Manifestasi Tonsillolith Di Rongga Mulut Ditinjau Dari Gambaran Radiografi
MANIFESTASI TONSILLOLITH DI RONGGA MULUT DITINJAU DARI GAMBARAN RADIOGRAFI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh : INTAN SYAFITRI
NIM : 050600016
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 20 Januari 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Trelia Boel,drg.,M.Kes.,SpRKG ………... NIP : 131 996 179
(3)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 18 Januari 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Trelia Boel, drg, M. Kes, Sp.RKG ANGGOTA : Amrin Tahir, drg
(4)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kapada Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini utuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana kedikteran gigi universitas sumatera utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karenanya dan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Hj. Asfan Bahri, Sp.RKG selaku dosen pembimbing yang telah bayak meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penuls sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Seluruh staf penagjar Radiologi Dental yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Siti Bahirrah, drg. selaku penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
4. Ibunda tercinta dan Ayahanda tersayang atas segala kasih sayang, doa serta pengorbanannya untuk penulis.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman teman ku Yahya, Franky, Agus, Ari, Arbi yang telah memberiku doa dan semangat kepada penulis. Serta teman-teman angkatan 2004.
(5)
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna kita semua.
Medan, 15 januari 2009 Penulis,
(ADIEL FITRA) NIM : 040600038
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJU...ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR GAMBAR...vi
BAB 1 PENDAHULUAN...1
BAB 2 DEFINISI DAN ETIOLOGI SERTA DIAGNOSA BANDING CENTRAL GIANT CELL GRANULOMA 2.1Defenisi...3
2.2 Etiologi...4
2.3 Diagnosa Banding...8
BAB 3 PATOGENESIS, GAMBARAN KLINIS DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS CENTRAL GIANT CELL GANULOMA 3.1 Patogenesis Central Giant Cell Granuloma………...9
3.2 Gambaran Klinis Central Giant Cell Granuloma...10
3.3 Gambaran Histopatologis Central Giant Cell Granuloma………...12
BAB 4 GAMBARAN RADIOLOGIS CENTRAL GIANT CELL GARANULOMA………...13
BAB 5 PERAWATAN DAN PROGNOSA CENTRAL GIANT CELL GRANULOMA 4.1 Perawatan Central Giant Cell Granuloma………...16
4.1.1 Perawatan Dengan Pembedahan...17
4.1.2 Perawatan Tanpa pembedahan...18
4.2 Observasi...19
4.3 Prognosa Central Giant Cell Granuloma...22
(7)
BAB 5 KESIMPULAN...29
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tiga bagian tonsil ... 3 2. Tonsillolith (batu tonsil) yang masih berada di rongga mulut. ... 7
3. Tonsillolith (batu tonsil) yang telah dikeluarkan dari rongga mulut ... 7
4. Gambaran foto panoramik yang menunjukkan adanya tonsillolith multiple di regio ramus mandibula kanan dan kiri ... 8
5. Gambaran foto panoramik yang menunjukkan massa radiopak bilateral yang
superimposed terhadap jaringan lunak palatum dan regio ramus mandibula ... 9
6. Gambaran foto panoramik yang menunjukkan massa unilateral dengan gambaran radiopak di pertengahan ramus ... 9
7. Gambaran foto sefalometri lateral yang menunjukkan adanya massa radiopak di region ramus mandibula ... 10
8. Gambaran CT scan yang menunjukkan adanya tonsillolith multiple di regio ramus mandibula kanan dan kiri ... 10
9. Gambaran CT scan yang menunjukkan massa radiopak bilateral... 11 10.Gambaran CT scan yang menunjukkan massa radiopak unilateral ... 11 11.Gambaran radiografi kalsifikasi kelenjar getah bening (calcified lymph node)... 12 12.Gambaran radiografi phleboliths ... 13 13.Gambaran radiografi kalsifikasi ligamen stylohyoid ... 13
14.Gambaran CT scan yang menunjukkan adanya hyperdensity di daerah parapharyngeal hingga ramus mandibula ... 18
(10)
15.Tonsillolith yang terlihat selama pembedahan ... 18
16.Tonsillolith raksasa yang berukuran 35 X 22 X 22 mm yang terlihat setelah dilakukan
(11)
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiografi Dental
Tahun 2010
Intan Syafitri
Manifestasi tonsillolith di rongga mulut ditinjau dari gambaran radiografi. ix + 25
Tonsillolith merupakan kalsifikasi yang terjadi di tonsil tepatnya di kripta tonsil
palatina. Kalsifikasi tersebut membentuk seperti batu berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan. Ukuran tonsillolith berkisar diantara 0,5 mm - 15 cm. Konsistensi
tonsillolith adalah padat dan bisa berbentuk bulat, oval, silindris maupun tidak beraturan. Tonsillolith lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak dan usia
yang paling sering terkena yakni sekitar 45 - 47 tahun. Tonsillolith dapat terjadi pada wanita maupun pria dengan ratio 1 : 1.
