Upaya Pengembangan Candi Bahal Sebagai Objek Wisata Sejarah Di Kabupaten Padang Lawas Utara

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN CANDI BAHAL SEBAGAI OBJEK

WISATA SEJARAH DI KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA

KERTAS KARYA

OLEH

LILI SURYANI

082204008

PROGRAM STUDI D III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENGEMBANGAN CANDI BAHAL SEBAGAI OBJEK

WISATA SEJARAH DI KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA

OLEH

LILI SURYANI

082204008

Dosen Pembimbing

Dosen Pembaca

Drs. Muchtar Madjid, S.Sos.,S.Par Drs. Gustanto, M.Hum

NIP. 19580615 198703 1 001 NIP. 19630805 198903 1 004


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: UPAYA PENGEMBANGAN

CANDI BAHAL SEBAGAI OBJEK

WISATA SEJARAH DI

KABUPATEN PADANG LAWAS

UTARA

Oleh

: Lili Suryani

NIM

: 082204008

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,


(4)

NIP. 19640821 199802 2 001

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari Kertas Karya ini adalah “Pengembangan Candi Bahal Sebagai Objek Wisata Sejarh di Kabupaten Padang Lawas Utara”.

Adapun maksud dari penulisan Kertas Karya ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi D III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Kertas Karya ini penulis menyadari banyaknya bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak, baik berupa dorongan moril, masukan ataupun saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budayas Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi D III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Muchtar Madjid, S.Sos.,S.Par., selaku dosen pembimbing. 4. Drs. Gustanto, M.Hum selaku dosen pembaca.


(5)

5. Kedua orang tua penulis tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dukungan kepada penulis. Ayahanda Slamet Eryanto serta Ibunda Kasminah.

6. Seluruh teman-teman Usaha Wisata 2008, Shabrina, Liza, Saripah dan yang lainnya yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Kertas Karya ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Kertas Karya ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna untuk perbaikan dan penyempurnaan Kertas Karya ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Kertas Karya ini. Semoga Kertas Karya ini dapat memberikan masukan serta manfaat bagi para pembaca.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ………. iii

ABSTRAKSI ………. vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ...….. 1

1.2 Pembatasan Masalah ……… 6

1.3 Tujuan Penulisan ……….. 6

1.4 Manfaat Penulisan ……… 6

1.5 Metode Penulisan ………. 7

1.6 Sistematika Penulisan ……… 8

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG CANDI 2.1 Sejarah Candi ………. 10

2.2 Pengertian Candi ……… 14

2.3 Fungsi Candi ……….. 15

2.4 Pengertian Objek Wisata ……… 16

2.5 Pengertian Atraksi Wisata ……….. 17


(7)

2.6.1 Sarana Kepariwisataan ………. 17

2.6.2 Prasarana Kepariwisataan ……… 22

2.7 Dasar Pengembangan Kepariwisataan ……… 22

2.8 Konsep Pengembangan Pariwisata ……….. 26

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA 3.1 Keadaan Wilayah Dan Letak Geografis ……….. 32

3.2 Sejarah ………. 33

3.3 Pemerintahan ………... 34

3.4 Penduduk Dan Kebudayaan ………... 37

3.5 Potensi Kepariwisataan Di Kabupaten Padang Lawas Utara ……. 38

BAB IV UPAYA PENGEMBANNGAN CANDI BAHAL SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA 4.1 Upaya Pengambangan Candi Bahal ……… 39

4.2 Objek Wisata Candi Bahal di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara ……… 44

4.3 Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Objek Wisata ………. 45

4.4 Dampak Positif Dan Negatif Dalam Pengembangan Pariwisata ………. 46


(8)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ……….. 49 5.2 Saran ………. 50 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAKSI

Candi Bahal adalah kawasan objek wisata yang berada di Desa Bahal Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara yang keberadaannya masih sangat asing terdengar. Candi Bahal sangat berpotensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata karena selain memiliki nilai sejarah yang tinggi bangunan Candi Bahal juga berbeda dari bangunan candi di daerah Jawa pada umumnya. Dan yang membedakan Candi Bahal dengan candi lainnya yaitu Candi Bahal dibangun dengan susunan batu bata merah. Dan Candi Bahal merupakan satu-satunya candi yang masih terlihat utuh berdiri di propoinsi Sumatera Utara.

Upaya pengembangan objek wisata sejarah Candi Bahal ini sangat perlu untuk dilakukan dan hendaknya Pemerintah setempat benar-benar memberikan perhatian khusus untuk objek wisata tersebut. Karena akan sangat disayangkan apabila ada objek wisata yang berpotensi dan memiliki nilai sejarah yang tinggi dalam dunia pariwisata tidak dikembangkan dengan baik. Dengan adanya pengembangan yang dilakukan untuk kawasan objek wisata Candi Bahal ini otomatis akan menambah jumlah kunjungan wisatawan yang datang, membuka lapangan kerja, dan akan menambah pendapatan bagi masyarat setempat.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun jumlah pembelanjaannya. Bagi sebagian orang, berwisata menjadi kebutuhan dasar dan menjadi bagian dari privasi dan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi.

Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan menggerakkan ekonomi lokal. Beberapa musibah terjadi sejak tahun 2004 dan kabut tersebut menyelimuti perkembangan dunia pariwisata Indonesia. Pada akhir tahun 2004 terjadi tsunami di Aceh, pada tahun 2005 terjadi bom Bali dua, lalu berturut-turut terjadi musibah gempa di Jogjakarta dan di Sumatera Barat. Musibah yang terjadi di daerah unggulan pariwisata Jogjakarta, Bali, dan Sumatera Barat berakibat angka kunjungan wisatawan mancanegara turun.

Sektor pariwisata dapat dikatakan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional. Dari sektor pariwisata tersebut diperoleh dampak positif yang selain membantu meningkatkan devisa negara, menumbuhkan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat, melestarikan lingkungan


(11)

hidup serta meningkatkan ketahanan budaya. Jika pariwisata tidak ditangani secara professional maka akan menimbulkan dampak buruk yang antara lain rusaknya nilai seni dan budaya, kehancuran ekosistem dan lingkungan hidup serta pelanggaran terhadap norma agama, adat istiadat, kesusilan dan hak asasi manusia.

Oleh karenanya pemerintah beserta seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus bersama-sama menyelenggarakan kepariwisataan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, budaya, lingkungan hidup dan kearifan lokal serta senantiasa menjunjung tinggi norma agama, tradisi, adat istiadat, kesusilaan dan hak asasi manusia, sehingga diperoleh nilai tambah yang tinggi. Selanjutnya dalam aspek ekonomi, kepariwisataan diharapkan mampu untuk memberdayakan masyarakat setempat, menumbuhkan potensi ekonomi daerah tujuan wisata dan memberikan efek menetes ke bawah yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh turis, baik dari mancanegara ataupun lokal. Dan Sumatera Utara adalah salah satu propinsi yang mempunyai banyak obyek wisata yang sudah pasti juga mempunya potensi untuk dikembangkan. Selain karena keindahan alamnya Sumatera Utara juga memiliki banyak bangunan peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu situs peninggalan Hindu-Buddha berupa candi terdapat di Sumatera Utara bagian Selatan tepatnya berlokasi di Desa Bahal,


(12)

Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang lawas Utara disana terdapat sebuah situs percandian yang dinamakan sebagai situs Padang Lawas.

Situs ini merupakan salah satu situs penting dari masa pengaruh Hindu-Buddha (Klasik) di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera. Areal situs ini secara administratif terletak di wilayah tiga kecamatan, yakni Kecamatan Batang Pane, Kecamatan Lubuk Barumun, dan Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara.

Kepurbakalaan yang terdapat pada situs ini tersebar di sepanjang aliran Sungai Batang Pane, Sirumambe, dan Sungai Barumun, terdiri dari setidaknya enam belas kompleks percandian atau dalam bahasa setempat lebih dikenal sebagai biaro atau biara yang merupakan adopsi dari kata dalam Bahasa Sanskerta, vihara yang berarti tempat belajar mengajar dan ibadah khususnya bagi penganut agama Budha. Nama lain dari Candi Bahal ini sendiri adalah Candi Portibi. Portibi itu sendiri merupakan sebuah kata dalam bahasa batak yang berasal dari bahasa sansekerta atau Hindu. Portibi merupakan pelafalan Batak atas kata Pertiwi atau di India dikenal dengan nama Pritvi.

