Profil Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian di Beberapa Apotek di Kabupaten Deli Serdang

(1)

PR

K

PROG

ROFIL P

KEFAR

DI K

GRAM S

UNIV

PEMEN

RMASIAN

KABUPA

DAVID

N

STUDI E

FAKU

VERSITA

NUHAN S

N DI BE

ATEN D

SKRIP

OLEH

D PARLI

NIM 0915

EKSTEN

ULTAS F

AS SUM

MEDA

2014

STANDA

EBERAP

DELI SE

PSI

H:

NDUNGA

524073

NSI SAR

FARMA

MATERA

AN

4

AR PRA

PA APO

RDANG

AN

RJANA F

ASI

A UTAR

AKTIK

OTEK

G

FARMA

RA

ASI


(2)

PR

K

Dia

PROG

ROFIL P

KEFAR

DI K

ajukan untu Gela

GRAM S

UNIV

PEMEN

RMASIAN

KABUPA

uk melengk ar Sarjana F

Unive

DAVID

N

STUDI E

FAKU

VERSITA

NUHAN S

N DI BE

ATEN D

SKRIP

kapi salah s Farmasi pa ersitas Sum

OLEH

D PARLI

NIM 0915

EKSTEN

ULTAS F

AS SUM

MEDA

2014

STANDA

EBERAP

DELI SE

PSI

satu syarat ada Fakult matera Utar

H:

NDUNGA

524073

NSI SAR

FARMA

MATERA

AN

4

AR PRA

PA APO

RDANG

t untuk me as Farmasi ra

AN

RJANA F

ASI

A UTAR

AKTIK

OTEK

G

emperoleh i

FARMA

RA

ASI


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PROFIL PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK

KEFARMASIAN DI BEBERAPA APOTEK

DI KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH:

DAVID PARLINDUNGAN NIM 091524073

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Maret 2014 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. David Sinurat, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 194912281978031002 NIP195111021977102001

Drs. David Sinurat, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 194912281978031002

Drs. Wiryanto, M.S., Apt. Drs. Ismail, M.Si., Apt. NIP 195110251980021001 NIP195006141980031001

Drs. AgusmalDalimunthe, M.Si., Apt. NIP195406081983031005

Medan, Maret 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Profil Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian Di Beberapa Apotek Di Kabupaten Deli Serdang.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., dan Bapak Drs.Wiryanto, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sangat baik, yang dengan penuh kesabaran memberikan petunjuk, saran-saran dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan bimbingan dan penyediaan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan, serta Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe., M.S., Apt., dan Bapak Drs. Ismail, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada sahabat-sahabat tercinta, terimakasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada kedua orang tua Bapak Edison Sidabutar dan Ibu Esdiana Sirait


(5)

yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Kakak dan adik-adik tercinta Leony, Daniel, dan Sonya serta seluruh keluarga, terimakasih atas dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semogas kripsi ini dapat member manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2014

Penulis,

David Parlindungan


(6)

PROFIL PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS DI BEBERAPA APOTEKDI KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi. Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang diatur dalam peraturan pemerintah. Berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil pemenuhan standar praktik farmasi komunitas di Kabupaten Deli Serdang oleh apoteker penanggung jawab apotek.

Penelitian dilakukan dengan metode survei, instrument kuesioner disebar secara langsung ke beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang untuk diisi secara manual oleh para apoteker praktisi farmasi komunitas. Kuesioner terbagi dalam 5 aspek penilaian antara lain profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat yang terdistribusi dalam 40 elemen standar. Data mencerminkan identitas dan pilihan responden terhadap 2 atau 3 deskripsi kinerja elemen standar, dibagi atas 3 skala poin yaitu 0, 2, dan 4 pada setiap elemen standar. Kriteria pemenuhan standar praktik farmasi komunitas ditentukan berdasarkan poin kumulatif hasil penilaian sebagai berikut, sangat baik: ≥ 150; baik: antara 130 hingga<150; cukup baik: antara 110 hingga<130; kurang baik: antara 80 hingga< 110; dibawah standar: antara 60 hingga<80; tidak layak: antara 40 hingga<60; dan sangat tidak layak<40.

Responden yang mengisi kuesioner berjumlah 28 orang dari 75 instrumen kuesioner yang disebar (angka respon 37,33%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah 28,57% responden hadir selama buka apotek, yang sebagian besar merupakan apoteker yang bertindak sekaligus sebagai pemilik sarana apotek. Sejumlah 60,71% responden menerima imbalan dalam kisaran Rp.1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,- per bulan, jumlah imbalan ini sangat tidak layak sehingga mempengaruhi kinerja dari apoteker penanggung jawab apotek. Hasil survey menunjukkan bahwa profil pemenuhan standar praktik farmasi komunitas di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut: criteria sangat tidak layak 32,14%, tidak layak 10,71%, dibawah standar 14,29%, dan kurang baik 42,86%. Hasil uji statistic menggunakan program SPSS Statistic 17.0 dengan instrument uji chi square menunjukkan bahwa beberapa karakteristik responden memberikan pengaruh terhadap pemenuhan standar praktik kefarmasian antara lain ada tidaknya pekerjaan lain APA (angka signifikansi 0,003), besaran imbalan per bulan (angka signifikansi 0,043) dan kepemilikan apotek (angka signifikansi 0,013). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa profil pemenuhan standar praktik farmasi komunitas di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang kurang memenuhi standar praktik farmasi komunitas yang ideal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ketidakhadiran APA di apotek karena mereka memiliki pekerjaan lain, rendahnya jumlah imbalan yang diterima APA, dan pemilikan apotek tersebut bukanlah APA.


(7)

THE PROFILE OF STANDARD PRACTICE FULFILLMENT IN SOME COMMUNITY PHARMACIES IN DELI SERDANG REGENCY

ABSTRACT

 

Pharmacy is a service facility where the practice of pharmacy done by the pharmacist. Pharmacy services is a directly and a responsible service to the patients which arerelated to pharmaceutical preparations. Pharmaceutical services performed by the pharmacy personnel that regulated in the government regulations. Based to the applicable regulations, the pharmacy must be managed by a professional pharmacist. The purpose of the study was to determine the compliance profile of some community pharmacies practice in Deli Serdang Regency by the pharmacists.

The study was conducted by survey method, questionnaire instruments were directly distributed to the several pharmacies in Deli Serdang Regency to be filled manually by the pharmacist which are practitioner of community pharmacy. The questionnaire was divided into five aspects of evaluation including professionalism, managerial, dispensing, pharmaceutical care, and community health services were distributed in 40 standard elements. Data reflects the identity and the choice of respondents to the 2 or 3 standard element performance descriptions, divided into 3 scale point of 0 , 2 , and 4 on each standard element. The compliancecriteriaof community pharmacies practices determined by the cumulativepoints were, very good: ≥150; Good: between 130 to <150; quite well: between 110 and <130; not good: between 80 and <110; below standards: between 60 and <80; not feasible: from 40 to <60; and very not feasible <40.

Respondents who filled out the questionnaire were 28 of 75 questionnaires instruments distributed (response rate 37.33 %).The result of this research were as much as 28.57% respondents attending the pharmacy during it open, which most of them were acts also as the owner of the pharmacy.As much as 60.71 % of pharmacists receive the salary in the range of Rp.1.000.000, up to Rp. 2.000.000, -per month, the amount of these salary is not very feasible which affect the performance of the pharmacist in the pharmacy. The survey results show that the compliance profile in several community pharmacy practice pharmacy in Deli SerdangRegency are as follows:32.14% very not feasible 32.14%, 10.71% was not feasible, below standard 14.29 %, and less good 42.86%. The results of statistical tests using SPSS Statistics 17.0 with chi square test instrument showed that several characteristics of the respondents affecting the the fulfillment of pharmacy practice standards including the presence or absence of the pharmacist other jobs (numeric significance 0.003), the amount of the salary per month (number of significance 0.043) and the ownership of pharmacies (number of significance 0.013). The results of this study concluded that the profile of community pharmacy practice standards compliance in some pharmacies in Deli SerdangRegency does not meet the standard ideal community pharmacy practice, this is due to some factors such as the absence of the pharmacist because they have other jobs, the amount of the salary is too low and the owner of the pharmacy is not the pharmacist.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2KerangkaPenelitian ... 3

1.3PerumusanMasalah ... 3

1.4HipotesisPenelitian ... 4

1.5TujuanPenelitian ... 4

1.6ManfaatPenelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TinjauanUmumApotek ... 5

2.2 StandarPraktikKefarmasian ... 9

2.3 Profesionalisme ... 12


(9)

2.5 Dispensing ... 13

2.6 AsuhanKefarmasian... 14

2.7 PelayananKesehatanMasyarakat ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Jenis Penelitian ... . 17

3.2 Jenis Data Penelitian ... 17

3.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian ... 17

3.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... .. 17

3.5 Prosedur Penelitian ... 18

3.7 Defenisi Operasional ... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Identitas Responden ... ... 20

4.2 Kinerja Bisnis Apotik ... 22

4.3 Kinerja Praktik Farmasi Komunitas/Apotik ... 24

4.4 Hubungan Tingkat Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian dengan Karakteristik Responden ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... . 33


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1Rerata Poin Penilaian dan Kriteria Kinerja Praktik Farmasi

Komunitas/ApotekSebelumVerifikasi ... 25 4.2Rerata Poin Penilaian dan Kriteria Kinerja Praktik Farmasi

Komunitas/ApotekSetelahVerifikasi ... 25 4.3Rerata Poin Kumulatif dan Kriteria Kinerja Praktik Farmasi

Komunitas/Apotek ... 27 4.4Analisis Statistik Hubungan Tingkat Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Distribusi asal perguruan tinggi farmasi responden ... 20

4.2 Distribusi kepemilikan apotek ... 20

4.3 Distribusi pekerjaan lain responden selain APA ... 21

4.4 Distribusi frekuensi kehadiran responden di apotek ... 21

4.5 Distribusi tahun lulus responden ... 22

4.6 Distribusi imbalan yang diterima responden per bulan ... 22

4.7 Distribusi imbalan per bulan yang diharapkan respoden ... 22

4.8 Distribusi rata-rata jumlah lembar resep per hari ... 23

4.9 Distribusi harga rata-rata per lembar resep ... 23

4.10 Distribusi omset apotek per hari ... 24

4.11 Gambaran kinerja praktik farmasi komunitas/apotek sebelum verifikasi ... 25

4.12 Gambaran kinerjapraktikfarmasikomunitas/apotek setelah verifikasi ... 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner penelitian ... 36 2 Hasiluji statistic pengaruh pekerjaan selain APA terhadap profil

kinerja praktik farmasi komunitas/apotek ... 46 3 Data poin pengisian kuesioner ... 51


(13)

PROFIL PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS DI BEBERAPA APOTEKDI KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi. Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang diatur dalam peraturan pemerintah. Berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil pemenuhan standar praktik farmasi komunitas di Kabupaten Deli Serdang oleh apoteker penanggung jawab apotek.