Sebagian besar ahli menyatakan bahwa proses terjadinya tonsillolith diawali dari adanya akumulasi debris epitel, debris makanan, bakteri, dan serum yang terkumpul di kripta tonsil palatina yang akhirnya membentuk deposit yang terdiri dari mineral dan garam anorganik
Pemeriksaan foto rontgen yang dapat digunakan antara lain CT scan, panoramik dan sefalometri lateral. Secara radiografi tonsillolith menunjukkan gambaran radiopak di daerah submandibular. Namun, adakalanya gambaran radiografi tonsillolith didiagnosa diffensial/diagnosa banding, diantaranya sialolithiasis, antorliths, kalsifikasi kelenjar getah bening, tonsillar hypertrophy, abses peritonsillar, phlebolites, lesi granulomatous, kalsifikasi ligamen stylohyoid, pemanjangan prosesus styloid, odontoma, fibrous dysplasia,
osteosclerosis, dan osteoma.
(12)
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiografi Dental
Tahun 2010
Intan Syafitri
Manifestasi tonsillolith di rongga mulut ditinjau dari gambaran radiografi. ix + 25
Tonsillolith merupakan kalsifikasi yang terjadi di tonsil tepatnya di kripta tonsil
palatina. Kalsifikasi tersebut membentuk seperti batu berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan. Ukuran tonsillolith berkisar diantara 0,5 mm - 15 cm. Konsistensi
tonsillolith adalah padat dan bisa berbentuk bulat, oval, silindris maupun tidak beraturan. Tonsillolith lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak dan usia
yang paling sering terkena yakni sekitar 45 - 47 tahun. Tonsillolith dapat terjadi pada wanita maupun pria dengan ratio 1 : 1.
Sebagian besar ahli menyatakan bahwa proses terjadinya tonsillolith diawali dari adanya akumulasi debris epitel, debris makanan, bakteri, dan serum yang terkumpul di kripta tonsil palatina yang akhirnya membentuk deposit yang terdiri dari mineral dan garam anorganik
Pemeriksaan foto rontgen yang dapat digunakan antara lain CT scan, panoramik dan sefalometri lateral. Secara radiografi tonsillolith menunjukkan gambaran radiopak di daerah submandibular. Namun, adakalanya gambaran radiografi tonsillolith didiagnosa diffensial/diagnosa banding, diantaranya sialolithiasis, antorliths, kalsifikasi kelenjar getah bening, tonsillar hypertrophy, abses peritonsillar, phlebolites, lesi granulomatous, kalsifikasi ligamen stylohyoid, pemanjangan prosesus styloid, odontoma, fibrous dysplasia,
osteosclerosis, dan osteoma.
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
Tonsil merupakan salah satu organ tubuh yang termasuk dalam sistem pertahanan tubuh manusia. Tonsil terdiri dari tiga macam yakni tonsil faringal, adenoid dan tonsil palatina. Tonsil terletak di dalam rongga mulut tepatnya di sekeliling oropharyngeal. Dikarenakan letaknya yang sering dilewati benda asing, memungkinkan tonsil rentan mengalami infeksi, Jika tonsil terkena infeksi, tonsil akan membengkak dan permukaan tonsil berwarna merah. Kondisi ini disebut dengan tonsilitis (radang tonsil).1 Selain tonsilitis, infeksi yang dapat terjadi di tonsil yakni tonsillolith (batu tonsil). Tonsillolith atau yang dikenal dengan batu tonsil merupakan kalsifikasi atau kalsifikasi yang terjadi pada kripta tonsil palatina yang terdiri dari mineral (seperti kalsium, phopor dan magnesium), garam kalsium (seperti hidroksi dan karbonat apatit), serta matriks protein.2,3,4,5
Penentuan diagnosa tonsillolith memerlukan banyak pemeriksaan. Pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menentukan diagnosa tonsillolith yakni Pemeriksaan-pemeriksaan klinis dan radiografi. Pemeriksaan radiografi yang dapat membantu penentuan diagnosa
tonsillolith diantaranya CT scan, foto sefalometri lateral dan panoramik.4,5,6,7
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui manifestasi tonsillolith di rongga mulut ditinjau dari gambaran radiografi. Sehingga dengan mengetahui gambaran radiografi
tonsillolith di rongga mulut, diagnosa dan perawatan tonsillolith di rongga mulut dapat
ditentukan menjadi lebih tepat dan hasil perawatan menjadi lebih sempurna.
Gambaran radiografi tonsillolith sering diinterpretasikan keliru. Tonsillolith sering didiagnosa sebagai benda asing, gigi yang malposisi, kalsifikasi di pembuluh darah,
(14)
granuloma yang terkalsifikasi, prosesus styloid yang membesar.2 Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara menginterpretasi dengan tepat gambaran radiografi tonsillolith ?
Dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai defenisi, etiologi, gambaran klinis, gambaran radiografi, diagnosa dan perawatan tonsillolith.