Candi bahal ini terdiri dari III, yaitu candi bahal I, II, dan III yang letaknya terpisah beberapa meter. Bahal II berjarak kurang lebih 300 m dari bahal I dan bahal III kira-kira 100 meter dari jalan namun harus melewati rumah penduduk dan pematang sawah terlebih dahulu. Tiga bangunan candi yang mengandung nilai sejarah dan budaya ini tampak kurang terawat dan memprihatinkan nasibnya. Jangan membayangkan candi-candi itu seperti candi Prambanan atau Borobudur yang masih


(13)

dipergunakan hingga sekarang. Candi-candi di Situs Padang Lawas masa kini hanya sebagai monumen sejarah dan sudah tidak dipergunakan lagi sebagai sarana beribadat.

Berdasarkan sejumlah temuan yang didapatkan di situs ini, secara relatif biaro-biaro di Padang Lawas (Portibi) diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-11 M. Data yang dijadikan acuan terutama adalah tulisan-tulisan kuno pada prasasti-prasasti yang ditemukan di situs ini. Salah satu dari beberapa prasasti-prasasti itu adalah prasasti Gunung Tua, merupakan prasasti tertua yang ditemukan di situs ini, ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, yang dipahatkan pada bagian belakang landasan sebuah patung yang diapit terbuat dari perunggu.

Saat ini sisa-sisa kejayaan kerajaan Panai itu masih dapat dilihat di situs Padang Lawas. Beberapa diantara biaro-biaro itu sudah dipugar seperti Biaro Bahal I dan Biaro Bahal II, Biaro Bahal III dan Biaro Sipamutung, sementara biaro-biaro lainnya karena kondisinya sudah teramat rusak mengakibatkan saat ini belum dapat di pugar. Candi Bahal ini keberadannya kurang diperhatikan. Candi peninggalan sejarah ini ramai dikunjungi wisatawan pada hari-hari libur atau hari-hari besar keagamaan (terutama umat Hindu dan Buddha). Padahal objek wisata sejarah ini jika dikembangkan akan mendatangkan PAD bagi Kabupaten Padang Lawas Utara.

Nama Candi Bahal yang dulunya pernah diagung-agungkan di Sumatra Utara dan memiliki nilai sejarah cukup tinggi itu, sekan-akan tampaknya kelihatan hilang ditelan zaman yang semakin terus berkembang seperti di era globalisasi. Bahkan, bisa jadi benda atau peninggalan bersejarah yang ada di negeri tercinta ini akan


(14)

semakin “terpuruk”, karena tidak lagi diperhatikan, dirawat dan dilestarikan oleh pemerintah.

Peninggalan nilai religius, yakni berupa Candi Bahal bisa jadi hanya satu yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) yang dulunya masuk ke dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan sebelum dilakukan pemekaran.Bangunan Candi Portibi tersebut tidak hanya kelihatan agak kumuh, tetapi juga kurang terawat dan tidak dilestarikan oleh pemerintah. Padahal bila Pemerintah benar-benar memperhatikan dan mengembangkan candi ini sebagai salah atu daerah tujuan wisata sudah pasti akan mendatangkan pendapatan untuk daerah itu sendiri dan juga bisa ikut mensejahterakan kehidupan masyarakat setempat. Karena itu kesadaran akan pentingnya melestarikan dan menjaga peninggalan sejarah tersebut harus ditanamkan pada masyarakat dan Pemerintah Daerah tersebut.

Selain itu promosi juga sangat dibutuhkan guna untuk memperkenalkan DTW ini. Untuk melakukan promosi memang bukan hal yang mudah dan murah. Akan membutuhkan banyak sekali biaya untuk mengangkat kelebihan dan keajaiban dari berbagai daerah terpencil di Indonesia yang berpotensi menjadi objek wisata. Kita juga sudah mengetahui bahwa mengharapkan dana dari pemerintah adalah suatu hal yang sangat sulit, dimana Anggaran pemerintah sendiri sangat terbatas dan belum mengarah kesana. Namun bila masyarakat dan Pemerintah Daerah benar-benar saling berkolaborasi untuk memajukan obyek wisata ini pasti obyek wisata sejarah Candi Bahal ini bisa berkembang.


(15)

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul “Upaya Pengembangan Candi Bahal Sebagai Obyek Wisata Sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara” dalam penulisan kertas karya ini. Hal tersebut dilatarbelakangi karena obyek wisata sejarah tersebut sangat berpotensi untuk di jadikan daerah tujuan wisata dan layak untuk dikelola serta dikembangkan. I.2 Pembatasan Masalah

Ada berbagai permasalahan yang ada di dunia pariwisata yang dapat dijadikan bahan untuk penulisan kertas karya. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin membatasi dan meluruskan tujuan serta maksud mengingat ruang lingkup kepariwisataan yang sangat luas, sehingga penulis membuat batasan permasalahan dari judul ini. Adapun batasan permasalahannya yaitu sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan fungsi Candi ?

2. Bagaimana Candi Bahal menjadi objek wisata ?

3. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengembangan Candi Bahal sebagai objek wisata sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah untuk memperkenalkan potensi yang dimiliki oleh kawasan Candi Bahal sebagai objek wisata sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara yang layak untuk dikembangkan.


(16)

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Diploma Program Studi Bidang Keahlian Usaha Wisata guna memperoleh gelar Diploma Ahli Madya Pariwisata yang diwajibkan oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Memperkenalkan obyek wisata berpotensi yang dimiliki oleh Kabupaten

Padang Lawas Utara.

3. Menambah ilmu pengetahuan penulis dan memberikan informasi kepada pembaca tentang potensi Candi Bahal sebagai obyek wisata sejarah yang belum dikelola dengan baik.

4. Sebagai bahan kajian bagi Pemerinatah Daerah dan masyarakat setempat untuk mengelola dan menembangkan Candi Bahal yang merupakan obyek wisata yang potensial.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang diterapkan oleh penulis untuk memperoleh data dan informasi dalam menyusun kertas karya, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu pengumpulan data dan informasi yang diperlikan melalui perpustakaan ataupun literature seperti buku-buku, majalah, dan brosur yang yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam kertas karya ini.


(17)

2. Penelitan Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan penelitian langsung ke objek wisata yang bersangkutan serta mewawancarai masyarakat dan pihak yang terlibat dalam pengembangan objek wisata tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan

Penyusunan kertas karya ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut.: BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS TENTANG CANDI

Dalam bab ini meliputi sejarah berdirinya candi, pengertian tentang candi, fungsi dari candi, perngertian objek wisata dan atraksi wisata, sarana dan prasarana pariwisata, serta dasar dan konsep pengembangan pariwisata. BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum, letak geografis, keadaan wilayah, sejarah, pembagian wilayah administratif, iklim, kependudukan dan mata pencaharian serta serta obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas Utara.


(18)

BAB IV : UPAYA PENGEMBANGAN CANDI BAHAL SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Berisi informasi umum potensi wisata Candi Bahal yang terdapat di kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, serta pembahasan mengenai upaya pengembangan obyek wisata, sarana dan prasarana yang diperlukan, kendala yang dihadapi, dan dampak positif serta negatif dalam upaya pengembangan Candi Bahal sebagai obyek wisata sejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup kertas karya yang berisikan kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG CANDI

2.1 Sejarah Candi

Kata "candi" mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain tempat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama Hindu dan Buddha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia, sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.

Karena sejarah Hindu dan Buddha berasal dari negara India, maka bangunan candi banyak mendapat pengaruh India dalam berbagai aspeknya, seperti: teknik bangunan, gaya arsitektur, hiasan, dan sebagainya. Walaupun demikian, pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat sangat kuat, sehingga arsitektur candi Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik kontruksi maupun corak dekorasinya. Dinding candi biasanya diberi hiasan berupa relief yang mengandung ajaran atau cerita tertentu.


