Analisa Hasil SEM Dr. Marhaposan Situmorang, M.Sc 4. Drs. Tenang Ginting, M.S

65

4.3. Analisa Hasil SEM

Adapun spesimen yang diuji SEM adalah bahan komposit susunan serat searah yang lebih optimal, yaitu : Gambar 4.19.Bentuk spesimen yang di uji SEM Hasil analisa SEM yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.20 Pada 100 polyester terdistribusi merata . Sample 100 R i Resin Universitas Sumatera Utara 66 Gambar 4.21 Kondisi permukaan pada 15 serat serabut kelapa Pada 15 serat serabut kelapa Gambar 4.21 terlihat ada dua jenis cacat yang mungkin disebabkan kurang homogenitas pada saat preparasinya atau adanya bahan pengotor. Bentuk cacat awal seperti adanya gumpalan pada permukaan dan teksturnya mengkilat. Sedangkan cacat awal lainnya seperti titik dilingkari warna gelap mungkin adanya bahan pengotor. Resin adalah warna abu-abu tanpa bercak-bercak terdistribusi belum merata keseluruh permukaan sample. Gumpalan serat kelapa berupa bercak-bercak yang berwarna abu-abu dan putih dengan ukuran sekitar 5 – 100 µm. Gambar 4.22 Kondisi permukaan pada 20 serat sabut kelapa Sample 15 A Resin Serat kelapa Cacat Cacat Sample 20 A Cacat awal Serat kelapa Universitas Sumatera Utara 67 Pada 20 serat sabut kelapa terdapat cacat awal berupa gumpalan mengkilat pada permukaan sampel yang ukurannya sekitar 100 µm. tumpukan serat kelapa sudah terdistribusi lebih merata dengan ukuran sekitar 5 – 50 µm. Gambar 4.23 Kondisi permukaan pada 20 serat serabut kelapa setelah mengalami perlakuan uji lentur Pada 20 serat serabut setelah mengalami perlakuan akibat pemberian gaya lentur terlihat adanya perubahan morfologi atau adanya pergeseran pola tertentu sepanjang permukaan sampel yang ditandai tekstur yang berubah bentuk dari bentuk lingkaran menjadi persegi dan lonjong atau memanjang. Perubahan morfologi ini disebut deformasi plastis berupa bidang slip. Akibat pemberian gaya lentur itu terjadi deformasi geser karena tegangan dan regangan spesimen tersebut diuraikan menjadi tegangan-tegangan geser. Tingkat kerusakan spesimen yang paling besar di daerah tekukannya. Disamping itu ada juga terlihat cacat berwarna hitam atau sering juga disebut void rongga. Ukuran tumpukan serat masih tetap sekitar 5 – 50 µm. Sample 20 A setelah mengalami kerusakan Daerah yang mengalami kerusakan tekukan Daerah cacat Universitas Sumatera Utara 68 Gambar 4.24 Kondisi permukaan pada 25 serat serabut kelapa Pada 25 serat terlihat distribusi serat dengan perbesaran 5000x dengan ukuran pori 25 µm dan juga ada terdapat rongga void. Banyaknya terdapat rongga pada kondisi 25 serat sabut kelapa menunjukkan tidak tersebar meratanya resin pada campuran komposit. Akibatnya ikatan antara serat sabut kelapa dengan resin tidak terikat kuat. Sehingga kekuatan mekaniknya pun semakin berkurang. Struktur permukaan yang dihasilkan dari serat sabut kelapa 25 ini juga dapat menggambarkan suatu mekanisme yang melibatkan pergerakan dislokasi. Dislokasi ini diakibatkan oleh slip pada bidang spesimen, hanya sedikit atom yang dapat digerakkan dari posisi energi rendah. Oleh sebab itu diperlukan lebih kecil tegangan untuk menghasilkan slip dari pada tegangann yang diperlukan pada permukaan struktur yang lebih sedikit voidnya. Menurut Van Vlack L.H bahwa semua bukti percobaan mendukung suatu mekanisme slip yang melibatkan pergeseran dislokasi. Mekanisme slip memerlukan pertumbuhan dan pergerakan dari suatu dislokasi garis, oleh karena itu diperlukan energi. Sample 25 A Serat serabut kelapa Rongga void Rongga void Universitas Sumatera Utara 69

4.4. Analisa Uji Ketahanan Nyala Api