(15)
BAB 2
DEFINISI, ETIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS TONSILLOLITH
Tonsil merupakan salah satu organ pertahanan tubuh manusia. Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem pertahanan lainnya antara lain limpa, usus buntu, kelenjar timus, dan kelenjar getah bening. Tonsil terletak di dalam rongga mulut dan ditutupi oleh jaringan epitel. Tonsil terbagi menjadi tiga yakni pharyngeal, palatina, dan lingual (Gambar 1). 1
Gambar 1. Tiga bagian tonsil.1
Fungsi tonsil yang utama adalah memproduksi limfosit yang dapat melindungi tubuh dari mikroorganisme yang tertelan ataupun terhirup. Jika tonsil tidak mampu melindungi tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi. Infeksi yang dapat terjadi pada tonsil diantaranya tonsilitis dan tonsillolith.1
Tonsilitis lebih sering terjadi dibandingkan dengan tonsillolith. Tonsilitis merupakan
inflamasi yang terjadi di tonsil yang ditandai oleh beberapa gejala diantaranya tenggorokan Pharyngeal tonsil
Palatina tonsil Lingual tonsil
(16)
sakit, sakit saat menelan, sakit kepala, demam dan kedinginan, pembesaran atau pembengkakan kelenjar getah bening serta kehilangan suara.1 Sedangkan tonsillolith merupakan batu tonsil yang terbentuk dari kalsifikasi atau kalsifikasi bahan mineral dan anorganik.5
2.1 Definisi Tonsillolith
Tonsillolith atau yang dikenal sebagai batu tonsil merupakan kalsifikasi yang terjadi di
tonsil tepatnya di kripta tonsil palatina. Kalsifikasi tersebut membentuk seperti batu berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan. Ukuran tonsillolith berkisar diantara 0,5 mm hingga 15 cm.Tonsillolith lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan
anak-anak dan usia yang paling sering terkena yakni sekitar 45 - 47 tahun. Tonsillolith dapat terjadi pada wanita maupun pria dengan ratio 1 : 1.2,7,8,9,10,11,12
2.2 Etiologi Tonsillolith
Etiologi tonsillolith belum diketahui secara pasti dan masih kontroversi.3,5,6 Namun, sebagian besar ahli menyatakan bahwa bakteri actinomyces dan fungi leptothrix buccalis berperan sebagai faktor penyebab tonsillolith yang paling sering ditemukan.2,5,6,13 Walaupun mikroorganisme actinomyces merupakan flora normal rongga mulut, namun jika mikroorganisme tersebut dalam jumlah yang banyak, maka akan menyebabkan terjadinya
tonsillolith.9 Selain itu, bakteri anaerob juga ditemukan pada tonsillolith diantaranya
eubacterium, fousobacterium, megasphaera, pophyromonas, prevotella, selenomonas dan tannerella. Bakteri-bakteri anaerob tersebut memproduksi sulfur yang mendukung
terbentuknya tonsillolith sebagai penyebab bau mulut (halitosis).7 Peneliti menyatakan 75 % orang yang memiliki konsentrasi sulfur yang tinggi dan abnormal akan rentan menderita
(17)
Proses terjadinya tonsillolith diawali dari adanya akumulasi debris epitel, debris makanan, bakteri, dan serum yang terkumpul di kripta tonsil palatina yang akhirnya membentuk deposit yang terdiri dari mineral dan garam anorganik yang berasal dari sekresi saliva di rongga mulut.2,11,12,14 Beberapa ahli juga menyatakan bahwa terjadinya tonsillolith disebabkan oleh tonsilitis yang tidak dirawat,6 kemudian terbentuklah batu yang berasal dari kalsifikasi (kalsifikasi) mikroorganisme yang mati dan pus (nanah).16,17,18 Pendapat lainnya juga menyatakan bahwa merokok tanpa menggunakan filter (penyaring) dan sekresi kelenjar saliva yang berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya tonsillolith.16 Sampai saat ini, penelitian mengenai tonsillolith telah banyak dilakukan (Tabel 1).18
Tabel 1. Penelitian-penelitian mengenai tonsillolith.18
Peneliti Umur & jenis kelamin pasien Lokasi tonsillolit h Gejala klinis
Ukuran Komposisi Perawatan
Castellano 68 / F Tonsil kiri Limfaadenopa ti mandibula kiri 28x23x21 mm 14 gram CaPO4, CaCO3, MgPO4, protein Enukleasi (pengambilan secara utuh)
Cooper 77 / F Fossa tonsillar kiri
Massa di fossa tonsilar kiri 40x20x20 mm 8 gram CaPO4, CaCO3, protein, bakteri actinomyces Tonsilektomi Hirananda ni
65 / F Tonsil kanan Sakit di tenggorokan 30x25 mm 42 gram CaCO3, CaPO4, NH3, actinomyces Tonsilektomi kanan
Jones 70 / M Tonsil kanan
Massa di fossa tonsillar kanan
1-2 mm CaCO3, CaPO4, actinomyces
Enukleasi
Kimura 27 / M Tonsil kiri Faringitis rekuren, tonsilitis, abses tonsillar 30x26x16 mm 8,5 gram
CaPO4 Tonsilektomi
Revel 68 / M Tonsil kanan
Odynophagia, otalgia kanan
13 mm CaCO3,
CaPO4
Tonsilektomi kanan
(18)
2.3 Gambaran Dan Gejala Klinis Tonsillolith
Gambaran klinis tonsillolith yakni berupa batu berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan yang sering dijumpai di daerah kripta tonsil platina. (Gambar 2 dan 3).