(20)

Dalam kitab Manasara disebutkan bahwa bentuk candi merupakan pengetahuan dasar seni bangunan gapura, yaitu bangunan yang berada pada jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Gapura sendiri bisa berfungsi sebagai petunjuk batas wilayah atau sebagai pintu keluar masuk yang terletak pada dinding pembatas sebuah komplek bangunan tertentu. Gapura mempunyai fungsi penting dalam sebuah kompleks bangunan, sehingga gapura juga mencerminkan keagungan dari bangunan yang dibatasinya. Perbedaan kedua bangunan tersebut terletak pada ruangannya. Candi mempunyai ruangan yang tertutup, sedangkan ruangan dalam gapura merupakan lorong yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk.

Beberapa kitab keagamaan di India, misalnya Manasara dan Sipa Prakasa, memuat aturan pembuatan gapura yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India. Para seniman pada masa itu percaya bahwa ketentuan yang tercantum dalam kitab-kitab keagamaan bersifat suci dan magis. Mereka yakin bahwa pembuatan bangunan yang benar dan indah mempunyai arti tersendiri bagi pembuatnya dan penguasa yang memerintahkan membangun. Bangunan yang dibuat secara benar dan indah akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Keyakinan tersebut membuat para seniman yang akan membuat gapura melakukan persiapan dan perencanaan yang matang, baik yang bersifat keagamaan maupun teknis.

Salah satu bagian terpenting dalam perencanaan teknis adalah pembuatan sketsa yang benar, karena dengan sketsa yang benar akan dihasilkan bangunan


(21)

seperti yang diharapkan sang seniman. Pembuatan sketsa bangunan harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu, berkaitan dengan bentuk, ukuran, maupun tata letaknya. Apabila dalam pembuatan bangunan terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan akan berakibat kesengsaraan besar bagi pembuatnya dan masyarakat di sekitarnya. Hal itu berarti bahwa ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya. Namun, suatu kebudayaan, termasuk seni bangunan, tidak dapat lepas dari pengaruh keadaan alam dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Di samping itu, setiap seniman mempunyai imajinasi dan kreatifitas yang berbeda.

Sampai saat ini candi masih banyak didapati di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Sumatra, Jawa, dan Bali. Walaupun sebagian besar di antaranya tinggal reruntuhan, namun tidak sedikit yang masih utuh dan bahkan masih digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan. Sebagai hasil budaya manusia, keindahan dan keanggunan bangunan candi memberikan gambaran mengenai kebesaran kerajaan-kerajaan pada masa lampau.

Candi-candi Hindu di Indonesia umumnya dibangun oleh para raja pada masa hidupnya. Arca dewa, seperti Dewa Wishnu, Dewa Brahma, Dewi Tara, Dewi Durga, yang ditempatkan dalam candi banyak yang dibuat sebagai perwujudan leluhurnya. Bahkan kadang-kadang sejarah raja yang bersangkutan dicantumkan dalam prasasti persembahan candi tersebut. Berbeda dengan candi-candi Hindu, candi-candi Buddha umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama dan untuk mendapatkan ganjaran. Ajaran Buddha yang tercermin pada candi-candi di


(22)

Jawa Tengah adalah Buddha Mahayana, yang masih dianut oleh umat Buddha di Indonesia sampai saat ini. Berbeda dengan aliran Buddha Hinayana yang dianut di Myanmar dan Thailand.

Deskripsi mengenai candi di Indonesia dikelompokkan ke dalam: candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, candi di Jawa Timur candi di Bali dan candi di Sumatra. Walaupun pada masa sekarang Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan dua provinsi yang berbeda, namun dalam sejarahnya kedua wilayah tersebut dapat dikatakan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu, yang sangat besar peranannya dalam pembangunan candi di kedua provinsi tersebut. Pengelompokan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan wilayah administratifnya saat ini sulit dilakukan, namun, berdasarkan ciri-cirinya, candi-candi tersebut dapat dikelompokkan dalam candi-candi di wilayah utara dan candi-candi di wilayah selatan.

Candi-candi yang terletak di wilayah utara, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Sanjaya, merupakan candi Hindu dengan bentuk bangunan yang sederhana, batur tanpa hiasan, dan dibangun dalam kelompok namun masing-masing berdiri sendiri serta tidak beraturan beraturan letaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Dieng dan Candi Gedongsanga. Candi di wilayah selatan, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Syailendra, merupakan candi Buddha dengan bentuk bangunan yang indah dan sarat dengan hiasan. Candi di wilayah utara ini umumnya dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yaitu candi induk yang


(23)

terletak di tengah dikelilingi oleh barisan candi perwara. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Borobudur.

Candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan yang terdapat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit. Bahan dasar, gaya bangunan, corak dan isi cerita relief candi-candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada masa pembangunannya. Misalnya, candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana (Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran Buddha.

Candi-candi di Bali umumnya merupakan candi Hindu dan sebagian besar masih digunakan untuk pelaksanaan upacara keagamaan hingga saat ini. Di Pulau Sumatra terdapat 2 candi Buddha yang masih dapat ditemui, yaitu Candi Portibi di Provinsi Sumatra Utara dan Candi Muara Takus di Provinsi Riau.

Sebagian candi di Indonesia ditemukan dan dipugar pada awal abad ke-20. Pada tanggal 14 Juni 1913, pemerintah kolonial Belanda membentuk badan kepurbakalaan yang dinamakan Oudheidkundige Dienst (biasa disingkat OD), sehingga penanganan atas candi-candi di Indonesia menjadi lebih intensif.


(24)

2.2 Pengertian Candi

Prof. Hj Krom dan Dr. WF Stutterheim mengartikan candi dari asal katanya Candika Ghra. Candika berarti Dewi Maut (di Indonesia dikenal Bethari Durga = Durga Sura Mahesa Mardhani) Dan Grha = Graha = Griya/Griyo yang artinya rumah. Jadi pengertian Candi menurut mereka adalah rumah untuk Bethari Durga = Rumah Dewi Maut. Wikipedia mendefinisikan Candi sebagai bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Budha.

Pada masa klasik candi dipahami sebagai tempat suci untuk bakti kepada para Dewa. Namun dalam perkembangannya istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah dengan bentuk bangunan layaknya bangunan peribadatan saja. Hampir semua situs-situs purbakala dari masa Hindu-Budha atau klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya disebut dengan istilah candi.

2.3 Fungsi Candi

Hampir semua ahli sejarah serpendapat bahwa konsep an arsitek candi berasal dari pengaruh Hindu dari india yang menyebar pengarhnya hingga ke Nusantara sekitar abad ke 5 hingga abad ke 14. Pengertian pengaruh Hindu ini adalah untuk menyebut semua bentuk pengaruh yang berasal dari India yang masuk ke Nusantara pada periode yang telah disebutkan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh itu diantaranya agama/kepercayaan Hindu dan Budha dengan tata cara ritualnya,


(25)

bahasa dan tulisan (Sansekerta dan Palawa), konsep kasta dalam masyarakat (statifikasi sosial), system pemerintahan feudal dan arsitektur bangunan.

Dari tempat asalnya, fungsi candi merupakan bangunan suci untuk pemujaan/upacara ritual kepada para Dewa. Setibanya di Nusantara fungsi Candi tdak hanya difungsikanuntuk pemujaan (bangunan suci) tetapi juga untuk tempat perabuan (kuburan). Dimasa kerajaan Hindu-Budha Berjaya di tanah air, jenazah para raja yang diyakinisebagai titisan dewa setelah dikremasi (diperabukan = dibakar) ditanam di candi pada suatu wadah yang disebut peripih. Dalam istilah kuno proses ritual demikian diistilahkan dengan kata dicandikan, artinya dimakamkan di candi.

Sebagaimana kita pahami di atas, bahwa pengertian candi di Indonesia tidak hanya dipakai untuk menyebut peninggalan-peninggalan masa klasik dalam bentuknya seperti bangunan suci tempat ibadah/ritual. Terdapat banyak peninggalan berupa “petirtan” atau tempat pemandian. Tentu saja peninggalan seperti ini dahulu difungsikan sebagai tempat mandi dan aktifitas sehari-hari seperti mandi dan cuci atau tempat pemandian para putrid raja dan kerabatnya. Demikian pula bentuk candi berupa keratin dan gapura. Keraton merupakan tempat tinggal dan pusat pemerintahan raja yang memerintah, dan gapura difungsikan sebagai tempat pintu maasuk ke wilayah keraton atau tempat penting lainnya.


