Pelaksanaan Actuating Manajemen Pemberantasan Korupsi

Jurnal Wawasan, Oktober 2005, Volume 11, Nomor 2 Perwakilan Daerah DPD, dan DPRD. Kemu- dian tindak lanjutnya diserahkan kepada dewan dan pemerintah bersangkutan untuk mengambil tindakan. Demikian juga aparat fungsional pemerintah yaitu BPKP, hasil pemeriksaan BPKP diserahkan kepada instansi pemerintah yang menjadi obyek pemeriksaan untuk dapat ditindaklanjuti. Tindak lanjut ini akan sangat tergantung dari pimpinan instansi guna menjatuhkan tindakan atau hukuman sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku. Jika memungkinkan hasil peme- riksaan dapat diteruskan pada pihak kepolisian dan kejaksaan untuk diproses lebih lanjut.

c. Pelaksanaan Actuating

Setelah perangkat lunak dipersiapkan serta obyek pemberantasan korupsi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Obyek pemberantasan korupsi adalah per- buatan, tindakan perilaku yang dapat di- kategorikan sebagai tindak korupsi sesuai de- ngan peraturan perundang-undangan yang ber- laku. Sebelum dilakukan pemeriksaan secara rutin di lapangan terhadap obyek pengawasan, aparat fungsional intern instansi, yaitu Inspek- torat Jenderal Irjen dan Asisten Pengawasan yang berada di Mensekneg, BadanKantor Pe- ngawasan Daerah Bawasda provinsi, kabu- paten, dan kota serta aparat pengawasan fung- sional yaitu BPKP dan Irjenbang menyusun Rencana Program Kerja Pengawasan Tahunan RPKPT, yang berisi pembagian tugas dan jadwal pemeriksaan fungsional. Seluruh kegiatan pengawasan dikoordinasikan oleh BPKP. Tahapan pelaksanaan adalah tahapan kritis yang akan menentukan berhasil atau tidaknya pemberantasan korupsi. Pedoman yang digunakan adalah apa-apa yang telah direncanakan atau yang telah dituangkan dalam pedoman peraturan perundang- undangan. Kunci keberhasilan pelaksanaan adalah manusia sebagai faktor determinan, dan faktor lain sebagai fasilitas penunjang, misalnya dana, peralatan dan mesin, bahan- bahan material, metode kerja dan pelaporan, serta akuntansi. Pada pemeriksa akan berha- dapan dengan obyek pemeriksaan, sehingga antara kedua belah pihak dapat terjadi kemungkinan KKN. Jika terjadi demikian, ma- ka hasil pemeriksaan akan menjadi lain. Oleh karena itu, bagi petugas pemeriksa harus mem- punyai syarat tertentu, misalnya komitmen kuat terhadap pemberantasan korupsi, profesional dalam bidang tugasnya, ketang- guhan dan ketegasan dalam bertindak, serta berkepribadian yang baik. Dalam tahapan pelaksanaan pembe- rantasan korupsi, telah banyak usulan yang disarankan oleh para ilmuwan, pemerhati, tokoh masyarakat dan lain-lain, misalnya dikutip dari Leden Marpaung 2004 sebagai berikut: jika Teten Masduki, menyatakan bahwa korupsi hanya dapat diberantas kalau sebagian besar masyarakat dilibatkan. Artinya masyarakat mempunyai akses untuk mendapatkan informasi dan mengadukan pejabat negara yang diduga melakukan tindak pidana korupsi, dan pelapor harus dilindungi. Selo Soemardjan menyatakan bahwa korupsi itu ibarat pelacuran. Bagaimana dapat diberantas kalau mereka ikut menikmatinya. Artinya siapa pun yang terlibat apakah pihak yang langsung melakukan korupsi atau penik- mat, sama-sama mendapat bagian hasil ko- rupsi. Daniel Lev berpendapat lain lagi, bahwa pemberantasan korupsi yang sudah mengakar sejak demokrasi terpimpin, tidak akan bisa dilaksanakan tanpa adanya reformasi insti- tusional terlebih dahulu. Penggantian pemerin- tahan tidak akan banyak bermanfaat jika kon- stitusi pemerintah yang ada masih seperti yang lama. Revrison Baswir, menyatakan bahwa korupsi tidak bisa diselesaikan dengan kenaikan gaji. Menurutnya sebagian masyarakat cenderung berpendapat bahwa korupsi karena faktor mental, dan sebagian lain menyatakan peran sistem sebagai kancah utama yang merangsang dan menularkan korupsi. Selanjutnya Revrison Baswir meng- usulkan adanya reformasi sistem, dengan: kepemimpinan yang antikorupsi, pembagian dan pembatasan kekuasaan yang jelas, prosedur kerja yang konsisten, para pekerja yang profesional, dan sistem pencatatan dan pelaporan yang transparan. Adapun Kwik Kian Gie dalam Korupsi Musuh Bersama 2004, lebih menekankan cara memberikan solusi de- ngan menggunakan teori carrot and stick. Car- rot adalah take home pay pendapatan yang bersih untuk pegawai negeri, yaitu gaji yang diterima dapat mencukupi untuk hidup standar sesuai dengan pendidikan, pengetahuan, tang- gung jawab, kepemimpinan, dan martabatnya. Jika perlu pendapatan pegawai negeri, selain dapat hidup dengan ukuran standar, dapat memberikan rasa gagah, tidak kalah dibandingkan dengan orang lain yang mempu- 22 Parwadi, Manajemen Pemberantasan Korupsi nyai kualifikasi sama. Stick secara harfiah berarti pentung, yaitu hukuman yang pantas dikenakan, jika semuanya sudah dipenuhi dan masih berani melakukan tindak korupsi.

d. Pengawasan Controling