaan Intelektual.
Kemampuan otak untuk menulis, berhitung, berbicara, mengigat fakta dan menghubungkan berbagai fakta menghasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, disebut juga sebagai fungsi preposisi verbal linguistis, logis dan analitis yang merupakan pekerjaan
belahan otak kiri.
18
Dengan demikian semakin jelaslah kepada kita, asal-usul kata intelectual property right itu.
Secara formal, Indonesia mengenal istilah kekayaan Intelektual pada era
90-an dengan lahirnya 3 tiga Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Merek, Undang-Undang Paten, Undang-Undang Hak Cipta. Meskipun masih terlalu
asing, ketiga nama tersebut sudah banyak sekali dipakai. Tidak tahu harus melalui jalur mana menggunakan ketiga istilah tersebut,yang penting adalah
17
Ok.Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights Cetakan ke 7 Jakarta : Raja Grafindo Persada,2010,hal 9
18
Ibid hal 10
10