(26)

2.4 Pengertian Objek Wisata

Objek wisata merupakan suatu kawasan yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana dia dapat tinggal dan menikmati liburannya selama waktu tertentu. Objek wisata adalah kawasan terencana yang dilengkapi dengan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, akomodasi, dan jalur transportasi yang memadai serta fasilitas lainnya yang diperlukan oleh wisatawan.

Adapun objek wisata dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Objek wisata alam yakni objek wisatayang merupakan ciptaan Tuhan.

2. Objek wisata hasil buatan manusia, yaitu wisata yang seluruhnya merupakan hasil dari kreatifitas manusia.

2.5Pengertian Atraksi Wisata

Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang semakin memiliki minat yang lebih besar untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Agar suatu tujuan wisata mempunyai daya tarik maka suatu DTW juga harus mempunyai beberapa syarat yang harus dimiliki yaitu :

1. Adanya sesuatu yang dapat dilihat

2. Adanya suatu aktifitas yang akan dilakukan 3. Adanya sesuatu yang dapat dibeli.


(27)

2.6Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.6.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Jenis-jenis sarana kepariwisataan antara lain:

1) Perusahaan perjalanan seperti travel agent, travel biro dan tour operator. 2) Perusahaan transportasi, terutama transportasi angkutan wisata

3) Perusahaan akomodasi

4) Perusahaan makanan dan minuman 5) Perusahaan daya tarik wisata dan hiburan 6) Perusahaan cinderamata atau art shop. a) Biro Perjalanan Wisata

Adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan.

Kegiatan usaha biro perjalanan wisata:

1) Menyusun dan menjual paket wisata luar negeri atas dasar permintaan. 2) Menyelenggarakan atau menjual pelayaran wisata (cruise).

3) Menyusun dan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum atau atas dasar permintaan.

4) Menyelenggarakan pemanduan wisata. 5) Menyediakan fasilitas untuk wisatawan.


(28)

6) Menjual tiket/karcis sarana angkutan, dan lain-lain. 7) Mengadakan pemesanan sarana wisata.

8) Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b)Agen Perjalanan Wisata

Adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket (karcis), sarana angkutan, dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata.

Kegiatan APW:

1. Menjual tiket, dan lain-lain

2. Mengadakan pemesanan sarana wisata

3. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c) Cabang Biro Perjalanan Umum

Adalah satuan-satuan usaha dari suatu Biro Perjalanan Umum Wisata yang berkedudukan di tempat yang sama atau ditempat lain yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perjalanan umum.

d) Industri-industri dalam Kepariwisataan a) Pengakutan

b) Akomodasi

Segala sesuatu yang menarik wisatawan untuk berkunjung sesuai sifat kegiatan perusahaan perjalanan dibagi menjadi:


(29)

1. Wholesaler adalah perusahaan perjalanan yang menyusun acara perjalanan wisata secara menyeluruh atau secara khusus menjual paket perjalanan wisata kepada Retail Travel Agent

2. Retailer atau Retailer Travel Agent adalah biro perjalanan yang menjual perjalanan wisata secara langsung kepada wisatawan.

e) Hotel dan Jenis Akomodasi Lainnya

Yang termasuk jenis akomodasi: hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen, karavan, perkemahan, kapal pesiar, yacht, pondok remaja dan sebagainya. Ada dua jenis akomodasi yaitu :

a) Serviced Accomodation, yaitu akomodasi yang menyediakan fasilitas dan

pelayanan makanan dan minuman.

b) Non-Service Accomodation, akomodasi yang tidak menyediakan makanan dan

minuman. Sekurang-kurangnya harus menyediakan kamar berperabot (furnished room) dan tenaga untuk melayani keperluan tamu.

f) Bar, Restoran, catering, dan usaha Boga lainnya g) Toko cinderamata dan Pusat Kerajinan

h) Daya Tarik Wisata

Suatu daya tarik wisata pada prinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut: a) Something to see (ada yang dilihat)


(30)

c) Something to buy (ada yang dibeli/suvenir) Daya Tarik Wisata dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Daya tarik wisata alam: laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.

b) Daya tarik wisata budaya: upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dan lain-lain.

c) Daya tarik wisata buatan manusia: sarana dan fasilitas olehraga, permainan (layang-layang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan (naik kuda), Tamanrekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain. i) Organisasi Kepariwisataan

Adalah suatu badan yang langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan kebijakan kepariwisataan dalam lingkup nasional. Adapun fungsinya yaitu :

1) Sebagai lembaga yang bertanggung jawab tentang maju mundurnya pariwisata di suatu negara.

2) Lembaga yang bertanggung jawab tentang pembinaan, perencanaan, pengembangan dan promosi kepariwisataan baik dalam lingkup lokal, nasional dan internasional.

3) Bertanggung jawab untuk mengadakan penelitian memperbaiki produk dan mengembangkan produk baru sesuai dengan ketentuan.


(31)

4) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan departemen yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan.

5) Sebagai badan yang mewakili negara dalam kegiatan dan percaturan kepariwisataan internasional.

j) Sarana Penunjang

Sebagai akibat dari perkembangan kunjungan wisatawan, berbagai sarana penunjang tumbuh dengan pesat di pusat hunian wisata ataupun di kawasan obyek wisata seperti misalnya restoran, art shop, pasar seni, sarana hiburan, dan rekreasi.

2.6.2 Prasarana Kepaariwisataan

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang mendukung agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam.

Yang termasuk prasarana pariwisata yaitu :

1) Prasarana perhubungan, meliputi: jalan raya, jembatan dan terminal bus, rel kereta api dan stasiun, pelabuhan udara (air-port) dan pelabuhan laut (sea port/harbour)

2) Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih. 3) Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.

4) Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan perkebunan.


(32)

5) Sistem perbankan dan moneter.

6) Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, telex, email, dan lain.

7) Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. 8) Prasarana, keamanan, pendidikan dan hiburan.

2.7Dasar Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan kepariwisataan dalam negeri telah diarahkan untuk memupuk cinta tanah air dan bangsa, menanamkan jiwa dan semangat serta nilai-nilai luhur berbangsa, meningkatkan kualitas budaya bangsa, memperkenalkan peninggalan sejarah, keindahan alam termasuk bahari dengan terus meningkatkan wisata remaja-remaja pemuda. Peningkatan kesadaran dan pariwisata masyarakat melalui usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok-kelompok seni budaya, industri kerajinan, memperkenalkan dan mengembangkan budaya bangsa, dan kelestarian lingkungan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, kebijaksanaan yang digariskan adalah bahwa yang dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora, dan fauna hasil karya manusia, serta peninggalan sejarah dan budaya yang merupakan model dari perkembangan dan peningkatan kepariwisataan di Indonesia. Model ini harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan untuk berbagai tujuan nasional, termasuk untuk masyarakat dan persahabatan antarbangsa.


(33)

Penyelenggaraan kepariwisataan tersebut dilaksanakan dengan tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup, serta daya tarik wisata itu sendiri.

Nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan peradaban, mempertinggi derajat kemanusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum guna memperkokoh jatidiri bangsa dan dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Karena itu, untuk mewujudkan pembangunan pariwisata harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya.

2) Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

3) Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4) Kelanjutan dari usaha pariwisata itu sendiri.

Asas perikehidupan dalam keseimbangan adalah penyelenggaraan kepariwisataan, tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga meningkatkan kehidupan sosial budaya serta hubungan antarmanusia dalam upaya meningkatkan kehidupan bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia.

Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan Indonesia dimaksudkan agar daya tarik wisata yang sedemikian banyak dimiliki bangsa Indonesia dapat dikenal, baik oleh masyarakat Indonesia sendiri maupun masyarakat dunia, serta dapat didayagunakan secara optimal, dengan tetap menjaga keutuhan dan


(34)

keasliannya, serta menghindarkan dari kerusakan-kerusakan. Sebaliknya, dengan adanya penyelenggaraan kepariwisataan tersebut, maka daya tarik wisata tersebut harus senantiasa ditingkatkan.

Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pariwisata dalam aspek sosial yang menyangkut hubungan antara manusia, yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. Di samping itu, kegiatan pariwisata tdak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut.

Pasal 4 Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataaan menyebutkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan Indonesia adalah:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat 3) Menghapus kemiskinan

4) Mengatasi pengangguran

5) Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya 6) Memajukan kebudayaan

7) Mengangkat citra bangsa 8) Memupuk rasa cinta tanah air

9) Memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa 10) Mempererat persahabatan antar bangsa.


(35)

Berdasarkan undang-undang tersebut kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, serta hubungan manusia dengan lingkungan.

2) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal. 3) Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan

proporsionalitas.

4) Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup. 5) Memberdayakan masyarakat setempat.

6) Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antarpusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan.

7) Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata.

8) Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.8 Konsep Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara


(36)

langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata (Swarbrooke 1996:99). Terdapat beberapa jenis pengembangan, yaitu :

a. Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang tadinya tidak digunakan sebagai atraksi.

b. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan sebagai atraksi.

c. Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuatatraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebih luas, dengan meraih pangsa pasar yang baru.

d. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya pengeluaran sekunder oleh pengunjung.

e. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan dan struktur.

2.9 Aspek dan Daya Tarik

Pariwisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena tempat tersebut memilki daya tarik yang mampu mendorong wiatawan untuk datang mengunjunginya. Menurut Inskeep (1991:77) daya tarik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :


(37)

a) Natural attraction : berdasarkan pada bentukan lingkungan alami b) Cultural attraction : berdasarkan pada aktivitas manusia

c) Special types of attraction : atraksi ini tidak berhubungan dengan kedua kategori diatas, tetapi merupakan atraksi buatan seperti theme park, circus, dan shopping.

Yang termasuk dalam natural attraction diantaranya yaitu, iklim pemandangan, flora dan fauna serta keunikan alam lainnya. Sedangkan cultural attraction mencakup sejarah, arkeologi religi dan kehidupan tradisional.

Dalam pengembangan pariwisata diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Aspek Fisik

Menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 dalam Marsongko (2001),lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Yang termasuk dalam lingkungan fisik yaitu : a) Geografi

Aspek geografi meliputi luas kawasan DTW, luas area terpakai dan juga batas administrasi serta batas alam.


(38)

b) Topografi

Merupakan bentuk permukaan suatu daerah khususnya konfigurasi dan kemiringan lahan seperti dataran berbukit dan area pegunungan yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut dan konfigurasi umum lahan.

c) Geologi

Aspek dari karakteristik geologi yang penting dipertimbangkan termasuk jenis material tanah, kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan tanah.

d) Klimaologi

Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan, kekuatan tiupan angin, penyinaran matahari rata-rata dan variasi musim.

e) Hidrologi

Termasuk didalamnya karakteristik dari daerah aliran sungai, pantai dan laut seperti arus, sedimentasi, abrasi.

f)Visability

Menurut Salim (1985:2239), yang dimaksud dengan visability adalah pemandangan terutama dari ujung jalan yang kanan-kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang).

g) Vegetasi dan Wildlife

Daerah habitat perlu dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup vegetasi dan kehidupan liar untuk masa sekarang dan akan datang. Secara umum dapat dikategorikan sebagai tanaman tinggi, tanaman rendah ( termasuk padang rumput )


(39)

beserta spesies-spesies flora dan fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, produksi, konservasi maupun komersial.

2. Aspek Aksesbilitas

Salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi adalah aksebilitas. Akses yang bersifat fisik maupun non fisik untuk munuju suatu destinasi merupakan hal penting dalam pengembangan pariwisata. Aspek fisik yang menyangkut jalan, kelengkapan fasilitas dalam radius tertentu, frekuensi transportasi umum dari terminal terdekat.

Menurut Bovy dan Lawson (1998:202), jaringan jalan memiliki dua peran penting dalam kegiatan pariwisata, yaitu :

1) Sebagai alat akses, transport, komuniksi antara pengunjung atau wisatawan dengan atraksi rekreasi atau fasilitas.

2) Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat yang membutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat selama perjalanan.

Pada peran kedua, menunjukan aspek non fisik yang juga merupakan faktor penting dalam mendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat berupa keamanan sepanjang jalan, dan waktu tempuh dari tempat asal menuju ke destinasi.

Lebih lanjut Bovy dan Lawson (1998;203) membagi jalan untuk kepentingan wisatawan menjadi tiga kategori, yaitu :

1) Jalan Utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama dengan jaringan jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.


(40)

2) Jalan Pengunjung, yaitu jalan sekunder yang biasanya beraspal (makadam) ataupun gravel yang menghubungkan dengan fasilitas wisata yang spesifik seperti resort, hotel yang terpisah, restoran atau atraksi rekreasi lainnya. 3) Sirkuit Pengunjung, untuk kegiatan melihat-lihat dengan pemandangan

yang menarik di sepanjang jalannya. 3. Aspek Aktivitas dan Fasilitas

Dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi.

Di samping itu fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai dengan keramahtamahan yang menyenangkan wisatawan, Dimana keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi. Bovy dan Lawson (1979;9) menyebutkan bahwa fasilitas adalah atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisata yang lebih cenderung berupa sumber daya.


(41)

4. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Dalam analisa sosial ekonomi membahas mengenai mata pencaharian penduduk, komposisi penduduk, angkatan kerja, latar belakang pendidikan masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini perlu dipertimbangkan karena dapat menjadi suatu tolak ukur mengenai apakah posisi pariwisata menjadi sektor unggulan dalam uatu wilayah tertentu ataukah sektor yang kurang menguntungkan dan kurang selaras dengan kondisi perekonomian yang ada.


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Kabupaten Padang Lawas Utara adalah salah satu Dan Gunung Tua adalah sebuah pemerintahan sebuah kecamatan (bagian dari Tapanuli Selatan). Dan akhirnya pada tanggal 17 Juli 2007 Gunungtua disahkan sebagai Ibukota dari Kabupaten Padang Lawas Utara.

Gunung tua sebagai pusat pemerintahan dari Kabupaten Padang Lawas Utara kini menuju kota yang lebih maju dan berkembang. Terbukti dengan laju pembangunan yang terjadi di Gunung tua yang semakin bertambah.

Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai banyak potensi pariwisata yang nantinya bisa menjadi potensi Pendapatan Daerah yang begitu memungkinkan meningkatkan pendapatan daerah. Salah satunya adalah, Candi Bahal di Kecamatan Portibi. Jika seandainya pemerintah setempat mau menggali potensi yang begitu besar itu. Masyarakat Padang Lawas Utara pasti akan lebih makmur.

3.1 Keadaan Wilayah dan Letak Geografis

Kabupaten Padang Lawas Utara yang terletak pada 100 13’50" Lintang Utara serta 9900 20’ 44" dan 1000 19’ 10" Bujur Timur, masing-masing berbatas dengan :


(43)

a) Sebelah Utara dengan Kabupaten Labuhan Batu/Kabupaten Labuhan Batu Selatan,

b) Sebelah Timur dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Hulu Provinsi Riau, c) Sebelah Selatan dengan Kabupaten Padang Lawas,

d) Sebelah Barat dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Luas wilayah berdasarkan UU Nomor 37 Tahun 2007 adalah, 3.918,05 km² terdiri dari 9 Kecamatan (direncanakan akan menjadi 12 kecamatan), 2 kelurahan, dan 387 desa, didiami oleh 191.278 jiwa penduduk, dengan kepadatan 52 jiwa/km dan pertumbuhan 1,59 persen.

3.1 Sejarah

Pada abad XI Rajendra Cola I dari Hindia Belakang berlabuh dari Labuhan Bilik melanjutkan perjalanan kapal menyusur Sungai Barumun, kemudian mendarat di Padang Bolak, tepatnya disekitar Wilayah Portibi. Sebenarnya, sebelum itu telah ada manusia yang berdiam diarea itu, terbukti dengan adanya ditemukan Candi Bahal yang merupakan ciri Hindu, dan Pasukan Rajendra Cola I pun menjadikan tempat itu menjadi pusat pemerintahan. Salah satu usaha yang menjadi sumber kehidupan dan pendukung ekonomi perdagangan mereka pada waktu itu tidak lain adalah ternak. Candi Bahal/Portibi tersebut pernah dipugar baru sekali pada masa H. Adam Malik (alm) menjabat Wakil Presiden RI.