Penelitian dilakukan dengan metode survei, instrument kuesioner disebar secara langsung ke beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang untuk diisi secara manual oleh para apoteker praktisi farmasi komunitas. Kuesioner terbagi dalam 5 aspek penilaian antara lain profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat yang terdistribusi dalam 40 elemen standar. Data mencerminkan identitas dan pilihan responden terhadap 2 atau 3 deskripsi kinerja elemen standar, dibagi atas 3 skala poin yaitu 0, 2, dan 4 pada setiap elemen standar. Kriteria pemenuhan standar praktik farmasi komunitas ditentukan berdasarkan poin kumulatif hasil penilaian sebagai berikut, sangat baik: ≥ 150; baik: antara 130 hingga<150; cukup baik: antara 110 hingga<130; kurang baik: antara 80 hingga< 110; dibawah standar: antara 60 hingga<80; tidak layak: antara 40 hingga<60; dan sangat tidak layak<40.

Responden yang mengisi kuesioner berjumlah 28 orang dari 75 instrumen kuesioner yang disebar (angka respon 37,33%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah 28,57% responden hadir selama buka apotek, yang sebagian besar merupakan apoteker yang bertindak sekaligus sebagai pemilik sarana apotek. Sejumlah 60,71% responden menerima imbalan dalam kisaran Rp.1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,- per bulan, jumlah imbalan ini sangat tidak layak sehingga mempengaruhi kinerja dari apoteker penanggung jawab apotek. Hasil survey menunjukkan bahwa profil pemenuhan standar praktik farmasi komunitas di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut: criteria sangat tidak layak 32,14%, tidak layak 10,71%, dibawah standar 14,29%, dan kurang baik 42,86%. Hasil uji statistic menggunakan program SPSS Statistic 17.0 dengan instrument uji chi square menunjukkan bahwa beberapa karakteristik responden memberikan pengaruh terhadap pemenuhan standar praktik kefarmasian antara lain ada tidaknya pekerjaan lain APA (angka signifikansi 0,003), besaran imbalan per bulan (angka signifikansi 0,043) dan kepemilikan apotek (angka signifikansi 0,013). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa profil pemenuhan standar praktik farmasi komunitas di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang kurang memenuhi standar praktik farmasi komunitas yang ideal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ketidakhadiran APA di apotek karena mereka memiliki pekerjaan lain, rendahnya jumlah imbalan yang diterima APA, dan pemilikan apotek tersebut bukanlah APA.


(14)

THE PROFILE OF STANDARD PRACTICE FULFILLMENT IN SOME COMMUNITY PHARMACIES IN DELI SERDANG REGENCY

ABSTRACT

 

Pharmacy is a service facility where the practice of pharmacy done by the pharmacist. Pharmacy services is a directly and a responsible service to the patients which arerelated to pharmaceutical preparations. Pharmaceutical services performed by the pharmacy personnel that regulated in the government regulations. Based to the applicable regulations, the pharmacy must be managed by a professional pharmacist. The purpose of the study was to determine the compliance profile of some community pharmacies practice in Deli Serdang Regency by the pharmacists.

The study was conducted by survey method, questionnaire instruments were directly distributed to the several pharmacies in Deli Serdang Regency to be filled manually by the pharmacist which are practitioner of community pharmacy. The questionnaire was divided into five aspects of evaluation including professionalism, managerial, dispensing, pharmaceutical care, and community health services were distributed in 40 standard elements. Data reflects the identity and the choice of respondents to the 2 or 3 standard element performance descriptions, divided into 3 scale point of 0 , 2 , and 4 on each standard element. The compliancecriteriaof community pharmacies practices determined by the cumulativepoints were, very good: ≥150; Good: between 130 to <150; quite well: between 110 and <130; not good: between 80 and <110; below standards: between 60 and <80; not feasible: from 40 to <60; and very not feasible <40.

Respondents who filled out the questionnaire were 28 of 75 questionnaires instruments distributed (response rate 37.33 %).The result of this research were as much as 28.57% respondents attending the pharmacy during it open, which most of them were acts also as the owner of the pharmacy.As much as 60.71 % of pharmacists receive the salary in the range of Rp.1.000.000, up to Rp. 2.000.000, -per month, the amount of these salary is not very feasible which affect the performance of the pharmacist in the pharmacy. The survey results show that the compliance profile in several community pharmacy practice pharmacy in Deli SerdangRegency are as follows:32.14% very not feasible 32.14%, 10.71% was not feasible, below standard 14.29 %, and less good 42.86%. The results of statistical tests using SPSS Statistics 17.0 with chi square test instrument showed that several characteristics of the respondents affecting the the fulfillment of pharmacy practice standards including the presence or absence of the pharmacist other jobs (numeric significance 0.003), the amount of the salary per month (number of significance 0.043) and the ownership of pharmacies (number of significance 0.013). The results of this study concluded that the profile of community pharmacy practice standards compliance in some pharmacies in Deli SerdangRegency does not meet the standard ideal community pharmacy practice, this is due to some factors such as the absence of the pharmacist because they have other jobs, the amount of the salary is too low and the owner of the pharmacy is not the pharmacist.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian menyebutkan “Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Presiden RI, 2009). Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Presiden RI, 2009).

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang diatur dalam peraturan pemerintah.

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu


(16)

memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. (Menkes RI, 2004)

Praktik farmasi komunitas/apotek di Indonesia dideskripsikan sebagai praktik yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi (Ahaditomo, 2002).Mayoritas apoteker yang seharusnya menjadikan apotek sebagai tempat praktik kefarmasian dan berperan mencegah kemungkinan terjadinya masalah terkait obat (drug related problems) dan kesalahan pengobatan (medication error), lebih memilih tidak hadir setiap harinya. Tujuh puluh persen Apoteker di Sumatera Utara tidak berada di apotek untuk memberikan pelayanan kefarmasian (Anonim, 2008) dan 62,5% apoteker di kota Medan hanya hadir satu kali dalam sebulan (Wiryanto, 2009). Pelayanan kefarmasian yang ada lebih sebagai transaksi jual beli, dimana apotek tak ubahnya seperti toko yang sekedar menjual komoditas bernama obat tanpa standar mutu, tanpa standar SDM, tanpa standar sarana prasarana, dan tanpa standar proses (Rubiyanto, 2010).

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi yang cukup menjanjikan. Ibu kota Kabupaten Deli Serdang terletak di Kota Lubuk Pakam (Anonim, 2013). Salah satu investasi yang cukup menjanjikan di Kabupaten Deli Serdang adalah investasi apotek. Menurut data DDA (Daerah Dalam Angka) tahun 2011, jumlah apotek di Kabupaten Deli Serdang adalah 101 apotek pada tahun 2010 dan menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, jumlah apotek di Kabupaten Deli Serdang adalah 140 apotek. Karena


(17)

semakin berkembangnya usaha apotek di Kabupaten Deli Serdang maka peneliti ingin mengetahui profil pemenuhan standar praktik kefarmasian di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Kerangka Penelitian

Instrumen penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil pemenuhan standar praktik kefarmasian beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Hipotesis Penelitian

Profil pemenuhan standar praktik kefarmasian beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang masih belum mencapai kriteria ideal.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pemenuhan standar praktik kefarmasian beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang

Variabel Bebas  Karakteristik

Responden

 Pilihan responden terhadap pemenuhan 40 elemen standar praktik kefarmasian

Variabel Terikat Profil pemenuhan

standar praktik kefarmasian  Sangat baik

 Baik

 Cukup

 Kurang

 Bawah standar

 Tidak Layak


(18)

1.6 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan gambaran tentang pemenuhan standar praktik kefarmasian di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2012 sehingga dapat dilakukan perbaikan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Presiden RI, 2009).Praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Presiden RI, 2009).

Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata

(

Menkes RI, 2004).

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke

pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.Kegiatan pelayanan

kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut


(20)

antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar.Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk

mendukung penggunaan obat yang rasional

(

Menkes RI, 2004).

Sesuai dengan Kepmenkes No.1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek harus memiliki:

1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur/materi informasi.

3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

4. Ruang racikan.

5. Tempat pencucian alat.

Pengelolaan suatu apotek terdiri dari:

1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat.

