Media Routines Level Tingkat Rutinitas Media Organization Level Tingkat Organisasi Extramedia Level Tingkat Extramedia Ideological Level Tingkat Ideologi

31 jurnalis dalam melaporkan suatu kejadian dapat dilihat dari latar belakang pribadi jurnalis tersebut.

2. Media Routines Level Tingkat Rutinitas Media

Pengaruh rutinitas media, apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk tenggat waktu deadline dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat space, struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

3. Organization Level Tingkat Organisasi

Organisasi media sangat mengandalkan kekuatan unsur ekonomi yang ikut memepengaruhi segala kebijakan medianya. Dengan cara mempengaruhi bagian-bagian dari isi berita sebagai budaya bekerja dan hal yang menentukan standar independensi organisasi mesia dari sebuah perusahaan besar yang turut mengambil bagian dalam hal ini. Perkembangan kompleks banyak pengusaha media diartikan sebagai upaya mengubah dirinya untuk lebih berpikir bagaimana mempengaruhi satu sama lain dan organisasi media menangani permasalahan. Kekuatan organisasi media dan pemilik, sangat menentukan kebijakan media. Sehingga pengaruh organisasional, seperti halnya tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan, salah satu tujuan yang penting adalah mencari keuntungan materiil. 32

4. Extramedia Level Tingkat Extramedia

Pengaruh dari luar organisasi media, misalnya lobi dari kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