Tonsillolith dapat terjadi secara single ataupun multiple. Tonsillolith juga dapat terjadi pada
satu sisi (unilateral) ataupun dua sisi (bilateral).4 Tonsillolith bisa berukuran kecil maupun
besar dan berat rata-rata sekitar 9,5 gram. Konsistensi tonsillolith adalah padat dan bisa berbentuk bulat, oval, silindris maupun tidak beraturan. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, tonsillolith terdiri dari karbonat, oksalat, epitel, phospat, kalsium, protein, hidroksi apatit dan mikroorganisme (seperti actinomyces dan leptothrix buccalis ).3,18 Bahan-bahan mineral seperti phospate dan karbonat berasal dari sekresi kelenjar saliva mayor maupun minor.11,12 Bahan mineral lainnya yang juga ditemukan pada tonsillolith diantaranya
magnesium, sodium, siliceous, potassium, ammonia radical, copper, aluminium, iron, titanium, manganese, chrome dan barium.7,18
Tonsillolith yang berukuran kecil jarang menimbulkan keluhan rasa sakit. Sedangkan tonsillolith yang berukuran besar sering menimbulkan keluhan atau gejala.3 Gejala klinis yang sering timbul menyertai tonsillolith diantaranya pembengkakan di daerah fossa tonsilar,
dysphagia (sakit ketika menelan), odynophagia (pembengkakan di tonsil disertai rasa sakit), otalgia (nyeri telinga), abses peritonsillar, dan halitosis (bau mulut).7,18
(19)
Gambar 2. Tonsillolith (batu tonsil) yang masih berada di rongga mulut.
(20)
BAB 3
GAMBARAN RADIOGRAFI, DIAGNOSA DAN PERAWATAN TONSILLOLITH
3.1 Gambaran Radiografi Tonsillolith
Tonsillolith jarang menimbulkan keluhan (asimptomatik), sehingga penentuan
diagnosa tonsillolith memerlukan bantuan pengambilan foto rontgen. Foto rontgen yang dapat digunakan untuk mendeteksi tonsillolith antara lain CT scan, foto panoramik dan sefalometri lateral (Gambar 4-10). Foto panoramik merupakan teknik yang paling sering digunakan untuk mendeteksi keberadaan tonsillolith. CT scan juga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan tonsillolith khususnya tonsillolith yang terletak dekat dengan daerah kepala dan leher. Gambaran radiografi menunjukkan tonsillolith dengan gambaran radiopak di daerah submandibular.4,5,6,7
Gambar 4. Gambaran foto panoramik yang menunjukkan adanya tonsillolith multiple di regio ramus mandibula kanan dan kiri.4
(21)
Gambar 5. Gambaran foto panoramik yang menunjukkan massa radiopak bilateral yang superimposed terhadap jaringan lunak palatum dan regio ramus mandibula.6
Gambar 6. Gambaran foto panoramik yang menunjukkan massa unilateral dengan gambaran radiopak di pertengahan ramus.20
(22)
Gambar 7. Gambaran foto sefalometri lateral yang menunjukkan adanya massa radiopak di region ramus mandibula.19
Gambar 8. Gambaran CT scan yang menunjukkan adanya tonsillolith multiple di regio ramus mandibula kanan dan kiri.4
(23)
Gambar 9. Gambaran CT scan yang menunjukkan massa radiopak bilateral.6
Gambar 10. Gambaran CT scan yang menunjukkan massa radiopak unilateral.15
Gambaran radiografi tonsillolith hampir sama dengan gambaran radiografi
(24)
11), tonsillar hypertrophy, abses peritonsillar, benda asing, phlebolites (Gambar 12), ectopic
bone atau cartilage, lymphnodes, lesi granulomatous, kalsifikasi ligamen stylohyoid
(calcification of the stylohyoid ligament) (Gambar 13), pemanjangan prosesus styloid
(elongated styloid process), gigi yang malposisi (displaced teeth), kalsifikasi di pembuluh
darah (calcified blood vessels), odontoma, sclerosing osteitis, Garre’s osteomyelitis, fibrous
dysplasia, idiopathic osteosclerosis, dan osteoma.2,3,4,5,6,7,8,12,18
Gambar 11. Gambaran radiografi kalsifikasi kelenjar getah bening (calcified lymph node).20
(25)
Gambar 12. Gambaran radiografi phleboliths.20
Gambar 13. Gambaran radiografi kalsifikasi ligamen stylohyoid.20
Foto panoramik dan sefalometri lateral biasanya tidak dapat menunjukkan lokasi
tonsillolith dengan jelas. Pada kedua foto tersebut, gambaran radiografi tonsillolith sering overlapping dengan tulang ramus mandibula. Sehingga sulit untuk menentukan dan
(26)
panoramik dan sefalometri lateral.6,7,8 Selain itu, ketika kalsifikasi jaringan lunak berada dekat dengan tulang, sulit menentukan apakah kalsifikasi berada di dalam tulang atau jaringan lunak.14 Oleh karena itu, diperlukan gambaran foto melalui CT scan yang dapat menunjukkan lokasi tonsillolith dengan jelas.4 CT scan dapat menunjukkan lokasi, distribusi, jumlah dan bentuk kalsifikasi tonsillolith.6 Walaupun tonsillolith dapat dilihat melalui foto panoramik dan CT scan, namun secara umum gambaran tonsillolith tidak bersifat pathognomonic (khas). Oleh karena itu, dokter gigi harus mengetahui dan menentukan lesi patologis lainnya sebagai diagnosa banding tonsillolith. 14
3.2 Diagnosa Tonsillolith