2. Pengadaan, penyimpangan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi

lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi :

a. Pelayanan informasi tentang obat dan sediaan farmasi diberikan baik


(21)

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau suatu obat dan sediaan farmasi lainnya.

Adapun beberapa ketentuan mengenai apoteker sebagai penanggung jawab apotek menurut peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

1. Menurut PP No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian:

a. Pasal 20: Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/ atau tenaga teknis kefarmasian.

b. Pasal 21:

(1) Dalam menjalankan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.

(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh apoteker.

c. Pasal 23:

(1) Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, apoteker sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 harus menetapkan standar prosedur operasional.

(2) Standar prosedur operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan ketentuan peraturan perundan-undangan.

d. Pasal 24: Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat:


(22)

(1) Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA;

(2) Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien; dan

(3) Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Pasal 51

(1) Pelayanan kefarmasian di apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh apoteker.

(2) Apoteker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki STRA. (3) Dalam melaksanakan tugas pelayanan kefarmasian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), apoteker dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang telah memiliki STRTTK.

2. Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan: a. Pasal 108

(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(23)

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2.2 Standar Praktik Kefarmasian

Pedoman praktik farmasi yang baik didasarkan pada asuhan kefarmasian yang diberikan para apoteker. Pedoman ini merekomendasikan agar standar nasional ditetapkan untuk: peningkatan kesehatan, penyediaan obat-obatan, alat-alat medis, perawatan diri pasien dan peningkatan pemberian resep dan penggunaan obat oleh aktivitas apoteker. International Pharmaceutical Federation (FIP) mendesak organisasi farmasi dan pemerintah untuk bekerjasama dalam menyusun standar yang tepat atau, di mana standar nasional sudah ada, dalam meninjau standar ini sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ditetapkan dalam dokumen praktik farmasi yang baik.Semua apoteker yang berpraktik wajib menjamin bahwa layanan yang mereka berikan kepada setiap pasien mempunyai kualitas yang tepat (FIP, 1997).

Menurut WHO/FIP (1997), persyaratan praktik farmasi yang baik adalah: 1. Praktik farmasi yang baik mengharuskan agar perhatianutama apoteker dalam

keadaan apapun adalah kesejahteraan pasien.

2. Praktik farmasi yang baik mengharuskan agar inti aktivitas farmasi adalah penyediaan obat dan produk perawatan kesehatan lainnya dengan mutu terjamin, informasi dan nasehat yang tepat untuk pasien dan pemonitoran efek penggunaan.

3. Praktik farmasi yang baik mengharuskan agar bagian integral dari kontribusi apoteker adalah peningkatan penulisan resep yang rasional dan ekonomis dan penggunaan obat yang tepat.


(24)

4. Praktik farmasi yang baik mengharuskan agar tujuan dari masing-masing unsur layanan farmasi relevan dengan pasien, didefinisikan dengan jelas dan disampaikan dengan efektif kepada semua pihak yang terlibat.

Dalam memenuhi persyaratan di atas, diperlukan kondisi sebagai berikut:

1. Profesionalisme haruslah menjadi falsafah utama yang mendasari praktik, walaupun faktor ekonomi juga penting.

2. Apoteker harus memberi masukan mengenai keputusan penggunaan obat. Harus ada sistem yang memungkinkan apoteker dapat melaporkan kejadian yang merugikan, kesalahan obat, kualitas produk yang cacat atau deteksi produk palsu. Pelaporan ini bisa mencakup informasi tentang penggunaan obat yang disediakan pasien atau profesional kesehatan, secara langsung atau melalui apoteker.

3. Hubungan yang berkelanjutan dengan profesional kesehatan lainnya, terutama dokter, haruslah dipandang sebagai kemitraan terapeutik yang melibatkan saling percaya dan keyakinan atas segala hal yang terkait dengan farmakoterapeutik.

4. Hubungan antara sesama apoteker haruslah sebagai sesama rekan yang berusaha meningkatkan layanan farmasi, dan bukan sebagai sesama pesaing. 5. Dalam kenyataannya, organisasi, praktik kelompok dan manager apotek

haruslah menerima berbagai tanggungjawab atas definisi, evaluasi dan peningkatan kualitas.

6. Apoteker haruslah mengetahui informasi tentang medis dan obat-obatan penting setiap pasien. Memperoleh informasi sedemikian menjadi lebih mudah


(25)

jika pasien memilih hanya menggunakan satu apotek atau jika profil obat pasien tersedia.

7. Apoteker membutuhkan informasi independen, komprehensif, objektif dan terkini tentang terapeutik dan obat-obatan yang digunakan.

8. Apoteker di setiap lingkungan praktik haruslah menerima tanggungjawab pribadi atas pemeliharaan dan penilaian kompetensinya sendiri sepanjang masa kerja profesional mereka.

9. Program pendidikan profesi haruslah menangani perubahan saat ini dan masa mendatang dengan tepat yang bisa diperkirakan dalam praktik farmasi.

10.Standar praktik farmasi nasional yang baik haruslah ditetapkan dan haruslah dipatuhi para praktisi.

Praktik farmasi yang baik melibatkan empat kelompok aktivitas utama, yaitu: a. aktivitas yang terkait dengan peningkatan kesehatan yang baik, penghindaran

penyakit dan pencapaian tujuan kesehatan;

b. aktivitas yang terkait dengan penyediaan dan penggunaan dan item-item untuk pemberian obat atau untuk aspek pengobatan lainnya (aktivitas ini bisa dilaksanakan di apotek, di institusi atau di lingkungan perawatan rumah); c. aktivitas yang terkait dengan swamedikasi, yang meliputi nasehat tentang dan,

di mana dianggap tepat, penyediaan obat atau pengobatan lainnya untuk gejala-gejala penyakit yang memungkinkannya bagi pengobatan sendiri;

d. aktivitas yang terkait dengan penulisan resep dan penggunaan obat-obatan.

2.3 Profesionalisme

Profesionalismedapat didefinisikan sebagaisejauh manasuatu profesiatau anggota profesimenunjukkankarakteristikprofesi.Banyak penelitiantelah


(26)

dilakukan untukmenentukan tingkatprofesionalismeapoteker dansiswa

farmasi.Kebanyakaninstrumenyang dirancang untuk menilaiprofesionalismetelahdiukurberdasarkan karakteristikklasikprofesi,

seperti: pengetahuan khusus tentang teknik, cara-cara berperilaku dan nilai dalam bertingkah laku,altruisme,asosiasi profesidan identitas, gengsi, fungsi sosial,otonomi,hubungan klienkhusus,intelektualdasar (termasuk komitmen dalam seni liberal, melanjutkan pendidikan, danpenelitian), sosialisasi yang unik darianggotamahasiswa,pengakuan hukummelalui lisensi, kesetaraan lengkap dari anggota,kepraktisan,dan keterampilan pekerjaan (Hammer, et al., 2000).

Profesionalismeditunjukkan dalam cara apotekerberperilaku dalam situasiyang profesional.Definisi inimenunjukkansikapyang diciptakan melaluikombinasiperilaku, termasukkesopananketika berhadapandengan pasien,teman sebaya, danperawatan kesehatanprofesional lainnya.Apotekerharuskonsistendalam menghormati orang laindan memeliharanyasesuaibatas-batasprivasi dankebijaksanaan. Sangat penting untukmemilikisikap-sikap yang empatik, apakahsaat berurusandengan pasienatau berinteraksidengan orang laindalam timperawatan kesehatan(Hammer, et al., 2000).

2.4. Manajerial

Manajemen yang baik, tidaklah menjamin sebuah apotek memberikan hasil kinerja yang baik, bila lokasi tidak strategis.atau sebaliknya, lokasi yang baik dari sebuah apotek, akan sia-sia bila pengelolaannya tidak dilakukan secara profesional oleh apotekernya sendiri. Pengelolaan farmasi komunitas


(27)

yang baik akan selalu mengikuti kebutuhan dan perubahan pasar di lokasinya masing-masing. Sehingga analisislokasi, pasar dan sumber daya yang ada akan menjadi satu kegiatan yang terus menerus dapat dilakukan dan dievaluasi (Saragi, 2004).

Kemampuan seorang apoteker yang baru lulus di dalam pengelolaan apotek baru, tidaklah cukup untuk mendapatkan hasil kinerja apotek yang baik sesuai dengan pertumbuhan pasar yang ada. Sebagai contoh PT. Kimia Farma Apotek yang sedang menyiapkan perekrutan program untuk apoteker yang baru lulus, di dalam kegiatan pendidikan danpelatihannya membutuhkan waktu yang cukup lama (3 bulan). Ditambah lagi, masa magang yang harus dilaluinya, sampai memakan waktu 1 tahun sebelum dipercaya mengelola sebuah apotek.Hal ini dilakukan, sebagai pertanggung jawaban dari seorang profesional kepada pihak manajemen, baik dalam pengelolaan sumber daya maupun layanan kefarmasian (Saragi, 2004).

2.5 Dispensing

Dispensing obat adalah bagian dari pekerjaan kefarmasian meliputimenerima dan memvalidasi resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter, membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat, merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan (PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penderita dan perawat. Berbagai kegiatan tersebut yang memiliki


(28)

kewenangan untuk melakukannya adalah apoteker dibantu tenaga teknis kefarmasian.Praktik Dispensing yang baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yang jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat (Amalia, 2010).

2.6 Asuhan Kefarmasian

Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah tanggung jawab langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien.Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tapi juga keputusan tentang penggunaan obat pada pasien.Termasuk keputusan untuk tidak menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metoda pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada pasien (American Society of Hospital Pharmacists, 1993).