5. Ideological Level Tingkat Ideologi

Pengaruh ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat. E.2.2. Penggolongan Jurnalis Foto Seseorang yang menghasilkan foto jurnalistik biasa disebut sebagai pewarta foto atau jurnalis foto yang mendokumentasikan segala peristiwa yang ada di sekitar kita untuk kepentingan media massa. Beberapa golongan jurnalis foto yang terdapat dalam media, yaitu: 1. Staff Jurnalis foto yang bekerja secara full time pada sebuah media 2. Freelance Jurnalis foto yang bekerja secara mandiri. Dalam artian tidak terikat pada sebuah media. Dia bebas mengirim foto kecuali ada kemungkinan di muat dalam media. 3. Stringer 33 Tidak begitu terikat dengan media, namun, secara rutin mengirim dan mendistribusikan foto kepada media tertentu. 16 E.2.3. Elemen-elemen Jurnalisme Berasal dari kata journalistiek dalam bahasa Belanda atau journalism dalam bahasa Inggris, keduanya berasal dari bahasa Latin diurnal yang berarti harian atau setiap hari. Jurnalistik atau journalism berasal dari kata journal, yang berarti catatan harian atau catatan yang dilakukan sehari-hari atau juga berarti surat kabar. Dari kata tersebut lahirlah kata jurnalis atau journalist, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. 17 Pekerjaan jurnalistik adalah kegiatan kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa dalam bentuk berita kepada masyarakat. Hasil dari proses tersebut dimuat dalam sebuah media yang saat ini terbagi menjadi dalam media cetak dan media elektronik. Seiring dengan berkembangnya internet, saat ini mulai dikenal cyber journalism, yaitu penyampaian informasi melalui internet dengan akses tinggi mengurangi dimensi jarak dan waktu. Terdapat 3 pengertian jurnalistik, yaitu : 1. Jurnalistik adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dan saran yang digunkana dalam mencari, memproses dan menyususn berita dan ulasan mengenai berita hingga mencapai publik atau kelompok tertentu yang menaruh perhatian khusus pada hal-hal tertentu. 16 Handout Foto Jurnalistik, Materi Orientasi Dasar ORDAS Fotografi JUFOC 2008, p. 57 17 Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat,.Jurnalistik: Teori dan Praktik Remaja Rosdakarya 2009, p. 15 34 2. Jurnalistik adalah pengetahuan tentang menulis, penafsiran, proses dan penyebaran infomasi umum dan hiburan secara sistematim dan dapat dipercaya untuk diterbitkan. 3. Jurnalistik adalah pekerjaan tetap untuk menyampaikan berita, tafsiran dan pendapat yang bertolak dari berita. Di Amerika Serikat, jurnalisme telah direduksi menjadi tautologi atau pengulangan yang sederhana : Jurnalisme adalah apapun yang dikatakan wartwan tentang jurnalisme. Seperti yang dikatakan Maxwell King, manatan redaktur Philadelphia Inquirer , “Kita membiarkan karya kita berbicara mewakili dirinya sendiri.” Atau, ketika terdesak, jurnalis dengan gampangnya menganggap mereka bekerja demi kepentingan publik. 18 Kovach dan Rosenstiel dalam bukunya Sembilan Elemen Jurnalisme menyebutkan terdapat sembilan elemen jurnalisme yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis, yaitu : 1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran Demokrasi tergantung pada warga yang mendapatkan fakta yang akurat dan terpercaya dan diletakkan dalam sebuah konteksyang tepat dan memiliki makna. Jurnalisme bukan mengejar kebenaran dalam pengertian yang absolute atau filosofis, 2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat 18 Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel, Sembilan Elemen Jurnalisme. Yayasan Pantau 2006, p. 11 35 Bila jurnalis harus menyediakn berita tanpa rasa takut atau memihak without fear ao favor, maka mereka harus memelihara kesetiaan kepada masyarakat dan kepentingan public yang lebih luas diatas yang lainnya. Prioritas komitmen kepada warga masyarakat ini adalah basis dari kepercayaan sebuah organisasi berita. Media harus dapat mengatakan dan menjamin kepada audiencenya bahwa liputan itu diarahkan demi kawan dan pemasang iklan. Kepercayaan inilah yang membangun audience yang luas dan setia. Pada saatnya, sukses ekonomi akan menyusul kemudian. 3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi Jurnalis mengandalkan diri pada disiplin professional untuk memferivikasi informasi. Ketika konsep-konsep objektifitas semula disusun, tidak berarti jurnalis itu terbebas dari prasangka bias. Yang obyektif adalah metodenya, bukan jurnalisnya. Mencari berbagai sanksi, menyikapi sebanyak mungkin sumber, atau bertanya berbagai pihak untuk komentar, semua mengisyaratkan adanya adanya standar yang professional. Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan bentuk-bentuk komunikasi lain, seperti propaganda, fiksi atau hiburan. 4. Praktisi jurnalisme harus menjaga indepedensi terhadap sumber berita Kebebasan adalah syarat dasar dari jurnalisme. Ia adalah sebuah landasan kepercayaan. Kebebasan jiwa dan pemikiran bukan hanya 36 realiatas adakah prinsip yang harus dijaga oleh jurnalis. Walaupun editorialis dan komentator tidak netral , namun sumber dari kredibilitas mereka adalah tetap, yaitu akurasi, kejujuran intelektual dab kemampuan untuk menyampaikan informasi, bukan kesetiaan pada kelompok atau hasil tertentu 5. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan Prinsip ini menekankan pentingnya peran penjaga watch dog. Sebagai jurnalis, wajib melindungi kebebasan peran jaga ini dengan tidak merendahkannya, misalnya dengan menggunakannya secara sembarangan atau mengeksploitasinya untuk kepentingan komersial 6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik an maupun dukungan masyarakat Diskusi public ini bias melayani masyarakat dengan baik jika mereka mendapatkan informasi berdasarkan fakta, dan bukan atas dasar prasangka atau dugaan-dugaan. Selain itu, bebagai pandangan dan kepentingan dalam masyarakat harus terwakili dengan baik. Akurasi dan kebenaran mengharuskan bahwa sebagai penyusun diskusi publik, jurnalis tidak boleh mengabaikan titik-titik persamaan dasar dimana penanggulangan masalah dimungkinkan. 7. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting, menarik dan relevan Jurnalisme adalah bercerita dengan satu tujuan story tellingwith a purpose. Karena itu, jurnalisme harus berbuat lebih dari sekedar 37 mengumpulkan audiences atau mebuat daftar penting. Demi mempertahankan hidupnya sendiri, jurnalisme harus mengimbangi antara apa yang menurut pengetahuan pembaca mereka inginkan, dengan apa yang tidak bias mereka harapkan tetapi sesungguhnya mereka butuhkan. Singkatnya, jurnalisme yang penting menjadi menarik dan rrelevan. Kualitasnya diukur dari sejauh mana suatu karya melibatkan audiences dan mencerahkannya. 8. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proposional Prinsip disini adalah “jurnalisme adalah suatu bentuk dari kartografi”. Ia menciptakan sebuah peta bagi masyarakat guna menentukan arah kehidupan. Menjaga agar berita tetap proporsional dan tidak menghilangkan hal-hal penting adalah juga dasar dari kebenaran. Menggelembungkan peristiwa demi sensasi, mengabaikan sisi yang lain, stereotip atau bersifat negatif secara tidak imbang akan membuat peta menjadi kurang dapat diandalkan. 9. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka Setiap jurnalis harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab sebuah kompas moral moral compass. Kita harus mau, bila rasa keadilan dan akurasi mewajibkan, untuk menyuarakan perbedaan-perbedaan dengan rekan-rekan kita, apakah itu diruang redaksi atau dikantor eksekutif. 19 19 Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel, Ibid., p. 37 38 E.3. Media Massa E.3.1. Ideologi Media Massa McNair menjelaskan isi media dapat ditentukan oleh : 1. Kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik the political-economy approach 2. Pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses produksi berita organizational approach 3. Gabungan berbagai faktor , baik internal medua atau pun eksternl media cultiralis approach. 20 Sedangkan Shoemaker dan Reese memandang telah terjadi pertarungan dalam memaknai realitas isi media. Pertarungan itu disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: 1. Latar belakang awak media jurnalis, editor, kamerawan, dan lainnya 2. Rutinitas media media routine, yaitu mekanisme dan proses penentuan berita. 3. Struktur organisasi, bahwa media adalah kumpulan berbagai job- description. 4. Kekuatan ekstramedia, yaitu lingkungan di luar media sosial, budaya, politik, hukum, kebutuhan khalayak, agama, dan lain-lain. 21 20 Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Perdana Media Group 2007, p. 251 21 Ibid., p. 251 39 E.3.2. Peranan Media Massa dalam Masyarakat Media massa saat ini merupakan salah satu faktor utama untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat umum. Ragam media massa masing-masing menyajikan informasi yang mengandung nilai- nilai yang selalu dibutuhkan masyarakat. Namun, tidak semua informasi yang disajikan pada media massa selalu di butuhkan masyarakat. Fungsi media massa bagi masyarakat menurut McQuail menunjukkan beberapa kemungkinan mengenai fungsi yang melekat pada media dalam melakukan perannya sebagai saluran mediasi. Hal ini berkaitan dengan beberapa kegiatan, misalnya menghubungkan, menunjukkan arah, menginterpretasikan dan lain sebagainya. 22 Lebih lanjut, McQuail juga menjelaskan tujuan media dalam masyarakat, yaitu: 23 1. Informasi a. Menyediakan informasi tentang poeristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia b. Menunjukkan hubungan kekuasaan c. Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan 2. Korelasi a. Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa, dan informasi b. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan 22 McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa. Erlangga 1989, p. 69 23 Ibid., p.70 40 c. Melakukan sosialisasi d. Mengkordinasi beberapa kegiatan e. Membentuk kesepakatan f. Menetukan urutan prioritas dan memberikan status relatif 3. Kesinambungan a. Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus subculture serta perkembangan budaya baru b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai 4. Hiburan a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi b. Meredakan ketegangan social 5. Mobilisasi Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama. 41