Secara umum, penentuan tonsillolith sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan sebagian besar tonsillolith tidak menimbulkan keluhan dan pemeriksaan radiografi menunjukkan gambaran radiopak yang mirip dengan lesi lainnya.6 Oleh karena itu, pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati.2 Diagnosa tonsillolith harus mempertimbangkan lokasi, distribusi, jumlah dan bentuk kalsifikasi.7 Penentuan diagnosa tonsillolith memerlukan bantuan pemeriksaan klinis dan radiografi.5,6,7 Pada pemeriksaan klinis dijumpai massa padat yang berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan di daerah kripta tonsillar.7 Namun, kadang-kadang pada pemeriksaan visual di daerah fossa tonsilar menunjukkan kondisi yang normal, sehingga diperlukan palpasi dengan meraba daerah fossa tonsillar.8 Palpasi dilakukan untuk menentukan konsistensi, bentuk, permukaan, ukuran, batas, dan mobilitas tonsillolith.18 Konsistensi tonsillolith adalah padat dan bisa berbentuk bulat, oval, silindris maupun tidak beraturan. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, tonsillolith terdiri dari karbonat, oksalat, epitel, phospat, kalsium, protein, hidroksi apatit dan mikroorganisme (seperti actinomyces dan
(27)
diantaranya magnesium, sodium, siliceous, potassium, ammonia radical, copper, aluminium,
iron, titanium, manganese, chrome dan barium.7,18
Pada pemeriksaan radiografi dijumpai daerah radiopak di sekitar daerah submandibular.4 Namun, gambaran radiografi tonsillolith mirip dengan lesi lainnya. Selain itu, gambaran tonsillolith tidak bersifat pathognomonic (khas), sehingga kadang-kadang sulit menentukan diagnosa tonsillolith melalui pemeriksaan radiografi.14 Walaupun tonsillolith jarang menimbulkan keluhan, namun gejala klinis yang pernah dijumpai menyertai
tonsillolith diantaranya pembengkakan di daerah fossa tonsilar, dysphagia (sakit ketika
menelan), odynophagia (pembengkakan di tonsil disertai rasa sakit), otalgia (nyeri telinga), abses peritonsillar, dan halitosis (bau mulut).Penentuan diagnosa banding tonsillolith juga perlu dilakukan.5,14
Diagnosa banding tonsillolith diantaranya sialolithiasis, antorliths, kalsifikasi kelenjar getah bening (calcified lymph node) (Gambar 11), tonsillar hypertrophy, abses
peritonsillar, benda asing, phlebolites (Gambar 12), ectopic bone atau cartilage, lymphnodes,
lesi granulomatous, kalsifikasi ligamen stylohyoid (calcification of the stylohyoid ligament) (Gambar 13), pemanjangan prosesus styloid (elongated styloid process), gigi yang malposisi
(displaced teeth), kalsifikasi di pembuluh darah (calcified blood vessels), odontoma, sclerosing osteitis, Garre’s osteomyelitis, fibrous dysplasia, idiopathic osteosclerosis, dan osteoma.2,3,4,5,6,7,8,12,18
3.3 Perawatan Tonsillolith
Perawatan tonsillolith yang dapat dilakukan antara lain enukleasi, tonsilektomi, kuretase, dan kauterisasi secara kimia (chemically cauterize) dengan mengaplikasikan silver
(28)
manual dengan menekan tonsil secara lembut atau menyingkirkan dengan pembedahan.15 Pilihan perawatan tergantung jumlah dan ukuran tonsillolith. Cara termudah menyingkirkan
tonsillolith di permukaan adalah dengan menggunakan lidah dan melakukan penyikatan
dengan sikat gigi. Selain itu, penekanan daerah tonsil dengan jari ata dilakukan untuk menyingkirkan tonsillolith. Perawatan tonsillolith yang paling sering dilakukan adalah kuretase. Namun, saat ini tonsillolith dapat juga dirawat dengan laser yang
dikenal dengan laser
menggunakan
(29)
BAB 4
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang dengan riwayat pembengkakan di sisi kanan mukosa palatum, disertai rasa sakit di tenggorokan dan sakit ketika menelan. Melalui pemeriksaan klinis dijumpai rasa sakit yang kambuh selama 3 tahun terakhir, dan biasanya dirawat dengan konsumsi antibiotik.8
Pemeriksaan fisik secara umum normal. Pemeriksaan oropharyngeal menunjukkan sebuah tonjolan di mukosa palatum. Sebuah massa berwarna putih keabu-abuan sekitar 1 X 1 cm dijumpai di tonsil sebelah kanan. Saat dilakukan palpasi, massa tersebut keras dan daerah sekitarya lembut. Massa tersebut tidak bergerak saat dilakukan palpasi bimanual. Tidak ada hubungan massa tersebut dengan lymphadenopathy. Sebuah pemeriksaan CT scan di daerah oropharyngeal menunjukkan lesi yang padat di sisi kanan belakang daerah oropharyngeal (Gambar 14). Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografi, lesi tersebut didiagnosa sebagai
tonsillolith dan direncanakan perawatan dengan cara pembedahan menggunakan anastesi
umum.8
(30)
Gambar 14. Gambaran CT scan yang menunjukkan adanya hyperdensity di daerah parapharyngeal hingga ramus mandibula. 8
Tonsillollith ditemukan di tonsil kanan dan membuat tonjolan di mukosa palatum
(Gambar 15). 8
(31)