Melalui penerapan asuhan kefarmasian yang memadai diharapkan masyarakat yang mengkonsumsi obat mendapat jaminan atas keamanannya.Hasil terapetikyang efektif dari suatu obat berkorelasi dengan proses penyembuhan penyakit, pengurangan gejala penyakit, perlambatan pengembangan penyakit dan pencegahan penyakit (Anonim, 2008).

Pada pernyataan pasal 5 PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian dalam pelayanan sediaan farmasi tidak boleh hanya diartikan kita menyerahkan obat begitu saja. Karena yang namanya proses tetap harus dilalui dan semua proses tidak bisa dipisahkan. Proses mulai dari pengadaan sampai dengan penyerahan. Yang mana penyerahan itu sendiri meliputi KIE


(29)

(komunikasi, informasi dan edukasi).Semua hal itu harus diartikan sebagai satu kesatuan proses pelayanan kefarmasian, yang mana pelayanan kefarmasian juga merupakan pelayanan kesehatan dasar. Bila hal tersebut hanya dilakukan dengan sebagian saja, maka proses pelayanan kefarmasian tidak bisa dikatakan profesional (Anonim, 2009).

Apotek sebagai tempat pengabdian profesi apoteker semestinya adalah sarana yang sangat tepat bagi apoteker untuk memberikan asuhan kefarmasian kepada masyarakat. Secara filosofis, konsumen yang datang ke apotek sejatinya bukan semata-mata akan membeli obat. Mereka membutuhkan saran atas masalah yang berkaitan dengan kesehatan mereka.Bahwa bila diakhir kunjungannya mereka membeli obat, dapat dipastikan hal itu terjadi setelah melalui tahap pemberian asuhan kefarmasian. Paradigma tersebut memperjelas sekaligus mempertegas bahwa apotek tidak lain adalah pusat asuhan kefarmasiann dan profesi yang memiliki kompetensi untuk menjalankannya adalah apoteker. Sehingga, konsep no pharmacist no service atau tiada apoteker tiada pelayanan (TATAP) adalah konsukuensi logis atasnya (Anonim, 2008).

2.7 Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kesehatan merupakan salah satu bidang pelayanan publik yang dalam penyelenggaraannya merupakan wewenang wajib Pemerintah Daerah.Seiring dengan ditetapkannya bidang kesehatan sebagai salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah, maka banyak daerah yang berusaha meningkatkan pelayanan dibidang tersebut (Donoseputro, 2009).


(30)

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat (Azwar, 1998). Pelayanan oleh Moenir (1992) dirumuskan setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan orang banyak. Pengertian pelayanan kesehatan lainnya, dikemukakan oleh Gani (1995), bahwa pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala (Juliansyah, 2012).


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan model penelitian survei dan bersifat cross-sectional kepada beberapa apoteker di kota Medan (Singarimbun dan Effendi, 1989).

3.2 Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu penilaian yang dipilih langsung melalui pengisian kuisioner (angket) oleh responden (Riduwan, 2009).

3.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 bertempat di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan secara manual, kuisioner yang dibagikan terdiri atas 40 buah pertanyaan yang terdistribusi ke dalam 5 aspek standaryakni Profesionalisme, Manajerial, Dispensing, Asuhan Kefarmasian dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Wiryanto, 2012).


(32)

a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner yang akan diisi oleh responden

b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang.

c. Meminta izin Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk melakukan penelitian di beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang

d. Membagikan kuesioner penelitian kepada beberapa apoteker di Kabupaten Deli Serdang.

e. Mengumpulkan data penilaian apoteker dari beberapa apotek di Kabupaten Deli Serdang.

f. Mengolah data kuisioner hasil penilaian apoteker dengan menggunakan program Microsoft Excel.

3.6 Defenisi Operasional

a. Profesionalisme didefinisikan sebagaisejauh manasuatu profesi atau anggotaprofesimenunjukkankarakteristikprofesi.

b. Manajerial adalah kegiatan terkait pengelolaan, pengadaan dan penyimpanan sediaan farmasi serta penataan lingkungan apotek

c. Dispensing adalah kegiatan menyiapkan, menyerahkan dan mendistribusikan obat

d. Asuhan kefarmasian adalah tanggung jawab langsung apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil yang ditetapkan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien


(33)

e. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa pemberian informasi kesehatan, penyebaran brosur, dan penyuluhan.

f. Profil pemenuhan standar praktik adalahkriteria tingkat pemenuhan terhadap pemenuhan 5 aspek standardalam bentuk diagram jaring laba-laba (spider web) dan tingkat pemenuhan standar praktik berdasarkan poin kumulatif sebagai berikut:

1) Kriteria tingkat pemenuhan terhadap 5 aspek standar praktik kefarmasian digambarkan sebagai diagram jaring laba-laba (spider web) sebagai berikut: sangat baik,poin ≥3,75;baik,poin ≥3,25 hingga <3,75; cukup,poin ≥2,75 hingga <3,25; kurang,poin ≥2 hingga <2,75; bawah standar,poin ≥1,5 hingga <2; tidak layak,poin≥1 hingga <1,5; dan sangat tidak layak,poin<1.

2) Kriteria tingkat pemenuhan terhadap standar praktik kefarmasian berdasarkan poin kumulatif elemen-elemen standar sebagai berikut: sangat baik,poin ≥150;baik,poin ≥130 hingga <150; cukup,poin ≥110 hingga <130; kurang,poin ≥80 hingga <110; bawah standar,poin ≥60 hingga <80; tidak layak,poin≥40 hingga <60; dan sangat tidak layak,poin<40.


(34)

0.00

96.43 0.00

3.57 0.00 0.00 0.00 0.00

Tidak ada data USU UNPAD UNAND UNAIR UGM UDAYANA ITB

21.43

78.57 Milik sendiri

Milik PSA perorangan Milik Perusahaan Swasta Milik BUMN BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Identitas Responden

Responden yang bersedia mengisi kuesioner dengan lengkap berjumlah 28 orang dari 75 kuesioner yang disebarkan ke apotek-apotek tempat praktik farmasi komunitas berlangsung (angka respon 37,33%) dengan identitas sebagai berikut: 24 orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Dari sedikitnya jumlah kuesioner yang kembali dapat dilihat bahwa para apoteker penanggungjawab apotek di Kabupaten Deli Serdang kurang memiliki penghargaan terhadap penelitian yang dijalankan oleh peneliti.Dari data juga dapat dilihat bahwa mayoritas apoteker penanggungjawab apotek yang bekerja di Kabupaten Deli Serdang merupakan alumni Universitas Sumatera Utara (Gambar 4.1 dan 4.2).

Gambar 4.1.Distribusiasal perguruan Tinggi Gambar 4.2. Distribusikepemilikan

Farmasi Responden Apotek

Data selanjutnya adalah sebagian besar apotek di Kabupaten Deli Serdang memiliki status kepemilikan milik PSA perorangan sedangkan sisanya merupakan milik sendiri.Di Kabupaten Deli Serdang peneliti tidak menemukan adanya apotek milik perusahaan swasta atau milik BUMN, hal ini menunjukkan bahwa kurang berminatnya pihak swasta dan BUMN dalam menanamkan modalnya dalam


(35)

17.86 35.71 3.57

3.57 10.71

14.29 14.29

Tidak ada data

Tidak ada pekerjaan lain

PNS di lingkungan dinas…

PNS di RS Pemerintah

Dosen di PTN

Dosen di PTS

Swasta

28.57 14.29 14.29

17.86 25.00

Selama buka apotek

Setiap hari, pada jam tertentu

2‐4 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

28,57% responden hadir setiap hari di apotek akan tetapi masih banyak juga responden yang tidak dapat hadir setiap hari di apotek, bahkan 25% diantara responden hanya hadir satu kali dalam sebulan. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker, dengan kata lain masih banyak apoteker yang tidak melaksanakan tugas dan pengabdiannya di apotek padahal dari data dapat kita lihat bahwa 60,71 % responden yang mengisi kuesioner merupakan generasi apoteker muda dengan rentang tahun kelulusan antara tahun 2001 – 2010 (Gambar 4.5). Bila kita bandingkan antara Gambar 4.3 distribusi pekerjaan lain responden selain APA dengan Gambar 4.4 distribusi frekuensi kehadiran responden di apotek dapat kita lihat bahwa ada 35,71% APA yang tidak memiliki pekerjaan lain selain APA, hal ini berbanding lurus dengan frekuensi kehadiran APA di apotek yaitu 28,57% APA hadir di apotek selama apotek buka. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan lain yang dimiliki oleh APA dengan frekuensi kehadiran APA di apotek yaitu apabila APA tidak memiliki pekerjaan lain selain APA maka frekuensi kehadiran APA di apotek akan meningkat. Untuk itu perlu dipertimbangkan agar pemerintah atau IAI dapat mengatur tentang status pekerjaan yang dimiliki oleh APA selain sebagai penanggungjawab apotek.

Gambar 4.3. Distribusi pekerjaan lain Gambar 4.4. Distribusi frekuensi kehadiran responden selain APA responden di apotek


(36)

0.00 60.71 32.14 3.57 3.57 >2010 2001‐2010 1991‐2000 1981‐1990  =<1980 17.86 3.57 0.00 3.57 14.29 60.71

tidak ada data sampai dengan 1.000.000 >4.000.000 >3.000.000‐4.000.000 >2.000.000‐3.000.000 >1.000.000‐2.000.000

17.86 0.00 0.00 17.86 57.14 7.14 0.00

tidak ada data sudah sesuai harapan >10.000.000 >5.000.000‐10.000.000 >3.000.000‐5.000.000 >2.000.000‐3.000.000 >1.000.000‐2.000.000

Gambar 4.5. Distribusi tahun lulus responden

4.2Kinerja Bisnis Apotek

Gambar 4.6 berikut ini adalah distribusi imbalan yang diterima responden perbulan, dapat dilihat bahwa 60,71% responden menerima imbalan Rp. 2.000.000,- dan 3,57% hanya menerima imbalah Rp. 1000.000,- atau kurang, suatu imbalan yang tidak mencerminkan adanya masa depan, jauh dari kriteria layak bagi seseorang yang dinyatakan sebagai profesional.

