Analisa Termal Sampel Polyester dengan Serat Sabut Kelapa

59 merata sehingga energi yang diserap menjadi lebih kecil. Kekuatan impak yang paling maksimal didapat pada serat yang disusun silang dengan variasi serat sabut kelapa 25 sebesar 3,86 Joulemm 2 . Sedangkan hasil pengujian impak yang didapat menunjukkan bahwa ikatan antara molekul antara serat dan poyester kuat, hal ini diperlihatkan dari spesimen yang diuji tidak mengalami patahan melainkan hanya sekedar bengkok saja. Sehingga spesimen yang dihasilkan polyester dan serat sabut kelapa dapat dikatakan bersifat kuat elastis.

4.2. Analisa Termal Sampel Polyester dengan Serat Sabut Kelapa

Analisa termal dilakukan untuk mengetahui intensitas tahanan termal papan komposit dengan cara mengukur perbedaan temperatur diantara spesimen dan bahan pembanding seperti alumina yang stabil terhadap perubahan panas. Dengan mengubah temperatur suatu bahan uji, maka berbagai perubahan akan dialami oleh bahan tersebut. Selain itu pengujian termal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besarnya temperatur kritis suatu spesimen. Teknik analisa termal digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika penguapan atau kimia dekomposisi suatu bahan yang ditunjukkan dengan penyerapan panas endotermik dan pengeluaran panas eksotermik. Secara umum proses termal meliputi antara lain proses perubahan fase transisi gelas, pelunakan, pelelehan, oksidasi, dan dekomposisi Riefvan, 2010. Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa spesimen yang digunakan mengalami perubahan temperatur pada suhu kritis rata-rata 66 C maka kekuatan mekaniknya pun akan berubah. Menurut Surdia.T. dan Saito.S, 1984 bahwa bahan polyester tanpa pengisi memiliki ketahan panas polimer dalam waktu yang lama pada suhu 120 C dan polyester diisi dengan anorganik memiliki ketahan panas polimer pada suhu 160 C. Universitas Sumatera Utara 60 Gambar 4.11. Grafik perubahan rata-rata suhu kritis setiap variasi berat serat Produk komposit yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan terhadap ketahanan panas. Sebagai pembandingnya adalah suhu yang dinyatakan menurut Surdia.T. dan Saito.S, 1984, dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Perbandingan Produk Hasil dengan Produk Pengujian yang disarankan No Produk Komposit Ketahan Panas C 1 Produk Hasil 66 C 2 Produk hasil pengujian yang disarankan teoritis • polyester tanpa pengisi • polyester diisi dengan anorganik 120 C 160 C Note : Hasil produk yang disarankan Surdia.T. dan Saito.S, 1984 Hasil kurva uji DTA ini berupa grafik endoterm penurunan temperatur dan grafik eksoterm kenaikan temperatur pada gambar 4.12 : Universitas Sumatera Utara 61 Gambar 4.12 Grafik DTA Polyester Murni 100 Dari pengujian termogram untuk polyester murni 100 terjadi perubahan suhu pada temperatur 340 C endoterm dan terjadi pengkristalisasi pada suhu 390 C endoterm, sehingga meleleh pada suhu 450 C eksoterm dan teroksidasi pada suhu 500 C eksoterm, hingga akhirnya polyester murni terdekomposisi keseluruhannya. Gambar 4.13 Grafik DTA Serat Sabut Kelapa Universitas Sumatera Utara 62 Gambar 4.13 DTA memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 70 C, 240 C, 290 C, dan 440 C. Puncak-puncak ini diidentifikasi sebagai perubahan temperatur sabut kelapa mulai dari penurunan kadar air hingga habis terbakar menjadi abu. Pada suhu 70 C endoterm terjadi penurunan temperatur dan terdekomposisi pada 440 C dengan terjadi kenaikan temperatur eksoterm. Hasil uji termogram DTA polyester serat sabut kelapa dari spesimen yang maksimum dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.14 Grafik DTA Papan Komposit variasi berat serat 10 susunan searah Gambar 4.15 Grafik DTA Papan Komposit variasi berat serat 15 susunan searah Universitas Sumatera Utara 63 Gambar 4.16 Grafik DTA Papan Komposit variasi berat serat 20 susunan searah Gambar 4.17 Grafik DTA Papan Komposit variasi berat serat 25 susunan searah Dari hasil analisa DTA pada persentase berat serat 10, 15, 20, 25, dan 30 terdapat semakin melengkungnya puncak endoterm penurunan suhu bahan komposit pada persentase serat 30. Hal ini terjadi karena semakin besar persentase serat, maka bahan komposit yang dihasilkan lebih banyak mengandung Universitas Sumatera Utara 64 kadar air, sehingga lebih lama terbakarnya dan lebih tahan terhadap perubahan temperaturnya. Gambar 4.18 Grafik DTA Papan Komposit variasi berat serat 30 Susunan searah Dari pengujian termogram polyester dengan serat sabut kelapa memperlihatkan adanya puncak pada temperatur rata-rata masing-masing variasi berat serat pada temperatur 68 C endoterm, 238 C endoterm, 336 C exoterm, 377 C exoterm dan 433 C exoterm. Puncak-puncak ini diidentifikasi sebagai perubahan serat sabut kelapa mulai dari penurunan kadar air hingga habis terbakar menjadi abu. Pada variasi berat serat suhu rata-ratanya 68 C terjadi penurunan temperatur endoterm, dan terdekomposisi pada suhu rata-rata setiap variasi serat 433 C dengan terjadi kenaikan temperatur exoterm. Universitas Sumatera Utara 65

4.3. Analisa Hasil SEM