Padang Lawas Utara (Paluta) yang dahulunya lebih dikenal dengan nama Padang Bolak (Padang yang luas = bolak) terkenal sebagai padang penggembalaan


(44)

yang luas sangat terkenal pula penghasil ternak kerbau, lembu, dan kambing. Hasil ternak untuk keperluan kegiatan adat/budaya, peringatan hari-hari besar, dan lain-lain hingga ekspor dalam negeri, maka dahulunya menjadi ikon Padang Lawas Utara. Kehadiran pasukan Rajendra Cola I dan area dengan produksi ternak menjadi bukti sejarah yang kuat bagi Paluta.

3.2Pemerintahan

Dalam rangka memacu pembangunan, pada tahun 2009 pemerintah pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum mulai melakukan pembinaan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Padang Lawas Utara sebagai upaya pemerintah pusat dan daerah mempercepat penyesuaian RTRW dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penyusunan RTRW tersebut dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan dan meningkatkan pembangunan yang teratur, mencakup semua sektor dan berkelanjutan sebagaimana dituangkan didalam Visi Padang Lawas Utara yaitu "Masyarakat Paluta Menjadi Lebih Beriman, Cerdas, dan Beradat". Visi tersebut dijabarkan kedalam lima Misi yang akan dicapai. Misi ini disusun mencakup semua bidang agar pembangunan lebih merata.

Mungkin mengingat daerah Paluta yang dahulunya terkenal dengan Padang Penggembalaan dan hasil ternaknya, maka sampai dua butir terkait dengan pengembangan pertanian dan ternak, lebih ditegaskan pada Misi ke - 4 : "Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan dalam rangka meningkatkan


(45)

pendapatan petani dan peternak. Misi ke 13: "Meningkatkan pemanfaatan lahan-lahan tidur menjadi lahan-lahan produktif dengan menetapkan kebijakan perangsangan berproduksi khususnya bagi para petani dan peternak".

Memperhatikan kondisi dan keadaan alam Paluta, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan Visi – Misi yang digariskan, yaitu:

a. Rencana Struktur Ruang untuk mendukung penyediaan pusat-pusat pemukiman dan system jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi mendukung sosial ekonomi secara hierarhi, khususnya dalam pengembangan infrastruktur mencakup Pusat-Pusat Pelayanan, Jaringan Jalan, Penerangan Listrik, Air Bersih, Drainase, Jaringan Telekomunikasi, Pembuangan Sampah, Penanganan Air Limbah, Penyediaan Sarana Pendidikan, Kesehatan, dan Perdagangan. Sektor-Sektor tersebut menjadi substansi pokok dan harus seimbang karena langsung dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tak terkecuali potensi pertambangan Batubara dikecamatan Padang Bolak, Padang Bolak Julu, dan Ulu Sihapas.

b. Pola Ruang untuk mengetahui peruntukan ruang dalam wilayah Paluta meliputi ruang fungsi lindung dan fungsi budidaya. Data sementara, selain kawasan permukiman, saat ini diketahui bahwa penggunaan lahan Paluta menunjukkan Hutan Lindung 119,54 ha (29,79 persen), Hutan Produksi Terbatas 45,61 ha (11,36 persen), Hutan Produksi Tetap 46,22 ha (11,52 persen), Hutan Suaka Alam 4,39 ha (1,09 persen), Kawasan Rawan Long sor 12,78 ha (3,19 persen), Kawasan Resapan Air 3,47 ha (0,86 persen),


(46)

Perkebunan Sawit 78,68 ha (19,61 persen), Perkebunan Karet 12,191 ha (3,04 persen), Pertanian Lahan Basah/Sawah 11,38 ha (2,84 persen), Pertanian Lahan Kering 59,86 ha (14,92 persen), Kawasan Peternakan 6,69 ha (1,67 persen), dan Kawasan Industri 0,500 ha (0,12 persen).

c. Pengenalan dan pengembangan Issu-Issu Kawasan Strategis, seperti Gunung Tua sebagai pusat pengembangan kota untuk ekonomi, perdagangan, jasa, agrobisnis, pasar, terminal/transport, dan sebagainya. Untuk Pariwisata patut lebih ditingkatkan Candi Bahal, dengan menjadikannya sebagai sentra Budaya, Suaka Alam, Danau Tao serta Bandara Aek Godang. Secara teratur dan terprogram, baik struktur ruang dan pola ruang akan ditetapkan didalam rencana penataan ruang Paluta,yang dalam pelaksanaannya menjadi acuan utama untuk dirinci lebih lanjut kedalam detil-detil dan zona yang lebih jelas.


(47)

Nama dan Ibukota Kecamatan serta Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Padang Lawas Utara.

3.3Penduduk dan Kebudayaan

Mayoritas penduduk di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah bersuku Batak Mandailing dan pada umumnya memeluk agama Islam. Kabupaten Padang Lawas Utara ini adalah Kabupaten yang kental dengan budaya religiusnya. Dan mereka sangat menjaga serta mematuhi adat yang ada. Mata pencaharian masyarakat

Nomor Kecamatan Kabupaten Jumlah

Desa/Kelurahan

1.

Pasar matanggor 32

2. Arse 86

3.

Huta Imbaru Simundol 44

4. Rondaman 44

5.

Gunung tua 76

6.

Siunggam Dolok 23

7. Portibi Jae 38

8. Simangambat 34


(48)

pada umumnya adalah petani dan peternak. Dan sistem kekeluargaan yang dianut adalah patrilineal, dimana garis keturunan mengikuti sang ayah.

3.5 Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Padang Lawas Utara

Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kabupaten yang mempunyai potensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata. Salah satu objek wisata yang sangat berpotensi dan layak untuk dikembangkan adalah salah satu peninggalan sejarah yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi yaitu, Candi Bahal. Candi ini merupakan salah satu candi yang tersisa dan masih tegak berdiri di Sumatera Utara meskipun sudah mulai ada bagian dari candi yang sudah tidak utuh. Candi ini juga sudah pernah di pugar demi untuk tetap menjaga kekokohannya.

Ada beberapa peluang investasi pada pengembangan pariwisata di Kabupaten Padang Lawas Utara ini antara lain adalah, membangun fasilitas penginapan, restoran, toko souvenir, pemasaran barang-barang souvenir, perbaikan infrastruktur menuju kawasan objek wisata, dan fasilitas komunikasi.


(49)

BAB IV

UPAYA PENGEMBANGAN CANDI BAHAL SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PADANG LAWASA UTARA

4.1Upaya Pengembangan Candi Bahal

Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai banyak objek wisata yang berpotensi dan layak serta perlu untuk dikembangkan. Dari banyaknya objek wisata yang ada, Candi Bahal yang terletak di Kecamatan Portibi adalah merupakan salah satu objek wisata yang layak untuk mendapat perhatian dari Pemerintah setempat. Selain karena berpotensi, objek wisata ini juga memiliki nilai sajarah yang tinggi.

Pengembangan tempat ini pernah dilakukan dengan cara pemugaran pada bagian-bagian bangunan Candi yang telah rusak. Kurangnya perhatian dan pengelolaan juga dapat dilihat dari infrastruktur jalan yang masih sangat buruk, Kondisinya tidak pantas lagi disebut sebagai jalan milik pemerintah. Banyak kubangan dan jalan menyempit, sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan dan mengakibatkan kawasan wisata ini sulit untuk dijangkau ditambah dengan kurangnya angkutan umum yang menuju tempat tersebut sehingga membuat wisatawan berpikir dua kali sebelum berkunjung kesana.

Ada beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mendukung perkembangan daerah tujuan wisata ini, yaitu :

1. Pembangunan serta pemugaran pada bagian – bagian candi yang sudah rusak tanpa menghilangkan ataupun mengurangi bentuk asli candi.