Gambar 4.6.Distribusi Imbalan yang Gambar 4.7. Distribusi Imbalan per bulan diterima responden per bulan yang diharapkan responden

PD IAI Sumatera Utara dan Pengurus daerah Gabungan Perusahaan Farmasi Sumatera Utara telah sepakat untuk memberikan imbalan minimum bulanan kepada APA sebesar dua setengah kali upah minimum provinsi (UMP) diluar THR, bonus tahunan, dan transport harian. Untuk tahun 2013 UMP Provinsi


(37)

0.00 3.57

7.14

39.29 39.29 7.14

3.57

>100 >50‐100 >30‐50 >20‐30 >10‐20 >5‐10 ≤ 5

0.00 3.57

10.71

85.71 0.00

>500.000 >100.000‐500.000 >50.000‐100.000 >10.000‐50.000 ≤ 10.000

Sumatera Utara adalah Rp. 1.375.000,- yang berlaku mulai 1 Januari 2013 dengan demikian imbalan minimum bulanan APA adalah Rp. 3.437.000,- (PD IAI Sumut, 2013).

Dari survei tentang imbalan bulanan yang diharapkan responden (Gambar 4.7) mayoritas responden mengharapkan imbalan di atas Rp. 2.000.000,- hingga Rp. 5.000.000,- suatu harapan yang sangat wajar dan sangat mungkin dipenuhi. Untuk hal ini perlu dicarikan sistem imbalan yang sesuai, bukan semata terkait dengan kehadiran apoteker di apotek, tetapi lebih mencerminkan pada apa yang apoteker kerjakan sebagaimana layaknya para profesional bekerja, untuk memberikan jaminan bagi para apoteker membangun komitmen berprofesi yang baik, menghasilkan pelayanan kefarmasian yang aman, dan terjangkau (Wiryanto, 2012).

Gambar 4.8 dan 4.9 berikut adalah data distribusi rata-rata jumlah lembar resep per hari dan distribusi harga rata-rata per lembar resep.Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas apotek di daerah Kabupaten Deli Serdang hanya menerima kurang dari 30 lembar resep per hari, sebuah volume pekerjaan yang terlampau kecil untuk harus dikerjakan dalam kurun waktu lebih dari 12 jam kerja.

Gambar 4.8.Distribusi rata-rata % jumlah Gambar 4.9. Distribusi harga rata-rata lembar resep per hari (rupiah) per lembar resep


(38)

0.00 3.57 0.00

14.29 28.57

50.00 3.57

>50.000.000 >10.000.000‐50.000 >5.000.000‐10.000.000 >3.000.000‐5.000.000 >2.000.000‐3.000.000 >1.000.000‐2.000.000 ≤ 1.000.000

Selanjutnya dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa 53,57% apotek mempunyai omset rata-rata Rp. 2000.000,- atau kurang per hari. Diketahui bahwa pada indeks penjualan 1,15 titik impas apotik adalah Rp. 2.079.601,- per hari, maka apotek dengan omset Rp. 2.000.000,- per hari sulit diharapkan untuk dapat beroperasi sesuai standar (Wiryanto, 2010).

Gambar 4.10. Distribusi omset apotek per hari

4.3Pemenuhan Standar Praktik Farmasi Komunitas/Apotek

Kriteria pemenuhan standar praktik farmasi komunitas/apotek ditentukan berdasarkan poin kumulatif hasil penilaian terhadap 40 elemen kinerja yang terbagi ke dalam 5 aspek standar: aspek professionalisme terdiri dari 12 elemen kinerja, aspek manajerial terdiri dari 12 elemen kinerja, aspek dispensing terdiri dari 6 elemen kinerja, aspek asuhan kefarmasian terdiri dari 8 elemen kinerja, dan aspek pelayanan kesehatan terdiri dari 2 elemen kinerja.

Gambar 4.11 dan 4.12 adalah gambaran Tabel 4.1 dan 4.2 dalam bentuk gambar jaring laba-laba (spider web), garis warna merah merupakan poin pemenuhan terhadap aspek standar praktik hasil penilaian dan garis warna biru merupakan pemenuhan terhadap aspek standar praktik secara ideal. Tabel 4.1


(39)

praktik farmasi komunitas/apotek sebelum verifikasi sedangkan Tabel 4.2 merupakan rerata poin penilaian dan kriteria pemenuhan terhadap aspek standar praktik farmasi setelah verifikasi dilakukan.Setelah data dari responden selesai diverifikasi, ternyata ditemukan perbedaan, hal ini menunjukkan bahwa responden kurang memiliki sikap yang berani untuk mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam pemenuhan terhadap aspek standar praktik farmasi komunitas/apotek di apotek yang mereka kelola.

Tabel 4.1. Rerata poin penilaian dan kriteria pemenuhan terhadap aspek praktik farmasi komunitas/apotek sebelum verifikasi

Aspek Standar Rerata Poin Pemenuhan Aspek Standar Dalam Praktik

Kriteria

1 Profesionalisme 2,28

2,29 Kurang

2 Manajerial 2,38

3 Dispensing 2,71

4 Asuhan Kefarmasian 2,08

5 Pelayanan Kesmas 2,04

Tabel 4.2. Rerata poin penilaian dan kriteria pemenuhan terhadap aspek standar praktik farmasi komunitas/apotek setelah verifikasi

Aspek Standar Rerata Poin Pemenuhan Aspek Standar

Dalam Praktik Kriteria

1 Profesionalisme 1,56

1,51 Bawah Standar

2 Manajerial 2,41

3 Dispensing 1,07

4 Asuhan Kefarmasian 0,81


(40)

0 1 2 3 4

1

2

3 4

5 IDEAL

NILAI 0

1 2 3 4

1

2

3 4

5 IDEAL

NILAI

Gambar 4.11.Gambaran pemenuhan  Gambar 4.12. Gambaran pemenuhan  

  standar praktik farmasi             standar praktik farmasi 

  komunitas sebelum verifikasi           komunitas setelah verifikasi 

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemenuhan terhadap aspek standar praktik farmasi komunitas/apotek menghasilkan rerata poin penilaian sebesar 1,51 atau termasuk dalam kriteria bawah standar. Ditinjau dari masing-masing aspek standar, ternyata aspek Asuhan Kefarmasian memiliki rerata poin paling rendah, menunjukkan bahwa aspek ini masih jarang dan belum dilakukan.Rendahnya poin Asuhan Kefarmasian juga mengindikasikan bahwa pelayanan kefarmasian masih cenderung berorientasi produk, belum bergeser ke orientasi pasien sebagaimana seharusnya. Para responden memberi skor yang relatif tinggi pada aktivitas yang berkaitan dengan manajemen apotek, hal ini mengindikasikan bahwa mereka merasa relatif nyaman hanya dengan melakukan aktivitas manajemen saja dan tidak sepenuhnya meyakini bahwa aktivitas dispensing dan asuhan kefarmasian merupakan tanggungjawab para apoteker dan masih agak jauh dari konsep apoteker sebagai penyedia pelayanan kefarmasian berorientasi pasien.

Tabel 4.3 adalah kriteria pemenuhan standar praktik farmasi komunitas/apotek berdasarkan rerata poin kumulatif penilaian hasil pengisian kuesioner. Dapat dilihat bahwa pemenuhan standar praktik farmasi komunitas/apotek hasil pengisian kuesioner menghasilkan rerata poin kumulatif


(41)

42.86

14.29 10.71

32.14 kurang

bawah standar tidak layak sangat tidak layak

Tabel 4.3.Rerata poin kumulatif dan kriteria pemenuhan standar praktik farmasi komunitas/apotek 

Aspek Standar Rerata Poin Kumulatif Kriteria

1 Profesionalisme 20,29

63,3

Bawah Standar

2 Manajerial 27,79

3 Dispensing 5,36

4 Asuhan Kefarmasian 6,50 5 Pelayanan Kesmas 3,36

Selanjutnya Gambar 4.13 berikut adalah distribusi kriteria pemenuhan standar praktik farmasi komunitas/apotek hasil pengisian 28 kuesioner di daerah Kabupaten Deli Serdang. Dapat kita lihat bahwa hanya ada 42,86% yang memiliki kriteria pemenuhan standar praktik kurang sedangkan selebihnya termasuk dalam kriteria bawah standar bahkan ada 32,14% yang termasuk dalam kriteria sangat tidak layak.

Gambar 4.13. Distribusi kriteria pemenuhan standar praktik  

  farmasi komunitas/apotek 

   


(42)

Untuk praktik farmasi komunitas/apotek dengan semua kriteria mulai dari kurang hingga sangat tidak layak, dalam proses pembinaan dan pengawasan harus diberikan peringatan dan diberikan waktu untuk memperbaiki tingkat pemenuhan standar praktik. Apabila pada batas waktu yang ditentukan belum juga menunjukkan perbaikan, maka pemberi izin sarana atau dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebaiknya mengeluarkan surat keputusan penghentian sementara kegiatan (PSK) sampai dengan pencabutan izin. Untuk proses pembinaan seperti ini hendaknya diumumkan secara terbuka melalui media massa agar diketahui publik sehingga memberikan efek patuh kepada apoteker-apoteker yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

4.4Hubungan Tingkat Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian dengan Karaketeristik Responden

Hubungan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan karakteristik responden dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS

Statistics 17.0. Oleh karena variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala

pengukuran kategorik, maka sebagai instrumen uji dipilih Chi-Square dengan syarat sel yang mempunyai nilai ekspektasi (expectedcount) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel. Hasil analisis statitistik secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Merujuk pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa secara statistik variabel ada tidaknya pekerjaan lain menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (P<0,05) terhadap tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena tidak adanya pekerjaan lain, responden mempunyai


(43)

peluang lebih banyak untuk melakukan praktik kefarmasian dengan lebih baik. Data menunjukkan bahwa 35,71% responden dengan tidak adanya pekerjaan lain menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria baik, sebaliknya 46,43% responden dengan adanya pekerjaan lain menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria buruk.