Tonsillolith dikeluarkan dengan mudah dan dilakukan tonsilektomi bilateral. Batu tonsil tersebut berukuran 35 X 22 X 22 mm dengan konsistensi padat dan permukaan kasar dan tidak beraturan (Gambar 16). Pasien mengalami penyembuhan yang baik. 8
Gambar 16. Tonsillolith raksasa yang berukuran 35 X 22 X 22 mm yang terlihat setelah dilakukan pembedahan. 8
Diskusi
Tonsillolith jarang sekali terjadi. Kalsifikasi yang terbentuk di kripta tonsil palatina
tersebut biasanya berukuran kecil tetapi dapat juga berukuran besar. Tonsillolith dapat terjadi pada semua jenis umur, namun lebih sering terjadi pada orang dewasa yang berusia sekitar 40 tahun. Kalsifikasi tonsil atau tonsillolith jarang terjadi pada anak-anak. 8
Tonsillolith terbentuk dari bahan dan bakteri yang menempel dan tumbuh di kripta
tonsil dan dapat disertai atau tidak disertai adanya riwayat tonsilitis yang rekuren. Gejala klinis seperti sakit di tenggorokan dan bau mulut, sering dijumpai pada pasien yang
(32)
mengalami tonsillolith. Selain itu, otalgia, odynophagia, pembengkakan tonsil dan sensasi benda asing juga dijumpai pada pasien tonsillolith. 8
Pada pemeriksaan klinis, tonsillolith dapat terlihat sebagai massa yang keras berwarna putih keabu-abuan atau kekuning-kuningan di kripta tonsil. Kadang-kadang pada pemeriksaan visual, oropharynx dapat terlihat normal dan keberadaan tonsillolith dapat dijumpai melalui palpasi di daerah fossa tonsil atau pemeriksaan radiologi. 8
Komposisi kimia tonsillolith terdiri dari garak kalsium, khususnya calcium
hydroxyapatite dan calcium carbonate apatite. Secara mikroskopis, pada tonsillolith dijumpai
bahan eosinophillic dan koloni mikroba seperti leptothrix dan actinomycosis.
Tonsillolith dapat terlihat melalui foto panoramik sebagai gambaran radiopak, tetapi superimposed dengan ramus mandibula sehingga sering salah interpretasikan sebagai lesi di
mandibula. Tonsillolith sering diinterpretasikan sebagai pemanjangan prominent pterigoid hamulus dan prosesus styloid, kalsifikasi ligamen stylohyoid, prominen tuberositas maksila atau ramus mandibula. Pemeriksaan foto yang berhasil akan sangat membantu untuk menentukan diagnosa yang tepat.
Diagnosa banding tonsilolith antara lain tonsillitis, abses peritonsillar, tuberculosis,
syphilis, mycosis, keratosis pharynges, benda asing, pemanjangan prosesus styloid, neoplasia
dan gigi yang malposisi. 8
Pengambilan tonsillolith secara bedah sangat diperlukan untuk menghilangkan gejala atau simptom. Tonsillolith yang berukuran kecil dapat dikeluarkan melalui penekanan secara manual pada tonsil dengan lembut atau dengan kuretase di bawah anastesi lokal. Semprotan air yang kencang juga dapat digunakan untuk membersihkan saku atau pocket tempat berkumpulnya debris. Topical silver nitrate juga dapat diaplikasikan ke kripta tonsil untuk membakar dan menyingkirkan tonsilolith. Pasien yang memiliki masalah rasa sakit yang
(33)
menetap, bau mulut dan sensai benda asing, tonsilitis yang rekurem dianjurkan untuk melakukan tonsilektomi. 8
(34)
BAB 5 KESIMPULAN
Tonsillolith yang dikenal dengan batu tonsil merupakan kalsifikasi yang terjadi di
tonsil yang dapat terjadi secara secara single ataupun multiple. Tonsillolith juga dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) ataupun dua sisi (bilateral). Kalsifikasi tersebut membentuk seperti batu berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, tonsillolith terdiri dari karbonat, oksalat, epitel, phospat, kalsium, protein, hidroksi apatit dan mikroorganisme (seperti actinomyces dan leptothrix buccalis).
Etiologi tonsillolith belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar ahli menyatakan bahwa bakteri actinomyces dan fungi leptothrix buccalis berperan sebagai faktor penyebab tonsillolith yang paling sering ditemukan. Gejala klinis yang sering timbul menyertai tonsillolith diantaranya pembengkakan di daerah fossa tonsilar, dysphagia,
odynophagia, otalgia, abses peritonsillar, dan halitosis.
Setelah ditemukannya tonsillolith secara radiografi, diperlukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan klinis untuk membantu dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan klinis seperti visual dengan menggunakan kaca mulut dan eksplorer/sonde atau secara palpasi dengan menggunakan jari tangan.
Oleh sebab itu, dokter gigi perlu mempertimbangkan tonsillolith jika menemukan suatu gambaran radiolusen di daerah submandibular melalui radiografi dari seorang pasien. Dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya penyakit lain yang memberikan manifestasi yang serupa.
(35)
DAFTAR PUSTAKA
1. Avery JK, Chiego DJ Jr. Essentials of oral histology and emryology. Mosby, USA. 2006: 203-5.
2. Bhoweer AK. A giant tonsillolith. Journal of indian academy of oral medicine and radiology 2008; 20: 107-9. Cawson RA.