(50)

2. Perbaikan infrastruktur jalan raya menuju kawasan objek wisata. 3. Promosi pariwisata yang lebih luas.

4. Membangun fasilitas perakomodasian dan restoran.

5. Menambah lembaga kepariwisataan khususnya di daerah objek wisata tersebut.

6. Mendorong usaha usaha – usaha swasta yang bergerak di bidang kegiatan pariwisata.

Oleh sebab itu perlu dilakukan strategi pengembangan kepariwisataan yang bertujuan untuk mengembangkan produk dan jasa yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Usaha- usaha pengembangan tersebut antara lain :

1. Mengadakan pendekatan di bidang konservasi lingkungan hidup dan meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat setempat untuk menjaga dan melestarikan kawasan candi.

2. Pendekatan di bidang sosial budaya, hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat setempat sehingga masyarakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.

3. Pemerintah mengadakan kebijakan dalam pembangunan kepariwisataan yaitu dengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan terpelihara dan kepribadian nasional.

4. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana sarana dan fasilitas dikawasan wisata.


(51)

5. Pemerintah mengajak seluruh anggota masyarakat untuk bersikap ramah dalam menyambut kehadiran para wisatawan agar mereka merasa nyaman, aman dan betah menikmati objek wisata dalam waktu yang lama.

6. Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan serta meningkatkan mutu dan kelancaran pelayanan.

7. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dan manajemen serta meningkatkan kreatifitas pengembangan ide usaha kawasan wisata ini. Selain dari berbagai usaha tersebut, sarana dan prasarana yang tepat juga sangat diperlukan untuk upaya pengembangan Candi Bahal ini. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain:

a. Jalan Raya

Untuk menuju kawasan Candi Bahal ini data menggunakan kendaraan bermotor roda dua ataupun roda empat. Candi Bahal pernah dinobatkan sebagai daerah tujuan wisata oleh Pemerintah, namun, infrastruktur jalan menuju Candi Bahal ini masih sangat buruk.

Sepanjang jalan menuju objek wisata ini masih tergolong sempit, berlubang, dan berkelok. Selama dalam perjalanan kita akan melewati rumah-rumah penduduk, tebing-tebing yang tinggi, lembah yang terbentang luas, dan pemandangan alam yang asri. Selain itu juga terdapat perkebunan karet, dan kelapa sawit.


(52)

Candi Bahal mempunyai potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Pengelolaan yang baik sangat diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata sejarah ini. Semakin mudah kawasan objek wisata ini untuk dicapai, maka akan semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk berkkunjung. Oleh sebab itu hendaknya Pemerintah setempat memberikan perhatian khusus untuk membangun infrastruktur jalan yang baik sehingga bermanfaat bagi pengembangan pariwisata serta meningkatkan nilai ekonomi lainnya.

b. Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi sangat dibutuhkan untuk memperlancar arus komunikasi dan informasi, serta menghilangkan jarak tempuh, kelancaran arus komunikasi dan informasi dapat meningkatkan usaha masyarakat setempat. Desa Bahal yang terdapat di Kecamatan Portibi merupakan salah satu daerah yang fasilitas telekomunikasinya belum begitu memadai. Oleh sebab itu perlu di bangun beberapa tower telekomunikasi lagi agar dapat menangkap jaringan teleon dengan mudah khususnya telepon seluler kemudian fasilitas telekomunikasi telepon rumah juga belum disediakan oleh pemerintah. Hal ini tentu akan menyulitkan masyarakat setempat yang tidak menggunakan telepon seluler. Oleh karena itu hendaknya pemerintah memberikan fasilitas telekomunikasi tersebut karena fasilitas tersebut merupakan pendukung dalam dunia kepariwisataan.


(53)

c. Akomodasi

Perakomodasian merupakan sarana pokok yang harus dimiliki oleh daerah tujuan wisata. Kawasan objek wisata Candi Bahal belum mempunyai sarana akomodasi tersebut dan itu sangat menyulitkan wisatawan yang berkunjung karena wisatawan juga memiliki kebutuhan untuk hidup (tourist needs). Jasa akomodasi dan pelayanan lainnya sangat penting sebagai tempat wisatawan beristirahat dari kegiatan wisata yang telah mereka lakukan senelumnya dan guna untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan yang berkunjung. Penggadaan restoran sebagai penyedia makanan dan minuman bagi wisatawan juga sangat penting dan akan lebih menarik minat wisatawan yang ingin berkunjung apabila ditambahkan dengan menu-menu makanan tradisional daerah tersebut.

Kehadiran pemandu wisata lokal juga sangat penting bagi perkembangan obyek wisata. Dari informasi yang diberikan oleh pemandu wisata lokal inilah maka wisatawan dapat mengetahui lebih jelas tentang Candi Bahal.

Selain dari sarana dan prasarana yang telah disebutkan, fasilitas lain yang penting ialah petugas keamanan. Petugas keamanan inilah yang dapat memberikan rasa aman bagi wisatawan yang berkunjung dan apabila fasilitas keamanan telah terpenuhi maka tidak ada lagi keraguan bagi wisatawan untuk berkunjung ke kewasan wisata Candi Bahal.


(54)

4.2 Objek Wisata Candi Bahal di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara

Kecamatan Portibi adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara yang memiliki objek wisata sejarah yang berpotensi. Mayoritas penduduk di Kabupaten Padang Lawas Utara ini adalah bersuku Batak Mandailing dan bermatapencaharian bertani. Di Kecamatan Portibi tepatnya di Desa Bahal terdapat sebuah situs percandian yang terletak di antara tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Pane, Kecamatan Lubuk Barumun, dan Kecamatan Padang Bolak.

Situs percandian tersebut tersebar di sepanjang aliran sungai Batang Pane, Sirumambe, dan Sungai Barumun. Dan kompleks percandian tersebut adalah Candi Bahal, masyarakat setempat menyebutnya dengan Biaro. Adapun nama lain dari Candi Bahal adalah Candi Portibi, disebut demkian karena Candi tersebut terletak di Kecamatan Portibi. Candi Bahal terdiri dari III bangunan yang saling terpisah, yaitu Candi Bahal I, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III. Letak Candi Bahal I berjarak kurang lebih 300 m dari Candi Bahal II, sedangkan Candi Bahal III berjarak kira-kira 100 m dari jalan namun untuk menempunya harus melewati pematang sawah dan perumahan penduduk. Bangunan Candi Bahal sendiri sangat berbeda dari bangunan candi pada umumnya, itu karena Candi ini bangunannya berupa susunan bata.

Candi yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 M dan merupakan bukti peninggalan sejarah dari sisa-sisa kejayaan kerajaan Panai. Dan Candi Bahal tersebut juga sudah mengalami pemugaran karena keadaanya yang sebagian sudah mulai


(55)

rusak. Candi Bahal ini hanya ramai apabila libur lebaran saja, itupun hanya wisatawan lokal saja yang berkunjung.

Kurangnya perhatian dari Pemerintah setempat membuat Candi ini kurang terawat. Kesadaran akan pentingnya melestarikan dan menjaga situs sejarah dari masyarakat juga sangat dibutuhkan demi untuk mengembangkan objek wisata tersebut.

4.3 Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Objek Wisata

Dalam kenyataanya pengembangan dan pengelolaan objek wisata masih mendapat banyak hambatan. Dalam pengembangan kawasan wisata Candi Bahal ini ditemukan beberapa kendala, antara lain:

1) Kurangnya perhatian pemerintah untuk pengembangan dan pembangunan terlihat dari kurangnya sarana dan prasarana kepariwisataan seperti infrastruktur jalan, akomodai, dan tempat-tempat pelayanan lainnya.

2) Minimnya promosi yang dilakukan pemerintah daerah sehingga belum ada investor yang ingin menanamkan modalnya untuk mengembangkan kawasan wisata Candi Bahal ini.

3) Kurangnya aksesibilitas pendukung seperti kendaraan umum untuk mencapai daerah pariwisata tersebut.

4) Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengembangan pariwisata.


(56)

6) Kurangnya sumber daya manusia yang profesional dibidang pariwisata.

7) Masih adanya anggapan dari sekelompok masyarakat bahwa usaha di bidang pariwisata itu adalah merupakan usaha sampingan.

8) Kurangnya koordinasi antara instansi pemerintah dalam hal sadar wisata dan biro perjalanan yang masih terbatas jumlahnya.