Tabel 4. 4 Analisis Statitistik Hubungan Tingkat Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian dengan Karakteristik Responden

Karakteristik Responden

Instrumen Uji

Angka

Signifikansi Kesimpulan Jenis Kelamin Chi-Square 0,184 Tidak terdapat hubungan,

p> 0,05 Ada tidaknya

pekerjaan lain Chi-Square 0,003

Terdapat hubungan, p< 0,05

Besaran imbalan

per bulan Chi-Square 0,043

Terdapat hubungan, p< 0,05

Kepemilikan

apotek Chi-Square 0,013

Terdapat hubungan, p < 0,05

Selanjutnya secara statistik variabel besaran imbalan juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p< 0,05) terhadap tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian. Data menunjukkan bahwa 14,29% responden dengan imbalan > Rp.2.000.000,- menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria baik, sebaliknya 67,85% responden dengan imbalan ≤ Rp.2.000.000,- menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria buruk. Kemudian data menunjukkan bahwa 21,43% responden yang mengelola sendiri apotek yang dia miliki menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria baik, sebaliknya 78,57% responden yang mengelola apotek milik PSA menghasilkan tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian dengan kriteria buruk. Selanjutnya variabel jenis kelamin


(44)

tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p> 0,05) terhadap tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian, yang berarti untuk saat ini perubahan semua variabel-variabel tersebut tidak akan mempu meningkatkan kriteria tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkanpengisian kuesioner secara langsung, profil pemenuhan standar praktikkefarmasianbeberapa apotek di Kabupaten Deli Serdangterhadap 40 elemen standar menghasilkan rerata poin terhadap 5 aspek standar yakni profesionalisme sebesar 20,29 poin, manajerial sebesar 27,79 poin, dispensing sebesar 5,36 poin, asuhan kefarmasian sebesar 6,50 poin dan pelayanan kesehatan masyarakat sebesar 3,36 poin. Secara kumulatif pemenuhan standar praktik kefarmasianmenghasilkan rerata poin sebesar 63,3 atau termasuk dalam kriteria bawah standar, dengan kisaran poin kumulatif 14-148, terdiri dari berbagai kriteria pemenuhan standar sebagai berikut: 42,86% kurang, 14,29% bawah standar, 10,71% tidak layak, dan 32,14% sangat tidak layak. Hasil uji statistik menggunakan program SPSS Statistic 17.0 dengan instrumen uji chi square menunjukkan bahwa beberapa karakteristik responden memberikan pengaruh terhadap pemenuhan standar praktik kefarmasian antara lain ada tidaknya pekerjaan lain APA (angka signifikansi 0,003), besaran imbalan per bulan (angka signifikansi 0,043) dan kepemilikan apotek (angka signifikansi 0,013).

5.2 Saran

1. Situasi dan kondisi penyelenggaraan praktikkefarmasianmenyangkut 5 aspek standar masih harus terus dibenahi melalui sebuah model pembinaan dan pengawasan secara sistematis, bertahap dan lebih profesional oleh seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi IAI.


(46)

2. Berkaitan dengan ketidak konsistenan dalam penilaian pemenuhan standar melalui pengisian kuesioner.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2008). Apotek adalah Pusat Asuhan Kefarmasian.http://apotekkita.com /2008/12/06/apotek-adalah-pusat-asuhan-kefarmasi-an/. Diakses tanggal 31 Januari 2013.

Anonim.(2009). Asuhan Kefarmasian pada PP No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

http://hisfarma.blogspot.com/2009/10/asuhan-kefarmasian-pada-pp-nomor-51.html. Diakses Tanggal 31 Juli 2012.

Anonim.(2013). Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara .http://budaya-

indonesia-sekarang.blogspot.com/2010/10/kabupaten-deli-serdang-sumatera-utara.html.Diakses Tanggal 28 April 2013.Ahaditomo.(2004).

Perspektif Good Pharmacy Practice dalam kerangka meningkatkan mutu

pelayanan kefarmasian di Indonesia.Disampaikan dalam Seminar

Nasional tentang Peluang dan Tantangan Usaha Apotek terhadap Pelaksanaan Good Pharmacy Practice, tgl 4 Maret 2004 di Hotel Millenium, Jakarta.

Amalia, L. (2010). Praktek Dispensing yang

Baik .http://ladytulipe.wordpress.com/2010/03/21/praktik-dispensing-yang-ba-ik/.Diakses Tanggal 29 Juli 2012.

American Society of Hospital Pharmacists. (1993). ASHP Statement on

Pharmaceutical Care.Washington:American Society of Hospital

Pharmacists, Inc. Hal.252.

Cordina, M., Safta, V., Ciobanu, A., danSautenkova, N.(2008).An Assessment of CommunityPharmacists Attitudes Towards Professional Practice in The Republic of Moldova.Pharmacy Practice.6(1):1-8.

Donoseputro, A.G. (2009). Efektifitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat. http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/623815002_abs.pdf. Diakses Tanggal 20 Desember 2012.

Hammer, D.P., Mason, H.L., Chalmers, R.K., Popovich, N.G., dan Rupp,M.T. (2000). Development and Testing of an Instrument to Assess Behavioral Professionalism of Pharmacy Students.American Journal of

Pharmaceutical Education. 64: 141-151.

International Pharmaceutical Federation. (1997). Standards for Quality of

Pharmacy Services/Good Pharmacy Practice. Tokyo: Pharmacists and

Pharmaceutical Scientists Worldwide.Hal. 3-4

Juliansyah, E. (2012). Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.Jurnal Ilmu


(48)

Lwanga, S.K., dan Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian

Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 54.

Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Moenir, H.A.S. (1992). Manajemen Pelayanan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta. Hal. 15.

PD IAI Sumut.(2011). Surat Edaran No. 027/PD.IAI/SUMUT/V/2011 tentang Imbalan Minimum Bulanan.

Presiden RI. (2009).Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Lembaran Negara RI tahun 2009 No.

5044.

Presiden RI. (2009). Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Lembaran Negara RI tahun 2009 No.144.

Riduwan.(2009). Skala Pengukuran Variabel–Variabel Penelitian. Cetakan Keenam. Bandung: Alfabeta. Hal.24-31.

Rubiyanto, N. (2010). Rekontruksi Profesi Apoteker: Sebuah upaya membuat Peta

Jalan menuju Apoteker sebagai Tenaga Kesehatan.

www.ikatanapotekerindonesia.net/artikel-a-konten/intermezzo/1540-rekonstruksi-profesi-apoteker.html.Diakses Tanggal 3 Februari 2013.

Saragi, S., dan Fransiscus, C.K. (2004).Layanan Apotek Kimia Farma

Berorientasi Pasien yang Berdasarkan Good Pharmacy Practice.Makalah

disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Apotek GP Farmasi Indonesia, Jakarta, 4 Maret 2004.

Singarimbun, M., dan Effendi, S. (1989).Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. Yogyakarta: LP3ES. Hal. 155.

Wiryanto.(2009). Kompetensi dan Profil Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pasca

PUKA di Kota Medan.Makalah disampaikan pada Kongres Ilmiah ISFI

XVII, Jakarta, 7-8 Desember 2009.

Wiryanto. (2009). Peluang Penerapan PP 51 Terkait Titik Impas: Studi Kasus di

Apotek Farma Nusantara.Makalah disampaikan pada Kongres Ilmiah ISFI


(49)

Wiryanto, Harahap, U., dan Karsono. (2012). Standards of Community Pharmacy

Practice In Indonesia. Poster Presentation in The 24th Federation of Asian

Pharmaceutical Association (FAPA) Congress 2012, Bali, 13-16 September 2012.

Wiryanto, Harahap, U., dan Karsono. (2012). Profil Kinerja Praktik Farmasi

Komunitas/Apotek di Indonesia.Makalah disampaikan pada Seminar


(50)

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

KUESIONER TENTANG PROFIL KINERJA

PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI KABUPATEN DELI SERDANG

Kata Pengantar

Dalam rangka penelitian Skripsi dengan judul “Profil Kinerja Praktik Farmasi Komunitas/Apotek diKabupaten Deli Serdang”, saya mahasiswa S1 Farmasi USU Medan membutuhkan data dari Bapak / Ibu para Apoteker Penanggungjawab Apotek sebagai berikut:

1. Identitas Bapak / Ibuapoteker penanggungjawab apotek

2. Identitas / karakteristik apotek dimana Bapak / Ibu sebagai apoteker penanggungjawab

3. Pilihan diskripsi kinerja yang tersedia sesuai dengan kinerja praktik farmasi komunitas/apotek dimana Bapak / Ibu sebagai apoteker penanggungjawab

Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan Bapak / Ibumeluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner berikut ini.Saya sangat berharap Bapak / Ibudapat memberikan identitas dan pilihan deskripsi kinerja sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Bapak / Ibuakan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Akhirnya atas bantuan dan keluangan waktu Bapak / Ibu sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.

