BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA
A. KENDALA-KENDALA DALAM PEMBAYARAN PAJAK REKLAME
Dalam masalah ini, untuk mencari tahu kendala-kendala apa yang ditemui dalam pembayaran Pajak Reklame, penulis melakukan wawancara dengan Badan
Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, dimana yang menjadi respondennya adalah Kasubbid Penetapan dan Perhitungan PAD.
Kendala-kendala yang dijumpai yaitu :
1. Tingkat Pengetahuan Wajib Pajak Reklame yang masih rendah
Dalam masalah ini, penulis melihat bahwa Wajib Pajak Reklame dalam bidang pengetahuan tentang Pajak Reklame masih kurang, kekurangannya
dapat dilihat dari banyaknya Wajib Pajak Reklame yang tidak mengetahui dasar hukum dari Pajak Reklame. Dilihat dari dasar hukum Pajak Reklame,
Wajib Pajak Reklame hanya mengetahui segelintir dari undang-undang ataupun peraturan pemerintah yang mengatur tentang Pajak Reklame. Jadi
dalam kasus ini dapat dilihat bahwa, Wajib Pajak Reklame hanya terfokus pada proses pembayaran Pajak Reklame saja.
2. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Reklame masih kurang
Sebagaimana pengertian Pajak itu sendiri adalah iuran yang tanpa imbalan langsung yang dapat ditunjuk, menyebabkan Wajib Pajak mempunyai
pandangan negatif terhadap pajak. Hal ini sangat merugikan karena dalam
Universitas Sumatera Utara
jangka pendek, strategi Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak adalah meningkatkan jumlah Wajib Pajak tidak terkecuali pada Pajak
Reklame. Sangat disesalkan seandainya Wajib Pajak yang kian bertambah tersebut ternyata memiliki pandangan negatif terhadap pajak dalam hal ini
Pajak Reklame. Wajib Pajak Reklame tidak sepenuhnya menyadari bahwa, dengan membayar Pajak Reklame maka pemasukan ke kas daerah berjalan
lancar, otomatis segala program rencana pembangunan oleh pemerintah daerah dapat terealisasi. Dengan begitu Wajib Pajak Reklame telah merasakan
hasil dari pembayaran pajaknya sendiri.
3. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Dalam hal izin Perpanjangan Masa Penyelenggaraan Reklame
Bila ditelusuri lebih jauh wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, dapat dilihat masih banyak penyelenggaraan reklame yang sebenarnya masa berlakunya
telah habis, tetapi masih tetap berdiri atau masih terpampang penyelenggaraan reklamenya, contoh Reklame Papan Bill board yang masih berdiri, spanduk-
spanduk yang masih bergantungan, stiker-stiker yang masih melekat pada tembok-tembok atau tiang-tiang listrik dan telepon sehingga merusak
pandangan. Dari kasus ini dapat dilihat bahwa Wajib Pajak Reklame yang penyelenggaraan reklamenya telah habis masa berlakunya tidak ingin
memperpanjang waktu penyelenggaraan reklamenya, tetapi ingin penyelenggaraan reklamenya tetap berdiri. Mungkin dari kasus ini harus ada
ketegasan dari pihak Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu bila ada
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan reklame yang masa berlakunya telah habis, dan diikuti tidak ada perpanjangan reklame oleh perusahaan penyelenggaraan reklame tersebut,
maka Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan berhak untuk membongkar atau mencabut penyelenggaraan reklame tersebut.
4. Kurang Aktifnya Petugas Pendataan, Penagihan ataupun petugas yang berhubungan langsung dengan Pajak Reklame
Petugas sebagai pendata dilapangan tidak begitu memperhatikan data yang diberikan oleh Wajib Pajak Reklame. Hal ini dapat diakibatkan kelalaian
ataupun tidak disiplinnya petugas untuk meninjau atas kebenaran data. Pajak yang disetor oleh Wajib Pajak Reklame tidak sesuai dengan keadaan
dilapangan yang sesungguhnya. Sedangkan petugas panagihan hanya menunggu Wajib Pajak dalam membayar pajaknya, mereka tidak langsung
turun menagih terhadap Wajib Pajak yang telah lama menunggak pajaknya.
5. Tidak mengetahui sebagian alamat Perusahaan yang menyelenggarakan reklame
Khusus Pajak Reklame dari berbagai Perusahaan, baik Perusahaan makanan, minuman, rokok yang menyelenggarakan reklame sebagian tidak diketahui
alamatnya. Jadi, untuk penagihan Pajak Reklame dilapangan petugas mengalami kesulitan.
6. Kurang jelasnya tata letak lokasi penyelenggaraan reklame
Hal ini disebabkan karena koordinasi antara Biro Periklanan dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan sangat kurang. Dimana Periklanan berkedudukan
Universitas Sumatera Utara
sebagai agen, perantara atau wakil dari Wajib Pajak Reklame itu sendiri, sedangkan Pemerintah Kabupaten Tapsel merupakan perpanjangan tangan
dari BPKAD Kabupaten Tapanuli Selatan, yang bertugas untuk mengatur tata letak tempat penyelenggaraan reklame. Kurang jelasnya tata letak lokasi
tempat penyelenggaraan reklame, membuat tempat-tempat penyelenggaraan reklame tidak teratur dan pihak BPKAD mengalami kesulitan dalam
pendataan penyelenggaraan Pajak Reklame. Biro Periklanan sepertinya tidak menyadari bahwa letak lokasi juga berpengaruh pada jumlah pajak yang akan
dibayar. Mereka hanya terfokus dalam hal pembayaran serta merasa bahwa dengan mendapat surat izin penyelenggaraan reklame saja itu sudah cukup.
B. UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI KENDALA-KENDALA