3. Wikipedia, the free encyclopedia. Tonsillolith.
11 Januari 2010).
4. Mandel L. Multiple bilateral tonsilloliths: Case report. Journal oral maxillofacial surgery 2008; 66:148-50.
5. Donat FJS, Mocholi AP, Ferriol EE, Mihi VM. Giant tonsillolith: Report of a case. Med oral patol oral cir bucal 2005; 10: 239-42.
6. Mody RN, Srivastava S. Bilateral multiple tonsilloliths. Oral radiol 2009; 25: 67-70. 7. Kanotra S, Paul J. A giant tonsillolith. Indian journal otolaryngology head neck surgery
2008; 60: 277-80.
8. Gulia JS, Singh V, Yadav SPS, Hooda A. Giant tonsillolith in a child. International journal of pediatric otorhinolaryngology extra 2006; 1: 19-21.
9. Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. Textbook of general and oral surgery. Churchill Livingstone, China. 2003: 150-1.
10. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial pathology. Replika Press Pvt Ltd, India. 2004: 166-8.
11. Giudice M, Cristofaro MG, Fava MG, Giudice A. An unusual tonsillolithiasis in a patient
(36)
12. Thakur JS dkk. Giant tonsillolith causing odynophagia in a child: a rare case report. Cases Journal 2008; 50: 1-3.
13. Sharma SD. A giant tonsillolith: A case report. Indian journal of otolaryngology 1980; 32: 59.
14. de Moura MDG dkk. Tonsillolith: A report of three clinical cases. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2007; 12: E130-3.
15. Neshat K, Penna KJ, Shah DH. Tonsillolith: A Case Report. J Oral Maxillofac Surg 2001; 59: 692-3.
16. Rob Lantz. Tonsillolith treatment – symptoms and prevention.
17. Oral Health Center. Tonsil stones (tonsillolith): treatment and prevention
(11 Januari 2010).
18. Mesolella M dkk. Tonsillolith: Case report and review of the literature. Acta otorhinolaryngology Italia 2004; 24: 302-7.
19. Aspestrand F, Kolbensvedt A. calcifications of the palatine tonsillary region: CT demonstration. Radiology 1987; 165: 479-80.
20. Mandel L. Clinical conditions and lesions mimicking salivary gland disease part 2. 2004
(37)
DAFTAR ISTILAH
Tonsillitis : Radang atau inflamasi tonsil.
Tonsillolith : Batu tonsil yang berasal dari proses kalsifikasi. Unilateral : Terjadi hanya pada satu sisi
Bilateral : Terjadi pada dua sisi.
Single : Hanya terdapat satu batu tonsil.
Multiple : Terdapat lebih dari satu batu tonsil.
Dysphagia : Sakit ketika menelan.
Odynophagia : Pembengkakan pada mukosa disertai rasa sakit.
Otalgia : Nyeri telinga.
Halitosis : Bau mulut
Patognomonik : Gambaran yang tidak khas.
Enukleasi : Tindakan mengeluarkan batu tonsil secara utuh.
Kuretase : Pembuangan jaringan dengan cara dikikis.
Kauterisasi : Tindakan pembakaran jaringan.
Kauterisasi kimiawi : Tindakan pembakaran jaringan dengan menggunakan zat kimia.
(1)
mengalami tonsillolith. Selain itu, otalgia, odynophagia, pembengkakan tonsil dan sensasi benda asing juga dijumpai pada pasien tonsillolith. 8
Pada pemeriksaan klinis, tonsillolith dapat terlihat sebagai massa yang keras berwarna putih keabu-abuan atau kekuning-kuningan di kripta tonsil. Kadang-kadang pada pemeriksaan visual, oropharynx dapat terlihat normal dan keberadaan tonsillolith dapat dijumpai melalui palpasi di daerah fossa tonsil atau pemeriksaan radiologi. 8
Komposisi kimia tonsillolith terdiri dari garak kalsium, khususnya calcium hydroxyapatite dan calcium carbonate apatite. Secara mikroskopis, pada tonsillolith dijumpai bahan eosinophillic dan koloni mikroba seperti leptothrix dan actinomycosis.
Tonsillolith dapat terlihat melalui foto panoramik sebagai gambaran radiopak, tetapi superimposed dengan ramus mandibula sehingga sering salah interpretasikan sebagai lesi di mandibula. Tonsillolith sering diinterpretasikan sebagai pemanjangan prominent pterigoid hamulus dan prosesus styloid, kalsifikasi ligamen stylohyoid, prominen tuberositas maksila atau ramus mandibula. Pemeriksaan foto yang berhasil akan sangat membantu untuk menentukan diagnosa yang tepat.