Medan, 10Oktober 2012 Peneliti,

David Parlindungan NIM 091524073


(51)

Lampiran 1. (lanjutan)

IDENTITAS RESPONDEN

Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya

Jenis kelamin

 Laki-laki

 Perempuan

Sertifikat Kompetensi Apoteker

 Tidak Punya

 Punya

Berlaku sampai dengan tanggal: Surat Tanda Regestrasi Apoteker (STRA)

 Tidak Punya

 Punya

Berlaku sampai dengan tanggal: Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

 Tidak Punya

 Punya

Berlaku sampai dengan tanggal: Sertifikat Izin Apotek (SIA)

 Tidak Punya

 Punya

Berlaku sampai dengan tanggal: Alumnus Apoteker

 USU

 UNAND

 UI

 ITB

 UNPAD


(52)

 UNAIR

 UNHAS

 Yang lain: Tahun lulus apoteker :

Pengalaman sebagai Apoteker Penanggungjawab Apotek

 ≤ 1 tahun

 >1 –5 tahun

 > 5–10 tahun

 >10 tahun

Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Penanggungjawab Apotek

 PNS di lingkungan Badan POM

 PNS di lingkunganDinas kesehatan

 PNS di Rumah Sakit Pemerintah

 Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri

 Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta

 Tidak ada pekerjaan lain

 Yang lain:

Frekuensi Kehadiran di Apotek

 Selama apotek buka

 Setiap hari, pada jam tertentu

 2-3 x seminggu

 1 x seminggu

 1 x sebulan

 Yang lain: Imbalan per bulan (Rp.)

 ≤ 1.000.000

 >1.000.000 - 2.000.000

 >2.000.000 - 3.000.000

 >3.000.000 - 4.000.000


(53)

 Yang lain:

Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan

Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan Standar Praktik sesuai PP.51/2009

 >2.000.000 - 3.000.000

 >3.000.000 - 4.000.000

 >4.000.000- 5.000.000

 > 5.000.000

Usulan Bapak / Ibu tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan Kenyataan imbalan yang diterima mayoritas APA saat ini jauh dari harapan, tuliskan usul Bapak/Ibu tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut

Kepemilikan Apotek

 Milik Sendiri

 Milik PMA perorangan

 Milik Perusahaan Swasta

 Milik BUMN

 Yang lain:

Rata-rata jumlah lembar resep per hari

 ≤5 lembar

 > 5 - 10lembar

 > 10 - 20lembar

 > 20 - 30lembar

 > 30lembar

Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep

 ≤ 10.000

 > 10.000 - 50.000

 > 50.000- 100.000


(54)

Rata-rata omset (Rp.) per hari

 ≤ 1.000.000

 >1.000.000 - 2.000.000

 >2.000.000 - 3.000.000

 >3.000.000 - 5.000.000

 > 5.000.000- 10.000.000

 > 10.000.000 Lokasi Apotek

 Kota Medan

 Kabupaten Deli Serdang

KUESIONER

Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan yang seharusnya, agar penilitian ini ada manfaatnya

Aspek Standar 1. Profesionalisme

Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi kinerja yang

mendekati keadaan nyata di apotek dimana Bapak / Ibu sebagai penanggungjawab 1 2 3 1.1. Akuntabilitas apoteker penanggungjawab apotek

memenuhi sumpah / janji dalam melaksanakan praktik

kefarmasian: ► 1. Senantiasa berpegang teguh pada sumpah / janji ► 3. Apoteker tidak melaksanakan praktik kefarmasian

1.2. Pelayanan langsung apoteker penanggungjawab apotek: ►

1. Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping ► 2. Setiap hari pada jam tertentu, tidak ada apoteker pendamping ► 3. Tidak dilakukan, tidak ada apoteker pendamping

1.3. Akuntabilitas apoteker penanggungjawab apotek

memenuhi kode etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan: ► 1. Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 2. Tidak berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 3. Tidak pernah bertindak dan mengambil keputusan

1.4. Komitmen bekerja apoteker penanggung-jawab apotek: ►

1. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik ► 2. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai kondisi dan situasi ► 3. Tidak menunjukkan kinerja


(55)

1 2 3 1.5. Komitmen kehadiran apoteker penanggung-jawab apotek,

bila terlambat / berhalangan hadir: ► 1. Segera memberitahu

► 3. Tidak memberitahu

1.6. Tanggungjawab apoteker penanggungjawab apotek dalam menyelesaikan tugas: ► 1. Menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya ► 3. Tidak menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya

1.7. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam menyelesaian

semua pekerjaan di apotek ► 1. Berpedoman pada standar prosedur opersional ► 3. Tidak berpedoman pada standar prosedur opersional

1.8. Dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker

penanggung-jawab apotek: ► 1. Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain ► 2. Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan situasi ► 3. Tidak melakukan praktik kefarmasian

1.9. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak

tersedia: ► 1. Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan ► 2. Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan ► 3. Tidak diusahakan dari tempat lain

1.10. Perlakuan apoteker penanggungjawab apotek kepada

pasien: ► 1. Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya ► 3. Tidak berinteraksi dengan pasien

1.11. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan

terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar: ► 1. Dilakukan oleh apoteker penanggungjawab apotek ► 2.

Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja

1.12. Hubungan profesional apoteker penanggungjawab apotek

dengan dokter: ► 1. Dibangun untuk kemungkinan manajemen

terapi terbaik bagi pasien ► 3. Tidak dibangun 1.13. Konsultasi dan kerjasama apoteker penanggungjawab

apotek dengan apoteker dari apotek lain: ► 1. Dilakukan ► 3.

Tidak dilakukan

1.14. Sikap apoteker penanggungjawab apotek terhadap kejadian kesalahan terapi: ► 1. Menindaklanjuti

penyelesaiannya ► 3. Tidak menindaklanjuti penyelesaiannya 1.15. Sikap apoteker penanggungjawab apotek terhadap kritik


(1)

49

Lampiran 2. (

Lanjutan)

Imbalan per bulan * kriteria

imbalan per bulan * kriteria Crosstabulation kriteria

Total

cukup kurang tidak layak

sangat tidak layak imbalan per

bulan

>1.000.000-2.000.000 Count 1 2 4 10 17

Expected Count 5.5 1.8 3.0 6.7 17.0

% within imbalan per bulan 5.9% 11.8% 23.5% 58.8% 100.0%

% within kriteria 11.1% 66.7% 80.0% 90.9% 60.7%

% of Total 3.6% 7.1% 14.3% 35.7% 60.7%

>2.000.000-3.000.000 Count 2 0 1 1 4

Expected Count 1.3 .4 .7 1.6 4.0

% within imbalan per bulan 50.0% .0% 25.0% 25.0% 100.0%

% within kriteria 22.2% .0% 20.0% 9.1% 14.3%

% of Total 7.1% .0% 3.6% 3.6% 14.3%

>3.000.000-4.000.000 Count 1 0 0 0 1

Expected Count .3 .1 .2 .4 1.0

% within imbalan per bulan 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

% within kriteria 11.1% .0% .0% .0% 3.6%

% of Total 3.6% .0% .0% .0% 3.6%

tidak ada data Count 5 1 0 0 6

Expected Count 1.9 .6 1.1 2.4 6.0

% within imbalan per bulan 83.3% 16.7% .0% .0% 100.0%

% within kriteria 55.6% 33.3% .0% .0% 21.4%

% of Total 17.9% 3.6% .0% .0% 21.4%

Total Count 9 3 5 11 28

Expected Count 9.0 3.0 5.0 11.0 28.0

% within imbalan per bulan 32.1% 10.7% 17.9% 39.3% 100.0%

% within kriteria 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 32.1% 10.7% 17.9% 39.3% 100.0%


(2)

50

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.400a 9 .043

Likelihood Ratio 21.475 9 .011

N of Valid Cases 28

a. 14 cells (87,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.

Jenis kelamin * kriteria

Crosstab

kriteria

Total

cukup kurang tidak layak

sangat tidak layak

jenis kelamin Perempuan Count 9 3 3 9 24

Expected Count 7.7 2.6 4.3 9.4 24.0

% within jenis kelamin 37.5% 12.5% 12.5% 37.5% 100.0%

% within kriteria 100.0% 100.0% 60.0% 81.8% 85.7%

% of Total 32.1% 10.7% 10.7% 32.1% 85.7%

Laki-laki Count 0 0 2 2 4

Expected Count 1.3 .4 .7 1.6 4.0

% within jenis kelamin .0% .0% 50.0% 50.0% 100.0%

% within kriteria .0% .0% 40.0% 18.2% 14.3%

% of Total .0% .0% 7.1% 7.1% 14.3%

Total Count 9 3 5 11 28

Expected Count 9.0 3.0 5.0 11.0 28.0

% within jenis kelamin 32.1% 10.7% 17.9% 39.3% 100.0%

% within kriteria 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 32.1% 10.7% 17.9% 39.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.836a 3 .184

Likelihood Ratio 5.805 3 .121

N of Valid Cases 28

a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,43.


(3)

51

Nomor Kuesioner Jenis kelamin Alumnus Apoteker Tahun lulus apoteker Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek

Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek

Frekuensi Kehadiran

di Apotek Kepemilikan Apotek

Imbalan per bulan (Rp.)

Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan

Rata-rata jumlah lembar resep per hari

Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep

Rata-rata omset

(Rp.) per hari Kota / Kabupaten

Apoteker Pendamping

Tenaga Teknis Kefarmasian

24 Perempuan USU 2007 4 - 2 Milik PSA perorangan 1 5000000 20 25000 2000000 Deli Serdang 1

3 Perempuan USU 2004 7 - 2 Milik PSA perorangan 1 4000000 25 30000 2000000 Deli Serdang 1

16 Perempuan USU 1992 17 - 2 Milik PSA perorangan 2 4000000 15 30000 1000000 Deli Serdang 1

18 Laki-laki USU 1998 12 PNS 2 Milik PSA perorangan 1 3500000 15 100000 10000000 Deli Serdang 3

14 Perempuan USU 2004 7 Tidak ada 3 Milik PSA perorangan 2 5000000 50 50000 4000000 Deli Serdang 3

19 Perempuan UNAND 2004 7 Guru Farmasi Sw asta 3 Milik PSA perorangan 1 2000000 3 15000 900000 Deli Serdang 1

5 Perempuan USU 2006 5 RS Sw asta 3 Milik PSA perorangan 1 4000000 30 40000 2000000 Deli Serdang 1

1 Perempuan USU 2003 8 Tidak ada 3 Milik Sendiri 20 20000 2000000 Deli Serdang 1

17 Perempuan USU 1997 13 Tidak ada 4 Milik PSA perorangan 3 5000000 5 25000 3000000 Deli Serdang 1

10 Perempuan USU 1999 10 Tidak ada 4 Milik PSA perorangan 3000000 20 30000 1500000 Deli Serdang

2 Perempuan USU 1997 13 Tidak ada 4 Milik PSA perorangan 1 3000000 5 25000 3000000 Deli Serdang 1

28 Perempuan USU 1994 15 Tidak ada 4 Milik Sendiri 1/20/1900 25000 2000000 Deli Serdang 1

6 Perempuan USU 2000 10 Tidak ada 4 Milik Sendiri 10 40000 1000000 Deli Serdang 1

12 Perempuan USU 1981 16 Tidak ada 4 Milik Sendiri 20 40000 1500000 Deli Serdang 2

13 Perempuan USU 1995 15 Tidak ada 4 Milik Sendiri 0 15 50000 2000000 Deli Serdang 1

22 Perempuan USU 2002 9 Tidak ada 4 Milik Sendiri 2 5000000 10 30000 2000000 Deli Serdang 1

20 Perempuan USU 2006 5 Sw asta 0 Milik PSA perorangan 1 4000000 10 35000 1500000 Deli Serdang 1

4 Laki-laki USU 2004 6 RS Pemerintah 1 Milik PSA perorangan 1 3000000 25 30000 1500000 Deli Serdang 1

26 Perempuan USU 2010 1 Dosen Sw asta 0 Milik PSA perorangan 1 3000000 15 30000 1000000 Deli Serdang 1

15 Perempuan USU 2006 5 Sw asta 0 Milik PSA perorangan 1 4000000 20 30000 1000000 Deli Serdang 1

11 Perempuan USU 2002 8 - 0 Milik PSA perorangan 1 3000000 15 30000 1000000 Deli Serdang 1

9 Laki-laki USU 2008 3 Sw asta 1 Milik PSA perorangan 2 5000000 30 40000 3000000 Deli Serdang 2

27 Perempuan USU 2006 6 - 1 Milik PSA perorangan 1 3000000 10 20000 1000000 Deli Serdang 1

7 Perempuan USU 2007 4

Dosen Perguruan Tinggi

Sw asta 1 Milik PSA perorangan 1 3000000 25 30000 1500000 Deli Serdang 1

8 Perempuan USU 2010 1 Dosen Honorer 1 Milik PSA perorangan 1 2500000 10 50000 2000000 Deli Serdang 1

23 Laki-laki USU 1980 11 Dosen di PTN 0 Milik PSA perorangan 1 4000000 10 30000 1500000 Deli Serdang 1

21 Perempuan USU 2000 10 Dosen di PTN 0 Milik PSA perorangan 1 4000000 20 30000 1500000 Deli Serdang 1

25 Perempuan USU 2007 3 Dosen Sw asta 0 Milik PSA perorangan 1 4000000 20 20000 1500000 Deli Serdang 1

Lampiran 3.

Data Poin Pengisian K

uesioner

Universitas

Sumatera


(4)

52

1.1 1.2 1.3 1.4 1.8 1. 10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.18 JML RATA

2 2 2 2 2 0 2 0 0 0 0 2 4 18 1.38

2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 2 2 0 18 1.38

2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 0 2 0 18 1.38

2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 14 1.08

4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 0 40 3.08

4 2 4 4 4 2 0 0 4 4 2 2 4 36 2.77

4 2 4 4 4 4 2 0 2 4 2 2 0 34 2.62

4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 0 0 38 2.92

4 2 4 4 4 4 2 0 4 4 2 0 0 34 2.62

4 2 4 4 4 4 2 0 4 4 2 0 0 34 2.62

4 2 4 4 4 4 2 0 4 4 2 0 0 34 2.62

4 2 4 4 4 2 2 0 4 4 0 0 0 30 2.31

4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 0 40 3.08

4 2 4 4 4 2 2 0 4 4 0 0 0 30 2.31

4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 0 0 38 2.92

4 2 4 4 4 4 2 4 0 4 2 0 0 34 2.62

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0.15

0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 4 4 12 0.92

0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 4 2 0 8 0.62

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 4 0.31

0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 4 0.31

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 4 0.31

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 0 6 0.46

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0.15

0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 4 4 0 12 0.92

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 0 6 0.46

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 8 0.62

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 10 0.77

JUMLAH 568

RERATA 20.29 1.56043956

Lampiran 3.

(lan

jutan

)

Universitas

Sumatera


(5)

53

1.7 1.9 1.17 1.19 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.9 JML RATA 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 JML RATA

0 2 2 4 2 0 4 4 4 2 2 2 28 2.33 2 2 0 2 2 8 1.6

0 0 0 4 2 4 4 2 2 2 2 2 24 2.00 2 2 2 2 2 10 2

2 4 0 4 2 4 2 2 2 2 2 0 26 2.17 2 2 2 0 2 8 1.6

0 2 0 0 4 4 4 4 2 0 4 0 24 2.00 2 2 2 0 2 8 1.6

0 2 2 4 4 4 4 2 4 2 4 2 34 2.83 2 2 2 2 2 10 2

4 2 0 4 4 4 4 4 2 2 2 0 32 2.67 2 0 2 2 0 6 1.2

0 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2 28 2.33 2 2 2 2 2 10 2

0 4 4 4 2 4 4 2 2 2 4 0 32 2.67 2 2 2 2 2 10 2

0 2 4 0 2 4 2 4 4 2 4 4 32 2.67 2 2 2 2 2 10 2

0 0 4 4 2 4 2 2 2 2 2 2 26 2.17 2 2 2 2 2 10 2

0 2 4 0 2 4 2 4 2 2 4 0 26 2.17 2 2 2 2 2 10 2

0 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 0 34 2.83 2 2 2 2 2 10 2

0 0 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 24 2.00 2 2 2 2 2 10 2

0 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 0 34 2.83 2 2 2 2 2 10 2

0 0 2 4 2 4 2 2 2 2 2 0 22 1.83 2 2 2 2 2 10 2

0 0 4 4 2 4 4 4 2 2 2 2 30 2.50 2 2 2 2 2 10 2

0 0 0 4 2 4 4 2 2 2 2 2 24 2.00 0 0 0 0 0 0 0

0 4 0 0 2 4 4 0 4 0 2 0 20 1.67 0 0 0 0 0 0 0

4 0 2 4 4 0 2 4 2 2 2 2 28 2.33 0 0 0 0 0 0 0

0 4 0 4 2 4 4 2 2 2 4 0 28 2.33 0 0 0 0 0 0 0

0 2 0 4 4 4 2 2 2 2 2 0 24 2.00 0 0 0 0 0 0 0

0 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 30 2.50 0 0 0 0 0 0 0

0 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2 28 2.33 0 0 0 0 0 0 0

0 2 0 4 2 4 2 2 2 2 2 2 24 2.00 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 4 4 2 4 2 0 2 0 18 1.50 0 0 0 0 0 0 0

0 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 0 36 3.00 0 0 0 0 0 0 0

0 4 0 4 4 4 4 4 2 2 4 2 34 2.83 0 0 0 0 0 0 0

0 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 0 28 2.33 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 778 150

RERATA 27.79 2.31547619 5.36 1.071428571

Lampiran 3.

(lan

jutan

)

Universitas

Sumatera


(6)

54

4.1 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 JML RATA 5.1 5.2 JML RATA TTL KRITERIA

2 0 0 0 0 0 2 2 6 0.75 0 0 0 0 60

bawah standar

2 2 2 2 0 0 2 0 10 1.25 0 4 4 2 66

bawah standar

2 2 2 2 0 0 2 0 10 1.25 0 4 4 2 66

bawah standar

2 2 0 2 0 0 2 2 10 1.25 2 2 4 2 60

bawah standar

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 100

kurang

2 0 2 2 0 0 2 2 10 1.25 0 0 0 0 84

kurang

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 88

kurang

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 96

kurang

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2 2 2 4 2 96

kurang

2 2 2 2 2 2 2 2 16 2 0 4 4 2 90

kurang

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 86

kurang

2 0 2 2 0 0 2 2 10 1.25 2 4 6 3 90

kurang

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 90

kurang

2 0 2 2 0 0 2 2 10 1.25 0 4 4 2 88

kurang

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 86

kurang

2 2 2 2 0 0 2 2 12 1.5 0 4 4 2 90

kurang

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 30

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 36

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 32

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 38

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 38

sangat tidak layak

0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 30

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30

sangat tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 46

tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 46

tidak layak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 2 42

tidak layak

182 94 1772

6.50 0.8125 3.36 1.678571429 63

bawah standar

Lampiran 3.

(lan

jutan

)

Universitas

Sumatera