F. Definisi Konseptual

Dokumen yang terkait

Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas

0 52 84

Nilai Budaya dalam Foto Jurnalistik (Analisis Semiotik Foto Headline di Surat Kabar Harian Kompas Edisi Ramadan 1434 H./2013 M.)

4 20 147

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION FOTO JURNALISTIK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION FOTO JURNALISTIK KORBAN BENCANA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dan Penulisan Caption Foto Jurnalistik

0 2 18

BAB I PENDAHULUAN SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 2 20

PENUTUP SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 7 16

“FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM BANJIR” “FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM BANJIR” (Analisis Semiotik Foto-Foto Jurnalistik Tentang Bencana Alam Banjir Dalam Buku Mata Hati Kompas 1965-2007).

0 3 14

TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gu

0 5 15

TRAGEDI KEMANUSIAAN DALAM FOTO JURNALISTIK Tragedi Kemanusiaan Dalam Foto Jurnalistik(Analisis Semiotik Representasi Tragedi Kemanusian Dalam Foto Jurnalistik Agresi Militer Izrael di Jalur Gaza pada Surat Kabar Harian Republika Edisi 17 November 2012 sa

0 2 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. PerspektifParadigma Penelitian - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas: (Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan Di Mesuji Lampung Pada Harian Kompas: (Analisis Isi Mengenai Foto Jurnalistik Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas)

0 0 6