4.4 Dampak Positif dan Negatif Dalam Pengembangan Pariwisata

Dalam pengembangan dan pengelolaan objek wisata di kawasan Candi Bahal ini dapat di uraikan dalam dampak positif dan negatif yang dapat oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat, antara lain:

1. Dampak Positif

a) Penggalakan kegiatan kebersihan, nilai-nilai keindahan dan kesadaran masyarakat akan sadar wisata semakin meningkat.

b) Dapat meninkatkan perekonomian masyarakat bahkan sebagai sumber pendapatan masyarakat setempat.

c) Manfaat pariwisata dapat merangsang minat masyarakat untuk mengembangkan seni budaya, mendorong partisipasi masyarakat untuk melestarikan budaya terutama kesenian, adat istiadat dan tradisi.

d) Sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah. Dengan penyediaan beberapa sarana dan prsarana untuk wisatawan maka sebagai imbalan atau pendapatan maka pemerintah daerah dapat menarik retribusi seperti


(57)

retribusi pada tempat pintu masuk objek wisata, tempat parker dan sebagainya.

e) Dapat menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan serta rasa cinta tanah air. Dengan begitu melalui pariwisata Indonesia makin dikenal oleh dunia internasional melalui wisatawan mancanegara yang berkunjung.

f) Menambah pendapatan devisa negara.

g) Kecerdasan masyarakat semakin meningkat karena banyak belajar dari wisatawan yang berkunjung dengan bertukar informasi mengenai daerah tempat tinggalnya.

2. Dampak Negatif

Selain memiliki dampak positif dalam pengembangan pariwisata juga terdapat pengaruh negatif. Dapat dikatakan sebagai pengaruh negatif apabila dampak-dampak tersebut merugikan masyarakat setempat juga pemerintahan daerah, seperti:

a) Harga-harga barang atau jasa naik karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata tersebut.

b) Para masyarakat muda terpengaruh mengikuti pola hidup wisatawan yang pada umumnya tidak sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa.

c) Dapat merusak lingkungan sekitar khususnya pada lokasi Candi Bahal tersebut. Hal ini terjadi apabila wisatawan ataupun masyarakat


(58)

setempat tidak menjaga kelestarian dan kebersihan daerah objek wisata tersebut.

d) Berubahnya tujuan kesenian dan kebudayaan menjadi komersialisasi seni budaya.

e) Melunturkan nilai-nilai seni kebudayaan yang sudah ada karena masyarakat setempat mengadopsi kebudayaan wisawan luar tanpa menyaringnya terlebih dah


(59)

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan

Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah sarana pokok kepariwisataan yang menjadi alasan utama bagi wisatawan untuk berkunjung.

Objek wisata Candi Bahal adalah objek wisata yang mempunyai nilai sejarah tinggi dan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Bangunan peninggalan dari kerajaan Panai ini diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-11 M dan sudah di resmikan sebagai objek wisata sejarah oleh Pemerintah. Namun kurangnya perhatian dari pemerintah membuat bangunan bersejarah ini tidak terurus dangan baik. Hal ini dapat dilihat dari kurang terawatnya kawasan candi. Di sekitar candi banyak rumput liar yang tumbuh, sampah yang berserakan dimana-mana, dan bebasnya binatang ternak masyarakat setempat yang masuk ke kawasan candi. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya peranan pariwisata juga sangat menghambat kemajuan pariwisata di daerah tersebut.

Oleh karena itu masih perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat, pengusaha pariwisata maupun pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan objek wisata tersebut dan memberikan pengertian akan pentingnya peranan paiwisata


(60)

untuk memajukan perekonomian bagi masyarakat sekitar dan menambah devisa bagi negara.

Dan adapun upaya-upaya yang harusnya dilakukan untuk mengembangkan objek wisata tersebut, antara lain adalah:

1. Perbaikan jalan raya menuju kawasan objek wisata

2. Pengadaan fasilitas akomodasi, restoran, dan fasilitas pendukung lainnya 3. Menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat setempat akan pentingnya

pariwisata

4. Memperhatikan kebersihan di kawasan objek wisata

5. Memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat tentang pelayanan yang baik kepada wisatawan

6. Lebih menggiatkan kegiatan promosi guna untuk meningkatkan kunjungan wisatawan

7. Adanya kerja sama yang baik antar pemerintah dengan pengusaha pariwisata maupun masyarakat setempat dalam membangun dan mengembangkan objek wisata ini.

5.2Saran

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan daerah objek wisata Candi Bahal ini, adalah:

1. Pemugaran dan pembangunan objek wisata

Objek wisata Candi Bahal sudah pernah di pugar oleh pemerintah setempat, tetapi itu saja belum cukup. Penyediaan sarana dan prasarana pariwisata


(61)

sangat di perlukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu, kerja sama antara masyarakat dan pemerintah setempat sangat diperlukan untuk membangun dan mengembangkan objek wisata ini.

2. Mengalakkan sadar wisata kepada masyarakat

Menyadarkan masyarakat akan pentingnya pariwisata dengan menggalakkan sadar wisata pada masyarakat khususnya yang tinggal di kawasan objek wisata tersebut. Dangan begitu diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam membangun objek wisata Candi Bahal ini.

3. Promosi pariwisata

Kegiatan promosi merupakan hal yang wajib untuk dilakukan agar wisatawan mengetahui adanya objek wisata tersebut. Kurangnya promosi mengakibatkan kawasan objek wisata tersebut kurang dikenal dan diminati. 4. Menyediakan fasilitas yang mendukung kepariwisataan di kawasn objek

wisata

Adanya fasilitas yang mendukung kepariwisataan seperti akomodasi, restoran yang menawarkan menu makanan khas daerah tersebut, toko souvenir, dan fasilitas pendukung lainnya di kawasan objek wisata akan membuat wisatawan lebih berminat untuk berkunjung.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

A.J, Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bovy dan Lawson. 1998. Kepariwisataan. Jakarta.: Grafindo.

Bukart dan Medlik. 1974. Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

Suwantoro, Gamal SH. 1997. Dasar-dasar pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Swarbrooke. 1996. Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung: Angkasa.

http//www.apakabarsidimpuan.com,2011. http//www.insidesumatera.com,2009.


(63)

LAMPIRAN

Candi Bahal I

Sumber: Internet: http//www.padangsidimpuan.com

Candi Bahal I


(64)

Candi Bahal II

Sumber: Internet: http//www.insidesumatera.com

Candi Bahal II


(65)

Candi Bahal III

Sumber: Internet: http//candibahal.com

Papan nama Candi.


(66)

Relief di dinding Candi Bahal Sumber: Internet: http//insidesumatera.com

Relief di dinding Candi Bahal Sumber: Internet: http//insidesumatera.com


(67)

Halaman Candi Bahal yang kurang diperhatikan kebersihannya. Sumber: Internet: http//padangsidimpuan.com

Infrastruktur jalan menuju kawasan objek wisata yang rusak dan sempit. Sumber: Internet: http//padangsidimpuan.com


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.J, Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bovy dan Lawson. 1998. Kepariwisataan. Jakarta.: Grafindo.

Bukart dan Medlik. 1974. Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

Suwantoro, Gamal SH. 1997. Dasar-dasar pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Swarbrooke. 1996. Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung: Angkasa.

http//www.apakabarsidimpuan.com,2011. http//www.insidesumatera.com,2009.


(2)

LAMPIRAN

Candi Bahal I

Sumber: Internet: http//www.padangsidimpuan.com

Candi Bahal I


(3)

Candi Bahal II

Sumber: Internet: http//www.insidesumatera.com

Candi Bahal II


(4)

Candi Bahal III

Sumber: Internet: http//candibahal.com

Papan nama Candi.


(5)

Relief di dinding Candi Bahal Sumber: Internet: http//insidesumatera.com

Relief di dinding Candi Bahal Sumber: Internet: http//insidesumatera.com


(6)

Halaman Candi Bahal yang kurang diperhatikan kebersihannya. Sumber: Internet: http//padangsidimpuan.com

Infrastruktur jalan menuju kawasan objek wisata yang rusak dan sempit. Sumber: Internet: http//padangsidimpuan.com