Diagnosa banding tonsilolith antara lain tonsillitis, abses peritonsillar, tuberculosis, syphilis, mycosis, keratosis pharynges, benda asing, pemanjangan prosesus styloid, neoplasia dan gigi yang malposisi. 8
Pengambilan tonsillolith secara bedah sangat diperlukan untuk menghilangkan gejala atau simptom. Tonsillolith yang berukuran kecil dapat dikeluarkan melalui penekanan secara manual pada tonsil dengan lembut atau dengan kuretase di bawah anastesi lokal. Semprotan air yang kencang juga dapat digunakan untuk membersihkan saku atau pocket tempat berkumpulnya debris. Topical silver nitrate juga dapat diaplikasikan ke kripta tonsil untuk membakar dan menyingkirkan tonsilolith. Pasien yang memiliki masalah rasa sakit yang
(2)
menetap, bau mulut dan sensai benda asing, tonsilitis yang rekurem dianjurkan untuk melakukan tonsilektomi. 8
(3)
BAB 5 KESIMPULAN
Tonsillolith yang dikenal dengan batu tonsil merupakan kalsifikasi yang terjadi di tonsil yang dapat terjadi secara secara single ataupun multiple. Tonsillolith juga dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) ataupun dua sisi (bilateral). Kalsifikasi tersebut membentuk seperti batu berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, tonsillolith terdiri dari karbonat, oksalat, epitel, phospat, kalsium, protein, hidroksi apatit dan mikroorganisme (seperti actinomyces dan leptothrix buccalis).
Etiologi tonsillolith belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar ahli menyatakan bahwa bakteri actinomyces dan fungi leptothrix buccalis berperan sebagai faktor penyebab tonsillolith yang paling sering ditemukan. Gejala klinis yang sering timbul menyertai tonsillolith diantaranya pembengkakan di daerah fossa tonsilar, dysphagia, odynophagia, otalgia, abses peritonsillar, dan halitosis.
Setelah ditemukannya tonsillolith secara radiografi, diperlukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan klinis untuk membantu dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan klinis seperti visual dengan menggunakan kaca mulut dan eksplorer/sonde atau secara palpasi dengan menggunakan jari tangan.
Oleh sebab itu, dokter gigi perlu mempertimbangkan tonsillolith jika menemukan suatu gambaran radiolusen di daerah submandibular melalui radiografi dari seorang pasien. Dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya penyakit lain yang memberikan manifestasi yang serupa.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
1. Avery JK, Chiego DJ Jr. Essentials of oral histology and emryology. Mosby, USA. 2006: 203-5.
2. Bhoweer AK. A giant tonsillolith. Journal of indian academy of oral medicine and radiology 2008; 20: 107-9. Cawson RA.
3. Wikipedia, the free encyclopedia. Tonsillolith.
11 Januari 2010).
4. Mandel L. Multiple bilateral tonsilloliths: Case report. Journal oral maxillofacial surgery 2008; 66:148-50.
5. Donat FJS, Mocholi AP, Ferriol EE, Mihi VM. Giant tonsillolith: Report of a case. Med oral patol oral cir bucal 2005; 10: 239-42.
6. Mody RN, Srivastava S. Bilateral multiple tonsilloliths. Oral radiol 2009; 25: 67-70. 7. Kanotra S, Paul J. A giant tonsillolith. Indian journal otolaryngology head neck surgery
2008; 60: 277-80.
8. Gulia JS, Singh V, Yadav SPS, Hooda A. Giant tonsillolith in a child. International journal of pediatric otorhinolaryngology extra 2006; 1: 19-21.
9. Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. Textbook of general and oral surgery. Churchill Livingstone, China. 2003: 150-1.
10. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial pathology. Replika Press Pvt Ltd, India. 2004: 166-8.
(5)
12. Thakur JS dkk. Giant tonsillolith causing odynophagia in a child: a rare case report. Cases Journal 2008; 50: 1-3.
13. Sharma SD. A giant tonsillolith: A case report. Indian journal of otolaryngology 1980; 32: 59.
14. de Moura MDG dkk. Tonsillolith: A report of three clinical cases. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2007; 12: E130-3.
15. Neshat K, Penna KJ, Shah DH. Tonsillolith: A Case Report. J Oral Maxillofac Surg 2001; 59: 692-3.
16. Rob Lantz. Tonsillolith treatment – symptoms and prevention.
17. Oral Health Center. Tonsil stones (tonsillolith): treatment and prevention (11 Januari 2010).
18. Mesolella M dkk. Tonsillolith: Case report and review of the literature. Acta otorhinolaryngology Italia 2004; 24: 302-7.
19. Aspestrand F, Kolbensvedt A. calcifications of the palatine tonsillary region: CT demonstration. Radiology 1987; 165: 479-80.
20. Mandel L. Clinical conditions and lesions mimicking salivary gland disease part 2. 2004
(6)
DAFTAR ISTILAH Tonsillitis : Radang atau inflamasi tonsil.
Tonsillolith : Batu tonsil yang berasal dari proses kalsifikasi. Unilateral : Terjadi hanya pada satu sisi
Bilateral : Terjadi pada dua sisi.
Single : Hanya terdapat satu batu tonsil. Multiple : Terdapat lebih dari satu batu tonsil. Dysphagia : Sakit ketika menelan.
Odynophagia : Pembengkakan pada mukosa disertai rasa sakit.
Otalgia : Nyeri telinga.
Halitosis : Bau mulut
Patognomonik : Gambaran yang tidak khas.
Enukleasi : Tindakan mengeluarkan batu tonsil secara utuh. Kuretase : Pembuangan jaringan dengan cara dikikis. Kauterisasi : Tindakan pembakaran jaringan.
Kauterisasi kimiawi : Tindakan pembakaran jaringan dengan menggunakan zat kimia.